Anda di halaman 1dari 28

Makalah Sistem Instrumentasi

PENGUKURAN SIFAT-TERMAL DAN SIFAT-


TRANSPOR

Kelompok 4 :

Mutmainnah (H211 16 514)

Nurlina (H211 16 004)

Andi Anugrah Caezar T (H211 16 012)

Firda Erliani (H211 16 008)

DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena berkat

rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.

Adapun makalah yang kami buat membahas tentang Pengukuran Sifat-Termal

dan Sifat-Transpor. Kami membuat makalah ini dengan sungguh-sungguh dan

penuh dengan semangat. Kami harap makalah yang kami buat dapat bermanfaat

bagi para pembaca.

Kami menyadari bahwa didalam makalah ini masih banyak kesalahan-

kesalahan yang harus kami perbaiki. Maka dari itu, saran dan kritikan yang

membangun sangat kami butuhkan demi perbaikan pembuatan-pembuatan

makalah selanjutya.

Makassar, 14 Oktober 2017

Penulis

kelompok 4

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................i

Daftar Isi ...................................................................................................................ii

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................1

A. Latar Belakang ...............................................................................................1

B. Rumusan Masalah ..........................................................................................2

C. Tujuan Penulisan ............................................................................................2

D. Manfaat Penulisan ..........................................................................................2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................3

A. Pengukuran Konduktivitas Termal ................................................................3

B. Konduktivitas Termal Zat Cair Dan Gas .......................................................6

C. Viskositas .......................................................................................................7

D. Difusi gas .......................................................................................................12

E. Kalorimeter ....................................................................................................13

F. Pengukuran Perpindahan Kalor Konveksi. ....................................................17

G. Pengukuran Kelembaban ...............................................................................19

H. Meter Fluks-Kalor ..........................................................................................20

I. Pengukuran pH ...............................................................................................22

BAB III. PENUTUP .................................................................................................24

A. Kesimpulan ....................................................................................................24

B. Saran ...............................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................25

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Beberapa jenis sifat termal (thermal property) sangat penting untuk

perhitungan neraca energi dalam berbagai penerapan perpindahan kalor. Nilai

sifat-sifat ini untuk berbagai jenis bahan sudah bisa didapatkan dalam tabel-

tabel di dalam buku-buku pegangan. Akan tetapi, berhubung banyaknya

bahan-bahan baru yang muncul setiap waktu, perlulah para insinyur

memahami metode-metode dasar untuk mengukur sifat-sifat itu.

Pengukuran kebanyakan sifat termal menyangkut penentuan aliran kalor

dan suhu. Perpindahan kalor biasanya diukur dengan membuat neraca energi

untuk peranti yang sedang dikaji. Umpamanya kita mungkin memanaskan

suatu plat logam dengan pemanas listrik sambil mencelupkan plat itu di

dalam airselama berlangsungnya proses pemanasan. Rugi kalor konveksi dari

plat itu lalu dapat ditentukan dengan melakukan pengukuran terhadap daya

listrik yang dikeluarkan dari pemanas.

Sebagi contoh lain, yakni pemanasan air dengan mengalirkan air itu

melalui pipa panas. Perpindahan kalor konveksi dari dinding pipa ke air dapat

ditentukaan dengan mengukur laju lairan massa airdan suhu-suhu masuk dan

keluaran dari bagian pipa yang dipanaskan. Energi yang diterima air tentu

sama dengan perpindahan kalor dari pipa, jika bagian luar pipa itu diisolasi

dan tidak aa kehilangan yang terjadi.

1
Konduktivitas termal dapat diklasifikasikan sebagai suatu sifat transpor

(transport property) karena memebri petunjuk tentang transpor energi di

dalam fluida atau zat padat. Dalam gas dan zat cair transpor energi itu

berlangsung melalui gerakan molekul, sedang dalam zat padat transpor energi

oleh elektron bebas dan getaran kisilah yang penting. Viskositas fluida juga

diklasifikasikan sebagai suatu sifat transpor, karena bergantung pada transpor

momentum yang terjadi sebagai akibat gerakan molekul dalm fluida.

Pengukuran perpindahan kalor termasuk di dalam judul umum kalorimeter.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengukuran konduktivitas termal terhadap zat padat, cair, dan

gas?

2. Bagaimana proses terjadinya perpindahan kalor konveksi?

3. Apa sajakah pengukuran yang dilakukan dalam pengukuran sifat termal dan

sifat transpor?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengukuran konduktivitas termal terhadap zat padat, cair, dan

gas

2. Mengetahui proses terjadinya perpindahan kalor konveksi

3. Mengetahui jenis-jenis pengukuran yang dilakukan dalam pengukuran sifat

termal dan sifat transpor

D. Manfaat Penulisan

1. Sebagai literature dan referensi dalam proses pembelajaran

2. Pemenuhan tugas makalah sistem instrumentasi

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengukuran Konduktivitas Termal

Konduktivitas termal (thermal conductivity) didefenisikan oleh persamaan

Fourier:

Penentuan konduktivitas termal secara eksperimen didasarkan atas

hubungan ini. Lempeng logam tipis pada gambar II.1 menunjukkan jika laju

perpindahan kalor melalui bahan itu, tebal bahan, dan perbedaan suhu telah

diukur, maka konduktivitas termal dapat dihitung dari:

Dalam rakitan eksperimen, kalor diberikan dengan pemanas listrik pada

satu sisi lempeng itu, dan dikeluarkan dari sisi yang satu lagi dengan plat plat

yang didinginkan. Suhu pada kedua sisi lempeng diukur dengan termokopel

atau termistor, mana yang paling cocok diantara keduanya.

3
Gambar II. 1 pengukuran konduktivitas-termal sederhana.

Gambar II.2 Skema aparatus plat panas berkawal untuk pengukuran

konduktivitas termal

Perlu dicatat bahwa satuan Inggris dan satuan SI standar bukanlah

merupakan satuan yang lazim dipakai dalam praktek untukmenyatakan

konduktivitas termal. Biasanya tebal bahan x dinyatakan dalam inci, luas dalam

kaki persegi. Satuan konduktivitas terml untuk dimensi demikian ialah

Btu*in/h*ft2*0F.

Masalah pokok dalam metode penentuan konduktivitas termal di atas ialah

adanya kemungkinan kalor hilang dai rusuk lempeng, atau kalaupun rusuk

lempeng diisolasi, mungkin terjadi profil suhu dua-dimensi, yang menyebabkan

adanya kesalahan dalam penentuan. Masalah ini dapat dihindarkan dengan cara

4
memsang pemanas kawal, seperti pada gambar II.2. Dalam susunan ini pemanas

ditempatkan di pusat dan lempeng spesimen itu ditempatkan pada kedua sisi plat

pemanas itu. Suatu pendingin dialir-lingkarkan melalui peranti itu untuk

mengukur suhu. Pemanas kawal mengurung pemanas utama, dan suhunya dijaga

agar sama dengan pemanas utama.

Hal ini mencegah adanya perpindahan kalor melalui rusuk-rusuk

spesimen, dan dengan demikian menjamin adanya perpindahan kalor melalui

rusuk-rusuk spesimen dan dengan demikian menjamin adanya perpindahan kalor

satu dimensi melalui bahan yang akan ditentukan konduktivitas termalnya. Plat

panas berkawal (guarded hot plate), demikian namanya, banyak digunakan untuk

menentukan konduktivitas termal bahan-bahan bukan logam, yaitu zat-zat padat

yang mempunyai konduktivitas termal rendah. Untuk bahan-bahan yang

mempunyai konduktivitas bahan tinggi, beda suhunya kecil sehingga memerlukan

pengukuran suhu yang lebih teliti.

Gambar II. 3 Alat untuk pengukuran konduktivitas termal bahan

Suatu metode yang sangat sederhana untuk pengukuran konduktivitas termal

logam ialah seperti yang digambarkan pada gambar II. 3. Sebuah batangan logam

5
A yang konduktivitas termalnya diketahui dihubungkan dengan batangan logam B

yang konduktivitas termalnya akan diukur. Sebuah sumber kalor dan comber

kalor dihubungkan dengan ujung-ujung batangan gabungan itu, dan rakitan itu

dibalut dengan bahan isolasi untuk membuat kehilangan kalor ke lingkungan

minimum dan menjaga aliran kalor melalui batangan itu bersifat satu-dimensi.

Pada kedua bahan yang diketahui dan tidak diketahui, ditempatkan atau

ditanamkan termokopel. Jikagradien suhu melalui bahan-bahan yang diketahui itu

diukur, aliran kalor akan dapat ditentukan. Aliran kalor ini selanjutnta digunakan

untuk menghitung konduktivitas termal bahan yang tak diketahui. Jadi,

Suhu dapat diukur pada berbagai lokasi di sepanjang bahan yang tidak diketahui

dan variasi konduktivitas termal dengan suhu ditentukan dari pengukuran itu. Van

Dusen dan Shelton menggunakan metode ini untuk menentukan konduktivitas

termal bahan-bahan sampai 6000C.

B. Konduktivitas Termal Zat Cair Dan Gas

Kaye dan Hinggins menggunakan metode plat panas berkawal untuk

menentukan konduktivitas termal zat cair. Aparatus yang dipakai mereka

adalah seperti pada gambar II. 4. Diameter plat ialah 5 cm, dan tebal lapisan

zat cair kira-kira 0,05 cm. Lapisan ini harus cukup tipis agar arus konveksi

minimum. Susunan anulus,seperti pada gambar II. 5 dapat pula digunakna

untuk penentuan konduktivitas termal zat cair. Di sini pun tebal lapisan zat

cair harus cukup tipis agar arus konveksi termal menjadi minimum.

6
Gambar II. 4 Aparatus plat-panas berkawal untuk pengukuran konduktivitas

termal zat cair.

Gambar II. 4 Metode silinder konsentrik untuk pengukuran konduktivitas termal

zat cair.

C. Viskositas

Viskositas (kekentalan) dapat diartikan sebagai suatu gesekan di dalam

cairan zat cair. Kekentalan itulah maka diperlukan gaya untuk menggerakkan

suatu permukaan untuk melampaui suatu permukaan lainnya, jika diantaranya

ada larutan baik cairan maupun gas mempunyai kekentalan air lebih besar

daripada gas, sehingga zat cair dikatakan lebih kental daripada gas.

7
Viskositas juga merupakan ukuran kekentalan fluida yang menyatakan

besar kecilnya gesekan di dalam fluida. Makin besar viskositas suatu fluida,

maka makin sulit suatu fluida mengalir dan makin sulit suatu benda bergerak

di dalam fluida tersebut. Di dalam zat cair, viskositas dihasilkan oleh gaya

kohesi antara molekul zat cair. Sedangkan dalam gas, viskositas timbul

sebagai akibat tumbukan antara molekul gas.

Koefisien viskositas fluida atau disingkat sebagai perbandingan

tegangan luncur F/A. Apabila suatu benda bergerak dengan kelajuan vdalam

suatu fluida kental yang koefisien viskositasnya , maka benda tersebut akan

mengalami gaya gesekan fluida sebesar Fs = k v, dengan k adalah konstanta

yang bergantung pada bentuk geometris benda. Berdasarkan perhitungan

laboratorium, pada tahun 1845, Sir George Stokes menunjukkan bahwa untuk

benda yang bentuk geometrisnya berupa bola nilai k = 6 r. Bila nilai

kdimasukkan ke dalam persamaan, maka diperoleh persamaan seperti berikut.

Fs = 6 rv

Persamaan di atas selanjutnya dikenal sebagai hukum Stokes.

Keterangan:

Fs : gaya gesekan stokes (N), : koefisien viskositas fluida (Pa s), r : jari-

jari bola (m), v : kelajuan bola (m/s)

Perhatikan sebuah bola yang jatuh dalam fluida pada gambar dibawah.

Gaya-gaya yang bekerja pada bola adalah gaya berat w, gaya apung Fa, dan

gaya lambat akibat viskositas atau gaya stokes Fs. Ketika dijatuhkan, bola

bergerak dipercepat. Namun, ketika kecepatannya bertambah, gaya stokes

8
juga bertambah. Akibatnya, pada suatu saat bola mencapai keadaan seimbang

sehingga bergerak dengan kecepatan konstan yang disebut kecepatan

terminal.

Cara mengukur viskositas

Cara menentukan viskositas suatu zat menggunakan alat yang dinamakan

viskometer. Ada beberapa tipe viskometer yang biasa digunakan antara lain :

1. Viskometer kapiler / Ostwald

Viskositas dari cairan yang ditentukan dengan mengukur waktu yang

dibutuhkan bagi cairan tersebut untuk lewat antara 2 tanda ketika mengalir

karena gravitasi melalui viskometer Ostwald. Waktu alir dari cairan yang

diuji dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan bagi suatu zat yang

viskositasnya sudah diketahui (biasanya air) untuk lewat 2 tanda tersebut

(Moechtar,1990).

