Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN HIDROSEFALUS

A. DEFINISI HIDROSEFALUS
Hidrosefalus adalah akumulasi cairan serebro spinal dalam ventrikel serebral, ruang
subarachnoid atau ruang subdural (Suriadi dan Yuliani, 2001).
Hidrosefalus merupakan keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya
cairan serebro spinalis tanpa atau pernah dengan tekanan intracranial yang meninggi sehingga
terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya cairan serebro spinal (Ngastiyah,2007).
Hidrosefalus merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif
pada system ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan jaringan serebral
selama produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid.
Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan intrakranial
menyebabkan terjadinya peleburan ruang ruang tempat mengalirnya liquor (Mualim, 2010)

Jenis Hidrosefalus dapat diklasifikasikan menurut:


1. Waktu Pembentukan
a. Hidrosefalus Congenital, yaitu Hidrosefalus yang dialami sejak dalam kandungan dan
berlanjut setelah dilahirkan
b. Hidrosefalus Akuisita, yaitu Hidrosefalus yang terjadi setelah bayi dilahirkan atau terjadi
karena faktor lain setelah bayi dilahirkan (Harsono,2006).
2. Proses Terbentuknya Hidrosefalus
a. Hidrosefalus Akut, yaitu Hidrosefalus yang tejadi secara mendadak yang diakibatkan oleh
gangguan absorbsi CSS (Cairan Serebrospinal)
b. Hidrosefalus Kronik, yaitu Hidrosefalus yang terjadi setelah cairanCSS mengalami
obstruksi beberapa minggu (Anonim,2007)
3. Sirkulasi Cairan Serebrospinal
a. Communicating, yaitu kondisi Hidrosefalus dimana CSS masih biaskeluar dari ventrikel
namun alirannya tersumbat setelah itu.
b. Non Communicating, yaitu kondis Hidrosefalus dimana sumbatanaliran CSS yang terjadi
disalah satu atau lebih jalur sempit yangmenghubungkan ventrikel-ventrikel otak (Anonim,
2003).
4. Proses Penyakit
a. Acquired, yaitu Hidrosefalus yang disebabkan oleh infeksi yangmengenai otak dan jaringan
sekitarnya termasuk selaput pembungkusotak (meninges).
b. Ex-Vacuo, yaitu kerusakan otak yang disebabkan oleh stroke atau cederatraumatis yang
mungkin menyebabkan penyempitan jaringan otak atauathrophy (Anonim, 2003).

B. ETIOLOGI HIDROSEFALUS
Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah satu tempat antara
tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorbsi dalam ruang
subarackhnoid. akibat penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan CSS diatasnya. Penyumbatan
aliran CSS sering terdapat pada bayi dan anak ialah:
1. Kongenital : disebabkan gangguan perkembangan janin dalam rahim,atau infeksi
intrauterine meliputi :
a) Stenosis aquaductus sylvi
b) Spina bifida dan kranium bifida
c) Syndrom Dandy-Walker
d) Kista arakhnoid dan anomali pembuluh darah
2. Didapat : disebabkan oleh infeksi, neoplasma, atau perdarahan
a) Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen. secara patologis terlihat
penebalan jaringan piameter dan arakhnoid sekitar sisterna basalis dan daerah lain.
penyebab lain infeksi adalah toksoplasmosis.
b) Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat aliran CSS.
pada anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan ventrikel IV / akuaduktus sylvii
bagian terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari cerebelum, penyumbatan
bagian depan ventrikel III disebabkan kraniofaringioma.
c) Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis
leptomeningfen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjakdi
akibat organisasi dari darah itu sendiri.

C. FISIOLOGI CAIRAN CEREBRO SPINALIS


a. Pembentukan CSF
Normal CSF diproduksi + 0,35 ml / menit atau 500 ml / hari dengan demikian CSF di
perbaharui setiap 8 jam. Pada anak dengan hidrosefalus, produksi CSF ternyata berkurang
+ 0, 30 / menit. CSF di bentuk oleh PPA;
1. Plexus choroideus (yang merupakan bagian terbesar
2. Parenchym otak
3. Arachnoid
b. Sirkulasi CSF
Melalui pemeriksaan radio isotop, ternyata CSF mengalir dari tempat pembentuknya
ke tempat ke tempat absorpsinya. CSF mengalir dari II ventrikel lateralis melalui sepasang
foramen Monro ke dalam ventrikel III, dari sini melalui aquaductus Sylvius menuju ventrikel
IV. Melalui satu pasang foramen Lusckha CSF mengalir cerebello pontine dan cisterna
prepontis. Cairan yang keluar dari foramen Magindie menuju cisterna magna. Dari sini
mengalir kesuperior dalam rongga subarachnoid spinalis dan ke cranial menuju cisterna infra
tentorial.Melalui cisterna di supratentorial dan kedua hemisfere cortex cerebri. Sirkulasi
berakhir di sinus Doramatis di mana terjadi absorbsi melalui villi arachnoid.

D. PATOFISIOLOGI HIDROSEFALUS
Jika terdapat obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan subarachnoid,
ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan ventrikuler mengkerut dan merobek garis
ependymal. White mater dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita yang
tipis. Pada gray matter terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga walaupun
ventrikel telah mengalami pembesaran gray matter tidak mengalami gangguan. Proses dilatasi
itu dapat merupakan proses yang tiba tiba / akut dan dapat juga selektif tergantung pada
kedudukan penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus emergency. Pada bayi dan anak
kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk mengakomodasi peningkatan massa cranial.
Jika fontanela anterior tidak tertutup dia tidak akan mengembang dan terasa tegang pada
perabaan.Stenosis aquaductal (Penyakit keluarga / keturunan yang terpaut seks) menyebabkan
titik pelebaran pada ventrikel lateral dan tengah, pelebaran ini menyebabkan kepala berbentuk
khas yaitu penampakan dahi yang menonjol secara dominan (dominan Frontal blow).
Syndroma dandy walkker akan terjadi jika terjadi obstruksi pada foramina di luar pada
ventrikel IV. Ventrikel ke IV melebar dan fossae posterior menonjol memenuhi sebagian besar
ruang dibawah tentorium. Klein dengan type hidrosephalus diatas akan mengalami pembesaran
cerebrum yang secara simetris dan wajahnya tampak kecil secara disproporsional.
Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga membatasi ekspansi
masa otak, sebagai akibatnya menujukkan gejala : Kenailkan ICP sebelum ventrikjel cerebral
menjadi sangat membesar. Kerusakan dalam absorbsi dan sirkulasi CSF pada hidrosephalus
tidak komplit. CSF melebihi kapasitas normal sistim ventrikel tiap 6 8 jam dan ketiadaan
absorbsi total akan menyebabkankematian.
Pada pelebaran ventrikular menyebabkan robeknya garis ependyma normal yang pada
didning rongga memungkinkan kenaikan absorpsi. Jika route kolateral cukup untuk mencegah
dilatasi ventrikular lebih lanjut maka akan terjadi keadaan kompensasi.
PATHWAY HYDROCEPHALUS

Kelainan Infeksi Neoplasma Perdarahan


kongenital

Radang jaringan hydorcephalus Fibrosis leptomeningns


pada daerah basal otak
Obstruksi salah satu
tempat
Obstruksi tempat
pembentukan Obtruksi oleh perdarahan
pembentukan/penyerapan LCS.
ventrikel III/IV

Hydrocephalus Peningkatan jumlah Jumlah cairan dalam


nonkomunikas cairan serebrospinal ruang sub araknoid

Pembesaran relatif kepala Peningkatan TIK Tindakan pembedahan

Kesulitan
Herniasi falk serebri Penekanan pada Terpasang shunt
bergerak
saraf optikus

Kerusakan Kompresi Adanya port de entry


Penekanan
mobilitas batang otak papiledema dan benda asing masuk
total

Gangguan Depresi saraf Disfungsi persepsi Risiko infeksi


integritas kardiovaskular dan visual spasial
kulit pernapasan Respon inflamasi
Gangguan persepsi
sensori hipertemi

