Anda di halaman 1dari 14

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.................................................................................


1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................
1.3 Tujuan Makalah ...............................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Mikrobiologi Analisis ....................................................
2.2 Aspek Mikrobiologi Sediaan dan Bahan Farmasi ...........................

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ......................................................................................
3.2 Saran ................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Mikrobiologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari


kehidupan makhluk yang bersifat mikroskopik. Mikrobiologi
farmasi merupakan ilmu yang mempelajari tentang peranan serta
kehidupan mikroorganisme dalam bidang farmasi.

Kualitas mikrobiologi dari suatu produk-produk farmasi


dipengaruhi oleh faktor lingkungan dimana produk-produk
farmasi tersebut dibuat dan juga bahan-bahan yang digunakan
dalam pembutannya, keculai sediaan yang telah disterilkan pada
pengisian terakhir. Mikroflora pada produk akhir tersebut dapat
menunjukkan asal pencemara dari bahan-bahan yang digunakan,
peralatan, atmosfir, para pekerja atau personalia atau, wadah yang
membungkusnya (kemasan). Beberapa kontaminan dapat bersifat
patogen terhadap yang lainnya, dan dapat tumbuh, bersama-sama
dengan pengawet dan akhirnya dapat merusak produk-produk
tersebut. Beberapa mikroorganisme, dapat dimatikan dengan cara-
cara sterilisasi seperti cara pemanasan , tetapi masih tetap juga
meninggalkan sisa-sisa berupa pirogen atau sisa-sisa sel yang
bersifat toksis, karena pecahan-pecahan pirogen berupa lipid A
yang berada dalam dinding sel, tidak dihancurkan pada kondisi
yang sama pada setiap mikroorganisme.

Banyak sekali bakteri yang sangat berperan dalam bidang


industri, misalnya Clostridium butiricum penghasil asam butirat,
Propioni bacterium penghasil asam propionat dan Acetobacter sp.
Penghasil asam asetat, Lactobacillus sp. digunakan untuk
membuat yogurt, mentega, dan keju. Clostridium acetobutylicum
penghasil aseton butanol, Bacillus polymixia dan Enterobacter
aerogenes penghasil 2,3-butanadiol, Lactobacillus debruekki
penghasil asam laktat, Bacillus subtilis penghasil amilase dan
protease, Brevibacterium sp. penghasil asam glutamat sebagai
bahan baku pembuatan veksin, Micrococcus glutamicus penghasil
lysine.
1.1Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan mikrobiologi ?
2. Pengaruh ekologi mikroorganisme ?
3. Apa saja pengaruh dan peran mikrobiologi dalam industri
farmasi ?

1.2Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan mikrobiologi.
2. Untuk mengetahui apa saja aspek-aspek dalam mikrobiologi
sediaan & bahan farmasi.
3. Untuk mengetahui pengaruh ekologi dari mikroba yang
berpotensi pada bidang industri farmasi, dan Lingkungannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Mikrobiologi Analisis


Ilmu yang mempelajari tentang peranan serta kehidupan
mikroorganisme dalam bidang farmasi disebut Analisis
mikrobiologi farmasi atau dapat juga diartikan adalah merupakan
salah satu cabang dari mikrobiologi yang mempunyai tujuan
pengenalan, identifikasi, serta cara-cara pengujian terhadap
mikroorganisme yang menyebabkan kerusakan pada sediaan
farmasi, makanan, minuman, kosmetik dan alat kesehatan, sarana
dan perlengkapan kesehatan, baik yang diinginkan maupun yang
tidak diingin.

