TINJAUAN PUSTAKA
melaksanakan suatu pekerjaan, tetapi juga dapat menyebabkan suatu kegagalan dalam
kerja yang mendukung seperti kualitas lingkungan fisik. Lingkungan fisik adalah
salah satu unsur yang harus didaya gunakan oleh organisasi sehingga menimbulkan
rasa nyaman, tentram, dan dapat meningkatkan hasil kerja yang baik untuk
Lingkungan kerja fisik adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja
misalnya penerangan, suhu udara, ruang gerak, keamanan, kebersihan, musik dan
Manusia sebagai mahluk sempurna tetap tidak luput dari kekurangan, dalam
tersebut berasal dari diri sendiri (intern), dapat juga dari pengaruh luar (ekstern).
Salah satu faktor yang berasal dari luar adalah kondisi fisik lingkungan kerja yaitu
semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja seperti temperatur, kelembapan
dan lain-lain. Hal-hal tersebut dapat berpengaruh secara signifikan terhadap hasil
adalah segala sesuatu yang ada disekitar karyawan dan dapat mempengaruhi dirinya
lingkungan kerja dan banyak pengaruhnya terhadap produktivitas kerja antara lain
Lingkungan fisik adalah sesuatu yang berada disekitar para pekerja yang
meliputi cahaya, warna, udara, suara serta musik yang mempengaruhi dirinya dalam
tinggal kita yang relatif masih lapang, yang masih jarang baik penduduknya maupun
organisasi yang ada didalamnya. Menurut Ahyari (1986) secara umum lingkungan
sesuatu yang ada disekitar karyawan dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam
merupakan faktor yang penting dan besar pengaruhnya bagi perusahaan yang
yang ada disekitar para pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam
lingkungan fisik adalah sumber kepuasan, keluhan mengenai lingkungan fisik, adalah
simbol atau perwujudan dari prestasi yang dalam, karena itu perlu mendapat
merupakan harapan sekaligus impian dari setiap pekerja. Menurut Nitisemito (2000)
lingkungan kerja dapat berpengaruh terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh para
lingkungan kerja dimana pegawai berada selalu dalam kondisi yang baik.
kerja merupakan serangkaian hal dari lingkungan yang dipersepsikan oleh orang-
orang yang bekerja dalam suatu lingkungan organisasi dan mempunyai peran yang
besar dalam mengarahkan tingkat laku karyawan. Artinya bagaimana karyawan
merasakan bahwa lingkungan kerjanya baik atau buruk, menyenangkan atau tidak
karyawan akan memandang, menafsirkan dan memberi arti terhadap sesuatu yang
terjadi didalam lingkungan kerjanya baik kondisi fisik maupun kondisi perusahaan
menyenangkan agar setiap karyawan yang bekerja pada instansi atau perusahaan
akhirnya bisa bekerja pada tingkat optimal. Lingkungan kerja yang menyenangkan,
rekan kerja yang kooperatif, pimpinan yang selalu memperhatikan keluh kesah
yang adil merupakan dambaan bagi para karyawan sehingga karyawan bekerja lebih
semangat, memiliki komitmen yang tinggi, dan pada akhirnya dapat meningkatkan
produktivitas kerja.
lingkungan yang sama adalah buruk sedangkan yang lain menganggap baik. Hal ini
berpotensi menjadi penyebab karyawan mudah jatuh sakit, mudah stres, sulit
meliputi ruang kerja yang tidak nyaman, panas, sirkulasi udara kurang memadai,
ruang kerja terlalu padat, lingkungan kerja yang kurang bersih, dan bising atau
berisik.
Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan lingkungan fisik adalah keadaan di sekitar rumah sakit seperti suhu udara,
penelitian ini adalah segala sesuatu yang berada disekitar para pekerja yang meliputi
suhu udara, pencahayaan, suara, penghawaan, kebersihan serta sikap kerja yang dapat
Fokus perhatian pada metode ini adalah manusia atau karakteristik yang harus
dengan tepat, benar, dan sempurna sehingga mempunyai prestasi yang bagus.
pegawai tidak terlepas dari lingkungan tempat kerja yang harus mendukung seperti
kualitas lingkungan fisik. Lingkungan fisik adalah unsur yang harus didaya gunakan
meningkatkan hasil kerja yang baik untuk meningkatkan kinerja organisasi tersebut.
2.1.2. Evaluasi Pasca Huni (Post Occupancy Evaluation)
Menurut Haryadi dan Slamet (1996), pengertian dari Evaluasi Paska Huni
Rumah sakit merupakan sebuah fasilitas umum yang sarat dengan prasarana
pengguna sarana. Sebuah rumah sakit sangat berpengaruh dengan keadaan dan fungsi
dari prasarana dan sarananya, terlebih pada rumah sakit modern yang menggunakan
teknologi maju. Banyak manajemen rumah sakit yang kurang memperhatikan hal ini.