Penurunan kesadaran Otak semakin tertekan Kerusakan fungsi kognitif


dan psikomotroik

Koping keluarga tidak efektif Hipotalamus semakin tertekan


Defisit perawatan diri

Pembuluh darah tertekan kejang Mual muntah Saraf pusat semakin tertekan

Aliran darah menurun Risiko cedera Penurunan BB Kesadaran menurun Sakit kepala

Perfusi jaringan Kebutuhan nutrisi kurang Penurunan Nyeri akut


serebral tidak efektif dari kebutuhan tubuh kesadaran
E. MANIFESTASI KLINIS HIDROSEFALUS
Manifestasi klinis Hidrosefalus dibagi menjadi 2 yaitu : anak dibawah usia 2 tahun, dan anak
diatas usia 2 tahun.
1. Hidrosefalus dibawah usia 2 tahun
a. Sebelum usia 2 tahun yang lebih menonjol adalah pembesaran kepala.
b. Ubun-ubun besar melebar, terba tegang/menonjol dan tidak berdenyut.
c. Dahi nampak melebar dan kulit kepala tipis, tegap mengkilap dengan pelebaran vena-vena
kulit kepala.
d. Tulang tengkorak tipis dengan sutura masih terbuka lebar cracked pot sign yakni bunyi
seperti pot kembang yang retak pada perkusi.
e. Perubahan pada mata.
1. bola mata berotasi kebawah olek karena ada tekanan dan penipisan tulang supra orbita.
Sclera nampak diatas iris, sehingga iris seakan-akan seperti matahari yang akan
terbenam
2. strabismus divergens
3. nystagmus
4. refleks pupil lambat
5. atropi N II oleh karena kompensi ventrikel pada chiasma optikum
6. papil edema jarang, mungkin oleh sutura yang masih terbuka.
2. Hydrochepalus pada anak diatas usia 2 tahun.
Yang lebih menonjol disini ialah gejala-gejala peninggian tekanan intra kranial oleh
karena pada usia ini ubun-ubun sudah tertutup

F. KOMPLIKASI HIDROSEFALUS
1. Peningkatan tekanan intrakranial
2. Kerusakan otak
3. Infeksi:septikemia,endokarditis,infeksiluka,nefritis,meningitis,ventrikulitis,abses otak.
4. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik.
5. Hematomi subdural, peritonitis,adses abdomen, perporasi organ dalam rongga
abdomen,fistula,hernia, dan ileus.
6. Kematian

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG HIDROSEFALUS


1. Pemeriksaan fisik:
o Pengukuran lingkaran kepala secara berkala. Pengukuran ini penting untuk melihat
pembesaran kepala yang progresif atau lebih dari normal
o Transiluminasi
2. Pemeriksaan darah:
o Tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk hidrosefalus
3. Pemeriksaan cairan serebrospinal:
o Analisa cairan serebrospinal pada hidrosefalus akibat perdarahan atau meningitis
untuk mengetahui kadar protein dan menyingkirkan kemungkinan ada infeksi sisa
4. Pemeriksaan radiologi:
o X-foto kepala: tampak kranium yang membesar atau sutura yang melebar.
o USG kepala: dilakukan bila ubun-ubun besar belum menutup.
o CT Scan kepala: untuk mengetahui adanya pelebaran ventrikel dan sekaligus
mengevaluasi struktur-struktur intraserebral lainnya

H. PENTALAKSANAAN MEDIS HIDROSEFALUS


1. Pencegahan
Untuk mencegah timbulnya kelainan genetic perlu dilakukan penyuluhan genetic,
penerangan keluarga berencana serta menghindari perkawinan antar keluarga dekat. Proses
persalinan/kelahirandiusahakan dalam batas-batas fisiologik untuk menghindari trauma kepala
bayi. Tindakan pembedahan Caesar suatu saat lebih dipilih dari pada menanggung resiko
cedera kepala bayi sewaktu lahir.
2. Terapi Medikamentosa
Hidrosefalus dewngan progresivitas rendah dan tanpa obstruksi pada umumnya tidak
memerlukan tindakan operasi. Dapat diberi asetazolamid dengan dosis 25 50 mg/kg BB. Pada
keadaan akut dapat diberikan menitol. Diuretika dan kortikosteroid dapat diberikan meskipun
hasilnya kurang memuaskan. Pembarian diamox atau furocemide juga dapat diberikan. Tanpa
pengobatan pada kasus didapat dapat sembuh spontan 40 50 % kasus.
3. Pembedahan :
Tujuannya untuk memperbaiki tempat produksi LCS dengan tempat absorbsi. Misalnya
Cysternostomy pada stenosis aquadustus. Dengan pembedahan juga dapat mengeluarkan LCS
kedalam rongga cranial yang disebut :
a. Ventrikulo Peritorial Shunt
b. Ventrikulo Adrial Shunt
Untuk pemasangan shunt yang penting adalajh memberikan pengertian pada keluarga
mengenai penyakit dan alat-alat yang harus disiapkan (misalnya : kateter shunt obat-obatan
darah) yang biasanya membutuhkan biaya besar.
Pemasangan pintasan dilakukan untuk mengalirkan cairan serebrospinal dari ventrikel
otak ke atrium kanan atau ke rongga peritoneum yaitu pi8ntasan ventrikuloatrial atau
ventrikuloperitonial.
Pintasan terbuat dari bahan bahansilikon khusus, yang tidak menimbulkan raksi radang atau
penolakan, sehingga dapat ditinggalkan di dalam yubuh untuk selamanya. Penyulit terjadi pada
40-50%, terutama berupa infeksi, obstruksi, atau dislokasi.
4. Terapi
Pada dasarnya ada 3 prinsip dalam pengobatan hidrosefalus, yaitu :
a) mengurangi produksi CSS
b) Mempengaruhi hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat absorbsi
c) Pengeluaran likuor ( CSS ) kedalam organ ekstrakranial.

Penanganan hidrosefalus juga dapat dibagi menjadi :


1. Penanganan sementara
Terapi konservatif medikamentosa ditujukan untuk membatasi evolusi
hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid atau upaya
meningkatkan resorbsinya.
2. Penanganan alternatif ( selain shunting )
Misalnya : pengontrolan kasus yang mengalami intoksikasi vitamin A, reseksi
radikal lesi massa yang mengganggu aliran likuor atau perbaikan suatu malformasi. saat
ini cara terbaik untuk malakukan perforasi dasar ventrikel dasar ventrikel III adalah dengan
teknik bedah endoskopik.
3. Operasi pemasangan pintas ( shunting )
Operasi pintas bertujuan mambuat saluran baru antara aliran likuor dengan kavitas
drainase. pada anak-anak lokasi drainase yang terpilih adalah rongga peritoneum. baisanya
cairan ceebrospinalis didrainase dari ventrikel, namun kadang ada hidrosefalus
komunikans ada yang didrain rongga subarakhnoid lumbar. Ada 2 hal yang perlu
diperhatikan pada periode pasca operasi, yaitu pemeliharaan luka kulit terhadap
kontaminasi infeksi dan pemantauan. kelancaran dan fungsi alat shunt yang dipasang.
infeksi pada shunt meningkatkan resiko akan kerusakan intelektual, lokulasi ventrikel dan
bahkan kematian.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS HIDROSEFALUS
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN HIDROSEFALUS
1. Anamnesa
a. Riwayat penyakit / keluhan utama
Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan pupil,
kontriksi penglihatan perifer.
b. Riwayat Perkembangan
Kelahiran : prematur. Lahir dengan pertolongan, pada waktu lahir menangis keras atau tidak.
Kekejangan : Mulut dan perubahan tingkah laku.
Apakah pernah terjatuh dengan kepala terbentur.
Keluhan sakit perut.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi :
-Anak dapat melihat keatas atau tidak.
-Pembesaran kepala.
-Dahi menonjol dan mengkilat. Sertas pembuluh dara terlihat jelas.
b. Palpasi
-Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar.
- Fontanela : Keterlamabatan penutupan fontanela anterior sehingga fontanela tegang, keras
dan sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
c. Pemeriksaan Mata
- Akomodasi.
- Gerakan bola mata.
-Luas lapang pandang
-Konvergensi.
-Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa melihat keatas.
-Stabismus, nystaqmus, atropi optic.
3. Observasi Tanda-Tanda Vital
Didapatkan data data sebagai berikut :
a. Peningkatan sistole tekanan darah.
b. Penurunan nadi / Bradicardia.
c. Peningkatan frekwensi pernapasan.
4. Diagnosa Klinis
Transimulasi kepala bayi yang akan menunjukkan tahap dan lokalisasi dari pengumpulan
cairan banormal. ( Transsimulasi terang )
a. Perkusi tengkorak kepala bayi akan menghasilkan bunyi Crakedpot (Mercewens Sign
b. Opthalmoscopy : Edema Pupil.
c. CT Scan Memperlihatkan (non invasive) type hidrocephalus dengan nalisisi komputer.-
d. Radiologi : Ditemukan Pelebaran sutura, erosi tulang intra cranial.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN HIDROSEFALUS

1. Resiko tinggi peningkatan tekanan intracranial berhubungan dengan peningkatan jumlah


cairan serebrospinal.
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sputum, peningkatan
sekresi secret dan enurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan, adanya jalan napas
buatan pada trakea, ketidakmampuan batuk/batuk efektif
3. Gangguan persepsi sensori b.d gangguan pusat persepsi sensori
4. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan perubahan
kemampuan mencerna makanan, peningkatan kebutuhan metabolisme
5. Nyeri berhubungan dengan meningkatnya tekanan intrakranial
4.4 Intervensi keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Resiko tinggi peningkatan Tujuan: Dalam waktu 2 x 1. Kaji faktor penyebab dari situasi
tekanan intracranial 24 jam klien tidak atau keadaan individu atau
berhubungan dengan menunjukkan terjadinya penurunan perfusi jaringan dan
peningkatan jumlah cairan peningkatan tekanan peningkatan tekanan intracranial
serebrospinal intracranial 2. Monitor tanda-tanda vital setiap
Kriteria hasil: klien tidak 4 jam
gelisah, klien tidak 3. Evaluasi pupil
mengeluh nyeri kepala, 4. Monitor temperatur dan
klien tidak mual-mual pengaturan suhu lingkungan
dan muntah, GCS: 4 5 6, 5. Pertahankan kepala atau leher
dan tidak terdapat pada posisi yang netral,
papilledema serta TTV usahakan dengan sedikit bantal.
dalam batas normal Hindari penggunaan bantal yang
tinggi pada kepala
Bersihan jalan napas tidak Tujuan: Dalam waktu 2 x 1. Kaji keadaan jalan nafas
2
efektif berhubungan
dengan penumpukan 24 jam terdapat perilaku 2. Evaluasi pergerakan dada
sputum, peningkatan peningkatan keefektifan
sekresi secret dan 3. Anjurkan klien menggunakan
jalan nafas
enurunan batuk sekunder
akibat nyeri dan keletihan, Kriteria hasil: bunyi teknik batuk selama pengisapan
adanya jalan napas buatan nafas terdengar bersih, seperti waktu bernafas panjang
pada trakea, ronkhi tidak terdengar,
tracheal tube bebas 4. Atur atau ubah posisi secara
ketidakmampuan
batuk/batuk efektif sumbatan, menunjukkan teratur
batuk yang efektif, tidak
5. Berikan minum hangat jika
ada penumpukan secret
disaluran pernafasan keadaan memungkinkan

3 1. Kaji tingkat kesadaran dan


Gangguan persepsi sensori
Setelah dilakukan respon.
b.d gangguan pusat
tindakan keperawatan: 2. Ukur vital sign, status
persepsi sensori
Tanda vital normal. neurologis.
3. Monitor tanda-tanda kenaikan tekanan
Orientasi baik.
sakit kepala, mual muntah.
GCS lebih dari 13. 4. Ukur lingkar kepala dengan

Tekanan intrakranial meteran/ midline.


<10 mmHg. 5. Lakukan terapi auditori dan

Refleks fisiologis (+). stimuli taktil.

Refleks patologis (-)

Tujuan: 1. Kaji status nutrisi secara


Gangguan nutrisi: kurang
Dalam waktu 4 x 24 jam kontinyu serta perhatikan
dari kebutuhan tubuh
4 klien memiliki status tingkat energy, kondisi kulit,
berhubungan dengan
perubahan kemampuan nutrisi intake cairan dan keinginan untuk makan dan
mencerna makanan,
makanan minum
peningkatan kebutuhan
metabolisme Kriteria hasil: 2. Timbang berat badan setiap hari
intake cairan adekuat, dan bandingkan dengan berat
intake makanan adekuat, badan sebelumnya
dan tidak ada mual
muntah 3. Kaji keluhan mual muntah dan
ketidaknyamanan
4. Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi.
Tujuan: Dalam waktu 4 x

5 24 jam klien memiliki


1. Kaji seberapa sakit nyeri yang
Nyeri berhubungan dengan kontrol nyeri dirasakan anak
meningkatnya tekanan Kriteria hasil: keluarga
2. Kaji seberapa sering nyeri
intrakranial mengenali penyebab
nyeri, penggunaan teknik terjadi.
pengurang nyeri dengan 3. Berikan penjelasan pada orang
teknik nonfarmakologi
(distraksi, sentuhan, dan tua tentang penyebab
relaksasi) dengan tepat, terjadinya nyeri
klien tidak menunjukkan
ekspresi nyeri

Anda mungkin juga menyukai