Viskometer kapiler / Otswald digunakan untuk menentukan viskositas dari

suatu cairan dengan menggunakan air sebagai pembandingnya. Caranya yaitu

dengan membandingkan waktu alir dan berat jenis cairan yang akan

ditentukan dengan berat jenis cairan dan waktu alir.

Hubungan antara viskositas dan suhu pertama kali ditemukan oleh

Carransicle pada tahun 1913. Pada viskositas Ostwald yang diukur adalah

waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah cairan tertentu mengaliri pipa kapiler

dengan gaya yang disebabkan oleh gaya beratnya sendiri. Pengukuran

viskositas merupakan cara termudah dan termurah dalam menentukan berat

molekul makro.

9
2. Viskometer Hoppler

Berdasarkan hukum Stokes pada kecepatan bola maksimum, terjadi

keseimbangan sehingga gaya gesek = gaya berat gaya archimides. Prinsip

kerjanya adalah menggelindingkan bola ( yang terbuat dari kaca ) melalui

tabung gelas yang berisi zat cair yang diselidiki. Kecepatan jatuhnya bola

merupakan fungsi dari harga resiprok sampel (Moechtar,1990).

3. Viskometer Cup dan Bob

Prinsip kerjanya sample digeser dalam ruangan antaradinding luar dari bob

dan dinding dalam dari cup dimana bob masuk persis ditengah-tengah.

Kelemahan viscometer ini adalah terjadinya aliran sumbat yang disebabkan

geseran yang tinggi di sepanjangkeliling bagian tube sehingga menyebabkan

penurunan konsentrasi. Penurunan konsentras ini menyebabkab bagian tengah

zat yang ditekan keluar memadat. Hal ini disebut aliran sumbat

(Moechtar,1990).

4. Viskometer Cone dan Plate

Cara pemakaiannya adalah sampel ditempatkan ditengah-tengah papan,

kemudian dinaikkan hingga posisi di bawah kerucut. Kerucut digerakkan oleh

motor dengan bermacam kecepatan dan sampelnya digeser di dalam ruang

semitransparan yang diam dan kemudian kerucut yang berputar

(Moechtar,1990).

Viskositas cairan juga dapat ditentukan berdasarkan jatuhnya benda

melalui medium zat cair, yaitu berdasarkan hukum Stokes. Dimana benda

10
bulat dengan radius r dan rapat d, yang jatuh karena gaya gravitasi melalui

fluida dengan rapat dm/db, akan dipengaruhi oleh gaya gravitasi sebesar :

F1 = 4/3 r3 ( d-dm ) g

5. Cup-type Viscometer, mendapatkan nilai viskositas dengan mengukur

waktu yang diperlukan oleh suatu sample untuk mengalir pada suatu celah

sempit (orifice).

6. Vibro Viscometer, mendapatkan nilai viskositas dengan cara

mengendalikan amplitudo sebuah pelat sensor yang dicelupkan ke dalam

sample dan mengukur arus listrik yang diperlukan untuk menggerakkan

sensor tersebut.

7. Capillary Tube Viscometer, mendapatkan nilai viskositas dengan cara

membiarkan sample mengalir di dalam sebuah pipa kapiler dan mengukur

beda tekanan di kedua ujung kapiler tersebut.

8. Rotational Viscometer, mendapatkan nilai viskositas dengan mengukur

gaya puntir sebuah rotor silinder (spindle) yang dicelupkan ke dalam sample.

Faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas :

1. Suhu

Viskositas berbanding terbalik dengan suhu. Jika suhu naik maka

viskositas akan turun, dan begitu sebaliknya. Hal ini disebabkan karena

adanya gerakan partikel-partikel cairan yang semakin cepat apabila suhu

ditingkatkan dan menurun kekentalannya.

11
2. Konsentrasi larutan

Viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Suatu larutan

dengan konsentrasi tinggi akan memiliki viskositas yang tinggi pula, karena

konsentrasi larutan menyatakan banyaknya partikel zat yang terlarut tiap

satuan volume. Semakin banyak partikel yang terlarut, gesekan antar partikrl

semakin tinggi dan viskositasnya semakin tinggi pula.

3. Berat molekul solute

Viskositas berbanding lurus dengan berat molekul solute. Karena dengan

adanya solute yang berat akan menghambat atau member beban yang berat

pada cairan sehingga manaikkan viskositas.

4. Tekanan

Semakin tinggi tekanan maka semakin besar viskositas suatu cairan.

D. Difusi Gas

Difusi adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut

dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah.

Perbedaan konsentrasi yang ada pada dua larutan disebut gradien konsentrasi.

Difusi gas merupakan campuran antara molekul satu gas dengan molekul

lainnya yang terjadi secara berangsur-angsur atau secara sedikit demi sedikit.

1. Hukum Fick dan Diffusivitas Material

Gambar II.5 Ilustrasi hukum fick dan diffusivitas material

12
Transfer massa degan difusi merupakan proses yang kompleks. Ketika kita

berbicara tentang proses difusi pada situasi multi-component, kita harus

menyadari bahwa laju pergerakan pada beberapa komponen tersebut bisa saja

berbeda satu dengan yang lain. Dan laju tersebut sangat bergantung pada

konsentrasinya. Untuk memulainya, kita awali dengan pembahasan tentang

persamaan laju difusi dan divusivitas pada berbagai material.

Difusi adalah pergerakan spesies dari daerah dengan konsentrasi tinggi

menuju daerah dengan konsentrasi rendah. Secara umum, laju diffusi

berbanding lurus dengan gradien konsentrasi. Lihat gambar II.5 yang

merupakan plat tipis besi murni.

Tekanan hidrogen pada kedua sisi plat besi tersebut sama yang berarti

setimbang, dimana konsentrasi hidrogen yang terlarut dalam besi sudah

merata disemua dimensi plat. Pada saat t = 0, permukaan bagian atas dikenai

tekanan gas yang lebih besar sehingga membuat konsentrasi hidrogen yang

baru pada permukaan. Material di bawah permukaan secara berkala diperkaya

oleh hidrogen yang terdifusi dari konsentrasi tinggi pada permukaan atas

menuju daerah dengan konsentrasi lebih rendah. Profil konsentrasi steady

state akan tercapai ketika laju hidrogen konstan.

E. Kalorimeter

Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur perubahan energi

termal atau perpindahan panas. Lebih khusus lagi, mengukur kalori. Kalori

adalah jumlah energi yang dibutuhkan untuk menaikkan satu gram air dengan

satu derajat Celcius. Dengan demikian, kalorimeter mengukur perubahan

13
suhu yang telah diketahui jumlah airnya.berikut contoh Kalorimeter yang

menunjukkan ciri ciri menyeluruh energy dan neraca massa, pentingnya

kalorimeter aliran yang digunakan untuk mengukur nilai kalor bahan bakar

gas atau cair.

Gambar II. 6 Skema kalorimeter aliran Junker.

14
Gambar II. 7 Skema-alir kalorimeter dalam gambar II. 6

Bahan bakar gas dibakar dalam kalorimeter itu,dan kalornya diberikan ke

air pendingin. Laju aliran air ditentukan dengan menimbangnya, sedangkan

suhu air masuk dan keluar di ukur dengan termometer presisi raksa dalam

gelas seperti gambar. Hasil pembakaran didinginkan hingga suhunya cukup

rendah dan uap air mengembun. Kondensat itu dikumpulkan di dalam tabung

positif (positive displacement flow meter). Uraian terperinci mengenai kalori

meter diberikan oleh shoop dan tuve.

Skema alir kalorimeter aliran terlihat pada gambar II.7. untuk mudahnya

semua arus yang masuk peranti diberi subskrip 1, sedangkan arus yang keluar

dari peranti itu ditandai dengan subskrip 2. Bahan bakar dan udara dibakar di

dalam kalorimeter itu, dan sebagian besar kalor pembakaran di ambil oleh air

pendingin.

Pengukuran yang perlu dibuat dari eksperimen ini adalah suhu air

pendingin masuk ke luar Tw1 dan Tw2 laju aliran massa bahan bakar mf laju

aliran massa air pendingin mw, suhu kondensat Tc2, suhu bahan bakar dan

15
udara masuk Tf1 dan T a1,dan kelembaban relative udara masuk 1.

Disamping itu dilakukan pula analisis hasil hasil pembakaran untuk

menentukan kandungan oksigen, dan karbon monoksida.

Kalorimeter bom (bomb calorimeter) merupakan suatu peranti lain yang

banyak digunakan untuk penentuan nilai kalor bahan bakar padat dan cair.

Berbeda dengan kalometer aliran yang digunakan di atas, pengukuran disini

dilakukan pada kondisi volume konstant, tanpa aliran, seperti pada gambar II.

8. contoh bahan bakar yang di ukur dimasukkan ke dalam bejana logam yang

kemudian dimuat dengan oksigen pada tekanan tinggi. Bom itu ditempatkan

di dalam bejana berisi air dan bahan bakar itu dinyalakan dengan sambungan

listrik dari luar. Suhu air di atur sebagai fungsi waktu setelah penyayaan dan

dari pengetahuan tentang massa air di dalam sistem itu, massa dan kalor

spesifik bejana kurva pemanasan dan pendinginan transien, maka energi yang

dilepaskan dalam pembakaran itu dapat di tentukan. Keseragaman suhu air di

sekeliling bom dijaga dengan suatu pengaduk. Dalam hal hal tertentu,

diberikan pemanasan dari luar melalui selubung air untuk menjaga supaya

suhu seragam, sedangkan dalam hal hal lain selubung itu dibiarkan kosong

untuk menjaga kondisi yang mendekati adiabatik dalam bejana air sebelah

dalam. Konpensasi untuk rugi kalor ke lingkungan dapat di hitung dari

analisa kurva pemanasan dan pendinginan transien.

16
Gambar II. 8 Skema calorimeter bom tanpa aliran

F. Pengukuran Perpindahan Kalor Konveksi

Penentuan koefisien perpindahan kalor menyangkut berbagai ragam

kegiatan eksperimen.

Gambar II. 9 Skema apparatus untuk penentuan koefisien perpindahan

kalor konveksi paksa di dalam tabung licin.

17
Perhatikan rangkaian eksperimen dalam gambar II. 9. Kita ingin

mendapatkan perpindahan kalor konveksi untuk aliran air di dalam tabung

licin. Kalor diberikan ke tabung oleh pemanas listrik sebagaimana pada

gambar. Tabung itu biasanya terbuat dari bahan tahanan tinggi seperti baja

anti karat untuk mengurangi arus listrik yang diperlukan untuk pemanasan.

Termokopel ditempelkan dengan semen ke permukaan luar tabung untuk

mengukur suhu dinding. Untuk mengukur suhu air masuk dan keluar bagian

yang dipanaskan digunakan termokopel atau thermometer yang disisipkan

kedalam air. Tabung yang dipanaskan dengan listrik memberikan fluks kalor

konstan ke air (Btu/h . ft2 atau W/m2 permukaan konstan) maka dapatlah

diandaikan bahwa suhu lindak (bulk) air mengalami perubahan linear dari

waktu masuk ke luar. Jadi, suhu dinding dan suhu lindak di sepanjang tabung

itu diketahui, dan koefisien perpindahan kalor pada setiap posisi aksial dapat

di hitung dari

Q= hA(Tw Tb)

Dimana A ialah luas permukaan dalam yang dipanaskan, Tw dan TB ialah

suhu dingin dan suhu lindak pada posisi itu, dan q laju perpindahan kalor total

yang diberikan oleh

q = EI

E dan I masing masing ialah tegangan dan arus yang diberikan pada bagian

uji ini permukaan yang di panaskan ialah

A = diL

18
G. Pengukuran Kelembaban

Kandungan uap air di udara merupakan parameter penting dalam berbagai

proses. Keberhasilan pengendalian dari berbagai operasi yang krisis pada

tenunan,kertas dan bahan-bahan kimia acap kali bergantung pada kendaliyang

memuaskan terhadap kelembaban lingkungan sekitar. Disisni kita akan bahas

empat teknik dasar untuk pengukuran kandungan uap air di udara.

Kelembaban fisik ( specifik humidity) atau rasio kelembaban ( humidity ratio

) ialah massa uap per satuan massa udara kering. Suhu cembul-kering ialah

suhu campuran udara uap air sebagaimana diukur dengan termometer di

dalam campuran itu. Suhu cembul basah ialah suhu yang ditunjukkan oleh

termometer yang dibalut dengan bahan seperti sumbu yang jenuh dengan zat

cair setelah perangkat itu dibiarkan mencapai keseimbangan penguapan.

