TINJAUAN PUSTAKA
Suatu bahan yang dikenai medan magnet akan mengalami induksi magnetik.
Besarnya medan magnet yang menembus tegak lurus terhadap medium disebut
fluks. Besar induksi magnetik dipengaruhi oleh permeabilitas bahan. Persamaan
induksi magnetik adalah sebagai berikut:
= (2.3)
Dimana adalah permeabilitas ruang hampa dan B adalah induksi medan
magnet dengan satuan Tesla atau Oersted (Griffith, 1999).
Magnetisasi menunjukkan seberapa besar suatu bahan dapat dipengaruhi
oleh medan magnet dari luar. Magnetisasi terhadap suatu bahan dipengaruhi oleh
suseptibilitas. Suseptibilitas dari suatu bahan merupakan tingkatan suatu bahan
saat dimagnetisasi. Persamaan suseptibilitas dituliskan sebagai berikut (Kotnala &
Shah, 2015):
= (2.4)
Dimana M adalah magnetisasi dari bahan dan adalah suseptibilitas dari
bahan. Persamaan 2.4 menunjukkan bahwa besar suseptibilitas akan
mempengaruhi besar magnetisasi oleh medan magnet eksternal. Magnetisasi
secara kuantitas merupakan besar momen magnet tiap satuan volume yang terjadi
karena pemberian induksi magnetik pada bahan.
2.3. Sifat-Sifat Magnetik
2.3.1. Energi Domain Wall
Momen magnetik di kedua sisi magnet memiliki orientasi yang berbeda. Hal
ini berhubungan dengan terbentuknya medan magnet yang seragam (uniform)
(Chikazumi, 1997). Domain magnetik mewakili orientasi tertentu dari momen
magnetik. Momen magnet yang berorientasi sama bergabung dalam kelompok-
kelompok domain.
Daerah batas antar momen magnet yang memiliki orientasi berbeda disebut
dengan domain wall. Magnetisasi spontan yang diberikan pada suatu bahan
mengakibatkan domain wall mengalami perubahan atau perpindahan disebut
domain wall displacement (Chikazumi, 1997). Magnetisasi spontan dari masing-
masing domain berkebalikan dengan domain yang terpisah karena adanya energi
domain walls. Energi domain walls bergantung pada kenaikan atau penurunan
dari lebar domain walls akibat penumbuhan domain (Cullity & Graham, 2009).
2.3.2. Koersivitas
Koersivitas menunjukkan kestabilan keadaan remanen dan digunakan untuk
klasifikasi jenis magnet yaitu hard magnet, semi-hard magnet atau soft magnet.
Koersivitas dari suatu bahan sangat bergantung pada ukuran butirnya. Ketika
ukuran butir turun, maka koersivitas akan naik mencapai maksimum dan
kemudian akan turun. Perubahan koersivitas ini terjadi karena perubahan dari
keadaan multi domain menjadi keadaan domain tunggal superparamagnetik.
Domain tunggal dapat dicapai dengan cara menurunkan ukuran butir sehingga
keadaan tidak stabil dan fluktuasi spin mendominasi (Overshott, 1991).
2.4. Ferromagnetik
Bahan ferromagnetik menunjukkan interaksi dipolar yang arahnya paralel
dengan vektor dipol magnetiknya. Total energi dari bahan ferromagnetik
merupakan jumlah dari energi exchange, magnetostatik, anisotropi, dan energi
Zeeman. Energi exchange dalam hal ini terjadi pada permukaan bahan. Pada
bahan ferromagnetik, interaksi exchange mekanik kuantumnya menjadikan
momen magnet atom sebelah menjadi paralel walaupun tanpa adanya medan
magnet dari luar. Momen atom kopling ini menghasilkan magnetisasi yang besar
dari bahan ferromagnetik atau disebut momen tiap satuan volume (Kotnala &
Shah, 2015).
Jika suhu dinaikkan hingga energi termalnya sebanding dengan energi
exchange, susunan panjang atom ferromagnetik akan hilang. Suhu ketika
magnetisasi spontan bernilai nol disebut sebagai suhu Curie dari bahan. Suhu
Curie memisahkan fase ferromagnetik dan paramagnetik, fase ferromagnetik
berada dibawah suhu Curie dan fase paramagnetik berada diatas suhu Curie.
Beberapa bahan ferromagnetik dengan suhu Curie yang berbeda-beda ditampilkan
pada Tabel 2.1.
Gambar 2.2. Struktur kristal dari ferit kubus (Cullity & Graham, 2009)
wavenumber, k (cm-1)
Gambar 2.3. Kurva serapan FTIR CoFe2O4 dan MnFe2O4 (Waldron, 1955)
(a)
Gambar 2.4. (a) Sinar-X datang dan sinar-X terpantul dengan sudut simetri
dengan garis normal dari bidang kristal (Callister, 2007) dan (b)
Puncak difraksi pada sudut Bragg (He, 2009)