Keputusan ini merupakan landasan atau pedoman bagi DJPPR dalam melaksanakan
penerapan manajemen resiko di lingkungan DJPPR. Pada pokoknya, keputusan ini
memberi pedoman yang meliputi:
1. Tata kerja manajemen risiko di lingkungan DJPPR:
a) Struktur, Tugas, dan Tanggung Jawab;
b) Rapat komite manajemen risiko, rapat ketua manajemen risiko, dan rapat
unit pemilik risiko;
c) Selera risiko (risk appetite);
b) Identifikasi risiko;
1) data judul (heading) formulir.
2) Tabel identifikasi risiko
c) Analisis risiko;
1) Sistem pengendalian yang ada
2) Tingkat konsekuensi risiko
3) Tingkat kemungkinan terjadinya risiko
4) Level risiko
5) Tren risiko
d) Evaluasi risiko;
e) Penanganan risiko;
1) Analisis opsi rencana penanganan risiko;
a. Risiko
b. Opsi penanganan yang mungkin
c. Opsi yang dipilih.
d. Dasar pemilihan opsi penanganan
2) Rencana penanganan risiko
a. Risiko
b. Perincian rencana penanganan risiko
c. Ukuran dan target kinerja
d. Risiko residual yang diharapkan setelah penanganan
e. Jadwal implementasi
f. Penanggung jawab
f) Monitoring dan reviu;
g) Periode pelaporan;
h) Pengembangan penerapan manajemen risiko.
Adapun asas dari pada dilaksanakannya penerapan manajemen risiko ini ialah:
1. Patuh terhadap peraturan perundang-undangan
2. Berorientasi jangka panjang
3. Berimbang
Tahapan analisis risiko ini kemudian dituangkan pad Formulis Profil dan
Peta Risiko
PMK no 203/PMK.08/2015
Pada peraturan ini berisi tentang perubahan atas PMK No. 43 /PMK.08/2013, dimana
terdapat beberapa Pasal yang dalam ketentuan mengenai Lelang SUN Dalam Mata Uang
Rupiah dan Valuta Asing Di Pasar Perdana Domestik. Beberapa perubahan tersebut
diantaranya:
1. Pasal 1 yang menambah definisi Keadaan Tidak Normal ada:Iah situasi atau
kondisi yang terjadi akibat adanya gangguan atau kerusakan pada perangkat
keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi, aplikasi pendukung teknologi
informasi maupun sarana yang ada pada Direktorat Jenderal Pengelolaan
Pembiayaan dan Risiko, dan/ a tau BI yang mempengaruhi kelancaran
pelaksanaan Lelang SUN dan/ atau Lelang SUN Tambahan pada tahapan
persiapan, tahapan pelaksanaan, atau tahapan Setelmen;
2. Pada Pasal 4 PMK no 203/PMK.08/2015, disispkan 1 ayat diantara ayat (1) dan
ayat (2), sehingga pada PMK baru ini terdapat 5 ayat. Adapun bunyi Pasal 4 ayat
(2), adalah:
Pembelian SUN oleh BI dan LPS dilakukan tanpa melalui Peserta Lelang.
3. Pada Pasal 6 PMK no 203/PMK.08/2015 dirubah hanya terdapat 4 ayat, yang
pada peraturan sebelumnya terdapat 5 ayat. Adapun isi pasal 6 PMK no
203/PMK.08/2015 adalah:
1) BI hanya dapat melakukan Penawaran pembelian SPN melalui Penawaran
Pembelian Non Kompetitif.
2) LPS hanya dapat melakukan Penawaran Perhbelian SUN melalui Penawaran
Pembelian Non Kompetitif.
3) Peserta Lelang yang melakukan penawaran pembelian Obligasi Negara untuk
dan atas nama dirinya sendiri atau untuk dan atas nama Pihak selain BI dan
LPS, dapat melakukan Penawaran Pembelian Kompetitif dan/ atau Penawaran
Pembelian Non Kompetitif.
4) Peserta Lelang yang melakukan Penawaranpembelian SPN untuk dan atas
nama dirinya sendiri atau untuk dan atas nama Pihak selain BI dan LPS, hanya
dapat melakukan Penawaran Pembelian Kompetitif.
4. Pasal 7 PMK no 203/PMK.08/2015 dirubah ketentuannya menjadi:
1) Rencana Lelang SUN ditetapkan oleh Direktur Jenderal untuk dan atas nama
Menteri Keuangan.
2) Penetapan Rencana Lelang SUN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
kurang memuat:
a. seri;
b. mata uang;
c. target indikatif;
d. jumlah target maksimal; tanggal Lelang SUN; tanggal Setelmen; tanggal
jatuh tempo; dan
e. persentase alokasi bagi Penawaran Pembelian Non Kompetitif untuk SUN
yang akan ditawarkan.
5. Pasal 8 PMK no 203/PMK.08/2015, yang hanya terdapat sedikit perubahan pada
ayat (3), menjadi:
Pengumuman pemenang Lelang SUN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
d untuk masing-masing Peserta Lelang, BI, dan/ atau LPS paling kurang memuat
ketentuan mengenai:
a. nama pemenang;
b. nilai nominal; dan
c. tingkat diskonto/Imbal Hasil/harga.
6. Pasal 13, yang hanya terdapat penambahan kata-kata pada ayat (1), yaitu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1)
7. Pasal 16, yang terdapat perubahan pada ayat (2), sehingga ketentuannya
menjadi:
Penawaran pembelian oleh BI, LPS dan/ atau Peserta Lelang dalam Lelang SUN
Tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), masing-masing disampaikan
paling tinggi sebesar Penawaran Pembelian Non Kompetitif dalam Lelang SUN
pada masing-masing seri SUN yang ditawarkan.
Pasal 24A
1) Dalam hal terjadi Keadaan Tidak Normal pada tahapan pelaksanaan Lelang SUN
atau Lelang SUN Tambahan, Direktur Jenderal untuk dan atas nama Menteri
Keuangan dapat:
a. memperpanjang waktu pelaksanaan Lelang SUN atau Lelang SUN Tambahan
sebelum batas waktu penutupan Lelang SUN; dan/ atau
b. membatalkan pelaksanaan Lelang SUN atau Lelang SUN Tambahan setelah
penutupan lelang.
2) Pembatalan Lelang SUN Tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
tidak mengubah hasil Lelang SUN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) .
Pasal 24B
Dalam hal terjadi Keadaan Tidak Normal yang menyebabkan proses Setelmen tidak dapat
dilakukan pada tanggal Setelmen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, Direktur
Jenderal untuk dan atas nama Menteri Keuangan menyatakan Lelang SUN dan/ atau
Lelang SUN Tambahan gagal.
Pasal 24C
Lelang SUN dan/ atau Lelang SUN Tambahan yang dinyatakan gagal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 24B diumumkan kepada publik.