Diajukan Kepada:
dr. H. Isnanto Singgih, Sp.Rad
Disusun Oleh:
Rahmi Sofya
A. Penjelasan Kasus
IDENTITAS
I. ANAMNESIS
Alloanamnesis dengan ibu dan ayah pasien.
A. Keluhan Utama
Batuk dan sesak napas
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Anak batuk kurang lebih sudah 2 minggu. Saat dibawa ke rumah sakit anak batuk disertai
sesak napas, pilek dan muntah ketika batuk terutama saat malam hari. Karena sesak napas pasien
disarankan untuk mondok. Anak pernah diperiksakan ke Puskesmas 2 kali, lalu diberi antibiotik
dan obat puyer batuk, keluhan sedikit berkurang. Pada tanggal 24 September 2016, pasien
dibawa ke klinik anak dan mendapatkan amoksilin, salbutamol dan cetirizine. Seminggu
kemudian tanggal 1 Oktober 2016, dibawa lagi ke untuk kontrol tetapi akhirnya mondok.
Tanggal 1 Oktober 2016 tersebut, pasien datang digendong ibunya dengan keadaan
umum kompos mentis, akral hangat, nadi kuat, perfusi < 2 detik. Tampak sesak napas, napas
cuping hidung( - ), retraksi dada ( + / + ), krepitasi ( + / + ), ronki halus ( + / + ). Selain itu
selama pasien dirawat pasien juga mengalami demam. Pasien ini didiagnosis pneumonia. Pasien
mendapatkan terapi injeksi Ampisilin 4 x 235 mg, injeksi gentamisin 2 x 23,5mg, Metil
2
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 REFLESI KASUS
Prednisolon 3 x 1,5 mg, paracetamol drop 1 ml jika perlu, cetirizine 1 x 2,5 mg, nebulizer dengan
ventolin-combivent setiap 6 jam.
Pasien sudah membaik pada tanggal 5 Oktober. Namun keesokan harinya ketika
diperiksa pasien kembali demam dan batuk dengan suara yang khas seperti mengonggong
disertai suara parau ( + ). Lalu pasien didiagnosis croup (laringotrakeobrokitis) dan diberi terapi
tambahan nubulizer adrenalin 2 ml (1:1000) + 2-3 ml NaCl 0,9 %.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat modok sebelumnya ( - )
- Riwayat penyakit sebelumnya ( - )
- Riwayat alergi ( + ) : ayah dan saudara pasien memiliki alergi
D. Riwayat Penyakit Keluarga
- Ibu : Riwayat penyakit serupa ( - )
- Ayah : Riwayat penyakit serupa ( + ), TB tulang, polip berulang,
- Saudara perempuan : Riwayat penyakit serupa ( + ), flek ( + ), pernah mondok karena
diare
- Saudara laki-laki : Riwayat penyakit serupa ( + ), pernah mondok karen diare
E. Riwayat Pribadi
1. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
a. Riwayat Kehamilan
Pasien anak ketiga dari seorang ibu yang berusia 38 tahun. Kontrol rutin ke
puskesmas. Selama kehamilan tidak ada keluhan.
b. Riwayat Persalinan
Ibu hamil sesuai masa kehamilan dan cukup bulan. Ibu memiliki tekanan darah
220/90 sesaat sebelum melahirkan. Persalinan ditolong oleh dokter spesialis
kandungan di RSUD Jogja secara spontan. BBL : 3250 gram PB: 50cm. Bayi aktif,
menangis kuat, tidak ada kebiruan maupun ikterus dan IMD berhasil.
c. Riwayat Pasca Persalinan
Ibu selamat dan bayi sehat. Bayi gerak aktif, menangis kuat, tdak ada sianosis
maupun kuning. ASI eksklusif sampai usia 6 bulan. ASI masih dilanjutin sampai
saat ini.
3
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 REFLESI KASUS
2. Riwayat Makanan
Usia Jenis Makanan Frekuensi
0-6 bulan ASI eksklusif Sesuka bayi
6-9 bulan ASI Sesuka bayi
MPASI 3 kali sehari
4. Imunisasi
Imunisasi Status Keterangan
HB0 ( + ) 1x Umur 0 bulan
BCG ( + ) 1x Umur 1 bulan di puskesmas
Polio ( + ) 3x Umur 2, 3, 4 bulan di puskemas
DPT/HB ( + ) 3x Umur 2, 3, 4 bulan di puskemas
Campak (-) Belum
4
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 REFLESI KASUS
B. Tanda Utama
1. Suhu : 36,7oC
2. Napas
a. Laju : 41x/menit (Normal = 3
b. Irama : regular
c. Tipe : abdominothoracal
3. Nadi
a. Laju : 108x/menit
5
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 REFLESI KASUS
b. Irama : regular
c. Kualitas : cukup
d. Ekualitas : teraba sama disetiap ekstremitas
C. Pemeriksaan Khusus
a. Kepala
Mesochepal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut.
- Mata : edema palpebra( - / - ), conjungtiva anemis ( - / - ), sklera ikterik ( - / - )
mata cowong -/-
- Telinga : Simetris, discharge ( - )
- Hidung : Deviasi septum ( - ), rhinorrhea ( + ), epitaksis ( - )
- Mulut : Bibir kering ( - ), lidah kotor ( - ) gusi berdarah ( - ), suara parau ( + ),
batuk mengonggong (+)
b. Thorax
- Inspeksi : terlihat bentuk dada normal, simetris, ictus cordis tak tampak, tipe
abdominothoracal. Retraksi minimal
- Palpasi : fokal fremitus (N), ketinggalan gerak ( - )
- Perkusi : sonor ( + )
- Auskultasi : suara nafas vesikuler ( + / +), rhonki (+ / +), wheezing (+ / +),
stridor (+ / +), S1 tunggal S2 split tak konstan, bising ( - )
c. Abdomen
- Inspeksi : Sikatrik ( - ), tanda peradangan ( - ), distensi ( - )
- Auskultasi : Bising usus ( + ) normal, metalic sound ( - )
- Perkusi : Timpani ( + ), shifting dullness ( - ), undulasi ( - )
- Palpasi : Supel ( + ), nyeri tekan ( + ), hepar lien tak teraba, turgor elastisitas
kembali cepat
d. Ekstremitas
Akral hangat, nadi kuat, perfusi baik, edema ( - / - ), gerakan bebas, eutrofi
Kekuatan 5/5/5 5/5/5
5/5/5 5/5/5
6
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 REFLESI KASUS
b. Foto rontgen
7
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 REFLESI KASUS
V. PLANNING
A. Medikamentosa
- Metil prednisolon 3 x 1,5 mg per oral
- Nebulier adrenaline 2 ml (1: 1000) + 2-3 ml NaCl 0,9% dalam 20 menit
- Claneksi Syrup 3 x 1 cth
- Cetirizine 1 x 2,5 mg
- Injeksi Gentamicin 2 x 22,5 mg
B. Diet
- TKTP
- Bentuk lunak
- Rute melalui oral
- Kebutuhan gizi:
1. Energi : 759 kkal
2. Protein : 17,25 gr
3. Lemak : 16,86 gr
4. KH : 134,56 gr
C. Monitoring
- Keadaan umum dan tanda vital
- Tanda-tanda distress pernapasan
D. Edukasi
- Perilaku hidup bersih dan sehat
- Penyakit dan rencana penatalaksanaan
8
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 REFLESI KASUS
C. Analisis Kritis
Sindrom croup adalah sindrom klinis yang ditandai dengan suara serak., batuk
mengongong, stridor inspirasi, dengan atau tanpa adanya stress pernapasan. Croup mencakup
suatu grup heterogen yang mengenai laring, infra/subglotis, trakea dan bronkus. Croup biasanya
disebabkan oleh virus, yang terdeteksi hingga80 % pasien. Virus parainfluenza (tipe 1 sampai 3)
adalah penyebab paling umum (50-75%). Virus parainfluenza tipe 1 adalah yang paling umum,
dan tipe 3 merupakan yang paling sering terjadi pada anak-anak. Virus lain yang menyebabkan
croup antara lain enterovirus, bocavirus, influenza A dan virus B, respiratory syncytial virus,
rhinovirus, dan adenovirus. Umumnya pada anak-anak antara enam bulan dan tiga tahun, tapi
juga bisa terjadi pada anak-anak lebih muda hingga usia 15 tahun. Croup cukup jarang
ditemukan pada orang dewasa.