Gambar II. 10 Pengukuran suhu cembul kering dan cembul basah

Campuran itu seperti pada gambar II. 10 ialah suhu dimana uap mulai

mengembun bila campuran itu didinginkan pada tekanan tetap.

19
Kelembaban relatif didefinisikan sebagai rasio massa uap nyata dan uap

yang diperlukan untuk mendapatkan campuran jenuh pada suhu yang sama

jika uap berperangai sepeti gas ideal.

Psikrometer anduh tidak terlalu cocok untuk otomasi atau perekaman

sinambung untuk penerapan demikian digunakan tranduser kelembaban

listrik jenis dunmore transduser ini terdiri dari unsur tahanan yang dibuat

melilit unsur logam mulia rangkap dua pada suatu bentukan plastik dengan

jarak pisah antara mereka diatur dengan saksama.

H. Meter Fluks-Kalor

Pengukuran fluks kalor diperlukan pada berbagai penerapan. Dalam

bagian ini akan kita bahas beberapa peranti untuk pengukuran ini. Meter fluks

kalor jenis pertama yang akan kita tinjau adalah pengindra batang pada

gambar II. 11. Beberapa masalah yang didapatkan pada pengindera batang.

pertama untuk fluks kalor yang sangat tinggi suhu batang pendek itu

mungkin itu tidak seluruhnya seragam,dan kita harus mengambil analisa yang

lebih rumit untuk menghitung fluks kalor dari pengukuran suhu. Kedua ,

adanya pengindera itu mengubah profil suhu.

20
Gambar II. 11 Meter fluks kalor jenis batang pendek

Gambar II. 12 Meter fluks kalor jenis tipis menurut rujukan [15]

Dinding lebih-lebih suhu pada lokasi pengindera lebih tinggi dari

semestinya ( untuk konduktivitas dinding ) penjelasa lebih lanjut mengenai

respon pengindera jenis batang pendek ditunjukkan pada gambar II.21 sebuah

piring konstantan tipis dipasang pada comber kalor dari tembaga seperti pada

gambar dan comber kalor itu dipasang pada bahan dinding.

Suatu meter fluks kalor yang sangat serbaguna dan dipasarkan oleh Rdf

corp.,Hudson,NH.

21
Gambar II. 13 Perincian meter fluks kalor yang beroferasi atas dasar konduksi

Gambar II. 14 Foto meter fluks kalor mikrofoil

I. Pengukuran pH

pH suatu larutan ialah ukuran konsentrasi ion hidrogen CH, dn

didefinisikan oleh

pH = Log CH

Suatu meter pH yang biasa ditunjukkan pada gambar II. 15. Sebuah

elektrode garis khusus yang mampu rembes terhadap ion hidrogen saja

22
digunakan dalam alat ini. Dasarnya sangat tipis hingga dapat berfungsi

sebagai membran. Pada larutan itu ditaruh pula suatu elektron rujukan dan

kalomel.

Gambar II. 15. Skema pH meter

Dengan menyisipkan konstanta-konstanta dan menggunakan definisi pHh,

didapat

vi = -1,98 x 10-4 T ( satuan pH )

Oleh karena tahanan membran gelas sangat tinggi dipergunakan penguat

arus searah dengan impedans-masuka tinggi.

23
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengukuran kebanyakan sifat termal menyangkut penentuan aliran

kalor dan suhu. Perpindahan kalor biasanya diukur dengan membuat

neraca energi untuk peranti yang sedang dikaji.

2. Konduktivitas termal dapat diklasifikasikan sebagai suatu sifat transpor

(transport property) karena memebri petunjuk tentang transpor energi

di dalam fluida atau zat padat. Dalam gas dan zat cair transpor energi

itu berlangsung melalui gerakan molekul, sedang dalam zat padat

transpor energi oleh elektron bebas dan getaran kisilah yang penting.

3. Difusi adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam

pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi

rendah. Perbedaan konsentrasi yang ada pada dua larutan disebut

gradien konsentrasi.

B. Saran

Sebaiknya dibuat pembahasan yang lebih mendetail lagi terkait materi

pengukuran sifat termal dan sifat transpor.

24
DAFTAR PUSTAKA

Holman, J.P. 1985. Metode Pengukuran Teknik. Jakarta. Erlangga.

25

Anda mungkin juga menyukai