Seperti diketahui sebuah bangunan bukan hanya terdiri atas ruangan dan pembatas-
pembatasnya saja, tetapi berfungsi juga komponen lain yaitu komponen servis.
Komponen servis ini terdiri atas perlengkapan elektrikal dan mekanikal dan
perabotan yang jenis dan jumlah serta kualitasnya tergantung dari kegiatan yang
berlangsung di dalam rumah tersebut. Dengan demikian ada 2 faktor penting, yaitu
selalu dihadapi oleh para pengelola rumah sakit. Menurut Haryadi dan Slamet (1996)
lebih baik di saat mendatang. Untuk mengetahui keadaan sebenarnya dari prasarana
dan sarana fisik saat ini perlu dilakukan evaluasi, yaitu evaluasi pasca huni (post
occupancy evaluation).
dalam memberikan kepuasan dan dukungan kepada pemakai, terutama nilai-nilai dan
1. Merupakan sebuah proses evaluasi bangunan dalam suatu cara yang ketat dan
kebutuhannya.
3. Tujuan adalah untuk menghasilkan bangunan yang lebih baik dikemudian hari.
a. Jangka pendek
b. Jangka menengah
c. Jangka panjang
1. Indikatif EPH
sangat singkat (kurang lebih 3 jam). Biasanya evaluator sudah sangat mengenal
dengan objek evaluasinya. Perolehan data dapat diperoleh salah satunya dari
2. Investigatif EPH
menyeluruh.
Tahap Kegiatan
dalam melaksanakan suatu pekerjaan, tetapi juga dapat menyebabkan suatu kegagalan
pekerja, terutama lingkungan kerja yang bersifat psikologis, sedangkan pengaruh itu
1) Pertukaran udara, yaitu agar setiap ruang diberi ventilasi yang cukup supaya
4) Kebisingan atau suara gaduh, bising yang ada dalam lingkungan kerja akan
mengganggu konsentrasi.
5) Tata ruang kerja, penataan, pewarnaan dan kebersihan setiap ruangan akan
1) Tempat kerja di dalam atau di luar, jenis pekerjaan, pengaturan waktu kerja
Menurut Munandar (2001) kondisi lingkungan kerja fisik mencakup setiap hal
dari fasilitas parkir di luar gedung perusahaan, lokasi dan rancangan gedung sampai
jumlah cahaya dan suara yang menimpa meja kerja atau ruang kerja seorang tenaga
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam iluminasi adalah kadar (intensity)
2) Warna. Penggunaan warna atau kombinasi warna yang tepat akan meningkatkan
kerja.
3) Bising (noise). Dalam kehidupan sekarang ini bising merupakan keluhan yang
tingkat prestasi kerja pada tugas-tugas yang menuntut kewaspadaan tinggi, tugas-
yang tinggi.
4) Musik dalam bekerja. Musik memiliki pengaruh yang baik pada pekerjaan-
pekerjaan yang sederhana, rutin dan monoton, sedangkan pada pekerjaan yang
mengganggu.
intensitas cahaya. Penerangan lingkungan kerja harus diatur cukup dan sesuai
Warna dari suatu ruangan kerja dapat mempengaruhi semangat dan unjuk kerja
karyawan.
f. Sirkulasi kerja. Sirkulasi udara yang baik akan memberikan kesegaran fisik
meningkat.
Menurut Gie (2000), unsur didalam lingkungan fisik rumah sakit meliputi
sebagai berikut :
a. Suhu Udara
Usia sebuah bangunan dapat mencapai 50-100 tahun, karena itu penting sekali
dipikirkan mengenai pemakaian energi dalam tahap disain. Apabila kita salah dalam
mengambil keputusan dalam tahap disain, akibatnya harus ditanggung selama gedung
ini berdiri. Misalnya kalau kita lebih banyak menggunakan AC, padahal bisa dihemat
Selain kerugian dalam bentuk materi (uang) juga merusak lingkungan dan
udara, kelembaban, radiant temperature, arus udara, dan hal yang berpengaruh
which expresses satisfaction with the thermal environment. Comfort Zone tidak
absolut tetapi tergantung dari kultur, musim, kesehatan, lapisan lemak seseorang,
tebalnya baju pakaian, kegiatan fisik. Kalau banyak kegiatan fisik maka comfort zone
Sakit :
1. Penghawaan atau ventilasi di rumah sakit harus mendapat perhatian yang
udara, dan kelembaban nyaman bagi pasien dan karyawan. Untuk rumah sakit
tower-nya agar tidak menjadi perindukan bakteri legionella dan untuk AHU
(Air Handling Unit) filter udara harus dibersihkan dari debu dan bakteri atau
jamur.
2. Suplai udara dan Exhaust hendaknya digerakkan secara mekanis, dan exhaust
4. Pengambilan suplai udara dari luar, kecuali unit ruang individual, hendaknya
perlengkapan pembakaran
7. Suplai udara untuk daerah sensitif : ruang operasi, perawatan bayi, diambil
tidak digunakan sebagai suplai udara kecuali untuk suplai udara ke WC, toilet,
gudang.
Saringan I pasang di bagian penerimaan udara dari luar dengan efisiensi 30%
conditioning system.
12. Penghawaan ruang operasi harus dijaga agar tekanannya lebih tinggi
(air conditioner).
13. Penghawaan mekanis dengan menggunakan exhaust fan atau air conditioner
dipasang pada ketinggian minimum 2,00 meter di atas lantai atau minimum
14. Untuk mengurangi kadar kuman dalam udara ruang (indoor) 1 (satu) kali
dan gas)
b. Pencahayaan
Pencahayaan merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu rumah sakit
memasang infus dan memberi obat-obatan dan ketatabukuan harus terlihat jelas
semangat kerja perawat, karena mereka dapat lebih cepat menyelesaikan tugas-
tugasnya, matanya tidak mudah lelah karena cahaya yang gelap, dan kesalahan-
penerangan yang buruk, misalnya ruangan yang terlampau gelap atau karyawan
dalam fasilitas fisik rumah sakit. Pelaksanaan pekerjaan yang sukses memerlukan
penerangan yang baik. Penerangan yang baik membantu karyawan terlihat dengan
cepat, mudah, dan senang. Cahaya matahari tidak dapat diatur dengan sempurna
menurut keinginan orang. Lebih-lebih dalam gedung yang luas dan kurang
jendelanya, cahaya alam itu tidak dapat menembus sepenuhnya, karena itu sering
yaitu :
1) Cahaya langsung
Apabila dipakai lampu biasa, cahaya bersifat sangat tajam dan bayangan yang
ditimbulkan sangat tegas. Cahaya ini lekas melelahkan mata dan menyilaukan
langit umumnya menjadi gelap. Biasanya ini merupakan cahaya yang paling
tidak disukai.
Cahaya ini memancar dari sumbernya dengan melalui tudung lampu yang
biasanya terbuat dari gelas yang berwarna seperti susu. Cahaya ini tersebar
kembali ke arah mata pekerja, sehingga hal ini masih kurang memuaskan
Penerangan ini terjadi dari cahaya yang sebagian besar merupakan pantulan
dari langit-langit dan dinding ruangan, sebagian lagi terpancar melalui tudung
kaca. Cahaya ini sudah lebih baik daripada cahaya setengah tidak langsung
karena sifat dan bayangan yang diciptakan sudah tidak begitu tajam
baru dipantulkan ke arah meja. Hal ini memberikan cahaya yang lunak dan
mempunyai daya pantul yang tinggi. Sifat cahaya ini benar-benar sudah lunak,
e) Kesalahan berkurang
bermutu baik. Penerangan yang bermutu baik penerangan yang secara relatif tidak
Cahaya sendiri dapat dibagi dua, yaitu cahaya alam (matahari) dan cahaya
buatan (lampu). Kenyamanan dari sebuah cahaya menurut Moore (1999) ditentukan
oleh : kondisi fisiologis mata, latar belakang objek, bentuk/wujud objek yang
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit bahwa tata laksana pencahayaan adalah sebagai
beikut :
1. Lingkungan rumah sakit baik dalam maupun luar ruangan harus mendapat
2. Semua ruang yang digunakan baik untuk bekerja ataupun untuk menyimpan
malam hari dan disediakan saklar dekat pintu masuk, saklar individu
ditempatkan pada titik yang mudah dijangkau dan tidak menimbulkan berisik.
cahaya perlu mempunyai suatu tenaga 30,000 lux, untuk menerangi suatu ukuran
bidang sedikitnya 150 mm dan dengan konstruksi yang sempurna. Pertimbangan lain
sebaiknya area klinis juga tetap harus diberikan pencahayaan walaupun dalam
keadaan siang karena hal ini dapat mengurangi efek disorientasi bagi para staff dan
pasien.
d. Suara
Suara bising yang keras, tajam dan tidak terduga adalah penyebab gangguan yang
kerap dialami pekerja tulis menulis. Gangguan ini seringkali didiamkan saja
walaupun tindakan perbaikan yang sederhana dapat dilakukan apabila waktu dan
membutuhkan konsentrasi pikiran, oleh karena itu diusahakan agar jangan banyak
dengan baik. Seorang mungkin tidak menyadari pengaruh kegaduhan suara, tetapi
setelah beberapa waktu orang akan menjadi sangat lelah dan lekas marah sebagai
(Moekijat, 2002).
Banyak sumber suara terdapat dalam kantor antara lain percakapan, gesekan
kursi-kursi pada lantai, dan mesin mesin kantor yang mengeluarkan suara. Kondisi
suara yang baik adalah kondisi suara yang tidak gaduh atau tenang, tidak terganggu
dari alat-alat kantor itu sendiri maupun dari luar kantor sehingga pegawai dapat
sekitar 20 sampai 20.000 Hz. Gelombang bunyi yang merambat dari sumbernya
melemah bila jarak dari sumbernya bertambah. Sebagian energinya akan dipantulkan,
berbahaya bagi kegiatan sehari-hari. Dengan kata lain tiap bunyi yang tidak
diinginkan oleh penerima dianggap sebagai bising. Jadi pembicaraan atau musik
mengabaikan bising bila bising itu secara wajar menyertai pekerjaan, seperti mesin
ketik atau mesin di pabrik. Sumber bising dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
(1) bising interior bisa dari alat-alat seperti mobil, motor, kipas angin, AC, televisi,
radio, penghisap debu, mesin bor, dan (2) outdoor, seperti bunyi air hujan, angin, air
mengalir. Bising berfrekuensi tinggi lebih mengganggu dari pada bising frekuensi
rendah. Secara umum bising bias menghasilkan gangguan yang jauh lebih besar pada
dipengaruhi oleh bising. Karena itu pemilihan lokasi yang sesuai harus
Fasilitas operasional ( unit pipa ledeng, mesin cuci, mesin cetak, fasilitas masuk )
sakit lambung dan masalah peredaran darah. Bising yang sangat keras, di atas 85 dB
dapat menyebabkan kemunduran yang serius pada kondisi kesehatan seseorang pada
umumnya dan bila berlangsung lama, kehilangan pendengaran sementara atau
permanen dapat terjadi, juga penyakit jantung, tekanan darah tinggi dan luka perut.
Pengaruh bising dapat menurunkan produktivitas dari pekerja. Hal ini telah
dibuktikan dalam bidang industri, produksi akan turun dan pekerja-pekerja akan
membuat lebih banyak kesalahan. Bila dipengaruhi oleh bising di atas 80 dB untuk
waktu yang lama. Sebaliknya, juga terbukti bahwa hal yang sama dapat terjadi bila
pekerja bekerja di tempat yang terlalu sunyi. Ini dibuktikan bahwa bising dalam
jumlah tertentu dapat ditolerir dan sebenarnya sejumlah bising dibutuhkan untuk
Misalnya musik latar belakang yang dipilih secara tepat dan didistribusikan dengan
dengan menggunakan penahan pintu karet. Lantai dapat ditutup dengan penutup
elastic (tegel karet, tegel gabus, tegel vinyl atau linoleum) untuk mengurangi bising
benturan. Selain itu petugas rumah sakit juga dilatih untuk berbicara dengan sopan
dan menghargai orang lain, seperti tidak berbicara atau tertawa keras-keras.
d. Penghawaan Ruangan
Pertukaran udara yang cukup terutama dalam ruangan sangat diperlukan, apalagi
dalam ruangan tersebut penuh pegawai. Pertukaran udara yang cukup dalam ruangan
Sebaliknya pertukaran udara yang kurang akan dapat menimbulkan rasa pengap
(kecuali untuk jangka waktu singkat), yaitu minimum 160C (60,80F) setelah jam
pertama. Thermometer harus disediakan pada setiap lantai agar pegawai dapat
1) Mengatur suhu dalam kantor dengan alat air conditioning. Walaupun alat tersebut
2) Mengusahakan peredaran udara yang cukup dalam ruang kerja. Hal ini dapat
tercapai dengan membuat lubang-lubang udara yang cukup banyak pada dinding
3) Mengatur pakaian kerja sebaik-baiknya yang dipakai oleh para pekerja. Untuk
bekerja di Indonesia, mengenakan pakaian jas lengkap dengan dasi secara Barat
pada yang plafonnya rendah. Demikian pula luasnya ruangan dengan jumlah
(lux) 200
(0C)
40
Kelembaban 50-60
e. Kebersihan Ruangan
tingkat kebersihan rumah sakit dapat menimbulkan berbagai dampak, antara lain:
sesuai dengan aturan Depkes (2006) bahwa kegiatan pembersihan ruangan dilakukan
2 kali sehari (pagi dan sore). Pembersihan lantai di ruang perawatan dilakukan setelah
ruang yang dapat menebarkan debu harus dihindari. Harus menggunakan cara
pembersihan dengan perlengkapan pembersih (pel) yang memenuhi syarat dan bahan
antiseptik yang tepat. Pada masing-masing ruang supaya disediakan perlengkapan pel
setahun dan di cat ulang apabila sudah kotor atau cat sudah pudar. Setiap percikan
ludah, darah, eksudat luka pada dinding/lantai harus segera dibersihkan dengan
menggunakan antiseptik.
f. Sikap Kerja
Sikap kerja juga diartikan sebagai kecenderungan pikiran dan perasaan puas
atau tidak puas terhadap pekerjaannya (Aniek dalam Purwanto, 2008). Kemudian
pada saat bekerja perlu diperhatikan postur tubuh dalam keadaan seimbang agar dapat
bekerja dengan nyaman dan tahan lama (Merulalia, 2010). Berdasarkan beberapa
definisi di atas dapat dikatakan sikap kerja adalah proses kerja yang sesuai ditentukan
oleh anatomi tubuh dan ukuran peralatan yang digunakan pada saat bekerja. Untuk
menerapkan sikap kerja didalam ergonomi maka ada beberapa persyaratan yang harus
Berdiri dengan posisi yang benar dengan tulang punggung yang lurus dan bobot
badan
Ukuran tubuh yang penting adalah tinggi duduk, panjang lengan atas,
panjang lengan bawah dan tangan, jarak lekuk lutut dan garis punggung, serta
jarak lekuk lutut dan telapak kaki. Posisi duduk pada otot rangka
ditahan oleh sandaran kursi agar terhindar dari nyeri dan cepat lelah (Santoso,
2004).
berdiri atau berbaring, jika posisi duduk tidak benar. Tekanan posisi tidak
duduk 100%, maka tekanan akan meningkat menjadi 140% bila sikap duduk
tegang dan kaku, dan tekanan akan meningkat menjadi 190% apabila saat
duduk dilakukan membungkuk kedepan. Oleh karena itu perlu sikap duduk
yang benar dapat relaksasi (tidak statis) (Nurmianto dalam Santoso, 2004).
Sikap kerja yang baik dengan duduk yang tidak berpengaruh buruk
terhadap sikap tubuh dan tulang belakang adalah sikap duduk dengan sedikit
lordosa pada pinggang dan sedikit kifosa pada punggung dimana otot-otot
Duduk memerlukan lebih sedikit energi dari pada berdiri, karena hal
itu dapat mengurangi banyaknya beban otot statis pada kaki. Seorang operator
bekerja yang bekerja sambil duduk memerlukan sedikit istirahat dan secara
potensial lebih produktif. Sikap duduk yang keliru akan merupakan penyebab
meningkat pada saat duduk, dibandingkan dengan saat berdiri atau pun
berbaring. Jika diasumsikan tekanan tersebut sekitar 100%, maka cara duduk
yang tegang atau kaku (erect posture) dapat menyebabkan tekanan tersebut
Sikap duduk yang tegang lebih banyak memerlukan aktivitas otot atau
urat saraf belakang dari pada sikap duduk yang condong kedepan. Kenaikan
tekanan tersebut dapat meningkat dari suatu perubahan dalam suatu lekukan
tulang belakang pada saat duduk. Suatu keletihan pada pinggul sekitar 900 tidak
akan dicapai hanya dengan rotasi dari tulang pada sambungan paha.
Ukuran tubuh yang penting dalam bekerja dengan posisi berdiri adalah
tinggi badan berdiri, tinggi bahu, tinggi siku, tinggi pinggul, panjang lengan.
(Santoso, 2004).
3. Membungkuk
dengan posisi berdiri tegak dirubah menjadi posisi setengah duduk tanpa
Romanenko, 2004). Yang mana posisi kerja yang baik adalah bergantian antara
posisi duduk dan posisi berdiri, akan tetapi antara posisi duduk dan berdiri lebih
baik dalam posisi duduk (Romanenko dalam Sumamur, 1989). Hal itu
dikarenakan sebagian berat tubuh di sangga oleh tempat duduk juga konsumsi
energi dan kecepatan sirkulasi lebih tinggi dibandingkan tiduran, tetapi lebih
rendah dari pada berdiri. Posisi duduk juga dapat mengontrol kekuatan kaki
dalam pekerjaan.
2.2. Semangat Kerja
dirasakan para perawat dalam ruangan perawatan. Apabila perawat merasa bergairah,
kerja tinggi dan jika perawat suka membantah, menyakiti hati, kelihatan tidak tenang
maka perawat tersebut mempunyai semangat kerja rendah. Dengan kata lain bahwa
Westra (1980) menyatakan bahwa Semangat kerja adalah sikap dari individu
Nitisemito (2000), semangat kerja adalah melakukan pekerjaan secara lebih giat
sehingga dengan demikian pekerjaan dapat diharapkan lebih cepat dan lebih baik.
kerja yang tinggi, bahkan ada yang mengidentifikasikan secara bebas, moral kerja
yang tinggi adalah semangat dan kegairahan kerja. Pada umumnya terdapat
kegairahan yang tinggi. Dibawah kondisi semangat dan kegairahan kerja yang buruk
oleh perusahaan di masa yang akan datang. Hal ini akan memberatkan prospek
perusahaan di masa yang akan datang, bila semangat dan kegairahan kerja tersebut
dibebani secara serius oleh perusahaan. Semangat dan kegairahan kerja yang tinggi
tidak harus menyebabkan produktivitas yang tinggi, hal ini hanyalah merupakan
yang mempunyai semangat dan kegairahan kerja yang tinggi, tetapi mereka hanya
bersenda gurau saja tanpa menghiraukan pekerjaan pada waktu ditinggal oleh
pengawasnya.
Semangat kerja adalah sikap individu untuk bekerja sama dengan disiplin dan
pekerja tampak merasa senang, optimis mengenai kegiatan dan tugas, serta ramah
satu sama lain, maka karyawan itu dikatakan mempunyai semangat kerja yang tinggi.
Sebaliknya, apabila karyawan tampak tidak puas, lekas marah, sering sakit, suka
membantah, gelisah, dan pesimis, maka relasi ini dikatakan sebagai bukti semangat
yang rendah.
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut diatas maka dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan semangat kerja adalah kemampuan atau kemauan
setiap individu atau sekelompok orang untuk saling bekerjasama dengan giat dan
untuk mencapai tujuan organisasi. Jadi untuk mengetahui tinggi rendahnya semangat
I. Presensi
karyawan tidak tepat waktu maka suatu organisasi tidak akan mencapai
dan organisasi.
apabila dilakukan dengan niat baik, tujuan baik dan dilakukan dengan cara yang
baik pula. Kerjasama ini sangat bermanfaat dan digunakan untuk memecahkan
adalah kerjasama yang dilakukan dengan niat dan tujuan yang tidak baik. Yaitu
untuk mendapatkan kepentingan pribadi dengan cara yang dapat merugikan orang
lain.
sebagai berikut :
melaksanakan pekerjaan.
c. Adanya kemauan untuk memberikan kritik atau menerima kritik dan saran
merupakan suatu kewajiban untuk melaksanakan suatu tugas dan untuk dapat
diserahkan. Tanggung jawab adalah penting dan harus ada dalam setiap
apalagi jika karyawan merasa ikut memiliki organisasi tersebut ia akan berusaha
bekerja.
semangat kerja yang positif atau tinggi. Karena beban kerja, jenis dan sifat
menimbulkan rasa senang dan bergairah dalam arti tidak merasa terpaksa dan
mempercayai dan saling menerima satu sama lain, baik selama melakukan
pekerjaan maupun di luar jam kerja akan menimbulkan rasa senang yang dapat
tersebut dapat mengukur tinggi rendahnya semangat kerja. Menurut Maier (1998)
seseorang yang memiliki semangat kerja tinggi mempunyai alasan tersendiri untuk
melawan frustasi, serta memiliki semangat berkelompok. Ada empat aspek yang
a. Kegairahan
motivasi dan dorongan bekerja. Motivasi tersebut akan terbentuk bila seseorang
memiliki keinginan atau minat dalam mengerjakan pekerjaannya dan yang lebih
Seseorang yang memiliki semangat kerja yang tinggi tentunya tidak akan
semangat kerja yang tinggi maka tidak mudah putus asa dalam menghadapi
kesukaran-kesukaran di dalam pekerjaannya. Ini berarti ada ketekunan dan
memandang masa yang akan datang dengan baik. Hal ini yang meningkatkan
d. Semangat kelompok
adanya semangat kerja maka para karyawan akan saling bekerja sama, tolong
menunjukkan adanya kesediaan untuk bekerja sama dengan orang lain agar orang
sebagai berikut :
1. Hubungan yang harmonis antara pimpinan dan bawahan, yaitu adanya hubungan
timbal balik yang saling menguntungkan antara pimpinan dan bawahan sehingga
diri para karyawan untuk menyelesaikan tugas dan kewajibannya secara sungguh-
3. Terdapatnya sesuatu suasana dan iklim kerja yang bersahabat dengan anggota-
anggota lain dalam organisasi, yaitu tercapainya suatu kondisi yang dapat
pekerjaannya dengan rasa senang kondisi semacam ini akan tercipta jika
hubungan kerja terjalin semestinya sesuai dengan tugas dan tanggungjawab serta
4. Adanya tingkat kepuasan ekonomi sebagai imbalan untuk jerih payahnya, yaitu
adanya upah yang sesuai dengan pekerjaan yang diberikan sehingga dapat
secara layak.
5. Rasa kemanfaatan bagi tercapainya tujuan organisasi yang juga merupakan tujuan
bersama, yaitu adanya tujuan yang jelas yang ingin dicapai yang pada akhirnya
yaitu adanya perlindungan kerja dan jaminan keselamatan pada setiap kecelakaan
yang terjadi pada karyawan saat dia menjalankan tugas dan tanggungjawabnya
semangat kerja karyawan adalah minat atau perhatian terhadap pekerjaan, upah/gaji,
status sosial berdasarkan jabatan, tujuan yang mulia dan pengabdian, suasana
sekerja yang baik, dan gaji atau pendapatan. Dari sekian banyak faktor yang
menjadi satu sehingga dapat dikatakan bahwa faktor yang mempengaruhi semangat
perusahaan, karena dengan pengetahuan tentang indikasi ini akan dapat diketahui
sebabnya turun semangat kerja. Dengan demikian perusahaan akan dapat mengambil
waktu sebelumnya. Produktivitas kerja yang turun ini dapat terjadi karena
turunnya semangat dan kegairahan kerja maka kita tidak boleh melihat naiknya
tingkat absensi ini secara perseorangan tapi harus dilihat secara rata-rata.
mereka berusaha untuk mencari pekerjaan lain yang dianggap lebih sesuai.
5. Kegelisahan dimana-mana
Kegelisahan dilingkungan kerja akan terjadi bila mana semangat dan kegairahan
7. Pemogokan
Tingkat indikasi yang paling kuat tentang turunnya semangat dan kegairahan
kerja adalah bila mana terjadi pemogokan. Hal ini disebabkan bila terjadi
karyawan.
kepemimpinan.
karena banyak sebab, misalnya : upah yang terlalu rendah, ketidaksesuaian dengan
dari turunnya semangat dan kegairahan kerja tersebut. Pada prinsipnya turunnya
semangat dan kegairahan kerja disebabkan karena ketidakpuasan dari para karyawan.
Sumber ketidakpuasan dapat bersifat material dan non material. Yang bersifat
material misalnya : rendahnya upah yang diterima, fasilitas yang minim dan lain-lain.
semangat dan kegairahan kerja, baik yang bersifat material maupun bersifat non
material. Cara mana yang paling tepat sudah tentu tergantung kepada situasi dan
kondisi perusahaan tersebut serta tujuan yang ingin dicapai. Untuk meningkatkan
semangat dan gairah kerja menurut Nitisemito (2000) dapat ditempuh dengan cara :
a. Gaji yang cukup. Setiap perusahaan seharusnya memberikan gaji yang cukup
karyawannya. Fasilitas itu dapat berupa tempat ibadah, kantin, dan sebagainya.
c. Menempatkan karyawan pada posisi yang tepat. Posisi yang tepat maksudnya
posisi para karyawan akan menyebabkan jalannya pekerjaan kurang lancar dan
untuk maju maka akan mendorong semangat dan gairah kerja karyawan untuk
kesempatan pada karyawan untuk ikut serta dalam pembelian saham perusahaan
menghargai diri karyawannya bila mereka ingin dihargai. Orang akan lebih
senang bekerja dengan gaji yang rendah tapi dihargai daripada dengan gaji yang
suatu masalah untuk dipecahkan secara pribadi maka karyawan perlu diajak
berunding.
pensiun bagi karyawan. Variasi dengan cara ini adalah bahwa disamping
pekerjaannya dapat diukur melalui unsur-unsur semangat kerja. Berikut ini diuraikan
a. Disiplin Kerja
Disiplin dapat diartikan sebagai suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan
yang sesuai dengan peraturan dari perusahaan baik yang tertulis maupun tidak,
kemungkinan tujuan yang ditetapkan tidak dapat tercapai secara efektif dan
disiplin diharapkan sebagian besar peraturan dapat dijalani oleh karyawan dan
(Nitisemito, 2000).
b. Kerjasama
dengan orang lain menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan yang telah
1989). Keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi tergantung dari orang yang
sebagai berikut :
bawahan.
c. Tanggung Jawab
tugas dan pekerjaan yang telah diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan
tepat pada waktunya serta berani menanggung resiko atas tindakan yang
Landasan teori dalam penelitian ini didasarkan pada teori lingkungan fisik dan
bahwa lingkungan fisik adalah keadaan disekitar para pekerja (perawat) seperti
kebersihan, serta sikap kerja yang dapat memengaruhi perawat dalam menjalankan
pekerjaannya.
suhu udara, suara, penghawaan ruangan, kebersihan dan sikap kerja yang ada didalam
Dengan adanya lingkungan fisik yang baik, nyaman dan menyenangkan dapat
membuat karyawan bekerja dengan tenang, merasa betah untuk berada ditempat kerja
menyelesaikan pekerjaannya.
Penerangan yang baik dapat memberikan keuntungan diantaranya; 1)
Perpindahan pegawai kurang, 2) Semangat kerja lebih tinggi, 3) Prestise lebih besar,
(Moekijat, 2002).
yang kurang akan dapat menimbulkan rasa pengap sehingga mudah menimbulkan
Produktivitas yang lebih tinggi, 2) Mutu pekerjaan yang lebih tinggi, 3) Kesenangan
dan kesehatan pegawai yang bertambah, 4) Kesan yang menyenangkan bagi para
Suara bising yang keras, tajam dan tidak terduga adalah penyebab gangguan
yang kerap dialami pekerja tulis menulis. Gangguan ini sering kali didiamkan saja
walaupun tindakan perbaikan yang sederhana dapat dilakukan apabila waktu dan
pikiran diluangkan untuk masalah itu (Budiyanto, 1991). Pengaruh suara yang gaduh
Kelelahan yang bertambah dan semangat kerja yang berkurang (Moekijat, 2002).
c. Symbolic meaning, seperti ruang tunggu yang sempit dan kursi yang tidak
Menurut Adeyani (2010) sikap kerja dan lingkungan kerja merupakan bagian
dari aspek ergonomik yaitu penyesuaian pekerjaan antara alat kerja, lingkungan kerja
sehingga tercapai suatu keserasian antara manusia dan pekerjaannya yang akan
Menurut Yenni (2011) sikap tubuh merupakan bagian dari sikap dalam
bekerja, yang merupakan faktor resiko ditempat kerja. Sikap tubuh dalam bekerja
berhubungan dengan tempat duduk, meja kerja dan luas pandangan. Sikap tubuh saat
pekerjaan. Lingkungan fisik yang baik akan mendorong timbulnya semangat kerja
karyawan. Dengan semangat kerja yang tinggi, karyawan akan dapat bekerja dengan
perasaan senang dan bergairah sehingga mereka dapat berprestasi dengan baik.
Fokus perhatian pada metode ini adalah manusia atau karakteristik yang harus
dengan tepat, benar, dan sempurna sehingga mempunyai prestasi yang bagus.
yang lain menganggap baik. Hal ini disebabkan karena ada perbedaan pandangan
Menurut Cary Cooper (Rini, 2002) Kondisi kerja yang buruk berpotensi
menjadi penyebab karyawan mudah jatuh sakit, mudah stres, sulit berkonsentrasi, dan
menurunnya produktivitas kerja. Kondisi lingkungan kerja meliputi ruang kerja yang
tidak nyaman, panas, sirkulasi udara kurang memadai, ruang kerja terlalu padat,
pegawai tidak terlepas dari lingkungan tempat kerja yang harus mendukung seperti
kualitas lingkungan fisik. Lingkungan fisik adalah unsur yang harus didaya gunakan
meningkatkan hasil kerja yang baik untuk meningkatkan kinerja organisasi tersebut.
kerja yang tinggi, bahkan ada yang mengidentifikasikan secara bebas, moral kerja
yang tinggi adalah semangat dan kegairahan kerja. Dibawah kondisi semangat dan
kegairahan kerja yang buruk akan mengakibatkan penurunan produktivitas kerja
secara keseluruhan.
orang untuk bekerja giat dan terpadu dalam mengerjakan tujuan bersama. Sedangkan
menurut Alex S.Nitisemito (2000) semangat kerja adalah melakukan pekerjaan secara
lebih giat sehingga dengan demikian pekerjaan dapat diharapkan lebih cepat dan
lebih baik. Untuk melihat seberapa besar semangat kerja karyawan terhadap
2000)
Dengan adanya semangat kerja yang tinggi pada karyawannya, akan tercapai
kelancaran kerja, rencana yang telah ditetapkan dapat terealisasi dengan baik sesuai
dengan yang diharapkan sehingga tujuan organisasi bisa tercapai. Oleh karena itu
setiap karyawan yang semangat kerjanya rendah harus selalu mengusahakan agar
dapat meningkatkan semangat kerjanya. Begitu juga bagi karyawan yang semangat
Karena dengan meningkatnya semangat kerja maka karyawan akan memiliki disiplin,
non materi.
Lingkungan fisik yang baik merupakan peranan yang penting dalam membantu
perawat (Depkes RI, 1994). Lingkungan kerja merupakan segala sesuatu yang ada di
sekitar perawat pada saat bekerja yang berbentuk fisik, langsung atau tidak langsung,
yang dapat mempengaruhi dirinya dan pekerjaannya saat bekerja. Lingkungan fisik
yang dibahas dalam penelitian ini adalah semua keadaan yang terdapat disekitar
Kebersihan dan 6) Sikap Kerja, hal-hal tersebut dapat berpengaruh secara signifikan
sekelompok orang untuk bekerja giat dan terpadu dalam mengerjakan tujuan
melakukan pekerjaan secara lebih giat sehingga dengan demikian pekerjaan dapat
kegairahan dan hubungan yang harmonis. Jadi semangat kerja yang akan diteliti
dalam penelitian ini adalah sikap perawat dalam melakukan pekerjaan dengan lebih
hubungan yang harmonis dengan pimpinan dan rekan kerja sehingga pekerjaan dapat
dilakukan dengan lebih cepat, lebih baik dan berkualitas. Berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan diatas, maka kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini
Lingkungan Fisik
1. Suhu
2. Pencahayaan
3. Suara
4. Penghawaan Ruangan Semangat Kerja
5. Kebersihan
6. Sikap Kerja