Anda di halaman 1dari 92

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan wilayah rawan bencana, secara geografis
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat
lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng
Samudra Hindia dan Samudera Pasifik sedangkan pada bagian selatan dan
timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik yang memanjang dari Pulau
Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara hingga Sulawesi yang sisinya berupa
pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh
rawa-rawa. Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan bencana
seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor.
Indonesia berada di atas kerak bumi yang aktif dimana ada lima patahan
lempeng bumi yang bertemu, bertumbukan dan mengakibatkan pergerakan
bumi Indonesia dinamis.
Wilayah Indonesia yang terletak di daerah iklim tropis dengan dua
musim yaitu panas dan hujan dengan ciri-ciri adanya perubahan cuaca, suhu
dan arah angin. Kondisi iklim seperti ini serta kondisi topografi permukaan
dan batuan yang relatif beragam menghasilkan kondisi tanah yang subur
namun dapat menimbulkan beberapa akibat buruk bagi manusia seperti banjir,
tanah longsor kebakaran hutan dan kekeriangan. Indonesia yang terdiri dari
gugusan kepulauan mempunyai potensi bencana yang sangat tinggi dan juga
sangat bervariasi dari aspek jenis bencana. Kondisi alam tersebut serta adanya
keanekaragaman penduduk dan budaya di Indonesia menyebabkan timbulnya
risiko terjadinya bencana alam, bencana ulah manusia dan kedaruratan
kompleks, meskipun disisi lain juga kaya akan sumberdaya alam. Frekuensi
bencana alam yang terjadi di Indonesia cukup tinggi, terjadi silih berganti
mulai dari bencana gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, kebakaran
hutan, dan gunung meletus.

1
Terjadinya bencana alam pastilah menimbulkan banyak kerugian baik
berupa metrial maupun korban jiwa bagi benduduk yang tertimpa bencana
tersebut. Dampak yang ditimbulkan akibat adanya bencana yaitu timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis. Untuk meminimalisir jumlah korban jiwa dan harta benda
yang diakibatkan oleh suatu bencana maka perlu dilakukan langkah-langkah
starategis dalam menghadapi kemungkinan bencana yang terjadi dengan
manajemen bencana. Terutama dalam masalah kesehatan para korban jiwa.
Pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana. Undang-undang tersebut, penyelenggaraan
penanggulangan bencana mencakup serangkaian upaya yang meliputi
penetapan kebijakan pembangunan yang beresiko timbulnya bencana,
kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
Manajemen bencana merupakan keseluruhan dari semua tindakan yang
dilakukan untuk mengurangi kemungkinan kerusakan yang akan terjadi terkait
dengan bahaya dan untuk meminimalkan kerusakan setelah suatu peristiwa
bencana terjadi atau telah terjadi dan untuk pemulihan langsung dari
kerusakan. Manajemen bencana terdiri dari beberapa langkah diantaranya
mitigation, preparadness, response dan recovery. Pada tahap recovery, terjadi
proses pemulihan kondisi masyarakat yang terkena bencana dengan
memfungsikan kembali prasarana dan sarana pada keadaan semula. Tahap
recovery terdiri dari rehabilitasi dan rekontruksi baik dari fisik, psikologis dan
komunitas.
Berdasarkan latar belakang di atas, Prodi D-IV Keperawatan Reguler
Politeknik Kesehatan Denpasar menerapkan metode pembelajaran praktik
Manajemen Risiko Bencana Pariwisata dimana teori dari mata kuliah ini telah
didapatkan di semester VI. Hasil dari proses pembelajaran praktik manejemen
risiko bencana pariwisata ini dimuat dalam laporan kegiatan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah terkait dengan latar belakang di atas adalah
sebagai berikut.

2
1. Bagaimana menetapkan konteks risiko bencana pariwisata ?
2. Bagaimana identifikasi risiko bencana pariwisata ?
3. Bagaimana analisis risiko bencana pariwisata ?
4. Bagaimana evaluasi risiko bencana pariwisata ?
5. Bagaimana penanganan risiko bencana pariwisata ?
6. Bagaimana pemahaman dan implementasi proses manajemen risiko
bencana pariwisata ?

1.3 Tujuan Praktikum


Tujuan praktikum ini dapat dibagi menjadi dua yaitu,
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran praktik dan orientasi
ditempat praktik, mahasiswa diharapkan mampu memahami dan
mengimplementasikan proses manajemen risiko bencana pariwisata

2. Tujuan Khusus
Capaian pembelajaran praktikum yang diharapkan adalah
mahasiswa :
a. Mampu menetapkan konteks risiko bencana pariwisata
b. Mampu mengidentifikasi risiko bencana pariwisata
c. Mampu menganalisis risiko bencana pariwisata
d. Mampu mengevaluasi risiko bencana pariwisata
e. Mampu menangani risiko bencana pariwisata
f. Mengimplementasi proses manajemen risiko bencana pariwisata

1.4 Bobot Praktikum


Bobot Praktik Manajemen Risiko Bencana Pariwisata ini adalah 4 SKS.
Waktu yang dibutuhkan selama : 4 x 10 minggu x 160 menit = 6.400 menit.

1.5 Kegiatan Praktik


Adapun kegiatan praktik manajemen risiko bencana pariwisata ini adalah :
1. Menetapkan konteks risiko bencana pariwisata

3
2. Mengidentifikasi risiko bencana pariwisata
3. Menganalisis risiko bencana pariwisata
4. Mengevaluasi risiko bencana pariwisata
5. Menangani risiko bencana pariwisata
6. Mengikuti Pre dan Post conference
7. Mendokumentasikan kegiatan/membuat laporan

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manajemen Risiko Bencana


Menurut Krishna (2002), manajemen bencana merupakan
pengetahuan yang terkait dengan upaya untuk mengurangi risiko, yang
meliputi tindakan persiapan sebelum bencana terjadi, dukungan, dan
membangun kembali masyarakat saat setelah bencana terjadi. Lebih lanjut
Krishna mengungkapkan bahwa lingkaran manajemen bencana (disaster
management cycle) terdiri dari tigakegiatan besar. Pertama adalah sebelum
terjadinya bencana (pre event), kedua yaitu saat bencana dan ketiga adalah
setelah terjadinya bencana (post event).
Risiko bencana adalah potensi kerugian yang dinyatakan dalam
hidup, status kesehatan,mata pencaharian, aset dan jasa, yang dapat terjadi
pada suatu komunitas tertentu ataumasyarakat dalam suatu kurun waktu
tertentu (UNISDR, 2009). Risiko bencana adalah potensi kerugian yang
ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu
yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa
aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan
masyarakat.
Definisi risiko bencana mencerminkan konsep bencana sebagai hasil
dari hadirnya risiko secara terus menerus. Risiko bencana terdiri dari
berbagai jenis potensi kerugian yang sering sulit untuk diukur.Namun
demikian, dengan pengetahuan tentang bahaya, pola populasi, dan
pembangunansosial-ekonomi, risiko bencana dapat dinilai dan dipetakan,
setidaknya dalam arti luas.
Manajemen risiko bencana adalah pengaturan upaya
penanggulangan bencana dengan penekanan pada faktor-faktor yang
mengurangi risiko secara terencana, terkoordinasi, terpadu dan menyeluruh
pada saat sebelum terjadinya bencana.

5
Jadi kesimpulan dari manajemen risiko bencana adalah upaya untuk
mengurangi bahaya atau konsekuensi yang dapat terjadi pada penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor
nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis dengan cara tindakan persiapan sebelum bencana terjadi,
dukungan, dan membangun kembali masyarakat saat setelah bencana
terjadi.

2.2 Tujuan Manajemen Risiko Bencana


Banyak pihak yang kurang menyadari pentingnya mengelola
bencana dengan baik. Saah satu faktor adalah karena bencana belum pasti
tejadinya dan tidak diketahui kapan akan terjadi. Sebagai akibatnya,
manusia sering kurang peduli, dan tidak melakukan langkah pengamanan
dan pencegahan terhadap berbagai kemungkinan yang dapat terjadi.
Untuk itu diperlukan sistem manajemen bencana yang bertujuan
untuk:

1. Mempersiapkan diri menghadapi semua bencana atau kejadian yang


tidak diinginkan.
2. Menekan kerugian dan korban yang dapat timbul akibat dampak suatu
bencana atau kejadian.
3. Meningkatkan kesadaran semua pihakdalam masyarakat atau
organisasai tentang bencana sehingga terlibat dalam proses
penanganan bencana
4. Melindungi anggota masyarakatdari bahaya atau dampak bencana
sehingga korban dan penderitaan yang dialami dapat dikurangi.
5. Mengurangi, atau mencegah, kerugian karena bencana
6. Menjamin terlaksananya bantuan yang segera dan memadai terhadap
korban bencana
7. Mencapai pemulihan yang cepat dan efektif.

6
2.3 Manfaat Manajemen Risiko Bencana
Menurut Pamungkas (2010), manejemen resiko/ bencana memiliki
empat manfaat, yang mana diantaranya adalah sebagai berikut:
a Evaluasi dari program pengendali bencana akan dapat memberikan
gambaran mengenai keberhasilan dan kegagalan operasi perusahaan
b Memberikan sumbangan bagi peningkatan keuntungan perusahaan
c Ketenangan hati yang dihasilkan oleh manajemen bencana yang baik
akan membantu meningkatkan produktifitas dan kinerja
d Menunjukkan tanggungjawab sosial perusahaan terhadap karyawan,
pelanggan dan masyarakat luas

2.3 Tim Bencana


Tim bencana merupakan orang. orang yang mengkoordinir atau
memiliki tanggung jawab terhadap manajemen bencana. Tim bencana
yang biasanya digunakan dihotel biasanya adalah Emergency Responsible
Teamdan Fire Brigade, sedangkan menurut BPBD Kota Denpasar
beberapa jenis tim bencana adalah Publict Save Community (PSC),
Barisan Relawan Bencana (BALANA), dan Search and Rescue (SAR).
Adapun jenis - jenis tim bencana tersebut adalah sebagai berikut:
a. Emergency Responsible Team
Emergency Responsible Team (ERT) didefinisikan oleh Georgetown
University (2014) sebagai berikut, The Emergency Responsible Team
(ERT) is responsible team for coordinating the response to crises
affecting the safety and operation of some disaster. They will be called
to assist inthe management of the emergency situation. Tim ini
merupakan tim khusus yang menangani masalah bencana, tim ini
selain dibentuk oleh Georgetown University juga dibentuk oleh
berbagai organisasi termasuk hotel.
b. Fire Brigade
Fire Brigade didefinisikan sebagai berikut Fire Brigade is a private or
temporary organization of individual equipped to fight fires. Fire
Brigade tersebut merupakan organisasi yang bertugas untuk

7
menanggulangi segala jenis bencana yang berhubungan dengan
kebakaran. Selain dari pemerintah, tim ini biasanya juga dibentuk oleh
hotel - hotel.
c. Public Save Community (PSC)
Menurut BPBD Kota Denpasar, Public Save Community merupakan
petugas yang memberikan pelayanan kedaruratan kepada masyarakat
Kota, dioprasikan oleh petugas khusus yang dilengkapi dengan tiga
mobil ambulance, dan siaga 24 jam di setiap pos jaga. Petugas PSC
bergerak mengikuti pergerakan mobil pemadam pada saat terjadi
kebakaran dan PSC setiap saat bertugas mengevakuasi korban
kecelakaan lalulintas dan bencana lainya.
d. Search and Rescue (SAR)
Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM.43 Tahun 2005
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perhubungan, Searh
and Rescue (SAR)memiliki pengertian yaitu badan yang berfungsi
melaksanakan pembinaan, pengkoordinasian dan pengendalian potensi
Search and Rescue (SAR) dalam kegiatan SAR terhadap orang dan
material yang hilang atau dikhawatirkan hilang, atau menghadapi
bahaya dalam pelayaran dan atau penerbangan, serta memberikan
bantuan SAR dalam penanggulangan bencana dan musibah
lainnyasesuai dengan peraturan SAR Nasional dan Internasional.
e. Barisan Relawan Bencana (BALANA)
Menurut BPBD Kota Denpasar, Barisan Relawan Bencana
(BALANA) merupakan barisan relawan bencana yang direkrut dari
pegawai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dilingkungan
Pemerintah Kota Denpasar yang ditugaskan ikut serta menangani
bencana.

2.4 Proses Siklus Manajemen Risiko Bencana


A. Pra bencana
Tahapan manajemen bencana pada kondisi sebelum kejadian atau pra
bencana meliputi kesiagaan, peringatan dini dan mitigasi.

8
1. Kesiapsiagaan
Kesiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui
langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Kesiagaan adalah tahapan
yang paling strategis karena sangat menentukan ketahanan anggota
masyarakat dalam menghadapi datangnya suatu bencana.
2. Peringatan dini
Peringatan dini disampaikan dengan segera kepada semua pihak,
khususnya mereka yang potensi terkena bencana akan kemungkinan
datangnya suatu bencana di daerahnya masing-masing. Peringatan
didasarkan berbagai informasi teknis dan ilmiah yang dimiliki diolah
atau diterima dari pihak berwenang mengenai kemungkinan
datangnya suatu bencana.
3. Mitigasi
Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No. 21 tahun 2008, mitigasi
bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana,
baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Mitigasi adalah upaya untuk mencegah atau mengurangi dampak yang
ditimbulkan akibat suatu bencana. Upaya memperkecil dampak
negative bencana. Upaya mitigasi dapat dilakukan dalam bentuk
mitigasi struktur dengan memperkuat bangunan dan infrastruktur yang
berpotensi terkena bencana, seperti membuat kode bangunan, desain
rekayasa, dan konstruksi untuk menahan serta memperkokoh struktur
ataupun membangun struktur bangunan penahan longsor, penahan
dinding pantai, dan lain-lain. Selain itu upaya mitigasi juga dapat
dilakukan dalam bentuk non struktural, diantaranya seperti
menghindari wilayah bencana dengan cara membangun menjauhi
lokasi bencana yang dapat diketahui melalui perencanaan tata ruang
dan wilayah serta dengan memberdayakan masyarakat dan pemerintah
daerah.

9
Contoh: zonasi dan pengaturan bangunan (building codes), analisis
kerentanan; pembelajaran public.

Mitigasi harus dilakukan secara terencana dan komprehensif melalui


berbagai upaya dan pendekatan antara lain:
a) Pendekatan teknis
Secara teknis mitigasi bencana dilakukan untuk mengurangi
dampak suatu bencana misalnya membuat material yang tahan
terhadap bencana, dan membuat rancanagan pengaman,
misalnya tanggul banjir, lumpur dan lain sebagainya.
b) Pendekatan manusia
Pendekatan manusia ditujukan untuk membentuk manusia yang
paham dan sadar mengenai bahaya bencana. Untuk itu perilaku
dan cara hidup manusia harus dapat diperbaiki dan disesuaikan
dengan kondisi lingkungan dan potensi bencana yang
dihadapinya.
c) Pendekatan admisnistratif
Pemerintah atau pimpinan organisasi dapat melakukan
pendekatan administratif dalam manajemen bencana, khususnya
di tahap mitigasi sebagai contoh:

1) Penyususnan tata ruang dan tata lahan yang


memperhitungkan aspek risiko bencana
2) Penerapan kajian bencana untuk setiap kegiatan dan
pembangunan industry berisiko tinggi.
3) Menyiapkan prosedur tanggap darurat dan organisasi
tanggap darurat di setiap organisasi baik pemerintahan
maupun industry berisiko tinggi.

d) Pendekatan kultural
Pendekatan kultural diperlukan untuk meningkatkan kesadaran
mengenai bencana. Melalui pendekatan kultural, pencegahan

10
bencana disesuaikan dengan kearifan masyarakat lokal yang
telah mebudaya sejak lama.

B. Saat Bencana
Tahapan paling krusial dalam sistem manajemen bencana adalah saat
bencana sesungguhnya terjadi. Mungkin telah melalui proses peringatan
dini, maupun tanpa peringatan atau terjadi secara tiba-tba. Oleh karena itu
diperlukan langkah-langkah seperti tanggap darurat untuk dapat mengatasi
dampak bencana dengan cepat dan tepat agar jumlah korban atau kerugian
dapat diminimalkan.
1) Tanggap darurat
Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani
dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan
dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar,
perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan
sarana prasarana. Tindakan ini dilakukan oleh Tim penanggulangan
bencana yang dibentuk dimasing-masing daerah atau organisasi.
Menurut PP No. 11, langkah-langkah yangdilakukan dalam
kondisi tanggap darurat antara lain:
a) Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan
sumberdaya, sehingga dapat diketahui dan diperkirakan magnitude
bencana, luas area yang terkena dan perkiraan tingkat
kerusakannya.
b) Penentuan status keadaan darurat bencana.
c) Berdasarkan penilaian awal dapat diperkirakan tingkat bencana
sehingga dapat pula ditentukan status keadaan darurat. Jika tingkat
bencana terlalu besar dan berdampak luas, mungkin bencana
tersebut dapat digolongkan sebagai bencana nasional.
d) Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana.

Langkah selanjutnya adalah melakukan penyelamatan dan


evakuasi korban bencana. Hal yang dapat dilakukan antara lain:

11
a) Pemenuhan kebutuhan dasar
b) Perlindungan terhadap kelompok rentan (anak-anak, lansia, orang
dengan keterbatasan fisik, pasien rumah sakit, dan kelompok yang
dikategorikan lemah)
c) Pemulihan dengan segera sarana dan prasarana vital.

2) Penanggulangan bencana
Selama kegiatan tanggap darurat, upaya yang dilakukan adalah
menanggulangi bencana yang terjadi sesuai dengan sifat dan jenisnya.
Penanggulangan bencana memerlukan keahlian dan pendekatan khusus
menurut kondisi dan skala kejadian.
Tim tanggap darurat diharapkan mampu menangani segala
bentuk bencana. Oleh karena itu Tim tanggap darurat harus
diorganisisr dan dirancang untuk dapat menangani berbagai jenis
bencana.
Contoh aktivitas pada fase ini :
a. Evakuasi dan pengungsi (Evacuation and migration)Melakukan
evakuasi dan pengungsi ketempat evakuasi yang aman.
b. Pencarian dan Penyelamatan (Search and rescue SAR)Malakukan
pencaharian baik korban yang meninggal dan korban yang hilang.
c. Penilaian paska bencana (Post-disaster assessment)Melakukan
penilaian terhadap bencana yang terjadi
d. Respon dan Pemulihan (Response and relief)Memberikan respond
an pemulihan terhadap korban bencana
e. Logistik dan suplai (Logistics and supply)Manyalurkan bantuan
logistik kepada korban bencana
f. Manajemen Komunikasi dan Informasi (Communication and
information management)Memberikan informasi dan komunikasi
kepada media massa mengenai jumlah kerugian korban bencana
g. Respon dan pengaturan orang selamat (Survivor response and
coping)
Melakukan mendata jumlah korban bencana yang selamat baik. Ibu
Hamil, anak-anak dan orang Manula

12
h. Keamanan (Security)Mamberikan pelayanan keamanan terhadap
korban jiwa, baik itu harta benda dan yang lain.
i. Manajemen pengoperasian emergensi (Emergency operations
management)Melakukan manajemen pengoperasian emergenci
pada saat terjadinya bencana

C. Pasca Bencana
Setelah bencana terjadi dan setelah proses tanggap darurat dilewati,
maka langkah berikutnya adalah melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi.
1) Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan
public atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah
pasca bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau
berjalannya secara wajarsemua aspek pemerintahan dan kehidupan
masyarakat pada wilayah pascabencana.
2) Rekonstruksi
Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan
sarana, kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat
pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan
berkembangnya kegiatan perekonomian, social, dan budaya, tegaknya
hukum, dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam
segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pasca bencana

2.2 Identifikasi Risiko Bencana


Unsur berikutnya dalam sistem manajemen bencana adalah
identifikasi dan penilaian risiko bencana. Identifikasi bencana mutlak
diperlukan sebelum mengembangkan sistem manajemen bencana.Menurut
PP No. 21 tahun 2008 , risiko bencana adalah potensi kerugian yang
ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu
dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman,
mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta. Dan gangguan kegiatan
masyarakat.

13
Persyaratan analisi risiko bencana sebagaimana ditetapkan dalam PP
tersebut antara lain sebagai berikut:

a Tujuan identifikasi bencana adalah untuk mengetahui dan menilai


tingkat risiko dari suatu kondisi atau kegiatan yang dapat
menimbulkan bencana.
b Persyaratan analisis risiko bencana disusun dan ditetapkan oleh kepala
BNPB dengan melibatkan instansi/lembaga terkait.
c Persyaratan analisi bencana digunakan sebagai dasar dalam
penyususnan analisis mengenai dampak lingkungan, penaataan ruang
serta pengambilan tindakan pencegahan dan mitigasi bencana.
d Pasal 12: setiap kegiatan pembangunan yang mempunyai risiko tinggi
menimbulkan bencana, wajib dilengkapi dengan analisis risiko
bencana.
e Analisis risiko bencana sebagaimana dimaksud disusun berdasarkan
persyaratan analisis risiko bencana melalui penelitian dan pengkajian
terhadap suatu kondisi atau kegiatan yang mempunyai risiko tinggi
menimbulkan bencana.
f Analisis risiko bencana dituangkan dalam bentuk dokumen yang
disahkan oleh pejabat pemerintahan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
g BNPB atau BNBD sesuai dengan kewenangannya melakukan
pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksaan analisis risiko bencana.

Berdasarkan peraturan di atas, jelas terlihat bahwa setiap organisasi


atau kegiatan yang mengandung risiko bencana tinggi wajib melakukan
Analisis Risiko Bencana (ARISCANA). ARISCANA dilakukan dengan
tujuan untuk memperoleh informasi dan data mengenai potensi bencana
yang mungkin dapat terjadi dilingkungan masing-masing serta potensi atau
tingkat risiko atau keparahannya.
Risiko adalah merupakan kombinasi antara kemungkinan dengan
tingkat keparahan bencana yang mungkin terjadi. Semakin tinggi ancaman
bahaya di suatu daerah, maka semakin tinggi risiko daerah tersebut terkena

14
bencana. Demikian pula semakin tinggi tingkat kerentanan masayarakat
atau penduduk, maka semakin tinggi pula tingkat risikonya. Tetapi
sebaliknya, semakin tinggi tingkat kemampuan masyarakat, maka semakin
kecil risiko yang dihadapinya. Dengan menggunakan perhitungan analisis
risiko dapat ditentukan tingkat besaran risiko yang dihadapi oleh daerah
yang bersangkutan.
Sebagai langkah sederhana untuk pengkajian risiko adalah
pengenalan bahaya/ancaman di daerah yang bersangkutan. Semua
bahaya/ancaman tersebut diinventarisasi, kemudian di perkirakan
kemungkinan terjadinya (probabilitasnya) dengan rincian:

Jika probabilitas di atas dilengkapi dengan perkiraan dampaknya


apabila bencana itu memang terjadi dengan pertimbangan faktor dampak
antara lain:
1. jumlah korban;
2. kerugian harta benda;
3. kerusakan prasarana dan sarana;
4. cakupan luas wilayah yang terkena bencana; dan
5. dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan,

15
Maka, jika dampak ini pun diberi bobot sebagai berikut:

Maka akan didapat tabel sebagaimana contoh di bawah ini :

Gambaran potensi ancaman di atas dapat ditampilkan dengan model


lain dengan tiga warna berbeda yang sekaligus dapat menggambarkan
prioritas seperti berikut:

16
Berdasarkan matriks diatas kita dapat memprioritaskan jenis
ancaman bahaya yang perlu ditangani.Ancaman dinilai tingkat bahayanya
dengan skala (3-1)
1. Bahaya/ancaman tinggi nilai 3 (merah)
2. Bahaya/ancaman sedang nilai 2
3. Bahaya/ancaman rendah nilai 1

Dari uraian di atas dapat disimpulkan proses manajemen bencana


melalui tiga langkah sebagai berikut:
1) Identifikasi Bencana
Identifikasi bencana dilakukan dengan melihat berbagai aspek yang
ada disuatu daerah atau perusahaan, seperti lokasi, jenis kegiatan,
kondisi geografis, cuaca, alam, aktivitas manusia, dan industry,
sumberdaya alam serta sumber lainnya yang berpotensi menimbulkan
bencana. Identifikasi bencana ini dapat didasarkan pada pengalaman
bencana sebelumnya dan prediksi kemungkinan suatu bencana yang
dapat terjadi.
2) Penilaian dan Evaluasi Risiko Bencana
Berdasarkan hasil identifikasi bencana dilakukan penilaian
kemungkinan dan skala dampak yang mungkin ditimbulkan oelh
bencana tersebut. Dengan demikian dapat diketahui, apakah potensi
sebuah bencana di suatu daerah tergolong tinggi atau rendah.
a Penilaian Risiko Bencana
Untuk menentukan tingkat risiko bencana tersebut, dapat dilakukan
melalui penilaian Risiko Bencana. Banyak metode yang dapat
dilakukan untuk menilai tingkat risiko bencana. Misalnya dengan
menggunakan sistem matriks seperti yang diuraikan di atas atau
dengan menggunakan teknik yang lebih kuantitatif missal dengan
permodelan risiko.
b Evaluasi Risiko
Berdasarkan hasil penilaian risiko tersebut, selanjutnya ditentukan
peringkat risiko yang mungkin timbul dengan mempertimbangkan

17
kerentanan dan kemampuan menahan atau menanggung risiko.
Risiko tersebut di bandingkan dengan kriteria yang ditetapkan,
misalnya oleh pemerintah atau berdasarkan referensi yang ada.
3) Pengendalian Risiko Bencana
Hasil identifikasi dan analisa risiko yang telah dilakukan maka langkah
selanjutnya adalah menetapkan strategi pengendalian yang sesuai.
Pengendalian risiko bencana menurut konsep manajemen risiko dapat
dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:
a Mengurangi kemungkinan
Strategi pertama adalah dengan mengurangi kemungkinan
terjadinya bencana. Semua bencana pada dasarnya dapat dicegah,
namun untuk bencana alam terdapat pengecualian.
b Mengurangi dampak atau keparahan
Jika kemungkinan bencana tidak dapat dikurangi atau dihilangkan,
maka langkah yang harus dilakukan adalah mengurangi keparahan
atau konsekuensi yang ditimbulkan. Berdasarkan hasil identifikasi
bahaya, penilaian risiko bencana dan langkah pengendalaian
tersebut dapat disusun analisa risiko bencana yang terperinci dan
mendasar untuk selanjutnya dikembangkan program kerja
penerapannya.

2.3 Analisis Risiko Bencana


Dilihat dari potensi bencana yang ada, Indonesia merupakan negara
dengan potensi bahaya yang sangat tinggi dan beragam baik berupa bencana
alam, ataupun bencana akibat ulah manusia. Beberapa potensi tersebut
antara lain adalah gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, banjir, tanah
longsor, kekeringan, kebakaran lahan dan hutan, kebakaran perkotaan dan
permukiman, angin badai, wabah penyakit, kegagalan teknologi dan konflik
sosial.

18
Potensi bencana yang ada di Indonesia dapat dikelompokkan
menjadi 2 kelompok utama, yaitu:
1. Potensi bahaya utama (main hazard)
Potensi bahaya utama (Main hazard) ini dapat dilihat antara lain
pada peta rawan bencana gempa di Indonesia yang menunjukkan bahwa
Indonesia adalah wilayah dengan zona-zona gempa yang rawan, peta
kerentanan bencana tanah longsor, peta daerah bahaya bencana letusan
gunung api, peta potensi bencana tsunami, peta potensi bencana banjir,
dan lain-lain.
2. Potensi bahaya ikutan (collateral hazard)
Potensi bahaya ikutan (Collateral Hazard) merupakan suatu
potensi bahaya yang kemungkinan terjadi setelah bahaya utama terjadi
dan dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya adalah likuifaksi,
persentase bangunan yang terbuat dari kayu, kepadatan bangunan, dan
kepadatan industri berbahaya.
Potensi bahaya ikutan (collateral hazard potency) ini sangat tinggi
terutama di daerah perkotaan yang memiliki kepadatan penduduk dan
bangunan, persentase bangunan kayu (utamanya di daerah pemukiman
kumuh perkotaan), dan jumlah industri berbahaya, yang tinggi. Dengan
indikator di atas, perkotaan Indonesia merupakan wilayah dengan
potensi bencana yang sangat tinggi.
Dalam melakukan pemetaan bencana harus dianalisa terkebih dahulu
jenis bahaya yang kemungkinan terjadi bada suatu daerah tersebut. Dengan
menganalisa jenis bahaya, dapat diperkirakan seberapa luas daerah yang
kemungkinan terkena dampak langsung dan tidak langsung dan bahaya
ikutan yang kemungkinan terjadi setelah bahaya utama terjadi, sehingga
dapat ditentukan langkah yang cepat dan tepat untuk mencegah ataupun
menanggulangi dampak yang besar dari bencana tersebut.

19
2.4 Manajemen Bencana Pada Industri Pariwisata
Definisi bencana menurut Undang Undang Nomor 24 Tahun 2007
adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkanoleh
faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis.Sedangkan menurut Laws
(2005) bencana dalam industri pariwisata adalah Crisis or disaster in
tourism industry usually refers to an event that leads to a shock resulting in
the sudden emergence of an adverse situation. Berdasarkan sumbernya,
bencana menurut UU No 24 Tahun 2007 dapat dikelompokkan menjadi tiga
sumber yaitu:
1. Bencana Alam
Adalah bencana yang bersumber dari fenomena alam seperti banjir,
gempa bumi, dan letusan gunung berapi, tsunami dan lain-lain.
2. Bencana Non Alam
Adalah peristiwa yang disebabkan oleh faktor non alam antara lain
berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemik, dan wabah
penyakit.
3. Bencana Sosisal
Adalah bencana yang disebabkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial
antar kelompok, antar komunitas masyarakat dan teror.
Rosyidie (2004) lebih lanjut mengungkapkan bahwa bencana dapat
terjadi dimana saja, kapan saja dan pada siapa saja. Frekuensi dan seberapa
kuat atau besar bencana tersebut pun susah untuk diprediksi. Melihat sifat
dari bencana tersebut, maka sering kali terjadi banyak kerugian dan korban
meninggal dunia maupun luka-luka.
Pengertian bencana menurut Undang Undang Nomor 24 Tahun
2007, terfokus pada asal dari gangguan tersebut, sedangkan pengertian
Rosyidie (2004) yang terfokus pada sifat dari bencana tersebut.

20
Berdasarkan definisi bencana menurut para ahli tersebut maka
definisi bencana dalam penelitian ini yaitu gangguan atau ancaman dari
keadaan normal hingga menyebabkan kerugian dari gangguan tersebut yang
bersumber dari alam, non alam dan sosial. Gangguan tersebut tidak dapat
diprediksi kapan, dimana dan kepada siapa terjadinya.
Bencana ini dapat terjadi di belahan dunia manapun dan pada bidang
apapun, termasuk di suatu industri pariwisata, yang mana industri pariwisata
menurut Yoeti (1985) adalah kumpulan dari macam - macam perusahaan
yang secara bersama menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh
wisatawan pada khususnya dan traveller pada umumnya, selama dalam
perjalanan. Menurut Spillane (1987) ada lima unsur industri pariwisata
yang sangat penting yaitu:
1. Attraction (daya tarik)
Attraction dapat digolongkan menjadi site attraction (seperti kebun
binatang, dan museum), event attraction(seperti festival, pameran atau
pertunjukkan kesenian daerah).
2. Facilities(fasilitas yang diperlukan).
Selama tinggal di tempat tujuan wisata,wisatawan memerlukan tidur,
makan, minum oleh karena itu diperlukan fasilitas penginapan. Selain
itu diperlukan pulaindustri penunjang seperti took sourvenir, jasa
laundry, dan jasa pemandu.
3. Infrastructure
Daya tarik dan fasilitas tidak dapat dicapai dengan mudah kalau
belum ada infrastruktur dasar. Pemenuhan atau penciptaan
infrastruktur adalah suatu cara untuk menciptakan suasana cocok bagi
perkembangan pariwisata.
4. Transportations(transportasi)
Dalam pariwisata kemajuan dunia transportasi sangat dibutuhkan
karena sangat menentukan jarak dan waktu dalam suatu perjalanan
wisata. Transportasi baik transportasi darat, laut dan udara merupakan
unsur utama langsung yang merupakan tahap dinamis gejala-gejala
pariwisata

21
5. Hospitality(keramahtamahan).
Wisatawan yang berada dalam lingkungan yang tidak mereka kenal
memerlukan kepastian jaminan keamanan. Kebutuhan dasar akan
keamanan dan perlindungan harus disediakan dan juga keuletan serta
keramahtamahan tenaga kerja wisata perlu dipertimbangkan supaya
wisatawan merasa aman dan nyaman selama melakukan perjalanan
wisata.
Berdasarkan definisi industri pariwisata tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa industri pariwisata merupakan kumpulan industri yang
menghasilkan barang ataupun jasayang diperlukan oleh wisatawan dimulai
dari daerah asalnya hingga sampai di destinasi tujuan dan balik lagi ke
daerah asalnya. Adapun industri pariwisata yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah hotel yang merupakan tempat tinggal sementara wisatawan
selama melakukan perjalanan.
Untuk meminimalkan segala dampak yang disebabkan oleh bencana
tersebut, maka industri perhotelan perlu menerapkan sebuah manajemen
bencana, yang mana pengertian dari manajemen bencana. Selain dengan
menerapkan kegiatan manajemen bencana, untuk mengurangi kerugian yang
mungkin terjadi akibat bencana, diperlukan pula beberapa upaya
peningkatan keamanan sebagai berikut: menurut Pizam (2010), untuk
meningkatkan keamanan, hotel harus menginstal CCTV, fire sprinklers,
pendeteksi asap, dan pintu elektronik.
Sedangkan menurut Henderson, et.al. (2010) untuk meningkatkan
kemanan hotel memerlukan personel keamanan dan pelatihan kebencanaan.
Personel keamanan merupakan orang yang bertanggung jawab untuk
menjaga keamanan hotel, wisatawan, karyawan serta aset perusahaan.
Human Resource Department suatu hotel harus menunjuk dan
mempekerjakan personel keamanan yang professional, dengan pengalaman
yang baik terhadap penanganan suatu bencana. Karyawan secara umum, dan
personel keamanan khususnya, harus mengikuti workshop dan pelatihan dari
pemerintah mengenai penaganan pertama terhadap kecelakaan.

22
Bagaimanapun, mereka harus mendapatkan pelatihan pemadaman kebakaran
dan cara evakuasi apabila bencana terjadi.
Kegiatan lainnya yang dilakukan adalah dengan memasang rambu -
rambu keselamatan. Menurut Occupational Health and Safety Assessment
Series (OHSAS) (2012) rambu - rambu keselamatan adalah peralatan yang
bermanfaat untuk membantu melindungi kesehatan dan keselamatan
karyawan dan pengunjung yang sedang berada di tempat kerja. Adapun jenis
rambu dapat berupa: rambu dengan simbol, rambu dengan simbol dan
tulisan, dan rambu berupa pesan dalam bentuk tulisan

23
BAB III
LAPORAN HASIL KEGIATAN

3.1 Hasil Kegiatan


Setelah melakukan kegiatan praktik selama 3 minggu adapun hasil serta kegiatan dilampirkan dalam bentuk tabel yaitu sebagai
berikut:
TABEL 1. LAPORAN PRAKTIK MANAJEMEN RISIKO BENCANA PARIWISATA MAHASISWA
PRODI D-IV KEPERAWATAN ANGKATAN 1 SEMESTER VII POLTEKKES DENPASAR
DI UNIT PELAKSANA TEKNIS (UPT) PUSDALOPS PB BPBD PROVINSI BALI
TANGGAL 21 NOVEMBER 11 DESEMBER 2016

NO HARI/TANGGAL URAIAN TUGAS NAMA PENGAWAS PARAF KET

1 Senin, 21 08.00 Serah terima mahasiswa di UPT Pusdalops PB Provinsi dr. Komang Arya,
November 2016 Bali. Mahasiswa diserahkan oleh dosen pembimbing praktik, S.Ked
Pukul 08.00 yaitu Bapak I D. P. G. Putrayasa, S.Kp.,M.Kep.,Sp.MB. dan
11.00 WITA Bapak Drs. I Made Widastra, S.Kep.,Ners.,M.Pd. dan diterima
dilanjutkan dinas oleh Kepala UPT Pusdalops PB Provinsi Bali Bapak Drs. I G. M.
sore pukul 14.00 Jaya Serataberana, M.Si.

24
20.00 WITA 08.10 Pengarahan oleh Bapak Drs. I G. M. Jaya Serataberana,
M.Si mengenai sistematika praktik dan pembagian jadwal
Tempat Tugas :
praktik selama 3 minggu di UPT Pusdalops PB Provinsi
Ambulans IV Bali.
08.40 Pengarahan dari dosen pembimbing mengenai
mekanisme praktikum manajemen risiko bencana pariwisata
09.30 Pemberian materi oleh dr. Komang Arya mengenai ESR
(Emergency Service Response) yang meliputi pengertian
ESR, anggota tim ESR, operasional ESR, dan SOP harian
ESR.
- Pengertian ESR : Kegiatan untuk pelayanan
kesehatan, keamanan, ketentraman, ketertiban,
perlindungan masyarakat sesuai dengan Bali Mandara
- Anggota Tim ESR :
a. tim ambulans (dokter, paramedis, sopir)
b. tim SPGDT/PSC
c. tim administrasi dan radio medik
- Operasional ESR :
- SOP Harian ESR :

25
a Menerima dan memastikan infromasi dari
masyarakat melalui telepone, radio, media sosial
dan lainnya (5 W 1H)
b Tim Ambulance ESR menyiapkan personil dan
peralatan terkait pelaksanaan kegiatan
kegawatdarurat setiap hari, setiap berganti jadwal
piket.
c Tim ESR melaporkan kepada koordinator piket
Pusdalops PB (Fleksibel sesuai dengan situasi dan
kondisi) tentang persiapan dan pelayanan kegiatan
kejadian sehari-hari
d Mengutamakan keselamatan tim sesuai peraturan
dan perundangan yang berlaku
e Langkah-langkah dalam alur informasi dan tindak
lanjut kegawatdaruratan/bencana serta penanganan
korban
10.0 Orientasi kantor UPT Pusdalops PB Provinsi Bali
(Ruang Obat, Ruang Dokter, Ruang SPGDT, Ruang Radio,
Dapur, Ruang Istirahat) dan pengenalan di masing-masing

26
ambulans I, II, III, IV mengenai fungsi, kelengkapan, dan
wilayah kerjanya.
Hasil :
- Ambulance I di tugaskan di daerah Imam Bonjol
sampai ke daerah Bali Selatan ( Kuta, Nusa Dua,
Kerobokan dll)
- Ambulance II biasanya digunakan untuk pemulasaran
jenasah
- Ambulance III di tugaskan di daerah Posko Induk di
UPT Pusdalops PB ) wilayah kerjanya : Dentim,
Densel, Denut, Sanur, Gatsu, Ubung dan sekitarnya.
- Ambulance IV ditugaskan di daerah Mantra ( Jl.
Bypass Ida Bagus Mantra)
11.0 Pengenalan tim di Ambulans IV yang terdiri dari dr.
Vivi, Paramedis Komang, Driver Astawa

JAGA SORE

14.00 Menerima operan dari rekan dinas pagi yaitu Indah dan
Ayu purwa yang menginformasikan hasil sharing dengan senior

27
atau pembimbing di Ambulance IV. Adapun operan yang
disampaikan yaitu:

a. Ambulance IV dinamakan Mantra yang ditugaskan


didaerah Bypass Ida Bagus Mantra. Untuk saat ini, ambu
IV tidak melakukan mobiling hanya stand by saja di
Pusdalops PB, namun jika ada panggilan di wilayah ambu
IV akan berangkat. Pengecekan kelengkapan alat dan obat
di ambu IV sesuai dengan buku checklist kelengkapan alat
dan obat.
b. Pengarahan dari dr. Komang Arya agar setiap mahasiswa
kembali mempelajari dan memahami tentang BHD,
evakuasi pasien, prinsip pembalutan dan pembidaian, serta
teknik rawat luka.
14.30 Melakukan diskusi tentang SPGDT dengan dr. Komang
Arya, hasil diskusi:
a. SPGDT memiliki lima lingkup rumah sakit SARBAGITA
(RS Sanglah, RS Badung, RS Wangaya, RS Tabanan, dan
RS Gianyar). Sistem kerja ataupun penerimaan telepon

28
dari masyarakat hingga diberikan penanganan atau
bantuan dengan cara login menggunakan akun petugas
yang sedang jaga yaitu auto in hingga sistem ready
digunakan dengan penanda tombol hijau pada sistem
layanan komputer dan waktu login berjalan.
b. Informasi mengenai cara melakukan pengecekan alat
dalam buku kelengkapan atau checklist di masing-masing
ambulance, cara penulisan kelengkapan alat dan obat di
ambulance IV sesuai dengan format dibuku checklist.
17.00 Mengobservasi teman yang melakukan round table
SPGDT yaitu Dayu Ari dan Merry diruang lingkup SPGDT
Pusdalops Prov. Bali yaitu RS Badung, RS Tabanan, RS
Gianyar, RS Wangaya, dan RS Sanglah. Round table yang
dilakukan oleh teman saya langsung menggunakan telepon
untuk berkomunikasi ke RS Sarbagita lalu mencatat nama
operator jaga di RS, jumlah ambulance, jumlah dokter,
perawat, supir ambulance, ruangan yang kosong (Kls I, II,
III, VIP, dan VVIP), ada tidaknya VAR dan ada tidaknya
kasus kebencanaan di RS. Dayu Ari mencatat hasil

29
pemeriksaan round table dibuku pelaporan kemudian
menginput hasil round table ke komputer. Hasil rounbd
table :
1. RS Sanglah
Operator : dr. Suardani
Ambulan : 1 unit
Personil : dr. 3 org Prwt : 10 org Sopir : 1 org
Ruangan : Ruangan full
Var : tersedia (+) Kebencanaan : nihil (-).
2. RS Wangaya
Operator : Yunik
Ambulan : 5 unit
Personil : dr. 3 org Prwt : 5 org Sopir : 2 org
Ruangan : UGD Full, Kls I 2, II 7, III 7, Praja 2
Var : tersedia (+) Kebencanaan : nihil (-).
3. RS Badung
Operator : Nuriani
Ambulan : 7 unit
Personil : dr. 1 org Prwt : 6 org Sopir : 3 org

30
Ruangan : Kls II 9, III 5, VIP 2, Super VIP 1
Var : tersedia (+) Kebencanaan : nihil (-).
4. RS Gianyar
Operator : Ayuk Merlia
Ambulan : 2 unit
Personil : dr. 2 org Prwt : 5 org Sopir : 1 org
Ruangan : Kls III 5
Var : nihil (-) Kebencanaan : nihil (-).
5. RS Tabanan
Operator : Gustu
Ambulan : 2 unit
Personil : dr. 3 org Prwt : 10 org Sopir : 1 org
Ruangan : Ruangan full
Var : tersedia (+) Kebencanaan : nihil (-).
19.30 Melakukan operan jaga ke rekan dinas malam. Rekan
yang jaga malam yaitu Hendra Jaya, hal yang disampaikan
adalah hasil kegiatan dari awal jaga sore sampai operan
sesuai dengan yang ditulis diatas.

31
2 Selasa, 22 JAGA PAGI dr. Komang Arya,
November 2016 S.Ked
07.30 Menerima operan dari rekan jaga malam di Ambulance
Pukul 08.00
IV yaitu Hendra Jaya. Rekan melaporkan apa saja yang didapat
14.00 WITA
selama jaga malam. Hendra melakukan pengecekan kelengkapan
Tempat Tugas : alat di Ambulance IV kemudian stand by di Pusdalops untuk
menunggu jika ada panggilan diwilayah Ambu IV.
Ambulans IV
08.00 Melakukan pengecekan sarpras dan kelengkapan alat di
Ambulans IV. Hasil Penggecekan :
a. Ambubag (-)
b. Brancard (1)
c. Masker 1 box
d. Spalek 3P
e. Oksigen 1600 mL
f. Selang Oksigen 1
g. Color Brice 1
h. Tensi meter 1
i. Stetoscope 1
j. Gunting perban 1

32
08.30 Stand by di Pusdalops untuk menunggu jika ada
panggilan di wilayah ambu IV
10.00 Observasi dan asistensi dr Komang Arya saat
menangani pasien. Pasien atas nama Ny. KA (Kadek Artini)
perempuan umur 46 tahun datang ke klinik UPT Pusdalops PB
Provinsi Bali (ruang dokter) dengan keluhan pusing dan pilek dari
kemarin (21 November 2016) dan sedang menstruasi. Pasien
mengatakan sedang merasa pusing, pilek dan tidak sedang
menstruasi. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital Tekanan Darah:
100/80 mmHg, Nadi: 84 x/menit, Respirasi: 20 x/menit, Suhu:
36,50C. Pasien didiagnosis RA oleh dr. Komang Arya dan
diberikan terapi obat Paracetamol 3 x 1 tablet dan Quantum 3 x 1
tablet yang diminum setelah makan dan di stop bila keluhan
pusing dan pilek sudah hilang.
11.00 Bimbingan dengan dosen PJMK Pak Made Widastra
dan Pak Ketut Suardana tentang kegiatan yang didapat selama
praktik di BPBD
11.30 pelatihan ambulansi oleh dr. Komang Arya
a. Cara menurunkan dan menaikkan brancard dari dalam

33
ambulance
b. Cara menggunakan head stabilization
c. Cara penggunaan long spain board (LSB)
d. Cara menggunakan scroof board

3 Rabu, 23 JAGA MALAM dr. Komang Arya,


November 2016 19.30 Menerima operan dari rekan jaga sore di Ambulance S.Ked
IV yaitu Hendra Jaya. Rekan melaporkan tentang kondisi dan
Pukul 20.00 - 08.00
situasi di ambu IV saat dinas sore. Hendra stand by di Pusdalops
WITA
dan tidak ada panggilan di wilayah Ambu IV selama dinas sore.
Tempat Tugas : 20.00 Stand by di Pusdalops untuk menunggu jika ada
panggilan di wilayah ambu IV
Ambulans IV
21.00 Melakukan mobiling dengan tim Ambulans I dengan
anggota tim dr. Komang Arya, paramedis Lanang, driver Astawa,
dan rekan mahasiswa Poltekkes Denpasar, Verra menggunakan
Ambulans IV. Dalam perjalanan dr. Komang Arya melaporkan
situasi dan kondisi jalan raya seperti cuaca, keadaan lalu lintas,
keadaan di jalan raya, serta kondisi LED di perempatan Sunset
Road Imam Bonjol. Laporan saat mobiling dilakukan :

34
a. Lokasi : Jalan Teuku Umar, Jalan Imam Bonjol, dan Jalan
Sunset Road
b. Keadaan Cuaca : Cuaca mendung dan berawan
c. Keadaan Lalu Lintas : Lalu lintas terpantau padat tetapi
tidak macet
d. Keadaan jalan raya : Tampak masih basah karena hujan
e. Sarana dan Prasarana : Lampu LED menyala tampak
bercak-bercak di sekitar lampu
f. Hambatan : Tidak terdapat hambatan atau gangguan pada
saat melakukan Mobiling
22.00 Melakukan diskusi bersama dr. Komang Arya dan
Bapak Gede Astama mengenai radio komunikasi (radkom) dan
tugas ambulance dalam bencana. Hasil diskusi:
a. Radio Komunikasi
Contohnya: HT (Hand Talkie) & RIG. HT berdasarkan
jangkauannya dibagi 2 yaitu radio komunikasi point to
point dan radio komunikasi frekuensi dengan repeater
yang mana jangkauannya lebih luas. Bagian dari HT yaitu
VIT untuk mentransfer suara, Frekuensi untuk

35
menentukan gelombang, High and Low untuk power
saving, Volume untuk mengatur suara. Ada dua jenis HT
yaitu VHF (Very High Frequency) untuk dua gelombang,
UHF (Ultra High Frequency) untuk satu gelombang.
b. Pembagian Ambulance dalam Bencana
Ketika terjadinya bencana, ambulance perlu diatur sesuai
dengan fungsinya agar tidak berbenturan ketika saat ada
bencana. Klasifikasi dari ambulance tersebut yaitu:
1. APO (Ambulance Parking Officer): orang yang
bertugas mengklasifikasikan ambulance menurut label
pasien serta berdasarkan sarprasnya. Misalkan untuk
ambulance dengan label merah dilengkapi dengan
ventilator dan suction. APO bertugas dirange III.
2. ALO (Ambulance Loading Officer): Orang yang
menunggu dan menaikkan pasien ke ambulance sesuai
dengan label pasien. ALO bertugas di range II.
3. ADO: Orang yang mencatat nama pasien, ambulance,
serta rumah sakit rujukan yang akan dituju. ADO
bertugas di range II dan III.

36
24.00 Stand by di Pusdalops untuk menunggu jika ada
panggilan di wilayah ambu IV
07.30 Operan dengan rekan jaga pagi yaitu Hendra Jaya
mengenai kondisi ambulance IV dan situasi saat jaga malam yang
aman serta tidak ada panggilan telepon dari masyarakat ke
Pusdalops.
4 Kamis, 24 LEPAS DINAS MALAM (LIBUR) I Nengah Suwija, SE
November 2016 09.00 Membuat laporan selama praktik di Pusdalops PB serta
menginput hasil laporan tulis tangan ke dalam Microsoft Word
Pukul 09.00 WITA
dalam bentuk makalah.

5 Jumat, 25 JAGA SORE dr. Komang Arya,


November 2016 13.30 Menerima operan dari rekan dinas pagi yaitu Indah dan S.Ked
Ayu Purwa. Rekan dinas pagi melakukan pengecekan dan
Pukul 14.00
pembersihan alat di ambulance IV. Diskusi dengan dr.
20.00 WITA
Komang Arya mengenai evakuasi pasien, hasil diskusi
Tempat Tugas : yaitu:
a. Evakuasi adalah kegiatan pemindahan korban dari lokasi

37
Ambulans IV bencana ke wilayah yang lebih aman untuk
mendapatkan pertolongan
b. Tujuan evakuasi :
1. Menyelamatkan jiwa seseorang
2. Mencegah terjadinya kecacatan
3. Membantu proses penyembuhan
4. Memindahkan korban ke tempat yang fasilitasnya
lebih memadai
c. Prinsip Evakuasi :
1. Memakai APD (Alat Perlindung Diri)
2. Evakuasi di lakukan jika mutlak perlu
3. Menggunakan teknik yang cepat dan tepat
4. Jangan membuat cedera lebih banyak
5. Penolong harus memiliki fisik yang prima
d. Alat-alat evakuasi :
1. Scoop stretcher
2. Ambulance stretcher
3. Long Spinal Board
4. Stretcher chair

38
5. Kursi
6. Sheet Stretcher
7. Basket Stretcher
e. Teknik evakuasi :
a. 1 orang penolong : Tarikan bahu , tarikan lengan,
tarikan selimut, tarikan kaki (ankle drag),
menggendong (Piggy back carry dan honey moon
carry) , Memapah (Human Cruth), firefighter carry
b. 2 orang penolong : Two handed seat, Extremity lift
c. 3 orang penolong : Direct Ground Lift (Penolong di
satu sisi)
f. Evakuasi pasien dengan menggunakan chair stretcher
yang dilakukan dengan dua orang penolong , fungsi dari
chair stretcher adalah alat evakuasi yang di gunakan
untuk melewati tangga.
g. Evakuasi pasien menggunakan tandu (5 orang penolong)
Mekanismenya :
Pasien (curiga cedera tulang belakang, fraktur servikal)
di pindahkan dengan teknik Log Roll ( 3 orang penolong

39
yang berada di badan, 1 orang penolong bertugas fiksasi
kepala , 1 orang bertugas memasang LSB). Pada saat
proses evakuasi , 1 orang penolong bertugas fiksasi
kepala, 2 orang penolong berada disisi kanan dan 2
orang penolong berada di sisi kiri korban.
14.30 Melakukan diskusi dengan Drs. IGM jaya Serataberana,
M.Si tentang penulisan laporan praktik mahasiswa di
BPBD. Penulisan laporan harus lengkap dan ada 5W+1H.
15.00 Menanyakan kepada staf siapa penanggung jawab,
perawat, dan supir yang bertugas di Ambulance IV. Yang
bertugas yaitu dr. Surya, Perawat Wikarda dan sopir Nyoman
Mertayasa.
15.30 Stand by di Pusdalops untuk menunggu jika ada
panggilan di wilayah ambu IV
17.00 Mengobservasi teman yang melakukan kegiatan round
table SPGDT yaitu Dayu Ari dan Merry di wilayah RS Sarbagita
melalui telepon. Hasilnya:
1. RS Sanglah
Operator : dr. Elfrida

40
Ambulan : 3 unit
Personil : dr. 3 org Prwt : 9 org Sopir : 1 org
Ruangan : Ruangan Full
Var : tersedia (+) Kebencanaan : nihil (-).
2. RS Wangaya
Operator : Gek Is
Ambulan : 5 unit
Personil : dr. 3 org Prwt : 6 org Sopir : 2 org
Ruangan : UGD 4, Kls I 4, II 4, III 6, VIP 1, ICU 2,
HCU 3, ICCU 2, NICU 1, PICU 1, PERI 7
Var : tersedia (+) Kebencanaan : nihil (-).
3. RS Badung
Operator : Anik
Ambulan : 7 unit
Personil : dr. 3 org Prwt : 6 org Sopir : 3 org
Ruangan : Kls I 2, II 9, III 7, VIP 2, ICU 1, BOX 4
Var : tersedia (+) Kebencanaan : nihil (-).
4. RS Gianyar
Operator : Kadek

41
Ambulan : 3 unit
Personil : dr. 2 org Prwt : 5 org Sopir : 1 org
Ruangan : Ruangan Full
Var : nihil (-) Kebencanaan : nihil (-)
5. RS Tabanan
Operator : Septian Adi
Ambulan : 2 unit
Personil : dr. 2 org Prwt : 8 org Sopir : 2 org
Ruangan : Ruangan full
Var : tersedia (+) Kebencanaan : nihil (-).
17.30 Stand by di Pusdalops untuk menunggu jika ada
panggilan di wilayah ambu IV
19.30 Melakukan operan dengan rekan dinas malam yaitu
Hendra Jaya sesuai dengan apa yang sudah ditulis diatas.
6 Sabtu, 26 JAGA PAGI dr. Komang Arya,
November 2016 07.30 Menerima operan dari rekan jaga malam yaitu Hendra S.Ked
Jaya mengenai kegiatan yang diapat selama dinas malam di
Pukul 08.00 -
ambulance IV yaitu melakukan round table di RS Sarbagita dan
14.00WITA
Evakuasi pasien menggunakan ambulance III bersama dr.

42
Tempat Tugas : Supiarta, Made Adnyana, Ananta, Dedi Juliawan dan, Hendra
yang mana korban berjumlah 2 orang dan dirujuk ke RS Siloam.
Ambulans IV
08.00 Stand by di Pusdalops PB sambil menunggu panggilan
masyarakat ke PSC 119 di wilayah Ambulance IV
09.00 melakukan diskusi bersma Drs. IGM Jaya Serataberana,
M.Si tentang laporan praktik mahasiswa di BPBD. Masing-
masing mahasiswa melaporkan kegiatan apa saja yang telah
dilakukan dan didapat selama praktik di BPBD pada tanggal 25
November 2016
09.30 melakukan diskusi dengan dr. Vivi mengenai WT
(Wound Toileting). Hasil diskusi yaitu:
WT (Wound Toileting) merupakan tindakan pembersihan luka,
yang mana prinsipnya sedikit berbeda ketika menangani pasien
saat pre hospital. Pembersihan luka tidak terlalu detail hanya
membersihkan bagian yang dapat dibersihkan sambil merujuk
pasien ke rumah sakit, serta tidak melakukan penjaitan luka
karena alat steril yang kurang memadai.
Luka kering: teknik swabbing yaitu ditekan dan digosok dengan
kasa yang dibasahi NaCl 0,9%.

43
Luka basah: teknik irigasi yaitu disemprot lembut dengan air
steril
Untuk luka lecet cukup dibersihkan dan diberi betadine
10.30 melakukan diskusi dengan dr. Komang Arya tentang
evakuasi pasien. dr. Komang Arya menjelaskan mengenai
pengertian, tujuan, fungsi, prinsip, jenis, dan teknik evakuasi.
1. Evakuasi adalah memindahkan korban dari lokasi
bencana ke tempat yang lebih aman untuk mendapatkan
pertolongan.
2. Tujuan evakuasi adalah untuk menyelamatkan jiwa
pasien, mencegah kecacatan, membantu penyembuhan,
memindahkan korban ke fasilitas kesehatan yang lebih
memadai.
3. Prinsip evakuasi adalah memakai APD, emnggunakan
teknik yang tepat, tidak memperparah cidera, penolong
memiliki kondisi yang prima.
4. Jenis evakuasi ada beberapa yaitu diantaranya:
a. 1 orang penolong : Tarikan bahu , tarikan lengan,
tarikan selimut, tarikan kaki (ankle drag),

44
menggendong dibelakang (Piggy back carry),
menggengdong didepan (honey moon carry),
memapah (Human Cruth), Menyeret (firefighter
carry)
b. 2 orang penolong : Two handed carry yaitu
menggunakan tangan kanan dan tangan kiri. Tangan
kanan memegang bahu kiri dan sebaliknya lalu pasien
duduk kemudian kedua tangan disatukan menumpu
kaki dan punggung pasien. Four Handed Carry yaitu
kedua penolong memegang pergelangan tangan
kemudian disatukan sehingga membentuk persegi
sebagai tempat untuk duduk pasien.
c. 3 orang penolong : Direct Ground Lift (Penolong di
satu sisi)
d. Evakuasi pasien dengan alat diantaranya:
1) Basket stretcher digunakan untuk korban
tenggelam, pasien dengan vertical rescue.
2) Scroop strecther digunakan untuk korban non
trauma atau trauma ringan dengan empat

45
penolong.
3) Stretcher yaitu tandu berisi tali untuk memfiksasi
pasien.
4) Evacuation chair yaitu teknik evakuasi yang
digunakan saat pasien melewati tangga.
5) Long spain board (LSB) digunakan untuk
evakuasi pasien dengan multiple trauma, biasa
diikuti dengan pemasangan neck collar untuk
memfiksasi leher dan dipasang head stabilization
pada LSB untuk emnyangga bagian kepala pasien.
6) Brancard dalam ambulance dan kursi.
11.30 Stand by di Pusdalops PB menunggu panggilan dari
masyarakat ke PSC 119 diwilayah ambulance IV.

7 Minggu, 27 JAGA MALAM dr. NLP Mutiara Ayu


November 2016 19.30 Menerima operan dari rekan jaga sore yaitu Hendra Jaya K, S.Ked
yang melaporkan keadaan dinas sore aman dan tidak ada
Pukul 20.00 -
panggilan dari masyarakat. Rekan dinas sore mengatakan

46
08.00WITA melakukan diskusi dengan dr. Yunita mengenai pembidaian, hasil
diskusi yaitu:
Tempat Tugas :
1. Pembidaian dilakukan jika ditemukan adanya fraktur yang
Ambulans IV bertujuan untuk mengistirahatkan bagian yang cidera atau
fraktur agar tidak memperparah fraktur tersebut.
2. Sebelum dilakukan pembidain jika terjadi perdarahan,
hentikan perdarahan dengan balut tekan. Jika terjadi open
fraktur maka jaringan yang terbuka ditutup dengan kasa.
3. Jangan reposisi fraktur cukup di imobilisasi dengan
pemasangan spalk atau bidai. Pembidaian harus melewati
dua sisi atau sendi panjang. Pendek panjangnya bidai yang
digunakan tergantung pada tulang yang cidera atau
mengalami fraktur.
4. Sebelum dan sesudah pembidaian dilakukan pengecekan
pulsasi dibagian distal fraktur untuk mencegah terjadinya
sindrom kompartemen (oedem, baal, dan sianosis) akibat
terlalu kencangnya ikatan pada bidai.
5. Rekan jaga sore melakukan latihan evakuasi mandiri dan
diawasi oleh dr. Yunita

47
20.00 menanyakan tim yang bertugas di ambulance IV, tim
yang bertugas yaitu: dr. Vivi Ikadewi, Perawat Agus Prawita dan
driver Wayan Rudiarka.
20.15 Stand by di Pusdalops PB menunggu panggilan dari
masyarakat ke PSC 119 diwilayah ambulance IV.

MINGGU KE II

8 Senin, 28 LEPAS DINAS MALAM (LIBUR) I Nengah Suwija, SE


November 2016 09.00 Membuat laporan selama praktik di Pusdalops PB serta
menginput hasil laporan tulis tangan ke dalam Microsoft Word
Pukul 09.00 WITA
dalam bentuk makalah.
Tempat Tugas :

SPGDT/ 119 PSC

9 Selasa, 29 JAGA SORE Ni Nengah Sugiani


November 2016 13.30 Menerima operan dari rekan jaga pagi yaitu Indah dan
Ayu Purwa mengenai SPGDT pada pagi hari. Rekan pagi
Pukul 14.00 -
menyampaikan kegiatan yang didapat selama jaga pagi di SPGDT

48
20.00 WITA yaitu:
1. Melakukan round table di RS Sarbagita yaitu RS Badung,
Tempat Tugas :
RS Sanglah, RS Wangaya, RS Gianyar, dan RS Tabanan.
SPGDT/ 119 PSC 2. Mencatat hasil round table
3. Menyebarkan laporan hasil round table ke media sosial
(facebook dan group line)

14.00 Menanyakan penanggung jawab yang bertugas di


SPGDT yaitu Sugiani dan Dewa Alit.
14.20 Stand by di SPGDT menunggu panggilan dari
masyarakat ke PSC 119.
14.30 Melakukan diskusi dengan Drs. IGM Jaya Serataberana,
M.Si mengenai jadwal praktik dan format laporan praktik, dimana
laporan praktik harus diketik yang berisi Bab I sampai Bab IV
dan dikumpul hari terakhir praktik mahasiswa gelombang kedua.
Bapak Jaya Serataberana juga menginformasikan kepada
mahasiswa yang bertugas pagi hari besok (tanggal 30 November
2016) untuk ikut bertugas bersma tim ESR dalam acara Nusantara
Bersatu pukul 07.30 WITA yang berlangsung dilapangan Niti

49
Mandala Renon. Mahasiswa yang bertugas antara lain: Intan,
Retika, Verra, Mae, Silvi, Dwinanda, Dayu Ari, Merry. Untuk
tanggal 02 Desember dalam acara penghijauan di Desa Selabih,
Tabanan ditugaskan mahasiswa yang dinas pagi dan lepas dinas
malam untuk ikut berpartisipasi dalam acara tersebut bersama tim
Pusdalops PB.
17.00 Melakukan round table SPGDT diruang lingkup SPGDT
Pusdalops Prov. Bali yaitu RS Badung, RS Wangaya, RS
Sanglah, RS Tabanan, dan RS Gianyar. Melakukan pengisian
format round table pada buku pelaporan dengan hasil:
1. RS Sanglah
Operator : dr. Eka
Ambulan : 1 unit
Personil : dr. 3 org Prwt : 10 org Sopir : 1 org
Ruangan : Ruangan Full
Var : tersedia (+) Kebencanaan : nihil (-).
2. RS Wangaya
Operator : Nanik
Ambulan : 5 unit

50
Personil : dr. 3 org Prwt : 6 org Sopir : 2 org
Ruangan : UGD 6, Kls II 3, III 1, ICU 2, HCU 4, ICCU
2, ICU 2, NICU 2, PICU 4.
Var : tersedia (+) Kebencanaan : nihil (-).
3. RS Badung
Operator : Delta
Ambulan : 3 unit
Personil : dr. 3 org Prwt : 6 org Sopir : 3 org
Ruangan : Kls II 1, III 17, VVIP 2, HCU VIP 1.
Var : tersedia (+) Kebencanaan : nihil (-).
4. RS Gianyar
Operator : Ayuk Murya
Ambulan : 1 unit
Personil : dr. 2 org Prwt : 5 org Sopir : 1 org
Ruangan : Kls II 2, III 5.
Var : nihil (-) Kebencanaan : nihil (-).
5. RS Tabanan
Operator : Wika
Ambulan : 2 unit

51
Personil : dr. 3 org Prwt : 11 org Sopir : 2 org
Ruangan : Kls III 2
Var : tersedia (+) Kebencanaan : nihil (-).
Melakukan input data hasil round table pada komputer
dan mengirimkan informasi hasil round table jaga sore
ke line group Pusdalops PB Bali.
19.30 Melakukan operan jaga dengan rekan dinas malam yaitu
Hendrajaya tentang hasil SPGDT jaga sore sesuai dengan yang
sudah ditulis diatas.

10 Rabu, 30 JAGA PAGI dr. NLP Mutiara Ayu


November 2016 07.30 Menerima operan dari rekan jaga pagi yaitu Hendrajaya K, S.Ked
mengenai SPGDT pada pagi hari. Rekan pagi menyampaikan
Pukul 08.00
kegiatan yang didapat selama jaga pagi di SPGDT yaitu:
14.00 WITA
1. Melakukan round table di RS Sarbagita yaitu RS Badung,
Tempat Tugas : RS Sanglah, RS Wangaya, RS Gianyar, dan RS Tabanan.
2. Mencatat hasil round table
SPGDT/ 119 PSC
3. Menyebarkan laporan hasil round table ke media sosial
(facebook dan group line)

52
07.40 Bertugas bersma ambulance IV tim ESR Pusdalops PB
BPBD Bali di lapangan Niti Mandala Renon sebagai tim medis
dalam acara Nusantara Bersatu. Penanggung jawab: dr. Komang
Arya, Perawat Gek Ari dan Agus Prawita, Driver Wayan
Rudiarka. Saat itu keadaan aman dan tidak ada pasien yang
ditangani sampai acara tersebut selesai.
11.40 Menerima informasi telepon 251177 dari masyarakat
berupa kejadian 33L (Kecelakaan Lalu Lintas). PSC 119 Provinsi
Bali langsung menggerakkan TIM ESR Pusdalops PB Prov. Bali
dan mahasiswa DIV Keperawatan Poltekkes Denpasar.
11.42 Tim berangkat untuk menangani korban 33L dengan
menggunakan ambulance I bersama dr. Vivi, Perawat Bendi,
Driver Nyoman Mertayasa, dan rekan mahasiswa Dayu Ari.
Lokasi kejadian yaitu di Baypass Pesanggaran.
11.55 Tim ESR tiba dilokasi kejadian yaitu Baypass
Pesanggaran, terdapat 3 orang korban dengan keterangan sebagai
berikut:
1. Nama Pasien: Rio
Initial : Tn. R

53
Jenis Kelamin: Laki-laki
Umur: 18 tahun
Alamat: Jl. Pudak Sari Kedonganan
MOI: Pasien terjatuh dari motor dengan posisi tergeletak
setelah bertabrakan dengan pengendara motor lain ketika
pasien akan belok ke arah kiri pasien tidak melihat ada
pengendara motor yang akan menyeberang sehingga
pasien menabrak pengendara motor tersebut. Menurut
keterangan pasien mengikuti aturan rambu-rambu lalu
lintas saat mengendari motor.
Initial asessment:
a. Alert: Pasien sadar sepenuhnya
Primary survey:
a. Airway: tidak terdapat sumbatan jalan nafas, jalan
nafas pasien paten (+)
b. Breathing: RR: 20 x/menit, nafas spontan, sesak (-),
retraksi otot dada (-), otot bantu pernafasan (-)
c. Circulation: CRT < 2 detik, TD: 110/80 mmHg, N: 90
x/menit

54
d. Dissability: GCS: E4V5M6, compos mentis
e. Exposure: S: 36,2 C, luka lecet pada pelipis kanan dan
punggung tangan kanan
Diagnosa Medis: Vulnus Appertum
Data Fokus:
DS: pasien mengatakan mengalami luka lecet pada pelipis
kanan dan punggung tangan kanan
DO: terdapat luka lecet pada pelipis dan punggung tangan
kanan pasien.
Diagnosa Keperawatan: Kerusakan integritas kulit b/d
agen cidera fisik.
Intervensi: setelah diberikan asuhan keperawatan, selama
1x15 menit diharapkan luka terbalut dengan baik dengan
kriteria hasil: luka bersih, tanda-tanda infeksi (-). NIC:
Wound Treatment NOC: Skin and mucous integrity.
Implemetasi: membersihkan luka dengan NaCl 0,9%,
mengolesi luka dengan betadine
Evaluasi:
DS: -

55
DO: luka tampak bersih dan kemerahan, tidak ada tanda-
tanda infeksi
A : Kerusakan integritas kulit teratasi/tujuan tercapai
P: Pertahankan kondisi pasien, pasien pulang kerumah dan
tidak dirujuk.
2. Nama Pasien: Diah
Initial : Nn. D
Jenis Kelamin: Perempuan
Umur: 15 tahun
Alamat: Jl. Pulau Bungin
MOI: Pasien terjatuh dari motor dengan posisi tergeletak
setelah bertabrakan dengan pengendara motor lain ketika
pasien akan menyeberang jalan namun ditabrak oleh
pengendara motor lain Menurut keterangan pasien merasa
rambu-rambu lalu lintas saat pasien akan menyeberang
masih lampu merah namun tiba-tiba berubah menjadi
lampu hijau kemudian pasien tertabrak.
Initial asessment:
b. Alert: Pasien sadar sepenuhnya

56
Primary survey:
a. Airway: tidak terdapat sumbatan jalan nafas, jalan
nafas pasien paten (+)
b. Breathing: RR: 20 x/menit, nafas spontan, sesak (-),
retraksi otot dada (-), otot bantu pernafasan (-)
c. Circulation: CRT < 2 detik, TD: 110/90 mmHg, N: 84
x/menit
d. Dissability: GCS: E4V5M6, compos mentis
e. Exposure: S: 36,5 C, luka lecet pada pelipis dan pipi
kiri
Diagnosa Medis: Vulnus Appertum
Data Fokus:
DS: pasien mengatakan mengalami luka lecet pada pelipis
kanan dan punggung tangan kanan
DO: terdapat luka lecet pada pelipis dan punggung tangan
kanan pasien.
Diagnosa Keperawatan: Kerusakan integritas kulit b/d
agen cidera fisik.
Intervensi: setelah diberikan asuhan keperawatan, selama

57
1x15 menit diharapkan luka terbalut dengan baik dengan
kriteria hasil: luka bersih, tanda-tanda infeksi (-). NIC:
Wound Treatment NOC: Skin and mucous integrity.
Implemetasi: membersihkan luka dengan NaCl 0,9%,
mengolesi luka dengan betadine
Evaluasi:
DS: -
DO: luka tampak bersih dan kemerahan, tidak ada tanda-
tanda infeksi
A : Kerusakan integritas kulit teratasi/tujuan tercapai
P: Pertahankan kondisi pasien, pasien pulang kerumah dan
tidak dirujuk.
3. Nama Pasien: Sawitri
Initial : Nn. S
Jenis Kelamin: Perempuan
Umur: 16 tahun
Alamat: Jl. Pulau Bungin
MOI: Pasien terjatuh dari motor dengan posisi tergeletak
setelah bertabrakan dengan pengendara motor lain ketika

58
pasien akan belok ke arah kiri pasien tidak melihat ada
pengendara motor yang akan menyeberang sehingga
pasien menabrak pengendara motor tersebut. Menurut
keterangan pasien mengikuti aturan rambu-rambu lalu
lintas saat mengendari motor.
Initial asessment:
c. Alert: Pasien sadar sepenuhnya
Primary survey:
f. Airway: tidak terdapat sumbatan jalan nafas, jalan
nafas pasien paten (+)
g. Breathing: RR: 20 x/menit, nafas spontan, sesak (-),
retraksi otot dada (-), otot bantu pernafasan (-)
h. Circulation: CRT < 2 detik, TD: 120/80 mmHg, N: 86
x/menit
i. Dissability: GCS: E4V5M6, compos mentis
j. Exposure: S: 36 C, luka lecet pada bagian atas bibir
dan kaki kiri pasien
Diagnosa Medis: Vulnus Appertum
Data Fokus:

59
DS: pasien mengatakan mengalami luka lecet pada pelipis
kanan dan punggung tangan kanan
DO: terdapat luka lecet pada pelipis dan punggung tangan
kanan pasien.
Diagnosa Keperawatan: Kerusakan integritas kulit b/d
agen cidera fisik.
Intervensi: setelah diberikan asuhan keperawatan, selama
1x15 menit diharapkan luka terbalut dengan baik dengan
kriteria hasil: luka bersih, tanda-tanda infeksi (-). NIC:
Wound Treatment NOC: Skin and mucous integrity.
Implemetasi: membersihkan luka dengan NaCl 0,9%,
mengolesi luka dengan betadine
Evaluasi:
DS: -
DO: luka tampak bersih dan kemerahan, tidak ada tanda-
tanda infeksi
A : Kerusakan integritas kulit teratasi/tujuan tercapai
P: Pertahankan kondisi pasien, pasien pulang kerumah dan
tidak dirujuk.

60
12.15 Kembali ke UPT Pusdalops PB Prov Bali

11 Kamis, 01 JAGA MALAM Budhi Artani


Desember 2016 19.30 Menerima operan dari rekan jaga sore yaitu Hendrajaya
mengenai SPGDT pada pagi hari. Rekan pagi menyampaikan
Pukul 20.00
kegiatan yang didapat selama jaga pagi di SPGDT yaitu:
08.00 WITA
1. Melakukan round table di RS Sarbagita yaitu RS Badung,
Tempat Tugas : RS Sanglah, RS Wangaya, RS Gianyar, dan RS Tabanan.
2. Mencatat hasil round table
SPGDT/ 119 PSC
3. Menyebarkan laporan hasil round table ke media sosial
(facebook dan group line)
20.00 Menanyakan penanggung jawab yang bertugas di
SPGDT yaitu Budhi Artani dan Dewa Made Alit.
20.20 Stand by di Pusdalops PB menunggu panggilan dari
masyarakat ke PSC 119.
21.00 Melakukan round table SPGDT diruang lingkup
SPGDT Pusdalops Prov. Bali yaitu RS Badung, RS Wangaya, RS
Sanglah, RS Tabanan, dan RS Gianyar. Melakukan pengisian
format round table pada buku pelaporan dengan hasil:

61
1. RS Sanglah
Operator : dr. Suardani
Ambulan : 1 unit
Personil : dr. 3 org Prwt : 9 org Sopir : 1 org
Ruangan : Ruangan Full
Var : tersedia (+) Kebencanaan : nihil (-).
2. RS Wangaya
Operator : Yuni
Ambulan : 5 unit
Personil : dr. 2 org Prwt : 6 org Sopir : 2 org
Ruangan : UGD 3, Kls I 3, II 7, III 4, ICU 3, HCU 1,
ICCU 2, NICU 2, PICU 2.
Var : tersedia (+) Kebencanaan : nihil (-).
3. RS Badung
Operator : Juni Saputra
Ambulan : 7 unit
Personil : dr. 3 org Prwt : 6 org Sopir : 3 org
Ruangan : Kls I 1, II 4, III 20, BOX 2, NICU 1.
Var : tersedia (+) Kebencanaan : nihil (-).

62
4. RS Gianyar
Operator : Ayuk Merlia
Ambulan : 2 unit
Personil : dr. 2 org Prwt : 5 org Sopir : 1 org
Ruangan : Kls II 2, III 4.
Var : nihil (-) Kebencanaan : nihil (-).
5. RS Tabanan
Operator : Wahyu
Ambulan : 2 unit
Personil : dr. 3 org Prwt : 9 org Sopir : 2 org
Ruangan : UGD 5
Var : tersedia (+) Kebencanaan : nihil (-).
Melakukan input data hasil round table pada komputer
dan mengirimkan informasi hasil round table jaga sore
ke line group Pusdalops PB Bali.
22.00 Stand by di SPGDT menunggu panggilan dari
masyarakat ke PSC 119.
06.30 Melakukan operan ke rekan dinas pagi yaitu Hendrajaya
tentang hasil SPGDT jaga malam sesuai dengan apa yang sudah

63
ditulis diatas.

12 Jumat, 02 LEPAS DINAS MALAM (LIBUR) Rudi Tjandi


Desember 2016 06.30 persiapan sarpras sebelum melakukan penghijauan di
Desa Selabih Tabanan. Melakukan persembahyangan matur
Pukul 14.00
piuning di Padmasana Pusdalops PB Prov. Bali sebelum
20.00 WITA
keberangkatan penghijauan di Desa Selabih Tabanan bersama pak
I Nengah Suwija, SE
Tempat Tugas : UPT Drs. IGM Jaya Serataberana, M.Si, anggota pusdalops,
perawat, sopir, dan rekan-rekan mahasiswa Poltekkes Denpasar.
SPGDT/ 119 PSC
Tujuan dilakukannya persembahyangan yaitu untuk memohon
keselamatan sampai di tujuan dan kelancaran acara penghijauan.
06.45 Briefing mengenai aturan diperjalanan selama berangkat
ke Desa Selabih Tabanan yaitu tidak menghidupkan sirine namun
hanya menghidupkan lampu ambulance mobil selama
diperjalanan berbarengan dan beriringan serta tidak mengebut.
07.00 Berangkat menuju Desa Selabih Tabanan bersama tim
Pusdalops
08.35 Tiba di Desa Selabih Tabanan yang disambut ramah
tamah oleh warga setempat

64
09.00 Melakukan penanaman pohon (penghijauan) di Desa
Selabih yang juga dibantu oleh warga setempat yang bertujuan
untuk penghijauan
10.20 Makan siang bersama dengan seluruh tim Pusdalops PB,
rekan mahasiswa dan warga setempat
11.00 Kembali ke kantor UPT Pusdalops PB dari Desa Selabih
menuju Renon Denpasar bersama semua rekan BPBD
13.00 Tiba di UPT Pusdalops PB dengan selamat, anggota
lengkap dan tidak ada masalah selama diperjalanan.

13 Sabtu, 03 JAGA SORE Budhi Artani


Desember 2016 13.30 Menerima operan dari rekan jaga pagi yaitu Indah dan
Ayu Purwa mengenai SPGDT pada pagi hari. Rekan pagi
Pukul 08.00
menyampaikan kegiatan yang didapat selama jaga pagi di SPGDT
14.00 WITA
yaitu:
Tempat Tugas : 1. Melakukan round table di RS Sarbagita yaitu RS
Badung, RS Sanglah, RS Wangaya, RS Gianyar, dan RS
SPGDT/ 119 PSC
Tabanan.
2. Mencatat hasil round table

65
3. Menyebarkan laporan hasil round table ke media sosial
(facebook dan group line)
14.00 Menanyakan penanggung jawab yang bertugas di
SPGDT yaitu Budhi Artani dan Dewa Alit Parwata.
14.20 Stand by di Pusdalops PB menunggu panggilan dari
masyarakat ke PSC 119.
17.00 Melakukan round table SPGDT diruang lingkup
SPGDT Pusdalops Prov. Bali yaitu RS Badung, RS Wangaya, RS
Sanglah, RS Tabanan, dan RS Gianyar. Melakukan pengisian
format round table pada buku pelaporan dengan hasil:
1. RS Sanglah
Operator : dr. Esti
Ambulan : 1 unit
Personil : dr. 2 org Prwt : 10 org Sopir : 1 org
Ruangan : Ruangan Full
Var : tersedia (+) Kebencanaan : nihil (-).
2. RS Wangaya
Operator : Gek Is
Ambulan : 5 unit

66
Personil : dr. 3 org Prwt : 6 org Sopir : 2 org
Ruangan : UGD 8, Kls I 2, II 9, III 7, Praja 2, ICU 2,
HCU 3, ICCU 2, NICU 3, PERI 4.
Var : tersedia (+) Kebencanaan : nihil (-).
3. RS Badung
Operator : Luh De
Ambulan : 7 unit
Personil : dr. 3 org Prwt : 6 org Sopir : 3 org
Ruangan : Kls III 10, BOX 3, VIP 1, HCU 1.
Var : tersedia (+) Kebencanaan : nihil (-).
4. RS Gianyar
Operator : Pande Kadek Sudiantara
Ambulan : 2 unit
Personil : dr. 2 org Prwt : 5 org Sopir : 1 org
Ruangan : Ruangan Full
Var : nihil (-) Kebencanaan : nihil (-).
5. RS Tabanan
Operator : Adi
Ambulan : 1 unit

67
Personil : dr. 2 org Prwt : 9 org Sopir : 1 org
Ruangan : Ruangan Full
Var : tersedia (+) Kebencanaan : nihil (-).
Melakukan input data hasil round table pada komputer
dan mengirimkan informasi hasil round table jaga sore
ke line group Pusdalops PB Bali.
18.00 Stand by di SPGDT menunggu panggilan dari
masyarakat ke PSC 119.
19.30 Melakukan operan ke rekan dinas malam yaitu
Hendrajaya tentang hasil SPGDT jaga malam sesuai dengan apa
yang sudah ditulis diatas.

14 Minggu, 04 JAGA PAGI dr. NLP Mutiara Ayu


Desember 2016 07.30 Menerima operan dari rekan dinas malam yaitu Hendra K, S.Ked
Jaya mengenai kegiatan yang didapat selama jaga malam. Hendra
Pukul 08.00
Jaya mengatakan bahwa dia berjaga malam di Margarana untuk
14.00 WITA
mengawasi kemah tingkat Nasional. Jika ada siswa yang
Tempat Tugas : mengeluh sakit, maka Hendra langsung mengobati sebagai tim
P3K bersama dokter di Margarana.

68
SPGDT/ 119 PSC 07.45 Berangkat ke Gor Lila Buana bersama dr. Vivi, perawat
Nyoman Widiana, Driver Dewa, dan rekan mahasiswa Verra
menggunakan ambulance 3 untuk menjadi tim medis P3K dalam
acara 17th World Championship & Festival Pencak Silat.
08.00 Stand by di Gor Lila Buana yaitu di pos kesehatan
bersama tim P3K yaitu dr. Ngurah, dr. Vivi, perawat Nyoman
Widiana, rekan mahasiswa Verra, sambil menunggu peserta
lomba untuk melakukan medical check up diruang medis Gor Lila
Buana.
09.30 Melakukan pemeriksaan MCU kepada para peserta
lomba Pencat Silat diruang medis Gor Lila Buana. Adapun nama-
nama dan hasil MCU nya yaitu:
1. Mohammad Rohimi, 23 tahun, laki-laki, Iran, TD: 130/90
mmHg
2. Ali Koavini, 20 tahun, laki-laki, Iran, TD: 120/80 mmHg
3. Fatehhesan, 21 tahun, laki-laki, Iran, TD: 100/60 mmHg
4. Saedi Ramin, 17 tahun, laki-laki, Iran, TD: 120/70 mmHg
5. Mirza Ahmadi Mahmod, 23 tahun, laki-laki, Iran, TD:
120/80 mmHg

69
6. Coline Fontaine, 28 tahun, laki-laki, France, TD: 120/80
mmHg
7. Hamid Boukiza, 32 tahun, laki-laki, France, TD: 120/80
mmHg
8. Puspha Devi, 21 tahun, perempuan, India, TD: 110/80
mmHg
9. Rahul P, 21 tahun, laki-laki, India, TD: 100/60 mmHg
10. Marios Sai Purimitla, 21 tahun, laki-laki, India, TD:
140/90 mmHg
11.00 Melakukan perawatan luka pada peserta yang cidera
diantaranya:
1. Mirza Ahmadi M, luka pada dagu (luka robek), dilakukan
tindakan penjaitan sebanyak 3 oleh dr. Vivi, kemudian
luka ditutup dengan kasa steril.
2. Mourazaki Zinji 21 tahun, laki-laki, Japan, luka lecet pada
ibu jari tangan dan jempol kaki kiri dan telapak kaki
kanan, dilakukan tindakan perawatan luka, membersihkan
luka dengan NaCl 0,9% dan mengolesi dengan betadine.
13.30 Kembali ke UPT Pusdalops PB Prov. Bali dengan

70
ambulance III bersama tim.
MINGGU KE III

15 Senin, 05 JAGA PAGI Hery Gunawan


Desember 2016 07.30 Menerima operan dari rekan dinas malam yaitu Indah
dan Ayu Purwa mengenai situasi dan kondisi saat dinas malam
Pukul 08.00
tidak ada panggilan selama dinas malam.
14.00 WITA
08.00 Stand by di Pusdalops PB menunggu panggilan dari
Tempat Tugas : masyarakat ke PSC 119 di wilayah imbo (ambulance I).
09.10 Menerima informasi telepon 251177 dari masyarakat
Ambulance I
berupa kejadian 33L (Kecelakaan Lalu Lintas). PSC 119 Provinsi
Bali langsung menggerakkan TIM ESR Pusdalops PB Prov. Bali
dan mahasiswa DIV Keperawatan Poltekkes Denpasar.
09.12 Tim berangkat untuk menangani korban 33L dengan
menggunakan ambulance I bersama Perawat Bendi, Perawat
Hery, Driver Nyoman Mertayasa, dan rekan mahasiswa Retika.
Lokasi kejadian yaitu di Jl. Tukad Yeh Penet Gang Disko
(Sekolah International Gandhi).
09.15 Tim ESR tiba dilokasi kejadian yaitu Jl. Tukad Yeh

71
Penet Gang Disko (Sekolah International Gandhi), terdapat 2
orang korban dengan keterangan sebagai berikut:
1. Nama Pasien: Tata
Initial : Nn. T
Jenis Kelamin: Perempuan
Umur: 27 tahun
Alamat: Gatsu Timur
MOI: Pasien mengatakan terjatuh dari motor karena
jalanan yang licin ketika sedang mengendarai motor,
pasien mengenakan helm.
Initial asessment:
a. Alert: Pasien sadar namun menutup matanya
Primary survey:
a. Airway: tidak terdapat sumbatan jalan nafas, jalan
nafas pasien paten (+)
b. Breathing: RR: 20 x/menit, nafas spontan, sesak (-),
retraksi otot dada (-), otot bantu pernafasan (-)
c. Circulation: CRT < 2 detik, TD: 110/80 mmHg, N: 80
x/menit

72
d. Dissability: GCS: E3V5M6, compos mentis
e. Exposure: S: 36,2 C, luka lecet pada kaki kanan dan
hematome pada kepala.
Data Fokus:
DS: pasien mengeluh mual dan pusing.
DO: terdapat luka lecet pada kaki kanan dan hematome
pada kepala.
Diagnosa Keperawatan: Kerusakan integritas kulit b/d
agen cidera fisik.
Intervensi: setelah diberikan asuhan keperawatan, selama
1x15 menit diharapkan luka terbalut dengan baik dengan
kriteria hasil: luka bersih, tanda-tanda infeksi (-). NIC:
Wound Treatment, NOC: Skin and mucous integrity.
Implemetasi: membersihkan luka dengan NaCl 0,9%,
mengolesi luka dengan betadine.
Evaluasi:
DS: -
DO: luka tampak bersih dan kemerahan, tidak ada tanda-
tanda infeksi

73
A : Kerusakan integritas kulit teratasi/tujuan tercapai
P: Pertahankan kondisi pasien, pasien dirujuk ke RS
Sanglah untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
2. Nama Pasien: Andi Ilfa Sahrah
Initial : Nn. AI
Jenis Kelamin: Perempuan
Umur: 22 tahun
Alamat: Turu Cinnae Lamuru
MOI: Pasien mengatakan terjatuh dari motor karena
jalanan yang licin ketika sedang berboncengan dengan
temannya yang mengendarai motor, pasien tidak
mengenakan helm.
Initial asessment:
a. Alert: Pasien sadar namun menutup matanya
Primary survey:
a. Airway: tidak terdapat sumbatan jalan nafas, jalan
nafas pasien paten (+)
b. Breathing: RR: 20 x/menit, nafas spontan, sesak (-),
retraksi otot dada (-), otot bantu pernafasan (-)

74
c. Circulation: CRT < 2 detik, TD: 120/80 mmHg, N: 84
x/menit
d. Dissability: GCS: E4V5M6, compos mentis
e. Exposure: S: 36,5 C, luka lecet pada siku tangan
kanan.
Data Fokus:
DS: pasien mengeluh mual dan pusing.
DO: terdapat luka lecet pada siku tangan kanan.
Diagnosa Keperawatan: Kerusakan integritas kulit b/d
agen cidera fisik.
Intervensi: setelah diberikan asuhan keperawatan, selama
1x15 menit diharapkan luka terbalut dengan baik dengan
kriteria hasil: luka bersih, tanda-tanda infeksi (-). NIC:
Wound Treatment NOC: Skin and mucous integrity.
Implemetasi: membersihkan luka dengan NaCl 0,9%,
mengolesi luka dengan betadine.
Evaluasi:
DS: -
DO: luka tampak bersih dan kemerahan, tidak ada tanda-

75
tanda infeksi
A : Kerusakan integritas kulit teratasi/tujuan tercapai
P: Pertahankan kondisi pasien, pasien dirujuk ke RS
Sanglah untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
16 Selasa, 06 JAGA MALAM dr. NLP Mutiara Ayu
Desember 2016 19.30 Menerima operan dari rekan jaga sore yaitu Indah dan K, S.Ked
Ayu Purwa melaporkan melakukan mobiling diwilayah imbo
Pukul 08.00
dengan menggunakan ambu 1 yaitu di jalan Teuku Umar, Jalan
14.00 WITA
Imam Bonjol, dan Jalan Sunset Road, cuaca mendung dan
Tempat Tugas : berawan, lalin padat, LED menyala dan tidak terdapat hambatan
saat melakukan mobiling. Rekan Ayu Purwa melaporkan berjaga
Ambulance I
di Gor Lila Buana sebagai tim Medis P3K dalam acara 17th World
Championship & Festival Pencak Silat. Rekan Ayu melaporka
sempat bertemu dengan bapak Presiden Pencak Silat yaitu
Prabowo.
20.00 Stand by di Pusdalops PB menunggu panggilan dari
masyarakat ke PSC 119 di wilayah imbo (ambulance I).
07.30 Melakukan operan ke teman dinas pagi yaitu Indah dan
Ayu Purwa mengenai situasi kondisi saat jaga malam di ambu 1.

76
Terdapat panggilan 33L pukul 04.00 WITA dengan tiga orang
korban; 1 luka ringan sudah ditangani oleh masyarakat sekitar, 1
mengalami patah tulang (fraktur) lengan kiri dirujuk ke RS
Sanglah oleh BPBD Kota Denpasar, 1 korban lainnya atas nama
Natha, 23 tahun, laki-laki mengalami vulnus appertum pada
frontal sinistra dan closed fraktur femur sinistra. Rekan yang
berangkat yaitu Mae Artha.

17 Rabu, 07 Desember LEPAS DINAS MALAM (LIBUR) I Nengah Suwija, SE


2016 09.00 Membuat laporan selama praktik di Pusdalops PB serta
menginput hasil laporan tulis tangan ke dalam Microsoft Word
Pukul 08.00
dalam bentuk makalah.
14.00 WITA

Tempat Tugas :

Ambulance I

18 Kamis, 08 JAGA SORE dr. Ni Made


Desember 2016 13.30 Menerima operan dari rekan jaga pagi yaitu Hendrajaya Sulistyawati, S.Ked
melaporkan melakukan mobiling diwilayah imbo dengan

77
Pukul 08.00 menggunakan ambu 1 yaitu di jalan Teuku Umar, Jalan Imam
14.00 WITA Bonjol, dan Jalan Sunset Road, cuaca mendung dan berawan,
lalin padat, LED menyala dan tidak terdapat hambatan saat
Tempat Tugas :
melakukan mobiling dan tidak ada panggilan saat jaga oagi dari
Ambulance I masyarakat ke PSC 119.
14.00 Menanyakan penanggung jawab yang bertugas di
ambulance 1 yaitu dr. Sulis, perawat Komang Ayu Nopi, Driver
Surya.
15.00 Stand by di Pusdalops PB menunggu panggilan dari
masyarakat ke PSC 119 di wilayah imbo (ambulance I).
19.30 Melakukan operan dengan rekan dinas malam yaitu Ayu
Purwa dan Indah mengenai kondisi dan keadaan yang ama saat
dinas sore dan tidak ada panggilan dari masyarakat ke PSC 119.

19 Jumat, 09 JAGA PAGI Ns. Kadek Novi


Desember 2016 07.30 Menerima operan dari rekan dinas malam yaitu Indah Dwisantiari, S.Kep
dan Ayu Purwa melaporkan kegiatan yang dilakukan antara lain:
Pukul 08.00
melakukan pengecekan alat di ambulance I dan diskusi bersama
14.00 WITA
bapak Astama tentang pengaplikasian alat AED dan langsung

78
Tempat Tugas : mempraktikan.
a. AED digunakan untuk pasien yang mengalami henti
Ambulance I
jantung.
b. Cara menggunakan AED:
1. Posisikan pasien dalam posisi telentang
2. Amankan diri, lingkungan dan pasien
3. Periksa kesadaran pasien, jika tidak ada nafas dan
tidak ada nadi lakukan kompresi dada sebelum alat
AED datang
4. AED datang, letakkan disamping pasien dan hidupkan
alat AED
5. Ikuti perintah yang dikeluarkan oleh AED
6. Pasang PADS dan lakukan RJP jika sudah
diperintahkan oleh AED
7. Lakukan RJP sampai denyut nadi pasien kembali.
08.10 Menanyakan penanggungjawab yang bertugas di
ambulance 1 yaitu dr. 09.00 Stand by di Pusdalops PB
menunggu panggilan dari masyarakat ke PSC 119 di wilayah
imbo (ambulance I).

79
10.00 Melakukan diskusi dengan dosen pembimbing Bapak
IGK Ngurah tentang kegiatan yang didapat selama praktik di
BPBD.

20 Sabtu, 10 JAGA MALAM dr. NLP Mutiara Ayu


Desember 2016 19.30 Menerima operan dari rekan dinas sore yaitu Indah dan K, S. Ked
Ayu Purwa melaporkan tentang kegiatan yang dilakukan selama
Pukul 08.00
jaga sore. Rekan melaporkan melakukan pengecekan alat di
14.00 WITA
ambulance I dan menerima pengarahan dari Bapak Jaya
Tempat Tugas : Serataberana.
20.10 Menanyakan penanggungjawab di ambulance I, yaitu dr.
Ambulance I
Yunita, perawat Yoga Swara, driver Sandika
21.45 Melakukan diskusi bersama bapak Astama tentang cara
penggunaan alat AED (Automated External Defribilator), seluruh
mahasiswa mempraktikkan cara penggunaan sampai berhasil.
Adapun hasil diskusi yang diperoleh yaitu:
a. AED adalah alat elektronik kecil dan praktis bisa dibawa
kemana-mana, digunakan untuk mengalirkan
kejutan/sengatan listrik ke jantung pasien yang aktifitas

80
biolektriknya sedang kacau atau berhenti dan tidak
normal.
b. Cara penggunaan AED yaitu:
1) Amankan diri, lingkungan, dan pasien.
2) Posisikan pasien telentang diatas alas yang datar.
3) Periksa kesadaran pasien, jika tidak ada nafas dan nadi
tidak teraba, lakukan kompresi dada sebelum alat AED
datang.
4) Saat AED sudah datang, pastikan alat dalam kondisi
baik dan bisa digunakan dengan mengecek indikator
yang sejajar dengan tombol ON/OFF (jika ada tanda
centang berarti alat dalam kondisi baik, bila bertanda
X berarti alat bermasalah). Letakkan alat disamping
pasien, hidupkan alat AED. Alat AED juga berfungsi
untuk mengetahui apakah kita sudah melakukan RJP
dengan benar melalui instruksi yang disampaikan oleh
alat.
5) Lakukan RJP sampai denyut nadi pasien kembali atau
saat ada instruksi dari AED untuk menghentikan RJP.

81
Alat AED harus tetap dipasang untuk memonitor
kondisi pasien dan boleh dilepas bila sudah sampai
dirumah sakit , digantikan dengan monitor yang ada di
rumah sakit.
23.30 Stand by di Pusdalops PB menunggu panggilan dari
masyarakat ke PSC 119 di wilayah imbo (ambulance I).
07.30 Melakukan operan dengan rekan jaga pagi yaitu Indah
dan Ayu Purwa mengenai kondisi jaga malam yang aman dan
tidak ada panggilan darurat saat jaga malam sesuai dengan yang
sudah ditulis diatas.
21 Minggu, 11 LEPAS DINAS MALAM (LIBUR) I Nengah Suwija, SE
Desember 2016 09.00 Menyelesaikan untuk menginput laporan tulis tangan
mengenai praktik di Pusdalops PB Prov.Bali ke Microsoft Word
Pukul 08.00
dalam bentuk makalah.
14.00 WITA
10.00 Mengeprint hasil laporan dalam bentuk makalah
Tempat Tugas : dirumah.

Ambulance I

82
3.2 Dokumentasi Kegiatan
MINGGU I (AMBULANCE IV)
Tanggal 21-27 November 2016

Latihan menggunakan scoop stretcher dan brancard pada ambulance dibimbing oleh dr. Komang Arya

Latihan transportasi dan evakuasi pasien dibimbing oleh dr. Komang Arya

83
Latihan menggunakan Hand Talkie dibimbing oleh Bapak Astama, Melakukan pemeriksaan TTV pada pasien di ruang dokter
bersama dr. Komang Arya dan latihan menaikkan brancard pada ambulance dibimbing oleh dr. Komang Arya

84
MINGGU II (SPGDT/ 119 PSC)
Tanggal 28 November 04 Desember 2016

Melakukan round table di wilayah RS Sarbagita diruang SPGDT Pusdalops PB Bali bersama rekan Verra

Melakukan acara penghijauan di desa Selabih, Tabanan bersama Pusdalops PB Bali, P3K dalam acara Nusantara Bersatu di
lapangan Niti Mandala Renon bersama Tim ESR

85
Penangan pasien 33L di Baypass Pesanggaran bersama dr. Vivi dan Perawat Bendi

Melakukan round table di wilayah RS Sarbagita diruang SPGDT Pusdalops PB Bali bersama rekan Verra

86
MINGGU III (AMBULANCE I)
Tanggal 05 11 Desember 2016

Melakukan evakuasi dan pembersihan luka pada pasien 33L di Jl. Tukad Yeh Penet Gang Disko (Sekolah International Gandhi)
bersama perawat Hery dan perawat Bendi

87
Menjadi P3K dalam acara 17th World Championship & Festival Pencak Silat

88
Membersihkan dan merapikan ambulance bersama rekan Verra

89
BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik
oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana terjadi hanya karena
tidak terkelolanya resiko. Pengelolaan resiko harus merupakan bagian integral
dari pembangunan. Resiko memiliki dua prasyarat utama yakni ancaman
(hazard) dan kerentanan/kerapuhan (vulnerabilities/fragilities). Management
Pembangunan haruslah mampu mengintegrasikan management resiko bencana
dan sebaliknya, management resiko bencana merupakan bagian dari upaya
menuju pembangunan berkelanjutan.
4.2 Saran
Baik untuk kita semua agar pengelolaan risiko yang merupakan bagian
integral dari pembangunan harus dilakukan sesuai dengan prinsip yakni
hazard dan kerentanan diusahakan seminimal mungkin. Pada saat terjadinya
bencana biasanya begitu banyak pihak yang menaruh perhatian dan
mengulurkan tangan memberikan bantuan tenaga, moril maupun material.
Banyaknya bantuan yang datang sebenarnya merupakan sebuah keuntungan
yang harus dikelola dengan baik, agar setiap bantuan yang masuk dapat tepat
guna, tepat sasaran, tepat manfaat, dan terjadi efisiensi. Dengan demikian
diharapkan pelaksanaan manajemen logistik dan peralatan dapat berjalan
secara efektif dan efisien dan terkoordinasi dengan baik.

90
DAFTAR PUSTAKA

Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2008. Peraturan Kepala BNPB/No. 4


Tahun 2008/Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan
Bencana. Jakarta.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2014. Potensi Ancaman Bencana


(online). available: http://www.bnpb.go.id/pengetahuan-
bencana/potensi-ancaman-bencana. (2016, December 5)

Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2016. Data dan Informasi Bencana


Indonesia (online). available: http://dibi.bnpb.go.id/. (2016,
December 8)

Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana. 2007.


Pengenalan Karakteristik Bencana dan Upaya Mitigasinya Di
Indonesia. (2 th ed).Jakarta: Direktorat Mitigasi.

Ika.P. 2015. Perihal. Dalam (https://ikafkmuj12.wordpress.com/perihal/) diakses


pada tanggal 8 Mei 2016.

Ismayanti. Pengantar Pariwisata. Grasindo. Jakarta,2009


Jatna Supriatna, Melestarikan Alam Indonesia. IKAPI. Jakarta,2008
James J. Spillane. Pariwisata Indonesia: Sejarah dan Prospeknya.
Kanisius. Jakarta,1987
Oka A Yoety,Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Pradnya
Paramita. Jakarta, 1997
Eka. 2015. Pengurangan Risiko Bencana. Dalam
(:http://www.ecoflores.org/id/pengurangan+risiko+bencana/) diakses
pada tanggal 8 Mei 2016

91
LEMBAR PENGESAHAN

Denpasar, 11 Desember 2016

Kepala UPT.Pusdalops. PB Mahasiswa


BPBD Provinsi Bali

Drs. I G M Jaya Serataberana, M.Si Ni Wayan Intan Afsari Dewi


Pembina Tk. 1 NIM. P07120213016
NIP. 19610217 198603 1 020

Pembimbing Akademik / CT

_______________________________
NIP.

92

Anda mungkin juga menyukai