HEPATITIS
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Hepatitis adalah inflamasi hepar yang disebabkan oleh salah satu dari lima agen virus
yang berbeda, hepatitis dapat ringan dan dapat disembuhkan sampai kronis dan vatal
(Carpenito L. J, 1996 page 1332). Hepatitis adalah keadaan radang atau cedera pada
hati, sebagai reaksi terhadap virus, obat, atau alkohol (Dr. Jan Tambayong,2000.
Patofisiologi Untuk Keperawatan.page 145) Kesimpulan hepatitis adalah inflamasi
sebagai reaksi yang disebabkan agen virus, obat, atau alkohol.
2. Epidemiologi
Kita mengenal beberapa macam hepatitis viral akut, dari hepatitis A sampai dengan
hepatitis C. berhubungan dengan cepatnya perkembangan teknologi kedokteran
terutama dibidang molekuler, dapat dipastikan bahwa akibat hepatitis akan segera
bertambah. Hepatitis menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting bukan
hanya di amerika tetapi di seluruh dunia. Lebih dari 60.000 kasus dilaporkan ke pusat
pengawasan kesehatan di amerika dan setiap tahun jumlahnya secara bertahap.
Walaupun mortilitas dari hepatitis virus relative rendah,morbiditas dan kerugian
ekonomi yang besar dihubungkan dengan penyakit ini (pince,1995) 60-90% dari kasus
hepatitis virus diperkirakan berlangsung tanpa dilaporkan. Keadaan kasus subklinis,
ketidakberhasilan untuk mengenali kasus yang ringan dan kesalahan diagnosis
diperkirakan turut menjadi penyebab pelaporan yang kurang lebih 50% orang dewasa
di amerika telah memiliki antibody terhadap virus hepatitis A, banyak orang tidak dapat
mengingat kembali episode atau kejadian sebelumnya yang memperlihatkan gejala
hepatitis (brunner,dkk, 2002)
3. Etiologi
Penyebab dari hepatitis yaitu (Sylvia A. Price.2006.Patofisiologi konsep klinis proses-
proses penyakit. page 485-488) :
Virus
5. Klasifikasi
Adapun 6 jenis hepatitis viral yaitu (Sylvia A. Price.2006.Patofisiologi konsep klinis
proses-proses penyakit. Page 485) :
1. Hepatitis A
Gejala mirip hepatitis A, mirip flu, yaitu hilangnya nafsu makan, mual,
muntah, rasa lelah, mata kuning dan muntah serta demam. Penularan dapat
melalui jarum suntik atau pisau yang terkontaminasi, transfusi darah dan
gigitan manusia. Pengobatan dengan interferon alfa-2b dan lamivudine,
serta imunoglobulin yang mengandung antibodi terhadap hepatitis-B yang
diberikan 14 hari setelah paparan.
Vaksin hepatitis B yang aman dan efektif sudah tersedia sejak beberapa
tahun yang lalu. Yang merupakan risiko tertular hepatitis B adalah pecandu
narkotika, orang yang mempunyai banyak pasangan seksual. Mengenai
hepatitis C akan kita bahas pada kesempatan lain.
3. Hepatitis C
Hepatitis C mencakup sekitar 20% dari semua kasus hepatitis viral dan
paling sering ditularkan melalui yang ditransfusi dari donor asimtomatik,
berbagi jarum dengan pengguna obat intra vena dan cairan tubuh atau
didapat dari tato.
4. Hepatitis D
Hepatitis D Virus ( HDV ) atau virus delta adalah virus yang unik, yang
tidak lengkap dan untuk replikasi memerlukan keberadaan virus hepatitis
B. Penularan melalui hubungan seksual, jarum suntik dan transfusi darah.
Gejala penyakit hepatitis D bervariasi, dapat muncul sebagai gejala yang
ringan (ko-infeksi) atau amat progresif.
5. Hepatitis E
Gejala mirip hepatitis A, demam pegel linu, lelah, hilang nafsu makan dan
sakit perut. Penyakit yang akan sembuh sendiri ( self-limited ), keculai bila
terjadi pada kehamilan, khususnya trimester ketiga, dapat mematikan.
Penularan melalui air yang terkontaminasi feces.
6. Hepatitis F
Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan. Saat ini para pakar belum sepakat
hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang terpisah.
7. Hepatitis G
7. Pemeriksaaan Fisik
Difokuskan pada bagian yang terganggu :
Mata
inspeksi : lihat perubahan sclera ikterus
Kulit
Inspeksi : lihat perubahan kulit ikterus
Abdomen
Inspeksi : apakah ada perubahan warna kulit dan luka
Perkusi : apakah ada massa
Palpasi : apakah ada pembesaran hepar dan nyeri tekan
Auskultasi : untuk mengetahui oeristaltik usus.
8. Pemeriksaan penunjang/diagnostik
Pemeriksaan diagnostic yang dilakukan menurut Marilynn E. Doenges.2000. Rencana
Asuhan Keperawatan.page 535-536 :
1. Laboratorium
a. Tes fungsi hati seperti :
AST (SGOT)/ ALT (SGPT) : awalnya meningkat dapat meningkat
1-2 minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun.
Alkali Fospatase : agak meningkat (kecuali ada kolestasis berat )
Bilirubin serum : di atas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml
prognosis buruk mungkin berhubungan dengan peningkatan
nekrosis seluler).
b. Darah lengkap : SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup
SDM (gangguan enzim hati).
c. Leukemia : trombositopenia mungkin ada (splenomegali).
d. Feses : warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati).
e. Albumin serum menurun.
f. Anti-HAVIgM : positif pada tipe A.
g. HbsAG : dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A).
h. Urinalisa : peninggian kadar bilirubin, protein/hematuria dapat terjadi.
i. Tes ekskresi BSP : kadar darah meningkat
2. Radiologi
a. Foto polos abdomen : menunjukkan densitas kalsifikasi pada kandung
empedu, pankreas, hati juga dapat menimbulkan splenomegali.
b. Skan hati : membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkim.
3. Pemeriksaan Tambahan
Biopsi hati : menunjukkan diagnosis dan luasnya nekrosis
9. Diagnosis
pada stadium pra ikterik, hepatitis dapat dikacaukan dengan penyakit infeksi akut lain
seperti appendiksitis akut/gastroenteritis akut
10.Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Istirahat sesuai kebutuhan
b.Pendidikan mengenai menghindari pemakaian alkohol/obat lain
c. Pendidikan mengenai cara penularan kepada mitra sehubungan dan anggota
keluarga
2. Penatalaksanaan Medis
a. Memberikan Gamma Globulin murni yang spesifik terhadap HAV/HBV
pada keluarga pasien hepatitis yang dapat memberikan imunitas pasif
terhadap infeksi, imunitas ini bersifat sementara.
b. Tersedia vaksin untuk HBV, karena sifat virus yang sangat menular dan
berpotensi menyebabkan kematian, maka sangat dianjurkan bahwa semua
individu yang termasuk kelompok berisiko tinggi, termasuk pekerja
kesehatan atau orang-orang yang terpajan ke produk darah, divaksinasi.
Yang juga dianjurkan untuk divaksinasi adalah orang-orang yang beresiko
terinfeksi virus termasuk homosek atau heterosek yang aktif secara seksual,
pecandu obat bius dan bayi.
c. Medikametosa
Kortikosteroid tidak diberikan bila mempercepat penurunan bilirubin
darah, kortikosreroid dapat digunakan pada kolestasis.
Yang berkepanjangan, dimana transaminase serum sudah kembali
normal tetapi bilirubin masih tinggi.
Berikan obat-obat yang bersifat melindungi hati.
Antibiotik jika diperlukan.
Antiemetik jika diperlukan.
d. Vitamin K diberikan pada kasus dengan kecenderungan pendarahan.
11.Komplikasi
Edema serebral, gagal ginjal, gangguan elektrolit, gangguan pernafasan,
hipoglikemi, hipotensi dan sepsis
Sindroma Guilain Baire
Hepatitis kronik persisten
Hepatitis agresif
Perkembangan karsinoma hepato seluler
12. Prognosis
Menurut Dienstag J.L (2008), 95-99% dari pasien hepatitis yang akut, sembuh
secara total. Namun prognosis penyakit hepatitis memburuk pada pasien yang
mempunyai penyakit lain. Bagi pasien yang telah didiagnosa menderita
penyakit hepatitis yang kronis, prognosisnya baik jika pasien mendapat terapi
yang baik sehingga dapat memperbaiki kondisi pasien. Perubahan dari fase akut
ke fase kronik sangat bergantung pada umur pasien dan cara terinfeksi.
Prognosis memburuk pada pasien-pasien yang menderita sirosis hati.
Karsinoma hepar merupakan komplikasi tersering bagi infeksi VHB yang
kronik.
Mual
DO:
1. Penurunan
turgor kulit Kekurangan volume
2. Mukosa mulut cairan
kering
3. Kulit kering
2 DS : Peradangan pada sel-sel hati Ketidakseimbangan
1. Pasien nutrisi kurang dari
mengeluh kebutuhan tubuh
nafsu
Peradangan meluas,
makannya nekrosis dan regenerasi
menurun sel-sel hati
2. Pasien
mengeluh jika
makan nyeri
di uluhati
DO :
1. Pasien tampak
meringis
2. Nadi
meningkat
3. Respirasi
meningkat
Peradangan pada sel-sel hati
6. Selain dengan
pemberian terapi
6. Berikan cairan intravena,
secara tepat. pemberian cairan
juga dilakukan
secara oral agar
dapat memenuhi
kebutuhan cairan
tubuh dengan cepat
2 Ketidakseimban NOC : Nutritional NIC : Nutrition
gan nutrisi Status Management
kurang dari Setelah dilakukan 1. Kaji riwayat intake 1. Untuk mengetahui
kebutuhan asuhan keperawatan makanan. status nutrisi klien.
tubuh selama x 20 menit
berhubungan klien menunjukkan
dengan factor keseimbangan 2. Kaji perubahan 2. Untuk mengetahui
biologis dan nutrisi dengan nafsu makan dan penyebab
ketidakmampua kriteria hasil : akibatnya. penurunan nafsu
n untuk 1. Intake nutrisi makan.
mencerna (kalori,
makanan di karbohidrat, 3. Untuk mengetahui
tandai dengan protein dan 3. Kaji tinggi badan, berat badan ideal
nyeri abdomen sebagainya) berat badan dan klien.
dan klien baik bandingkan dengan
ketidakmampua 2. Klien nilai normal. 4. Untuk
n memakan melaporkan menyesuaikan pola
makanan adanya nafsu 4. Atur pola makan makan fan pola
makan sesuai dengan pola hidup klien.
3. Makanan yang hidup pasien dengan
diberikan tepat. 5. Perlu bantuan
dalam perencanaan
dihabiskan oleh 5. Kolaborasi dengan diet yang
klien ahli nutrisi untuk memenuhi
4. Kenaikan berat jumlah kalori dan kebutuhan nutrisi
badan yang tipe nutrisi yang klien.
normal dibutuhkan untuk
pemenuhan nutrisi. 6. Untuk
menyeimbangkan
intake nutrisi yang
6. Monitor intake adekuat.
nutrisi klien.
7. Agar nutrisi klien
tetap terjaga
walaupun dengan
7. Anjurkan klien menghabiskan
untuk makan sedikit sedikit energy
tetapi sering.
8. Untuk memberikan
pengetahuan
kepada klien.
8. Edukasi klien
pentingnya
pemenuhan nutrisi.
3 Nyeri akut Noc label: Nic label:
berhubungan Pain level Analgesic
dengan agens Setelah diberikan administration
cedera biologis askep selama ....x 20 1. Catat keluhan nyeri, 1. Nyeri tidak selalu
ditandai dengan menit diharapkan lokasi, lamanya, ada tapi bila ada
melaporkan pasien dapat harus
nyeri secara mentoleransi intensitas dan dibandingkan
verbal, nyerinya kerakteristik nyeri dengan gejala
perubahan Dengan kriteria: nyeri pasien
selera makan 1. Pasien sebelumnya
dan gangguan melaporkan nyeri dimana dapat
tidur. berkurang secara membantu
verbal diagnose etiologi
2. Pasien tampak perdarahan dan
rileks dan tenang terjadinya
kompilkasi
2. Membantu dalam
membuat diagnosa
2. Kaji ulang factor dan kebutuhan
yang meningkatkan terapi
atau menurunkan
nyeri
3. Dapat menurunkan
nyeri yang
3. Diskusikan dan dirasakan pasien
ajarkan tindakan
alternatif penghilang
rasa nyeri tanpa
menggunakan obat
4. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan interpensi yang direncanakan
sebelumnya
5. Evaluasi
No. Diagnosa
Evaluasi
Dx Keperawatan
1. Kekurangan volume S : pasien mengatakan konsentrasi bab pasien sudah tidak lembek lagi
cairan berhubungan O : bab pasien terlihat tidaklembek lagi
dengan kehilangan A : Intervensi tercapai
cairan aktif ditandai P : pertahankan intervensi (nic lebel fluid management no 1 )
dengan penurunan
turgor kulit,
membrane mukosa
kering dan kulit
kering
3. Nyeri akut S : pasien mengatakan rasa sakit di perut bagian kanan atas sudah berkurang
berhubungan dengan O : pasien sudah tidak terlihat meringis
agens cedera biologis A : intervensi tercapai
ditandai dengan P: lanjutkan intervensi (nic lebel analgesic administration no 3)
melaporkan nyeri
secara verbal,
perubahan selera
makan dan gangguan
tidur.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marlynn E, Mary Frances Moorhouse., dan Alice C. Geissler. 1999. Rencana
Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Mansjoer, A. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : FKUI
NANDA. 2010. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2009 - 2011. Jakarta
: EGC