2.2 Aspek Mikrobiologi Sediaan dan Bahan Farmasi


A. Ekologi Mikroorganisme
Sel-sel prokariotik mengadakan interaksi dengan
sesamanya (dengan prokariotik lain), dengan fungi, ganggang,
tumbuhan, dan hewan. Reaksi interaksi antara bakteri atau
lawannya menghasilkan keadaan seperti berikut, yaitu: tidak
ada efek, efek menguntungkan atau merugikan.
Dari ketiga macam keadaan tersebut dapat tercipta
bermacam-macam hubungan hidup, tetapi hubungan ini tidak
selalu dapat ditentukan secara tetap.Khususnya tidak dapat
ditentukan interaksi semacam apa yang terjadi antara populasi
mikroba dalam ekosistem alam. Sebagian dari kesulitan untuk
menentukan interaksi mikroba itu terletak pada tidak adanya
informasi mengenai distribusi sel-sel tersebut secara individual
dalam ekosistem dan secara kelompok seringkali habitat
mikroba tidak diketahui, sehingga hampir tidak mungkin dapat
menentukan sejauh mana dua spesies mikroba dapat
berinteraksi.
B. Pola dan aspek ekologi
Ciri kehidupan yang menonjol adalah adanya saling
ketergantungan antar organisme Jadi dapat dikatakan bahwa
tidak ada organisme dapat bertahan hidup tanpa bantuan
dari bentuk kehidupan lain. Di alam bebas kita berkumpul
di dalam suatu medium yang sama, misalnya di dalam tanah, di
dalam kotoran hewan, di dalam sampah-sampah, di dalam
kubangan dan lain sebagainya.
Lokasi atau tempat tinggal yang spesifik dari suatu
organisme disebut habitat, sedangkan suatu peranan atau fungsi
yang spesifik dalam komunitas disebut niche. Adapun beberapa
habitat alam dari mikroorganisme tersebut adalah sebagai
berikut:

1. Tanah
Tanah merupakan sumber yang kaya akan
mirkoorganisme. Kebanyakan mikroorganisme di sini
bersifat apatogfen bagi manusia. Bakteri pathogen yang
terdapat di tanah adalah: Clostridium tetani, Clostridium
perfringens, Clostridium botulinum, Bacillus anthracis.
2. Air
Kebanyakan air tawar dan laut mengandung
mikroorganisme. Mikroorganisme pathogen di air adalah:
Salmonella dan Shigella sp., Vibrio cholrae, Legionella,
Entamoeba histolytica, Escherichia coli.
3. Udara
Walaupun mikroorganisme sering ditemukan di udara,
namun tidak berkembang biak di udara. Udara dalam
ruangan mungkin mengandung bakteri dan virus pathogen
yang berasal dari kulit, tangan, pakaian dan terutama dari
saluran napas atas manusia.
4. Manusia
Susu dari sapi normal yang diperah secara asepsis masih
mengandung 100 1000 mikroorganisme non pathogen per
milliliter, dan kadang terdapat mikroorganisme pathogen
yang mungkin berasal dari sapi yang sakit atau dari proses
pemerahan, seperti: Mycobacterium tuberculosis,
Salmonella, Streptococcus, Corynebacterium diptheriae,
Shigella, Brucella dan Staphylococcus penyebab keracunan
makanan.

B. Pengaruh ekologi mikroorganisme terhadap industri farmasi

a. Atsmofir atau lingkungan


Sebenarnya udara bukan merupakan lingkungan yang
cocok untuk pertumbuhan dan reproduksi mikroorganisme.
Kalau tidak mengandung sejumlah air dan Zat-zat nutrisi yang
dibutuhkan suatu mikroorganisme untuk tumbuh. Walaupun
setiap contoh udara tetap mengandung sejumlah
mikroorganisme seperti bakteri, fungi, tetapi untuk
mempertahankan hidupnya harus mereka dapat bertahan
dalam keadaan kering.
Jenis mikroorganisme yang biasa terdapat didalam
udara adalah bentuk-bentuk spora dari bakteri BacillusSp.
Bakteri-bakteri yang tidak berspora seperti StreptococcusSp.
Jumlah mikroorganisme pada atmosfir atau udara
tergantung pada aktivitas disekitar dan debu yang dalam
udara atau atmosfir tersebut. Pada tempat-tempat mesin
sedang bekerja, dan para pekerja sedang bekerja, akan
mempunyai total mikroorganisme yang tinggi disbanding
tempat-tempat yang tidak ada kegiatan. Demikian juga
halnya pada ruang-ruang yan g tidak tertata rapih akan
mempunyai total mikroorganisme yang lebih banyak dari
pada ruangan-ruangan yang bersih.
Disamping itu jumlah udara dalam udara pada
suatu tempat juga dipengaruhi oleh kelembaban . atmosfir
yang basah atau beruap biasanya mengandung jumlah
mikroorganisme sedikit jika dibandingkan dengan atmosfir
yang kering, salah satu alasannya karena kontaminan tersebut
terbawa turun oleh titik uap air. Maka penyimapanan pada
keadaan dingin biasanya jumlah mikroorganismenya sedikit
dan pada umumnya pada musim yang dingin basah udara
tidak terkontaminasi dibandingkan dengan udara pada
keadaan panas/ kering.
b. Peralatan
Tiap bagian peralatan yang digunakan dalam suatu pabrik
atau pengemasan suatu sediaan farmasi pasti mempunyai
sudut-sudut tertentu dimana mikroorganisme dapat
berkembang biak dan secara berkala dilakukan pengujian.
Hal-hal yang perlu dilakukan yang berhubungan
dengan peralatan di pabrik sesuai petunjuk umum untuk
mengurangi resiko pembentukan koloni mikroorganisme
sebagai berikut ;
1. Seluruh peralatan harus mudah dibuka dan dibersihakan.
2. Seluruh permukaan yang berhubungan langsung sediaan harus
licin atau rata dan sambungan-sambungan yang
mengelilinginya atau terletak miring, perlu selalu dibersihkan
dengan zat anti mikroba yang cocok untuk menghindari
terjadinya pertumbuhan mikroorganisme.
3. Semua sistem alat harus dapat menunjang bagi produk
terhindar dari pencemaran dan kerusakan.

c. Peronalia/pekerjaan
Mikroorganisme dapat pindah ke dalam preparat farmasi
pada proses pengerjaan oleh para pekerja(operator). Hal
tersebut tidak diinginkan pada sediaan tablet dan serbuk-
serbuk pada pembuatan larutan dan suspensi. Lebih-lebih
pada sediaan parental. Sebagai contoh adalah flora kulit
seperti Staphylococcus aureus yang umumnya terdapat pada
tangan dan wajah, tidak keluar atau tercuci pada saat
dilakukan pencucian. Disamping itu, juga sering ada bakteri
lain seperti Sarcina Sp. dipteroid, kadang-kadang juga
ditemuakan bakteri gram negative berbentuk batang seperti
Mina Sp. dan Alcaligenes sp. penghuni tempat-tempat yang
lembab. Keadaan yang lembab pada kulit yang berminyak dan
mengandung lapisan seperti lilin sering terdapat Khamir
lipofilik.
Bahaya pemindahan mikroorganisme dari manusia
ke sediaan farmasi, dapat dikurangi dengan latihan yang
kontinyu dari personalianya, serta dilakukan pengecekan
kesehatan yang teratur untuk mencegah adanya bakteri
pathogen yang berasal dari kontak dengan beberapa hasil
jadi dari obat-obtan.
d. Bahan yang digunakan
Pengemasan bahan mempunyai peran ganda, keduanya
mempunyai tujuan untuk mengis hasil olahan dan melindungi
masuknya mikroorganisme atau air yang dapat merusak
produk tersebut, oleh karena itu sumber pencemar tersebut di
usahakan jangan ikut dalam kemasan. Mikroflora pada
pengemasan bahan-bahan adalah tergantung dari komposisi
dan kondisi penyimpanan. Hal ini perlu mendapat
pertimbangan perlu tidaknya tindakan sterilisasi.
Baik gelas maupun plastic sebagai bahan
pengemasan masih dapat membawa berbsgsi jenis mikroflora,
hanya saja bahwa kemasan plastik jumlah mikrofloranya lebih
sedilkit, tetapi kemungkinannya masih mengandung sejumlah
spora mikrooranisme.
Bahan-bahan pengemaas yang halus, kedap air,
bebas dari retakan dan celan seperti selulosa aseta,
polytetraethylen, polyprophylen, polyvinyl chloride dan kertas
perak dan pelapis., semuanya memiliki jumlah
mikroorganisme yang rendah pada permukaannya.
Pengemasan sediaan injeksi dan obat mata yang
dibuat dengan cara aseptis yaitu tidak dilakukan sterilisasi
akhir , perlu dijaga selama proses pembuatannya. Sterilisasi
udara kering dengan menggunakan suhu 160-170 0 C
digunakan untuk vial-vial dan ampul-ampul. Pengisian dan
penutupan juga dapat dibebas hamakan dengan menggunakan
uap panas, secara kimiawi, gas etilen, oksida atau
menggunakan gas formledida atau dengancara penyinaran,
namun demikian perlu juga diperhatikan pengrusakan atau
perhilangan pirogen dari sediaan tersebut.
e. Perlindungan pakaian
Ruangan untuk pembuatan sediaan-sediaan injeksi dan
sediaan mata dan telinga biasanya dirancang khusus yang
memiliki fasilitas pembersihan dengan kran-kran untuk
mencuci kaki atau anggota badan lainnya, dan pekerja, sabun-
sabun antiseptik dan pengering tangan dengan udara panas
yang dilakukan sebelum memasuki ruangan oleh para pekerja
pada setiap proses pengerjaan. Dalam pabrikasi terhadap
beberapa produk harus menggunakan pakaian pelindung
steril termasuk gowns, celana panjang, sepatu, penutup kepala,
masker wajah serta sarung tangan.

Untuk memproduksi sediaan oral dan topikal, para


pekerja atau staf harus membersihkan tangannya sebelum
memasuki ruangan produksi. Keperluan akan pakaian
pelindung biasanya dibuat dari bahan yang lembut dan bersih
termasuk penutup kepala, sarung tangan dan masker wajah.

C. Peran Mikroba dalam industri farmasi


Ditemukannya antibiotik penisilin dari fungi Penicilium
notatum oleh Alexander Fleming telah membuka mata dunia akan
betapa bergunanya mikroba. Antibiotik telah menyelamatkan
berjuta-juta nyawa manusia dari serangan kuman patogen.
Antibiotik dapat diproduksi dengan cara bioproses, dimana
mikroba akan diberikan kondisi optimum untuk produksi
antibiotik dalam jumlah besar. Proses optimasi tersebut harus
aman, dan tidak merusak lingkungan. Jika antibiotik diberikan
secara tepat oleh praktisi klinis, maka masalah kuman patogen
akan mereda. Jika asupan antibiotik kurang tepat, maka kuman
patogen akan menjadi lebih ganas lagi.
Ditemukannya antibiotik telah menyadarkan kita, bahwa
ekosistim memiliki cara sendiri untuk menjaga kesetimbangannya.
Dengan antibiotik, kuman sendiri memiliki senjata kimia untuk
melawan pesaingnya, dalam memperebutkan sumber daya
medium pertumbuhan atau untuk menjaga eksistensi
kehidupannya. Manusia hanya memanfaatkan senjata kimia
tersebut untuk kepentingan kesehatannya.
D. Keuntunganekologis

Keuntungan ekologis untuk bakteri dapat tetap berada dalam


bentuk kelompok (bersatu) tidak selalu jelas; populasi campuran
bersatu membentuk flokulasi yang stabil di bawah suatu
pengendalian keadaan yang tidak banyak diketahui. Sifat ini
digunakan untuk pengendalian keadaan yang tidak banyak
diketahui. Sifat ini digunakan untuk menjernihkan air dalam
pengerjaan air gorong (riol).
Dalam system pengaktifan lumpur, sisa-sisa buangan dalam
riol itu diudarakan secara aktif, kemudian dimasukkan ke dalam
tangki pengendapan. Bakteri-bakteri di dalamnya membentuk
flokulasi dan mengendap ke dalam lumpur tersebut. Salah satu
dari bakteri yang turut dalam flokulasi ini adalah Zoogloea
ramigera. Bakteri ini menghasilkan lender yang berlebih untuk
melekatkan sel-selnya dengan sel-sel bakteri lain supaya bersatu.
Kapasitas membentuk flokulasi yang stabil ini dihubungkan
dengan adanya polibetahidroksibutirat dalam sel-selnya. Kejadian
ini digunakan dalam usaha penyaringan air riol tingkat pertama.
Dalam peristiwa ini, flokulasi itu melekat pada batu-batuan dan air
flokulasi sehingga yang melalui ini seolah-olah melalui saringan,
karena akan melekat bahan-bahan buangan yang tersuspensi di
dalamnya.
Pada ekosistem lain, yang ditemukan pada permukaan lumpur,
terjadi hubungan yang sama seperti tersebut di atas. Pada
hubungan hidup ini timbul keadaan anaerob yang sangat
bedekatan dengan keadaan aerob. Potongan-potongan kecil bahan
organic dikolonisasi oleh bakteri yang menyerbunya, bakteri ini
pada gilirannya dilingkungi oleh bakteri lain dan dipusat
keseluruhan kelompok ini akan cepat timbul kehabisan oksigen
yang memungkinkan bakteri anaerob dapat tumbuh di dalamnya.
Gambaran kejadian ini menjadi petunjuk terhadap perubahan-
perubahan yang timbul dalam jumlah dan tipe bakteri selang suatu
periode waktu.
Dalam tiap sistem alam dimana terdapat bakteri, kemungkinan
terjadinya adhesi, flokulasi, dan produksi keadaan mikroanaerob
adalah suatu urutan kejadian yang normal. Flokulasi itu pecah bila
bakteri yang berada di pusatnya mulai mengalami kehabisan
makanan dan otolisis. Otolisis adalah perombakan (penguraian)
jasad mati oleh enzim yang terdapat dalam jasad itu sendiri tanpa
intervensi bakteri atau organisme lainnya.

Banyak hubungan antara bakteri dan lain-lain bentuk kehidupan


didasarkan pada makanan. Pada banyak ekosistem terjadi
peredaran kembali (recycling) bahan-bahan makanan tersebut,
misalnya fosfat dalam danau. Siklus yang sama juga terjadi dalam
skala lebih luas di seluruh dunia dan dikenal sebagai siklus
biogeologi. Siklus utamanya adalah yang mengenai C, O, N, dan
S. aktivitas bakteri yang meliputi seluruh dunia itu dalam efeknya
akan menentukan biosfer (semua kehidupan), litosfer (daratan),
hidrosfer (laut dan air segar), dan atmosfer (udara).
Hubungan ekologi dengan nutrisi bakteri membawa pada
penggolongan mikroorganisme itu dalam saprofit dan parasit.
Mikroorganisme yang termasuk golongan saprofit ialah yang
memperoleh karbonnya dari persenyawaan organic yang kebetulan
berada dalam cairan di lingkungannya, atau dari hasil buangan dan
sisa makanan organisme lain. Banyak di antaranya mengambil
peranan penting sebagai penyapu bersih kotoran di permukaan
dunia ini, karena dapat menguraikan, menghancurkan zat-zat
organic yang sudah mati, maka itu dinamakan saprofit (sapros:
membusuk, menghancurkan).
E. Kerugian ekologis
Kerugian ekologis disebabkan oleh organisme golongan parasit
yang pada mulanya merupakan golongan saprofit, tetapi karena
evolusi progresif, regresif, atau kedua-duanya berubah menjadi
golongan parasit. Organisme ini tidak hanya dapat hidup dari
benda mati atau sisa buangan bahan organic, tetapi juga memasuki
dan merusak zat-zat yang terdapat dalam sel atau jaringan hidup
lain.
Dengan demikian mengakibatkan gangguan keseimbangan fisik
atau kimia dari organisme yang diracuni atau yang didiaminya. Bila
organisme yang menjadi korban ini multiseluler, maka yang terkena
adalah jaringannya. Inilah yang dinamakan penyakit dan sering
mengakibatkan kematian organisme yang diserang. Organisme yang
mengakibatkan penyakit disebut bersifat parasit dan pathogen. Dalam
evolusi selanjutnya, beberapa organisme parasit sudah sepenuhnya
diadaptasikan untuk hidup sebagai parasit, sehingga sebagian atau
sepenuhnya tergantung pada cara hidup seperti ini dan pada organisme
yang ditumpanginya. Organisme ini rupanya sudah kehilangan
kesanggupan untuk hidup secara saprofit dan tidak dapat
bermultiplikasi di dunia luar. Karena terpaksa untuk hidup seluruhnya
atau sebagian sebagai parasit maka organisme ini disebut parasit
obligat, misalnya semua virus, rickettsiae, spirochaeta,
Mycobacterium leprae.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat kami simpulkan bahwa :

a. Mikrobiologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari kehidupan


makhluk yang bersifat mikroskopik.

b. Kualitas mikrobiologi dari suatu produk-produk farmasi


dipengaruhi oleh faktor lingkungan dimana produk-produk
farmasi tersebut dibuat dan juga bahan-bahan yang digunakan
dalam pembutannya, keculai sediaan yang telah disterilkan pada
pengisian terakhir.
.
c. Mikrobiologi farmasi merupakan ilmu yang mempelajari tentang
peranan serta kehidupan mikroorganisme dalam bidang farmasi.

d. pengaruh ekologi suatu mikroorganisme terhadap industri


farmasi ialah ; Bahan yang digunakan, Peralatan,
Personalia/pekerja, Atmosfir/Lingkungan.

e. Peran Mikroba dalam industri farmasi salah satu contoh kecilnya


ialah; Ditemukannya antibiotik penisilin dari fungi Penicilium
notatum oleh Alexander Fleming telah membuka mata dunia akan
betapa bergunanya mikroba.

B. SARAN

Materi atau makalah yang menyangkut tentang mikrobiologi


terapan khususnya pada pengaruh ekologi mikroorganisme
terhadap industri farmasi dapat di kembangkan lagi kedepannya.
DAFTAR PUSAKA

Natsir. M, 2003. Mikrobiologi Farmasi, UIT Makassar.

Edi Atmawinata, Drh. 2006. Mikrobiologi Industri. Penerbit Yrama


-Widya, Bandung.

Suriawiria, U. 1996. Mikrobiologi Terapan. Penerbit Erlangga,


Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai