BAB I
PENDAHULUAN
dan mempunyai dua jenis, yaitu motor bensin (spark ignition engine) dan motor diesel
(compression ignition engine).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam siklus udara standar langkah buang (1-0), dan langkah isap (0-1) tidak
diperlukan karena fluida kerja udara tetap berada didalam silinder. Apabila tekanan gas
dan volume silinder secara bersamaan pada setiap posisi torak dapat diuraikan maka dapat
digambarkan siklus aktual motor bensin yang bentuknya seperti ditunjukkan pada gambar.
Ne = Daya efektif
Nf = Daya mekanis
Neo 0,45 z
MEP Pe [kg/cm2]
Vd i n
c. Efisiensi Mekanis
Ne
m = x 100 %
Ni
d. Efisiensi Volumetrik
Gs.z.60
v = x 100 %
a .n.V d .i
6. Beberapa Indikator Kerja yang lain, misalnya konsumsi bahan bakar spesifik
(SFC), kandungan polutan dalam gas buang dan neraca panas.Indikator
operasional motor bakar menunjukkan kondisi operasi dimana motor bakar
tersebut dioperasikan. Dua jenis indikator operasional sebagai variabel bebas
dalam pengujian karakteristik kinerja suatu motor bakar adalah :
1) Putaran kerja mesin (rpm)
2) Beban mesin / Daya efektifnya (Ne) pada putaran kerja konstan
Pengujian motor bakar dengan putaran mesin sebagai variabel bebas digunakan
untuk mesin mesin transportasi, yang biasanya beroperasi pada putaran yang berubah
ubah. Sedangkan pengujian motor bakar dengan daya efektif sebagai variabel bebas pada
putaran konstan digunakan pada motor bakar stasioner yang biasanya beroperasi pada
putaran konstan, terutama pada mesin penggerak generator listrik.
tinggi karena diperlukan daya yang besar untuk penggerak awal mesin. Pada
putaran setelah titik optimum, grafik mengalami kenaikan. Hal ini dikarenakan
pembakaran kurang sempurna sehingga daya mengalami penurunan, inilah yang
menyebabkan SCF meningkat. Selain itu dengan naiknya putaran maka daya yang
dibutuhkan semakin besar
c. Grafik Daya Poros terhadap Putaran
Pada grafik terlihat bahwa semakin tinggi nilai putaran maka daya poros
mengalami peningkatan sampai mencapai titik maksimum (titik dimana putaran
poros lebih rendah daripada putaran dimana daya indikatornya maksimum),
kenaikkan itu menunjukkan semakin besarnya daya efektif akibat dari daya
indikasi yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar semakin besar akibat
putaran yang terus bertambah. Kemudian mengalami penurunan pada putaran
yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena adanya gesekan antara piston dengan
silinder dalam ruang bakar, pada bantalan, roda gigi, daya untuk menggerakkan
pompa bahan bakar, generator, pompa air, katup,dsb. Dapat disimpulkan bahwa
semakin besar putaran menyebabkan gesekan yang terjadi juga besar, sehingga
beban daya yang harus ditanggumg daya indikasi semakin besar dan berpengaruh
pada daya efektif
2.4.2 Grafik hubungan antara momen putar (torsi), daya poros, dan MEP
Kerugian Mekanis
Merupakan kerugian gesekan yang diubah dalam bentuk kalor yang
merupakan beban pendingin.
Pada sistem Common Rail solar dipompa keluar dari tangki oleh pompa
bertekanan bertekanan tinggi menuju Rail sebelum dialirkan ke injektor, solar di dalam
Rail memiliki tekanan yang seragam disetiap saluran. Penggerak daripada injektor adalah
arus listrik dari ECU yang mendapat sinyal dari berbagai sensor pada mesin, seperti
sensor temperatur, sensor aliran udara yang masuk, sensor posisi Crank, dll.
2. Fuel Filter
Menyaring partikel kotoran dalam bahan bakar, agar tidak menyumbat lubang
injektor yang sangat kecil.
4. Rail
Terminologi Common Rail dimana bahan bakar yang masuk di dalamnya
disimpan sementara untuk kemudian di salurkan ke injektor ke dalam ruang bakar
sesuai dengan perintah dari ECU.
5. Injektor
Berfungsi untuk menyemprotkan bahan bakar bertekanan tinggi dengan
kerapatan yang kecil, sehingga menghasilkan kabut solar yang sempurna.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Unit motor bakar yang digunakan adalah motor diesel dengan 4 silinder, dengan
spesifikasi sebagai berikut :
o Siklus : 4 langkah
o Jumlah silinder : 4
o Volume langkah torak total : 2164 cm3
o Diameter silinder : 83 mm
o Panjang langkah torak : 100 mm
o Perbandingan kompresi : 22 : 1
o Bahan bakar : Dexlite
o Pendingin : Air
o Daya Poros : 47 BHP / 3200 rpm
o Merk : Nissan, Tokyo Co.Ltd.
o Model : DWE 47 50 HS AV
o Negara pembuat : Jepang
b. Barometer
Digunakan untuk mengukur tekanan atmosfer (mmHg).
c. Aerometer
Digunakan untuk mengukur massa jenis bahan bakar (kg/m3).
d. Flash Point
Digunakan untuk mengetahui titik nyala api suatu bahan bakar (oC).
f. Stopwatch
Digunakan untuk mengetahui waktu konsumsi bahan bakar (s)
g. Hygrometer
Digunakan untuk mengukur kelembaban relatif udara (%).
h. Dynamometer
Digunakan untuk mengetahui gaya pembebanan pada poros (Kg).
i. Tachometer
Digunakan untuk menghitung putaran mesin (rpm)
l. Manometer
Digunakan untuk mengukur perbedaan tekanan dalam system (mmH2O).
m. Viscometer
Digunakan untuk mengukur viskositas fluida ().
n. Bomb calorimeter
Digunakan untuk mengetahui kalor bahan bakar (Kcal/Kg)
melaksanakan proses pengujian tersebut, mahasiswa harus mengikuti semua aturan dan
tata tertib yang berlaku di laboratorium dan mengikuti semua petunjuk asisten
laboratorium yang bertugas.
Metode percobaan dengan variasi putaran, parameter yang diukur adalah :
1. Gaya Pengereman
2. Tekanan Masuk Nozzle
3. Perbedaan Tekanan Masuk dan Keluar Nozzle
4. Suhu Udara
5. Suhu Gas Buang
6. Suhu Air Masuk dan Air keluar
7. Debit Bahan Bakar
8. Volume Gas Buang
9. Volume Gas Hasil Pembakaran
10. Tekanan Udara
b. Putar posisi kunci ke posisi START sambil throttle valve dibuka sedikit sampai
mesin menyala (seperti menyalakan mesin mobil).
c. Setelah mesin menyala, biarkan mesin beroperasi beberapa saat untuk menstabilkan
kondisi mesin.
2. Naikkan air yang ada pada tabung ukur C sampai ketinggian air mencapai 50 ml
dengan cara membuka keran H dengan menaikkan gelas B. Setelah didapatkan tinggi
yang diinginkan, tutuplah kembali keran H.
3. Ambil gas buang dari saluran gas buang untuk diukur, salurkan melalui selang yang
dimasukkan ke dalam pipa H.
4. Buka keran H sehingga gas buang akan masuk dan mengakibatkan tinggi air yang
ada di tabung ukur C akan berkurang.
5. Setelah tinggi air pada tabung ukur turun sebanyak 50 ml (sampai perubahan air
mencapai angka 0) tutuplah keran H dan kita sudah memasukkan volume gas buang
sebanyak 50 ml.
6. Untuk mengukur kandungan CO2 buka keran A supaya gas buang bereaksi dengan
larutan yang ada pada tabung III dengan mengangkat dan menurunkan gelas B
sebanyak 5 7 kali.
7. Setelah 5 7 kali kembalikan posisi larutan III ke posisi acuan pada saat set awal dan
tutup keran C setelah didapatkan posisi yang diinginkan.
8. Baca kenaikan permukaan air yang ada pada tabung ukur C. Kenaikan permukaan
air merupakan volume CO2 yang ada pada 50 ml gas buang yang kita ukur.
9. Untuk mengukur kandungan O2 dan CO ulangi langkah 6 dan langkah 7 untuk keran
B dan keran A pada tabung II dan tabung I.
10. Baca kenaikan permukaan air pada tabung ukur C dengan acuan dari tinggi
permukaan air sebelumnya.
2. Daya Efektif
T n
Ne (PS)
716,2
Dimana : n : putaran (rpm)
Ne : daya efektif (PS)
T : momen torsi (kg.m)
749 273
k ;
Pa Pw 293
Pw .Ps
5. Fuel Consumption
V 3600
FC [ kg/jam ] dexlite = 0,836 gr/mL
t 1000
Dimana : : Konsumsi bahan bakar (kg/jam)
: Satuan bahan bakar (ml)
: Massa jenis bahan bakar (gr/ml)
T : Waktu konsumsi bahan bakar (s)
a o .
Pa .Ps 273
. w
760 273
8. Koefisien Udara
P1 P2
P1
Dimana : P1 P : beda tekanan pada nozzle (mmH2O)
: koefisien udara
. . .d 2
Gs 2.g. a P1 P2 (kg/s)
4
Dimana : Gs : Massa alir udara melalui nozzle (kg/s)
: Koefisien kemiringan nozzle = 0,822
: Koefisien udara
d : diameter nozzle = 0,048 m
g : Gaya gravitasi = 9,81m/s2
a : Berat jenis udara (kg/m3)
Qeg
g x100%
Qb
Dimana : g : efisiensi kerugian (%)
Qw
w x100%
Qb
Ne
e x632x100%
Qb
f 100% g w e
LHVBB .FC
Qf (kcal/jam)
632
Dimana : LHVBahanBakar : Low Heating Valve (kcal/kg)
FC : konsumsi bahan bakar (kg/jam)
18. Daya Friction
f xQf
Nf
100%
Dimana : Nf : daya mekanis (PS)
f : efisiensi gesekan (%)
C H O2 3,76 N 2 CO2 H 2 O 3,76 N 2
4 2 4
M O2 3,76 M N 2
4 4
Ro ( A / F ) s
MC M H
Dimana : Ro : Rasio udara bahan bakar teoritis
M O2 : Massa relatif oksigen
Nest A.Ne
Dimana : Nest : daya efektif standar (PS)
A : faktor koreksi
Ne : daya efektif (PS)
T st A.T
Dimana : T st : torsi efektif standar (kg.m)
A : faktor koreksi
T : torsi (kg.m)
SFCest SFCe
A
Vco
% CO = x 100%
Veg
VN 2
% N2 = x 100%
Veg
BAB IV
HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
= 22,493 (PS)
3. Daya Efektif dalam kondisi standard JIS
Neo = k . Ne (PS)
749 273
k ; Pw .Ps
Pa Pw 293
Pw 0,82 28,35 23,247
mmHg
749 273 28
k
713 23,247 293
k 1,1006
Neo = k . Ne
Neo = 1,1006 . 22,493
= 24,756 (PS)
4. Tekanan Efektif Rata-Rata (Pe)
Neo 0,45 z
Pe =
Vd i n
24,756 0,45 2
=
0,00054 4 1800
= 5,7307 kg/cm2
5. Fuel Consumption (FC)
V 3600
FC
t 1000
30 3600
FC 0,837
16,22 1000
FC 5,5665 kg/jam
6. Panas hasil pembakaran (Qb)
Qb= FC . LHVbahan bakar (kcal/jam)
Qb= 5,5665 . 10500 (kcal/jam)
Qb= 58447,84 kcal/jam
7. Berat jenis udara (a)
a o .
Pa .Ps 273
. w , Nilai w didapat berdasarkan tabel 6
760 273
melalui suhu bola kering 280C maka nilai
w adalah 0,02725
a 1,293.
716 0,82.28,349 273
0,82.0,02725
760 273 28
a 1,0913
8. Koefisien Udara ()
P1 P2 19
= 0,001959 , nilai berdasarkan tabel I kemudian di interpolasi
P1 9696,80
Tabel 1. Koefisien Udara
P1 P2
0 0,001959 0,10 0,15 0,20 0,25
P1
1.000 x 0,969 0,906 0,873 0,840
0,1 0 0,969 1
0,1 0,001959 0,969 x
x 0,99940
9. Massa alir udara melalui Nozzle (Gs)
. . .d 2
Gs = 2.g. a .( P1 P2 ) (kg/s)
4
0,822.0,99940.3,14.(0,048) 2
Gs = 2.9,81.1,0913.19
4
Gs = 0,0300 kg/s
10. Massa alir gas buang (Gg)
Fc
Gg = Gs + (kg/s)
3600
5,5665
Gg = 0,0300 + (kg/s)
3600
Gg = 0,0315 kg/s
11. Panas yang terbawa gas buang (Qeg)
Qeg = Gg Cpg (Teg-Tud) 3600 (kcal/jam)
Qeg = 0,315 . 0,285 (680 29) 3600 (kcal/jam)
Qeg = 21039,07 kcal/jam
12. Efisiensi kerugian dalam exhaust manifold (g)
Qeg
g = x 100 %
Qb
21039,07
g = x 100 %
58447,84
g = 35,9963 %
13. Kerugian Panas Pendinginan (Qw)
Qw =.Ww.Cpw (Two-Twi)
Qw = 1.445.1.(72-31)
Qw = 18245 kcal/jam
18245
w = x 100 %
58447,84
w = 31,2159 %
15. Efisiensi Thermal Efektif (e)
Ne
e = x 632 x 100 %
Qb
22,493
e = x 632 x 100 %
58447,84
e = 24,3226 %
8,4652.92,4808
Nf =
100%
Nf = 7,828687 PS
19. Daya Indikasi (Ni)
Ni = Ne + Nf
Ni = 22,493 + 7,828687
Ni = 30,3224 PS
20. Spesific Fuel Consumption Effective (SFCe)
Fc
SFCe = (kg/PS.jam)
Ne
5,5665
SFCe = (kg/PS.jam)
22,4937
SFCe = 0,24875 kg/PS.jam
21. Spesific fuel Consumption Indicated (SFCi)
Fc
SFCi = (kg/PS.jam)
Ni
5,5665
SFCi = (kg/PS.jam)
30,3224
SFCi = 0,1836 kg/PS.jam
22. Panas Hasil Pembakaran Yang Diubah Menjadi Daya Efektif (Qe)
Qe = 632 . Ne
Qe = 632 . 22,4937
Qe = 14216,0290 kcal/jam
23. Panas yang hilang karena sebab lain (Qpp)
Qpp = Qb-Qeg-Qw-Qe
Qpp =58447,84 21039,07 18245 14216,0290
Qpp = 4947,7394 kcal/jam
24. Efisiensi Thermal Indikasi (i)
Ni
i = x 632 x 100 %
Qb
30,3224
i = x 632 x 100 %
58447,84
i = 32,7878 %
25. Efisiensi Mekanis (m)
Ne
m = x 100 %
Ni
22,4937
m = x 100 %
30,3224
m = 74,1818 %
26. Efisiensi Volumetrik (v)
Gs.z.60
v = x 100 %
a .n.V d .i
0,0300.2.60
v = x 100 %
1,0913.1800.0,00054.10.4
v = 84,5561 %
27. Rasio Udara bahan bakar (R)
Gs
R= x 3600 (kgudara/kgbahan bakar)
Fc.
0,0300
R= x 3600
5,5665
R = 19,3714 kgudara/kgbahan bakar
M O2 3,76 M N 2
Ro = (A/F)s=
4 4
MC M H
22 22
12,3 M O2 3,7612,3 M N 2
4 4
=
12,3M C 22 M H
22 22
12,3 32 3,7612,3 28
4 4
=
12,3.12 22.1
760 28 273
0,5
A
716 26 273
A 1,0648
31. Daya Efektif Standar (Ne)st
Nest A.Ne (PS)
Nest 1,0668.22,4937 (PS)
Nest 23,9959 PS
32. Torsi efektif standar (T)st
T st A.T (kg.m)
T st 1,0668.8,95 (kg.m)
T st 9,5477 kg.m
33. Pemakaian Bahan Bakar Efektif Standar (SFCE)st
Gambar 4.1 merupakan grafik hubungan antara putaran dengan torsi. Dari grafik
dapat diambil kesimpulan bahwa torsi cenderung naik sampai pada putaran 1950 rpm,
kemudian torsi cenderung turun pada putaran selanjutnya. Dalam percobaan ini torsi
tertinggi mesin berada pada torsi 9,129 kg.m pada putaran 1950 rpm.
