Anda di halaman 1dari 7

Tungku induksi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sebuah tungku induksi atau tanur induksi adalah tungku listrik di mana panas diterapkan
dengan pemanasan induksi logam. Keuntungan dari tungku induksi adalah, proses peleburan
hemat energi dan baik-dikendalikan bersih dibandingkan dengan kebanyakan cara lain peleburan
logam.

Deskripsi

1 - Melt
2 - water-cooled coil
3 - yokes
4 - crucible

Secara umum tanur induksi digolongkan sebagai tanur peleburan (melting furnace) dengan
frekuensi kerja jala-jala (50 Hz) sampai frekuensi tinggi (10000 Hz) dan tanur penahan panas
(holding furnace) yang bekerja pada frekuensi jala-jala. Prinsip kerja induction furnace hampir
sama dengan kerja transformator, dimana ada lilitan litsrik berfrekuensi tinggi, maka akan
didapatkan/timbul arus induksi dalam lilitan sekunder yang terdiri dari crucible dan isian logam
cair.

Nilai frekwensi dalam sebuah tungku induksi nilainya bisa mencapai 2000Hz, dan tegangan DC
nya pun bisa diatur mengikut hingga mencapai 800VDC. Dalam hal pengaturan nilai-nilai
listriknya (frekwensi dan tegangan), sebuah tungku induksi menggunakan komponen utama yang
dinamakan "THYRISTOR" dalam panel sumber tenaga listriknya.

Untuk menghindari lonjakkan tegangan dan arus secara mendadak yang disebabkan oleh sebuah
beban (besi yang masuk secara tiba-tiba atau besi yang semakin banyak volumenya) dalam
sebuah tungku induksi yang bisa menyebabkan rusaknya trafo sumber tenaga listriknya, maka di
pasanglah beberapa kapasitor DC yang dipasang secara seri dan paralel.
Dalam penggunaan sumber arus dan tegangan listrik DCnya, Tungku Induksi ini melingkari
bejana pemasak (berbentuk seperti sebuah semen coran sumur timba yang terbuat dari pasir
cetakan khusus) dengan menggunakan pipa tembaga sebagai bahan penghantarnya. Dan pipa
tembaga ini selalu di aliri oleh air termasuk kabel dan komponen peralatan pada panel sumber
listriknya yang berfungsi untuk meredam panas yang akan ditimbulkan selama proses peleburan
berjalan.

Ketika Sebuah beban masuk dalam bejana pemasak yang di aliri oleh tegangan DC dan nilai
Frekwensi yang telah diatur besarannya, maka nilai arus yang mengalir akan mengikuti
besarannya sesuai dengan nilai beban yang masuk. Nilai frekwensi yang tinggi akan dapat
menyebabkan sebuah beban dalam bejana pemasak tersebut melepaskan panasnya, sehingga
panas yang ditimbulkan oleh beban tersebut justru dapat melelehkan beban itu sendiri. Karena
panas yang dialami oleh beban akan semakin tinggi, hingga mencapai nilai titik leburnya.

Arus induksi (arus Eddy) memanaskan dan mencairkan bahan isian. Pemilihan frekuensi kerja
tanur peleburan sangat erat hubungannya dengan material yang dilebur maupun kapasitas
peleburan, mengingat frekuensi kerja tersebut akan mengakibatkan terjadinya gejolak cairan
(stirring) selama proses peleburan dengan tinggi puncak yang berbeda-beda. Sedangkan semakin
tinggi frekuensi kerja maka akan naik pula kapasitas peleburan. Dengan demikian kompromi
antara kebutuhan kapasitas dengan akibat yang akan ditimbulkan oleh gejolak cairan terhadap
material perlu dilakukan.

Tanur penahan panas berfungsi sebagai tempat penyimpanan cairan, sehingga memerlukan daya
yang relative kecil namun memiliki kapasitas yang sangat besar. Proses peleburan dengan
menggunakan tanur jenis ini dapat dilakukan, namun harus selalu diawali dengan bahan cair dan
pemasukan bahan padat yang dihitung sedemikian rupa agar tidak terjadi pembekuan didalam
tanur.

Pendahuluan
Penggunaan tanur induksi di industri pengecoran logam dewasa ini telah semakin berkembang.
Hal ini terutama karena tanur induksi menjanjikan beberapa kelebihan antara lain:

Hasil peleburan bersih.


Mudah dalam mengatur/mengendalikan temperatur.
Komposisi cairan homogen.
Efisiensi penggunaan energi panas tinggi.
Dapat digunakan untuk melebur berbagai jenis material.

Namun demikian terdapat pula hambatan/kendala yang perlu diperhatikan yaitu:

Infestasi biaya beban tetap yang cukup besar menuntut loading yang tinggi.
Biaya operasi yang besar menuntut tingkat kegagalan yang rendah.
Dibutuhkan operator maupun teknisi berpengalaman dalam mengoperasikannya.
Tingkat bahaya besar, mengingat tanur ini menggunakan enerji listrik yang sangat besar.
Biaya perawatan besar.
Dengan demikian walaupun tanur induksi menjanjikan banyak keuntungan namun menuntut
perlakuan dan pengoperasian yang BENAR meliputi:

Keterampilan operator.
Penggunaan bahan baku dengan spesifikasi jelas.
Preventive maintenance yang intensiv.

Prinsip proses peleburan dengan tanur induksi

Tanur induksi bekerja dengan prinsip transformator dengan kumparan primer dialiri arus AC dari
sumber tenaga dan kumparan sekunder. Kumparan sekunder yang diletakkan didalam medan
mahnit kumparan primer akan menghasilkan arus induksi. Berbeda dengan transformator,
kumparan sekunder digantikan oleh bahan baku peleburan serta dirancang sedemikian rupa agar
arus induksi tersebut berubah menjadi panas yang sanggup mencairkannya.

Sesuai dengan frekuensi kerja yang digunakan, tanur induksi dikatagorikan sebagai tanur induksi
frekuensi jala-jala (50 Hz 60 Hz) dengan kapasitas lebur diatas 1 ton/jam dan tanur induksi
frekuensi menengah (150 Hz 10000 Hz) untuk tanur dengan kapasitas lebur rendah.

Frekuensi jala-jala pada tanur induksi frekuensi menengah diubah terlebih dahulu dengan
menggunakan thyristor menjadi freukensi yang lebih tinggi sebelum dialirkan kekumparan
primer.

Secara umum tanur induksi terdiri dari 2 jenis yaitu:

Tanur induksi jenis saluran, yang digunakan sebagai holding furnace (hanya berfungsi
untuk menahan temperatur cairan agar tidak turun).
Tanur induksi jenis krus, yang digunakan sebagai tanur peleburan.

Pemanasan hanya dilakukan pada bagian saluran cairan. Bahan cair yang panas akan bergerak
keatas, sedangkan bahan cair yang dinggin bergerak kebawah mengisi saluran. Dengan demikian
cairan didalam tanur akan mengalami sirkulasi.

Tanur induksi jenis krus dikonstruksi sedemikian rupa disesuaikan dengan ukuran dan jenis
bahan yang dilebur, sehingga terdapat tanur induksi frekuensi jala-jala, tanur induksi frekuensi
menengah dan tanur induksi frekuensi tinggi.

Dengan demikian bahan baku peleburan pada tanur induksi dengan frekuensi kerja terpasang
yang memiliki dimensi lebih kecil dari harga yang tertulis pada tabel diatas, harus dilebur dengan
bantuan sisa cairan didalam tanur.

Pada tanur induksi frekuensi jala-jala (50 Hz), mengingat dimensi bahan baku minimumnya
sedemikian besar, maka peleburan pertama selalu dimulai dengan bahan berukuran besar sebagai
starting-block serta selalu disisakan sekurang-kurangnya 1/3 cairan didalam tanur untuk
membantu proses peleburan berikutnya.
Akibat dari adanya arus induksi yang terus menerus mengalir didalam cairan maka akan terjadi
pergerakan cairan yang disebut sebagai stirring. Kualitas dan kuantitas stirring ditentukan oleh
tinggi atau rendahnya frekuensi kerja dan jumlah fasa listrik yang digunakan.

Sedangkan frekuensi kerja yang semakin rendah akan mengakibatkan stirring secara kualitatif
menjadi semakin besar namun kuantitatif sedikit sehingga akan muncull sebagai gejolak cairan.
Frekuensi kerja yang semakin tinggi akan mengakibatkan stirring yang terjadi kecil namun
merata disetiap bagian dari cairan, sehingga cairan akan tampak lebih tenang.

Pemuatan bahan peleburan

Proses peleburan dengan tanur induksi akan semakin efisien bila menggunakan bahan baku yang
masif (berukuran besar) dan kompak. Keuntungan yang diperoleh dari bahan masif adalah:

Bahan yang dilewati oleh medan induksi lebih banyak sehingga menghasilkan enerji
panas yang lebih besar.
Permukaan bahan yang bersentuhan dengan udara sedikit sehingga mengurangi efek
oksidasi.
Bahan homogen dengan komposisi yang serupa sehingga mengurangi faktor kesalahan
peramuan.
Mengurangi kemungkinan bahan asing dan kotoran ikut terbawa pada saat pemuatan
sehingga lebih dapat menjamin pencapaian komposisi yang dikehendaki serta
mengurangi terak ataupun bahaya-bahaya lain yang ditimbulkannya.

Ketersediaan cairan didalam tanur juga akan dapat meningkatkan kecepatan peleburan. Maka
dalam hal pemuatan bahan kedalam tanur indsuksi berlaku urutan sebagai berikut:

Tanur induksi frekuensi jala-jala:

Sarting blok untuk awal peleburan.


Sisa cairan, yaitu 1/3 dari kapasitas tanur untuk peleburan lanjutan.
Besi kasar.
Bahan daur ulang.
Besi bekas.
Baja bekas.
Carburisher (bersama baja bekas).
Bahan paduan, dimana padfuan dengan kehilangan terbakar (melting loss) tinggi
dimuatkan paling akhir.

Poin 1 merupakan tuntutan wajib bagi tanur induksi frekuensi jaringan, sebab tanpa starting
block proses peleburan tidak dapat berlangsung. Sedangkan poin 2 adalah upaya untuk
meningkatkan efisiensi enerji peleburan. Poin 3 sampai 8 merupakan urutan prioritas bila bahan-
bahan tersebut digunakan.

Tanur induksi frekuensi menengah dan tinggi:


Sarting blok untuk awal peleburan (bila tersedia).
Besi kasar.
Bahan daur ulang.
Besi bekas.
Baja bekas.
Carburisher (bersama baja bekas).
Bahan paduan, dimana padfuan dengan kehilangan terbakar (melting loss) tinggi
dimuatkan paling akhir.

Poin 1 lebih baik dilakukan walaupun tanpa sarting blok proses peleburan dengan tanur induksi
frekuensi menengah sampai tinggi tetap dapat dilakukan. Sedangkan poin 2 sampai 7 merupakan
urutan prioritas bila bahan-bahan tersebut digunakan.

Rangkuman

Tanur induksi digunakan pada proses peleburan besi, baja cor dan sedikit nonferro.
Enerji peleburan diperoleh dari bahan bakar listrik.
Tanur induksi terdiri dari dua jenis yaitu jenis saluran (untuk proses penahanan
temperatur) dan jenis krus (untuk proses peleburan).
Ukuran bahan baku sangat ditentukan oleh frekuensi kerja tanur induksi.
Kualitas peleburan sangat ditentukan oleh lining tanur induksi.

Efisiensi peleburan akan naik bila bahan baku yang digunakan berukuran besar dan masif
(kompak).

Prinsip Dasar Pemanasan Dengan Induksi


Prinsip pemanasan pada benda yang diletakkan diantara medan electromagnetic arus bolak-balik
akan ditembus oleh medan listrik induksi mengakibatkan naiknya temperature bahan. Laju
kenaikkan temperature akan berbeda-beda untuk setiap jenis maupun ukuran bahan sebab
resistansi dari setiap bahan tersebut berbeda.

Sebatang silinder logam diletakan pada sebuah kumparan yang dialiri arus bolak-balik, maka
medan magnet yang terbentuk oleh kumparan akan menimbulkan arus induksi pada silinder
logam. Silinder logam menjadi panas oleh energi panas joule yang timbul akibat lompatan
electron dari arus induksi yang terhambat oleh resistansi dari logam.

Pada pemanasan dengan induksi gelombang magnetis dipancarkan dari kumparan kepermukaan
benda serta menembus benda tersebut hingga kedalaman tertentu, maka sepanjang penampang
medan magnit ini akan timbul arus induksi.

Dilihat dari prinsip kerjanya maka tanur induksi dikategorikan menjadi :

Tanur induksi saluran


Tanur induksi krus
Pada umumnya tanur induksi saluran digunakan sebagai alat penahan panas cairan (holding
furnace), sedangkan untuk keperluan peleburan tanur induksi yang digunakan adalah jenis krus.
Krus terbuat dari bahan refractory yang dipadatkan dan disinter didalam tanur tersebut.

Diameter krus yang terlalu besar mengakibatkan panas akan terserap terlalu banyak oleh bagian
cairan yang tidak terjangkau induksi. Sehingga laju pemanasan cairan akan menjadi terlalu
lambat. Sebaliknya bila diameter krus terlalu kecil, akan terjadi overheat pada cairan karena laju
pemanasannya terlalu tinggi.

Efisiensi Peleburan Dengan Tanur Induksi


Pemanasan tanur induksi efisiensi akan semakin tinggi pada bahan baku yang lebih besar tanpa
dipengaruhi oleh frekuensi kerjanya. Pada awal proses peleburan selalu dipilih bahan baku
dengan dimensi mendekati diameter dalam krus. Muatan awal ini minimum harus dapat mengisi
20% dari kapasitas tanur.

Penggunaan tanur induksi frekuensi jala-jala, untuk peleburan dari bahan padat hanya dapat
dimulai dengan muatan awal yang dibuat sebagai balok yang massif (starting block). Untuk
menghindari pemakaian starting block harus disisakan sebanyak 1/3 dari kapasitas tanur sebagai
muatan awal. Hal ini disebabkan oleh besarnya kedalaman penetrasi sehingga membutuhkan
bahan baku berukuran besar.

Tanur dengan frekuensi lebih tinggi (frekuensi medium) diawali dengan bahan baku berukuran
kecil. Selama bahan belum mencair, setiap potongan bahan akan terjadi arus induksi yang
mengakibatkan naiknya temperature potongan bahan tersebut. Laju kenaikan temperature lebih
tinggi pada potongan bahan yang paling dekat dengan kumparan.

Bahan baku yang telah mencair dipanaskan terus hingga mencapai temperature ideal proses
peleburan. Pada saat ini akan terjadi gejolak cairan (steering) akibat adanya gaya yang timbul
dari medan induksi dan bergerak secara pheryperal.

Gejolak cairan ini pada proses peleburan menjadi hal yang menguntungkan, dimana akan terjadi
distribusi temperature maupun homogenisasi paduan yang baik didalam cairan terutama pada
saat dilakukan rekarburisasi. Namun demikian gejolak yang besar juga akan meningkatkan laju
oksidasi serta erosi pada lining. Oleh karena itu rancangan tanur induksi untuk peleburan bahan
tertentu harus memperhatikan fenomena tersebut.

Langkah Operasi Peleburan Tanur Induksi


Berikut diuraikan langkah operasi peleburan induksi beserta ilustrasinya :

Memasukan bahan dasar


Pemanasan awal kurang lebih selama 15 menit dengan pemberian beban 10 kW.
Pemberian beban 60 120 kW
Setelah bahan mulai mencair, masukan bahan selanjutnya
Penambahan beban 120 190 kW (full power), hingga seluruh bahan mencair.
Masukan bahan paduan
Ukur temperatur cairan sebelum pengambilan sampel
Pengambilan sampel pada temperatur kesetimbangan (lihat tabel), kemudian periksa
komposisi dari sampel ke laboratorium.
Penahanan temperatur sedikit diatas temperatur didih dengan pembebanan 60 kW.
Lakukan koreksi, bila komposisi belum mencapai target yang diinginkan
Naikan temperatur sampai temperatur taping yang diinginkan, periksa temperatur
Tapping

Keuntungan-keuntungan Induction furnace dibandingkan Electric arc furnace

Tidak menggunakan elektrode sehingga mengurangi karburasi yaitu masuknya karbon ke


dalam baja.
Pengontrolan selama operasi lebih mudah.
Terjadi sirkulasi logam cair sehingga mempercepat reaksi kimia yang etrjadi.
Baja yang dihasilkan lebih homogen.

Daya yang diperlukan dari frekuensi arus yang disediakan pada kumparan induktor tergantung
pada kapasitas crucible (diameternya) dan jenis bahan isiannya. Inductioan furnace biasanya
beroperasi pada arus dengan frekuensi 500 - 2500 Cps (dapur kapaitas besar beroperasi pada
fkrekuensi rendah). Rating generator yang digunakan bervariasi dari 0,4 - 1 KW/kg bahan isian.

Crucible dapur ini dapat bersifat asam atau basa, dengan lapisan asam dibuat dari tanah quarsite
dengan bahan pengikat bubuk asamboric sampai 1,5%, dan lapisan basa dibuat dari bubuk
magnesite (MgO) dengan bahan pengikat asam boric sampai 3%. Dapur Induction furnace
banyak digunakan dalam pembuatan baja paduan tinggi (high alloy stell) dan paduan khusus
(special purpose alloy).

Pengetapan Dan Penuangan Baja. (Tapping and Pouring the


Steel)
Baja cair yang dihasilkan dari dapur-dapur seperti telah diterangkan di atas kemudian ditap
dalam ladle yang dipanaskan terlebih dahulu. Pemanasan ladle perlu dilakukan untuk menjaga
temperatur baja cair tidak banyak berkurang kapasitas lodle harus sesuai dengan keperluan. Dari
ladle tersebut baja cair dituangkan ke dalam cetakan logam (metal mould) untuk menghasilkan
ingot atau ke dalam cetakan pasir (sand mould) untuk menghasilkan baja tuang (steel casting).

Anda mungkin juga menyukai