PENDAHULUAN
Universitas Indonesia
1
2
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Menganalisis hubungan model konseptual/teori keperawatan dengan
falsafah dan paradigma keperawatan.
BAB II
ISI
3
Aplikasi suatu teori ke lahan praktik dipengaruhi oleh banyak faktor. Sebuah
teori keperawatan harus sesuai dengan nilai dan misi suatu institusi, teori bersifat
10
sederhana, dan mudah dipahami untuk dipakai sebagai panduan praktik (Kolcaba,
2006). Teori Kolcaba termasuk dalam middle range theory. Menurut Kolcaba, teori
kenyamanan menjadi salah satu pilihan teori keperawatan yang dapat diaplikasikan
langsung di lapangan karena bersifat universal dan tidak terhalang budaya yang
dimiliki oleh setiap masyarakat. Hal ini menyebabkan teori kenyamanan bisa
dimodifikasi seluas-luasnya sesuai kebutuhan klien masing-masing (March, A. &
McCormack, D., 2009).
Pada awalnya teori kenyamanan ini disusun sebagai teori yang berpusat pada
klien dan keluarga (family-client centered theory) yang dianggap sebagai inti dari
praktik keperawatan. Kolcaba mengobservasi bahwa ketidaknyaman yang dirasakan
oleh klien dan keluarga tidak hanya sebatas sensasi fisik dan emosi, tetapi melibatkan
aspek holistik yaitu fisik, psikospritual, sosiokultural, dan lingkungan.
Berdasarkan model konseptual yang dikembangkan, teori kenyamanan
memiliki pandangan, bahwa bila klien dan keluarga merasa nyaman dengan
pelayanan kesehatan yang diberikan, mereka akan memiliki komitmen untuk
berperilaku sehat (health seeking behaviour) sehingga berdampak holistik pada
integritas suatu institusi dalam memberikan kebijakan dan praktik yang maksimal,
antara lain adanya integrasi konsep kenyamanan dalam proses pemberian asuhan
keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi. Proses pengkajian
dimulai dari mengidentifikasi kebutuhan rasa nyaman klien ditinjau dari 3 fase
(relief, ease, dan transcendence) serta meliputi 4 konteks kenyamanan (fisik,
psikospiritual, sosiokultural, dan lingkungan). Tahap berikutnya dalam penyusunan
diagnosa keperawatan, kenyamanan menjadi salah satu domain dalam merumuskan
diagnosa keperawatan menurut NANDA (North American Nursing Diagnosis
Association). Kenyamanan juga menjadi salah satu priority outcome yang dinilai
berdasarkan NOC (Nursing Outcome Classification) (Moorhead, S., 2008) dan juga
menentukan intervensi terapeutik mandiri perawat berdasarkan NIC (Nursing
Intervention Classification) (Dochterman, 2008). Salah satu intervensi terapeutik
dalam NIC adalah environment modification dimana perawat dapat memodifikasi
lingkungan baik secara internal dan eksternal untuk kenyamanan klien. Berdasarkan
pendapat Kolcaba & Wilson (2004), terdapat tiga intervensi untuk mencapai
kenyamanan klien, yaitu standard comfort intervention (pengkajian, vital sign,
medikasi), coaching (dukungan emosional, pendidikan kesehatan), dan comfort food
for the soul (terapi musik, kunjungan orang terdekat). Hal ini menunjukkan bahwa di
setiap tindakan, teori kenyamanan ini selalu bersifat holistik (bio, psikospiritual,
sosiokultural, dan lingkungan). Dengan demikian proses kesembuhan klien akan
11
lebih cepat sehingga dapat menurunkan biaya perawatan dan lamanya hari perawatan,
meningkatnya keamanan klien selama dirawat, meningkatnya stabilitas ekonomi, dan
banyak kepentingan publik lainnya yang bisa terfasilitasi. Manfaat besar yang didapat
dari implikasi teori kenyamanan ini juga akan membantu institusi membuat kebijakan
untuk mengembangkan suatu pusat studi dan penelitian yang berbasis pada teori
kenyamanan sehingga akan semakin banyak intervensi berdasarkan EBN yang bisa
diberikan untuk memenuhi kebutuhan holistik klien akan rasa nyaman. Tentunya hal
ini akan meningkatkan kepuasan klien sehingga institusi pelayanan kesehatan akan
diuntungkan secara materiil dan non materiil. Peran teori kenyamanan ini juga tidak
hanya terbatas pada hubungan perawat dan klien saja, tetapi juga mengatur antara
pimpinan dengan staf, dimana pimpinan institusi memiliki kewajiban menciptakan
suasana yang nyaman bagi stafnya (perawat) sehingga perawat juga mampu
memberikan pelayanan rasa nyaman yang terbaik untuk klien. Dengan demikian
iklim institusi akan berkembang dengan sehat.
Dari penjelasan diatas dapat dilihat bahwa ada hubungan antara teori Kolcaba
dengan falsafah dan paradigma keperawatan, dimana teori Kolcaba juga melihat
komponen manusia, kesehatan, lingkungan, dan keperawatan dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada klien secara holistik.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
12
3.2 Saran
a. Diperlukannya pengembangan penelitian keperawatan sesuai model
konseptual atau teori guna meningkatkan mutu pelayanan asuhan
keperawatan
b. Dalam menganalisis kasus keperawatan perlunya penggunaan pendekatan
teori keperawatan yang sesuai dengan mempertimbangkan kondisi klien
dan lahan praktik.
DAFTAR REFERENSI
Higgins, P.A., & Moore, S.M. (2000). Levels of theoretical thinking in nursing.
Nursing outlook, 48(4), 179-183. Retrieved from:
http://www.nursingoutlook.org/article.
Kolcaba, K., Tilton, C., Drouin, C. (2006). Comfort theory a unifying framework
to enhance the practice environment. The Journal of Nursing
Administration, 36(11), 538-544. Retrieved from:
http://thecomfortline.com/files/pdfs/2006.
Tomey, A. M. and Alligood. (2010). Nursing Theorist and Their Work (7th ed). St.
Louis: Mosby Elsevier.
14