Besarnya nilai Torsi dipengaruhi oleh daya efektif (Ne) dan gaya pada poros (F)
dimana akan bertambah seiring dengan bertambahnya putaran sampai pada putaran
tertentu dan kemudian menurun pada putaran yang lebih tinggi. Peningkatan torsi terjadi
karena semakin besar putaran maka konsumsi bahan bakar meningkat yang dapat dilihat
pada lampiran tabel perhitungan. Hal ini menyebabkan daya indikatif meningkat pula.
Semakin besar daya indikatif menyebabkan semakin besar daya efektifnya yang
selanjutnya akan memperbesar torsi. Akan tetapi, pada putaran yang sangat tinggi torsi
akan menurun. Hal ini disebabkan karena menurunya konsumsi bahan bakar pada putaran
yang sangat tinggi. Penurunan konsumsi bahan bakar dikarenakan pada putaran tinggi
pompa bahan bakar bekerja cepat, sehingga bahan bakar yang terpompa akan semakin
sedikit akibat sifat kelembaman fluida bahan bakar. Pada awal mesin dihidupkan, mesin
membutuhkan gaya yang besar untuk menggerakan poros. Karena itu torsinya juga
semakin besar. Setelah mencapai putaran tertentu nilai torsi akan menurun, penurunan
torsi dapat terjadi karena adanya gaya inersia atau kelembaman yang disebabkan oleh
massa crankshaft yang menyebabkan turunya gaya pada piston yang bergerak untuk
menggerakkan komponen-komponen lainnya hanya membutuhkan gaya yang kecil, hal ini
sesuai dengan persamaan:
T F L[kg.m]
Ne
T 716,2 [PS]
n
Gambar 4.2 merupakan grafik hubungan antara putaran dengan daya. Dari grafik
diatas dapat diambil kesimpulan yang berhubungan dengan daya efektif (Ne), daya
mekanis (Nf) dan daya indikatif (Ni) adalah sebagai berikut :
Daya Efektif (Ne)
Dari grafik daya efektif (Ne) dapat dilihat bahwa grafik mengalami kenaikan
dari putaran awal 1350 rpm sampai dengan putaran 1950 rpm, dan turun pada putaran
2100 rpm. Secara umum grafik mengalami kenaikan disebabkan karena torsi dan
putaran yang naik yang dapat dilihat pada Gambar 4.1, namun pada putaran 2100
rpm grafik mengalami penurunan yang disebabkan karena penurunan nilai torsi lebih
dominan dari pada kenaikan putaran. Sesuai dengan rumus :
T .n
Ne = [PS]
716,2
putaran awal adanya gaya gesek pada ruang bakar kemudian daya yang hilang untuk
menggerakan flywheel, gear, dan perlengkapan mesin seperti pompa bahan bakar,
pompa air pendinginan, radiator, dsb yang dapat dilihat dari menurunnya efisiensi
friction pada lampiran tabel perhitungan. Dari grafik dapat diambil kesimpulan
bahwa semakin tinggi putaran maka daya mekanis akan semakin besar. Selain itu,
penyebab penurunan grafik Daya Friction (Nf) adalah meningkatnya efisiensi
kerugian pendinginan dan efisiensi kerugian gas buang seiring putaran yang dapat
dilihat pada lampiran tabel perhitungan, dimana sesuai dengan rumus :
f .Qf
Nf = [PS]
100%
f = 100% -( g+ w+ e)
Ni Ne Nf [PS]
Gambar 4.3 Grafik Hubungan antara Putaran terhadap Mean Effective Pressure
(MEP)
Gambar 4.3 merupakan grafik hubungan antara putaran dengan tekanan efektif
rata-rata. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa tekanan efektif rata-rata mengalami
kenaikan sampai dengan putaran 1950 rpm, kemudian mengalami penurunan pada
putaran 2100 rpm. Pada awal putaran grafik cenderung naik, disebabkan karena Daya
Efektif (Ne) cenderung meningkat pada putaran awal seiring dengan bertambahnya
putaran. Dimana hal ini sesuai dengan rumus :
0,45.Neo.z
MEP = [kg/cm]
Vd .n.i
T .n
dimana Neo = k.Ne ; Ne =
716,2
0,45.k .T .n.z
MEP =
Vd .n.i
Dapat dilihat dari rumus diatas bahwa tekanan efektif rata-rata dipengaruhi oleh
Torsi (T). Dengan naiknya torsi (T) seiring bertambahnya putaran sampai pada putaran
1950 rpm, maka grafik tekanan efektif rata-rata juga naik pula. Sedangkan pada putaran
akhir 2100 rpm grafik cenderung menurun disebabkan karena nilai Torsi (T) yang
mengalami penurunan.
Gambar 4.4 Grafik Hubungan antara Putaran terhadap Spesific Fuel Consumption
(SFC)
Gambar 4.4 merupakan grafik hubungan antara putaran dengan Spesific Fuel
Consumption (SFC). Dari grafik ini dapat diambil kesimpulan yang berhubungan dengan
adalah sebagai berikut :
Hubungan Putaran dan Spesific Fuel Consumption Effective (SFCe)
Pemakaian bahan bakar spesifik efektif berarti pemakaian bahan bakar untuk
setiap daya efektif (Ne). Dari grafik hubungan putaran dan specific fuel consumption
effective telihat bahwa grafik cenderung konstan. Hal ini dikarenakan meningkatnya
konsumsi bahan bakar juga diikuti dengan meningkatnya daya efektif (Ne) seiring
dengan bertambahnya putaran yang dapat dilihat pada lampiran tabel perhitungan.
Hal ini sesuai dengan rumus :
FC
SFCe = [kg/PS.jam]
Ne
FC
SFCi = [kg/PS.jam]
Ni
Ni Ne Nf
Gambar 4.5 merupakan grafik hubungan antara putaran dengan efisiensi. Dari
grafik tersebut dapat diambil kesimpulan yang berhubungan dengan (i) , (m), (e) dan
(v) adalah sebagai berikut :
Grafik hubungan antara putaran dan Efisiensi Thermal Indikatif (i)
Dari grafik hubungan antara putaran dan efisiensi thermal indikatif dapat
dilihat bahwa grafik mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena efisiensi
thermal efektif (i) dipengaruhi oleh Daya Indikatif (Ni) dan panas hasil pembakaran
(Qb), semakin tinggi putaran maka nilai Qb akan semakin meningkat dan nilai daya
indikatif (Ni) semakin menurun seiring dengan bertambahnya nilai putaran (n) yang
dapat dilihat pada Gambar 4.2 dan lampiran tabel perhitungan, sehingga membuat
nilai i semakin lama makin turun dimana sesuai dengan rumus :
Ni
i = x 632 x 100 %
Qb
dan diikuti dengan penurunan daya indikatif (Ni) seiring bertambahnya putaran (n)
yang dapat dilihat pada Gambar 4.2. Dimana sesuai dengan rumus :
Ne
m = x 100 %
Ni
Ne
e = x 100 %
Qb
Grafik hubungan antara putaran dan Efisiensi Volumetrik (v)
Dari grafik hubungan antara putaran dengan efisiensi volumetrik (v) terlihat
bahwa grafik mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena pada saat mesin
berada pada putaran yang tinggi, pergerakan torak akan semakin cepat. Fenomena
ini akan menyebabkan katup isap akan semakin cepat untuk terbuka dan tertutup,
sehingga menyebabkan waktu untuk udara mengalir masuk menuju silinder akan
semakin kecil hal ini dibuktikan dengan menurunnya massa alir udara masuk yang
dapat dilihat pada lampiran tabel perhitungan. Secara matematis rumusnya adalah
sebagai berikut :
Gs.z.60
v x100%
a .n.Vd .i
Gambar 4.6 merupakan grafik hubungan antara putaran dengan jenis-jenis panas.
Dari grafik ini dapat diambil kesimpulan yang berhubungan dengan (Qb), (Qe), (Qeg),
(Qw) dan (Qpp) adalah sebagai berikut :
Grafik hubungan putaran dan panas hasil pembakaran (Qb)
Dari grafik hubungan antara putaran dan hasil pembakaran (Qb) terlihat
bahwa grafik mengalami kenaikan seiring dengan bertambahnya putaran. Hal ini
dikarenakan semakin tinggi putaran maka waktu untuk melakukan satu siklus
semakin cepat, sehingga konsumsi bahan bakar meningkat yang menyebabkan nilai
Qb juga meningkat. Pada putaran 1950-2100 rpm grafik mengalami penurunan, hal
ini disebabkan karena konsumsi bahan bakar yang menurun yang menyebabkan nilai
Qb menurun pula. Kenaikan dan penurunan konsumsi bahan bakar dapat dilihat pada
lampiran tabel perhitungan. Dimana sesuai dengan rumus :
Qb FC.LHVbahanbakar [kcal/jam]
Grafik hubungan putaran dan panas yang menjadi daya efektif (Qe)
Dari grafik hubungan antara putaran dan panas yang menjadi daya efektif
(Qe) terlihat bahwa grafik mengalami kenaikan. Grafik mengalami kenaikan
disebabkan karena nilai daya efektif (Ne) yang semakin besar, dapat dilihat pada
Gambar 4.2. Meningkatnya nilai daya efektif (Ne) disebabkan karena daya yang
hilang akibat gesekan menurun yang dapat dilihat pada Gambar 4,2, dimana
rumusnya adalah sebagai berikut :
Qe Ne.632 [kcal/jam]
Grafik hubungan putaran dan panas yang terbawa gas buang (Qeg)
Dari grafik hubungan antara putaran dan panas yang terbawa oleh gas buang
(Qeg) dapat dilihat bahwa grafik mengalami kenaikan sampai pada putaran 1950 rpm
dan menurun pada putaran 2100 rpm.. Hal ini disebabkan karena nilai Qeg yang
dipengaruhi oleh nilai Gg yang semakin meningkat akibat konsumsi bahan bakar dan
massa alir udara yang masuk semakin meningkat seiring bertambahnya putaran yang
dapat dilihat pada lampiran tabel perhitungan. Tetapi pada putaran 2100 rpm grafik
mengalami penurunan yang disebabkan oleh menurunnya selisih temperatur gas
buang dengan temperatur udara masuk yang dapat dilihat pada lembar data
praktikum.
Hal ini sesuai dengan rumus :
FC
Gg = Gs + [kg/s]
3600
. . .d 2
Gs = 2.g.a.( P1 P2 ) [ kg/s]
4
Grafik hubungan putaran dan panas yang hilang karena sebab lain (Qpp)
Dari grafik hubungan antara putaran dan panas yang hilang karena sebab lain
(Qpp) dapat dilihat bahwa grafik mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena
kenaikan Qe, Qeg, dan Qw lebih dominan dari pada kenaikan Qb seiring
bertambahnya putaran. Sehingga nilai Qpp akan cenderung menurun seiring
bertambahnya putaran. Hal ini sesuai dengan rumus :
Gambar 4.7 Grafik Hubungan antara Putaran terhadap Kandungan Gas Buang
Gambar 4.7 merupakan grafik hubungan antara putaran dengan kandungan gas
buang. Dimana kandungan gas buang merupakan hasil dari reaksi pembakaran bahan
bakar (Dexlite) dengan udara, dengan reaksi stoikiometri sebagai berikut :
Dari grafik ini dapat dilihat beberapa kecenderungan dari hubungan tiap gas
dengan kandungan gas pada tiap putaran :
CO2
Hubungan putaran dengan kandungan gas CO2 adalah semakin besar putaran,
maka presentase kandungan gas CO2 nya semakin menurun. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin besar putaran, maka pembakaran di dalam mesin terjadi tidak
sempurna.
O2
Hubungan putaran dengan kandungan gas O2 adalah semakin besar putaran,
maka presentase kandungan gas O2 nya semakin meningkat. Hal ini dikarenakan
pada saat putaran tinggi, pergerakan piston semakin cepat sehingga O2 tidak habis
bereaksi dan masih tersisa yang meyebabkan pembakaran kurang sempurna.
CO
Hubungan putaran dengan kandungan gas CO adalah semakin besar putaran,
maka kandungan gas CO nya semakin meningkat. Hal ini dikarenakan semakin tinggi
putaran, pergerakan piston akan semakin cepat sehingga pada saat berlangsungnya
reaksi pembakaran atom O belum sempat membentuk ikatan dengan CO.
N2
Dari grafik dapat dilihat bahwa N2 cenderung konstan seiring bertambahnya
putaran. Hal ini disebabkan kandungan N2 yang masuk sama dengan yang keluar,
dikarenakan N2 tidak ikut bereaksi. Nilai kandungan N2 berbeda-beda disetiap
putaran dikarenakan volume gas buang selain CO2, O2, dan CO diasumsikan sebagai
N2, padahal selain CO2, O2, dan CO masih terdapat kandungan bahan bakar yang
terbawa gas buang.
Dari keempat kadar kandungan, dapat disimpulkan bahwa semakin besar
putaran, maka pembakaran yang terjadi akan semakin tidak sempurna. Hal ini
ditunjukkan dengan persentase CO yang meningkat seiring bertambahnya putaran.
Qe = 24,32%
NEGERI MALANG
Qb = 100%
Qeg = 35,99%
Skala : 1 cm = 116895,68 kcal/jam
Qb = 58447,84 kcal/jam
Qe = 14216,0290 kcal/jam
Qpp = 4947,7394 kcal/jam Qpp = 8,46% Qw = 31,21%
Qeg = 21039,07 kcal/jam
Qw = 18245 kcal/jam
69
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2017
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2017
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum motor bakar yang telah dilakukan dan berdasarkan analisa
grafik, dapat diambil kesimpulan bahwa kenaikan putaran berpengaruh pada:
1. Torsi yang bertambah seiring dengan pertambahan besar putaran namun menurun
ketika mencapai putaran tertentu sebab semakin cepat putaran gesekan antra piston
dengan dinding silinder semakin besar sehingga torsi menurun. Dan karena gaya
kelembaman yang semakin besar.
2. Daya indikatif dan daya mekanis semakin menurun seiring dengan pertambahan
putaran. Sedangkan Daya efektif meningkat seiring dengan pertambahan putaran.
3. Seiring bertambahnya putaran nilai Mean Effective Pressure (MEP) cenderung naik,
lalu menurun setelah melewati putaran maksimumnya. Hal ini dikarenakan Mean
Effective Pressure (MEP) dipengaruhi oleh Torsi (T).
4. Nilai SFCi (Specific Fuel Consumption Indicated) meningkat seiring bertambahnya
putara. Sedangkan nilai SFCe (Specific Fuel Consumption Effective) cenderung
konstan seiring bertambahnya putaran.
5. Nilai Efisiensi Thermal Indikatif dan Efisiensi Volumetris mengalami penurunan
seiring dengan bertambahnya putaran dan nilai Efisiensi Mekanis meningkat seiring
bertambahnya putaran. Sedangkan nilai Efisiensi Thermal Efektif cenderung konstan
seiring dengan bertambahnya putaran.
6. Dengan bertambahnya putaran maka:
a. Grafik hubungan antara panas hasil pembakaran (Qb) dengan putaran cenderung
mengalami kenaikan sampai pada putaran 1950 rpm dan mengalami penurunan
pada putaran 2100 rpm.
b. Grafik hubungan antara panas yang menjadi daya efektif (Qe) dengan putaran
cenderung mengalami kenaikan.
c. Grafik hubungan antara panas yang terbawa gas buang (Qeg) dengan putaran
cenderung mengalami kenaikan hingga putaran 1950 rpm dan turun pada putaran
2100 rpm.
5.2 Saran
1. Kebersihan alat dan kondisi ruangan untuk lebih ditingkatkan demi kenyamanan
pengguna laboratorium.
2. Untuk format dalam menyusun laporan sebaiknya disepakati oleh seluruh asisten,
agar praktikan tidak bingung dalam menyusun laporan.
3. Praktikan diharapkan selalu mempelajari materi, agar pada saat pelaksanaan asistensi
dapat berjalan dengan lancar.
LAMPIRAN
1=2
Lampiran 1. Tabel 1 Relation of -
1