9
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 REFLESI KASUS
2. Adenalin
Sejumlah percobaan Randomized Controlled Trials telah menunjukkan bahwa adrenaline
(epinefrin) nebulasi adalah pengobatan yang efektif untuk croup sedang hingga berat, dengan
manfaat seperti pengurangan keparahan. Dosis yang dianjurkan adalah 0,05 mL per kg (dosis
maksimal: 0,5 mL) epinefrin rasemik 2,25% atau 0,5 mL per kg (maksimal dosis: 5 mL) dari L-
epinefrin 1: 1000 melalui nebulizer. Menggunakan nebulizer sama efektifnya seperti
menggunakan intermittent positive pressure ventilation. Anak yang membutuhkan perawatan
nebulizer dengan epinefrin harus dimonitor efek jantung yang merugikan. Efek terapeutik
epinefrin biasanya terjadi dalam 30 menit pertama. Tindakan cepat epinefrin dipasangkan segera
dan selanjutnya pengobatan kortikosteroid.
10
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 REFLESI KASUS
Pengobatan atau tindakan untuk croup ini berbeda tergantung derajat keparahannya.
Adapun terapinya sebagai berikut:
Derajat
Tindakan
keparahan
- Banyak anak-anak berusia lebih dari 12 bulan dapat dirawat di rumah
Ringan - Deksametason oral - 0,15 mg/kgBB (maksimal 10 mg) ATAU
Prednisolon 1 mg / kg (maksimal 50mg) setiap hari selama 2 hari
- Deksametason oral - 0,15 mg/kgBB (maksimal 10 mg) ATAU
Prednisolon 1 mg / kg (maksimal 50mg) setiap hari selama 2 hari
Jika Saturasi oksigen <93% atau terdapat gangguan pernapasan yang signifikan:
- Oksigen
Namun, jika anak tidak ada perbaikan, bawa ke rumah sakit untuk dirawat inap.
Melibatkan bantuan kepada orang/tim yang lebih ahli/
- Oksigen - oksigen aliran tinggi dengan masker atau blow
- Adrenalin (1: 1000) - 5 ml melalui nebuliser (Dapat diulang setiap 15 - 20
menit seperti yang diperlukan)
- Dexamethasone - 0,15 mg / kg / dosis oral-stat (maksimum 10 mg)
Berat ATAU Prednisolon 1 mg / kg kg (max 50mg) setiap hari selama 2 hari
11
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 REFLESI KASUS
Lakukan pengulangan observasi setiap setengah sampai satu jam (denyut jantung,
frekuensi napas, stridor, status mental dan saturasi oksigen hingga anak
mengalami perbaikan. Kemudian pengelolaan sesuai untuk croup moderat.
Jika respon tidak baik terhadap adrenalin atau cepat kambuh meskipun diberi
pengulangan adrenalin, pertimbangkan intubasi.
Saat pasien didiagnosis croup, pasien diberi terapi tambahan oleh dokter spesialis anak
Nebulier adrenaline 2 ml (1: 1000) + 2-3 ml NaCl 0,9% dalam 20 menit. Selain itu beberapa
terapi medikamentosa untuk penyakit sebelumnya tetap diberikan seperti: metil prednisolon 3 x
1,5 mg per oral, Claneksi Syrup 3 x 1 cth, Cetirizine 1 x 2,5 mg, Injeksi Gentamicin 2 x 22,5 mg.
Pasien tersebut menderita croup dengan derajat sedang. Terapi yang seharusnya
dilakukan pertama kali adalah deksametason oral 0,15 mg/kg BB (maksimal 10 mg) atau
Prednisolon 1 mg / kg BB (maksimal 50mg) setiap hari selama 2 hari. Jika tidak membaik diberi
nebulisasi adrenaline. Pada pasien ini sudah diberikan kortikosteroid yaitu metil prednisolon
yang merupakan turunan dari prednisolon. Pemberian metil prednisolon ini telah dilakukan
sebelum didiagnosis croup. Tetapi pasien tidak membaik, sehingga dokter spesialis anak
langsung memberi nebulisasi adrenalin.
12
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 REFLESI KASUS
- Rawat/observasi di IGD
- Ulangi pemberian Perbaikan
kortikosteroid/ 12 jam - Nebulisasi adrenalin DAN
- Edukasi orang tua kortikosteroid sistemik
- Sediakan penjelaskan tertulis - Persiapkan pelayanan untuk tindakan
untuk dokter umum yang akan darurat
follow up - Pertimbangkan intubasi
- Evaluasi diagnosis
13
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 REFLESI KASUS
Daftar Pustaka
14