Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan

melalui suatu rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan

lain (jalan air atau jalan lalu lintas biasa). Jembatan yang merupakan bagian dari

jalan, sangat diperlukan dalam sistem jaringan transportasi darat yang akan

menunjang pembangunan pada daerah tersebut. Perencanaan pembangunan

jembatan harus diperhatikan seefektif dan seefisien mungkin, sehingga

pembangunan jembatan dapat memenuhi keamanan dan kenyamanan bagi para

pengguna jembatan (Struyk, 1984).

Keamanan jembatan menjadi faktor utama yang harus diperhatikan dalam

perancangan jembatan. Beban primer, beban sekunder, dan beban khusus harus

diperhitungkan dalam perancangan jembatan agar memiliki ketahanan dalam

menopang beban beban tersebut. Keselamatan dan keamanan pengguna

jembatan menjadi hal penting yang harus diutamakan.

Keberadaan jembatan saat ini terus mengalami perkembangan, dari bentuk

sederhana sampai yang paling kompleks, demikian juga bahan bahan yang

digunakan mulai dari bambu, kayu, beton dan baja. Penggunaaan bahan baja

untuk saat saat sekarang maupun di masa mendatang, untuk struktur jembatan

akan memberikan keuntungan yang berlebih terhadap perkembangan serta

kelancaran sarana transportasi antar daerah maupun antar pulau yang ada di

1
2

seluruh Indonesia (Siswanto, 1999).

Wilayah Yogyakarta sendiri sudah banyak melakukan pembangunan

proyek jembatan yang berguna untuk melancarkan transportasi yang ada, salah

satunya adalah Jembatan Randusongo yang berada di Dusun Randusongo, Desa

Donokerto, Kecamatan Turi, Sleman, Yogyakarta. Di wilayah ini banyak terdapat

sungai yang menyebabkan terganggunya transportasi darat pada khususnya.

Melihat permasalahan yang ada, maka pemerintah membangun jembatan untuk

mengatasi masalah tersebut.

Jembatan Randusongo sudah dibangun menggunakan beton pracetak

dengan panjang bentang 40 m dan lebar 1,0 + 7,0 + 1,0 m pada tahun 2009,

sebagaimana yang terlihat pada Gambar 1.1 dan Gambar 1.2. Melihat kondisi

tanahnya yang berpasir kasar, berkerikil, berbatu batu dan sebagai mana

diketahui bahwa wilayah Yogyakarta sendiri masuk dalam zona gempa, maka

rawan pula terjadinya pergeseran tanah. Dengan mempertimbangkan kondisi

tanah dan wilayah Yogyakarta itu sendiri, maka apabila konstruksi Jembatan

Randusongo menggunakan beton pracetak akan dapat menimbulkan permasalahan

seperti retakan pada struktur jembatan tersebut. Hal ini dapat dilihat pada

kelemahan beton itu sendiri yang mana kuat tariknya diabaikan dalam

perencanaan. Disamping itu, perancangan jembatan beton memerlukan ruang

yang relatif besar pada lokasi konstruksi.

Dengan adanya beberapa bahan konstruksi lain seperti baja, maka perlu

dicoba merancang ulang jembatan dengan menggunakan material baja. Mengingat

beberapa keunggulan dari material baja itu sendiri dibandingkan dengan material
3

yang lain. Keunggulan dari material baja itu sendiri adalah sebagai berikut :

1. Mempunyai kekuatan yang tinggi, sehingga dapat mengurangi ukuran

struktur serta mengurangi pula berat sendiri dari struktur. Hal ini cukup

menguntungkan bagi struktur struktur jembatan yang berada pada kondisi

tanah yang buruk.

2. Keseragaman dan keawetan yang tinggi, tidak seperti halnya material beton

bertulang yang terdiri dari berbagai macam bahan penyusun, material baja

jauh lebih seragam/homogeny serta mempunyai tingkat keawetan yang jauh

lebih tinggi jika prosedur perawatan dilakukan secara semestinya.

3. Keunggulan lain pemakaian baja sebagai material konstruksi adalah

kemudahan penyambungan antar elemen satu dengan lainnya menggunakan

alat sambung las atau baut. Pembautan baja melalui proses gilas panas

mengakibatkan baja menjadi mudah dibentuk menjadi penampang yang

diinginkan. Kecepatan pelaksanaan kontruksi baja juga menjadi suatu

keunggulan material baja.

I.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka timbul permasalahan

sebagai kajian, dengan mempertimbangkan kondisi tanah dan wilayah Yogyakarta

yang masuk dalam zona gempa, maka apabila kontruksi Jembatan Randusongo

dirancang dengan menggunakan beton pracetak akan dapat menimbulkan

permasalahan seperti retakan pada struktur jembatan tersebut. Hal ini dapat dilihat

pada kelemahan beton yang mana kuat tariknya diabaikan dalam perencanaan.
4

Gambar 1.1. Tampak Depan Jembatan Randusongo (Foto

diambil tanggal, 18 September 2010)

Gambar 1.2. Tampak Samping Jembatan Randusongo (Foto

diambil tanggal, 18 September 2010)


5

Lokasi Jembatan

Gambar 1.3. Peta Lokasi Jembatan Randusongo

Jembatan yang
dirancang

Gambar 1.4. Denah Jembatan Randusongo


6

I.3. Batasan Masalah

Penulisan tugas akhir ini akan dapat terarah dan terencana, bilamana

dibuat batasan masalah sebagai berikut :

1. Rangka jembatan dirancang dengan bahan konstruksi yang terbuat dari baja

dan lantai kendaraan terbuat dari beton bertulang.

2. Peraturan yang digunakan sebagai acuan untuk perancangan Jembatan

Randusongo ini adalah :

a. Pedoman Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya (PPPJJR,1987).

b. Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan (Bridge Management

System,1992).

c. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI).

d. Revisi SNI 03-2833-1992, tentang Perencanaan Ketahanan Gempa untuk

Jembatan.

e. RSNI T-03-2005, tentang Perencanaan Struktur Baja untuk Jembatan.

3. Pembebanan pada jembatan adalah beban primer dan sekunder.

a. Pembebanan primer terdiri dari beban mati (berat sendiri pada struktur

jembatan baja), beban hidup/bergerak (beban lalu lintas), beban kejut dan

gaya akibat tekanan tanah.

b. Beban sekunder terdiri dari beban gempa, beban angin dan gaya rem.

4. Struktur yang dibahas dalam perancangan Jembatan Randusongo adalah :

a. Struktur atas : dimensi jembatan, pelat lantai, gelagar, struktur rangka

jembatan (baja), penahan geser gelagar dan perencanaan sambungan.

b. Struktur bawah : abutment dan fondasi.


7

5. Analisis struktur rangka baja dengan menggunakan SAP 2000.

1.4. Keaslian Tugas Akhir

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lapangan, perancangan

Jembatan Randusongo yang ada di Sleman, Yogyakarta, belum pernah dilakukan

sebelumnya. Penulisan laporan tugas akhir yang berjudul Perancangan

Struktur Jembatan Randusongo Di Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta , bukan duplikasi atau plagiat dari penulis lain.

1.5. Tujuan Tugas Akhir

Penyusunan tugas akhir ini bertujuan untuk merancang ulang struktur

Jembatan Randusongo di Sleman, Yogyakarta, yang dibangun dengan struktur

beton menjadi struktur baja, serta untuk memberikan penjelasan mengenai tata

cara perancangan jembatan rangka baja.

1.6. Manfaat Tugas Akhir

Manfaat dari penyusunan tugas akhir ini yaitu, dapat diperoleh

pengalaman, pengetahuan dan wawasan dalam perancangan struktur jembatan,

sebagai bekal memasuki dunia kerja. Tugas akhir ini juga dapat membantu

perorangan atau instansi terkait dalam perancangan jembatan baja, dan juga

sebagai usaha untuk merealisasikan semua ilmu yang berkaitan dengan teori yang

diperoleh selama kuliah di Fakultas Teknik, Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai