Scanning Electron Micros
Scanning Electron Micros
Elektron memiliki resolusi yang lebih tinggi daripada cahaya. Cahaya hanya mampu mencapai
200nm sedangkan elektron bisa mencapai resolusi sampai 0,1 0,2 nm. Dibawah ini diberikan
perbandingan hasil gambar mikroskop cahaya dengan elektron.
Disamping itu dengan menggunakan elektron kita juga bisa mendapatkan beberapa jenis
pantulan yang berguna untuk keperluan karakterisasi. Jika elektron mengenai suatu benda maka
akan timbul dua jenis pantulan yaitu pantulan elastis dan pantulan non elastis seperti pada
gambar dibawah ini.
Pada sebuah mikroskop elektron (SEM) terdapat beberapa peralatan utama antara lain:
1. Pistol elektron, biasanya berupa filamen yang terbuat dari unsur yang mudah melepas elektron
misal tungsten.
2. Lensa untuk elektron, berupa lensa magnetis karena elektron yang bermuatan negatif dapat
dibelokkan oleh medan magnet.
3. Sistem vakum, karena elektron sangat kecil dan ringan maka jika ada molekul udara yang lain
elektron yang berjalan menuju sasaran akan terpencar oleh tumbukan sebelum mengenai sasaran
sehingga menghilangkan molekul udara menjadi sangat penting.
Prinsip kerja dari SEM adalah sebagai berikut:
1. Sebuah pistol elektron memproduksi sinar elektron dan dipercepat dengan anoda.
2. Lensa magnetik memfokuskan elektron menuju ke sampel.
3. Sinar elektron yang terfokus memindai (scan) keseluruhan sampel dengan diarahkan oleh koil
pemindai.
4. Ketika elektron mengenai sampel maka sampel akan mengeluarkan elektron baru yang akan
diterima oleh detektor dan dikirim ke monitor (CRT).
Secara lengkap skema SEM dijelaskan oleh gambar dibawah ini:
(sumber:iastate.edu)
Ada beberapa sinyal yang penting yang dihasilkan oleh SEM. Dari pantulan inelastis didapatkan
sinyal elektron sekunder dan karakteristik sinar X sedangkan dari pantulan elastis didapatkan
sinyal backscattered electron. Sinyal -sinyal tersebut dijelaskan pada gambar dibawah ini.
Perbedaan gambar dari sinyal elektron sekunder dengan backscattered adalah sebagai berikut:
elektron sekunder menghasilkan topografi dari benda yang dianalisa, permukaan yang tinggi
berwarna lebih cerah dari permukaan rendah. Sedangkan backscattered elektron memberikan
perbedaan berat molekul dari atom atom yang menyusun permukaan, atom dengan berat
molekul tinggi akan berwarna lebih cerah daripada atom dengan berat molekul rendah. Contoh
perbandingan gambar dari kedua sinyal ini disajikan pada gambar dibawah ini.
Mekanisme kontras dari elektron sekunder dijelaskan dengan gambar dibawah ini. Permukaan
yang tinggi akan lebih banyak melepaskan elektron dan menghasilkan gambar yang lebih cerah
dibandingkan permukaan yang rendah atau datar.
Sedangkan mekasime kontras dari backscattered elektron dijelaskan dengan gambar dibawah ini
yang secara prinsip atom atom dengan densitas atau berat molekul lebih besar akan
memantulkan lebih banyak elektron sehingga tampak lebih cerah dari atom berdensitas rendah.
Maka teknik ini sangat berguna untuk membedakan jenis atom.
Namun untuk mengenali jenis atom dipermukaan yang mengandung multi atom para peneliti
lebih banyak mengunakan teknik EDS (Energy Dispersive Spectroscopy). Sebagian besar alat
SEM dilengkapi dengan kemampuan ini, namun tidak semua SEM punya fitur ini. EDS
dihasilkan dari Sinar X karakteristik, yaitu dengan menembakkan sinar X pada posisi yang ingin
kita ketahui komposisinya. Maka setelah ditembakkan pada posisi yang diinginkan maka akan
muncul puncak puncak tertentu yang mewakili suatu unsur yang terkandung. Dengan EDS kita
juga bisa membuat elemental mapping (pemetaan elemen) dengan memberikan warna berbeda
beda dari masing masing elemen di permukaan bahan. EDS bisa digunakan untuk menganalisa
secara kunatitatif dari persentase masing masing elemen. Contoh dari aplikasi EDS
digambarkan pada diagram dibawah ini.
(sumber: umich.edu)
Perbedaan mendasar dari TEM dan SEM adalah pada cara bagaimana elektron yang
ditembakkan oleh pistol elektron mengenai sampel. Pada TEM, sampel yang disiapkan sangat
tipis sehingga elektron dapat menembusnya kemudian hasil dari tembusan elektron tersebut yang
diolah menjadi gambar. Sedangkan pada SEM sampel tidak ditembus oleh elektron sehingga
hanya pendaran hasil dari tumbukan elektron dengan sampel yang ditangkap oleh detektor dan
diolah. Skema perbandingan kedua alat ini disajikan oleh gambar dibawah ini.
Prinsip kerja dari TEM secara singkat adalah sinar elektron mengiluminasi spesimen dan
menghasilkan sebuah gambar diatas layar pospor. Gambar dilihat sebagai sebuah proyeksi dari
spesimen. Skema dari TEM lebih detil dapat dilihat pada gambar berikut ini.
(sumber: hk-phy.org)
Sedangkan sinyal utama yang dapat dihasilkan oleh TEM dideskripsikan pada gambar berikut.
Sinyal utama yang dapat ditangkap atau dihasilkan dari TEM cukup banyak antara lain:
1. Diffraction Contrast
Dipakai untuk mengkarakterisasi kristal biasa digunakan untuk menganalisa defek, endapan,
ukuran butiran dan distribusinya.
2. Phase Contrast
Dipakai untuk menganalisa kristalin material (defek, endapan, struktur interfasa, pertumbuhan
kristal)
3. Mass/Thickness Contrast
Dipakai untuk karakterisasi bahan amorf berpori, polimer, material lunak (biologis)
4. Electron Diffraction
5. Characteristic X-ray (EDS)
6. Electron Energy Loss Spectroscopy (EELS + EFTEM)
7. Scanning Transmission Electron Microscopy (STEM)
Sehingga aplikasi utama TEM adalah sebagai berikut: analisis mikrostruktur, identifikasi defek,
analisis interfasa, struktur kristal, tatanan atom pada kristal, serta analisa elemental skala
nanometer.
Sementara itu kelebihan dari analisa menggunakan TEM adalah:
1. Resolusi Superior 0.1~0.2 nm, lebih besar dari SEM (1~3 nm)
2. Mampu mendapatkan informasi komposisi dan kristalografi dari bahan uji dengan resolusi
tinggi
3. Memungkinkan untuk mendapatkan berbagai signal dari satu lokasi yang sama.
Sedangkan kelemahannya adalah:
1. Hanya meneliti area yang sangat kecil dari sampel (apakah ini representatif?)
2. Perlakuan awal dari sampel cukup rumit sampai bisa mendapatkan gambar yang baik.
3. Elektron dapat merusak atau meninggalkan jejak pada sampel yang diuji.
Dari deret Fourier tersebut intensitas gelombang dapat digambarkan sebagai daerah
waktu atau daerah frekwensi. Perubahan gambaran
intensitas gelobang radiasi elektromagnetik dari daerah waktu ke daerah frekwensi atau
sebaliknya disebut Transformasi Fourier (Fourier Transform).
Selanjutnya pada sistim optik peralatan instrumen Fourier Transform Infra Red dipakai
dasar daerah waktu yang non dispersif. Sebagai contoh aplikasi pemakaian gelombang radiasi
elektromagnetik yang berdasarkan daerah waktu adalah interferometer yang dikemukakan
oleh Albert Abraham Michelson (Jerman, 1831). Perbedaan sistim optik Spektrofotometer Infra
Red dispersif danInterferometer Michelson pada Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red
tampak pada gambar disamping.
Pada sistim optik Fourier Transform Infra Red digunakan radiasi LASER (Light Amplification
by Stimulated Emmission of Radiation) yang berfungsi sebagai radiasi yang diinterferensikan
dengan radiasi infra merah agar sinyal radiasi infra merah yang diterima oleh detektor secara
utuh dan lebih baik.
Detektor yang digunakan dalam Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red adalah Tetra
Glycerine Sulphate (disingkat TGS) atau Mercury Cadmium Telluride (disingkat
MCT). Detektor MCT lebih banyak digunakan karena memiliki beberapa kelebihan
dibandingkan detektor TGS, yaitu memberikan respon yang lebih baik
pada frekwensimodulasi tinggi, lebih sensitif, lebih cepat, tidak dipengaruhi oleh temperatur,
sangat selektif terhadap energi vibrasi yang diterima dari radiasi infra merah.
Sensitifitas dari metoda Spektrofotometri Fourier Transform Infra Red lebih besar daripada
cara dispersi, sebab radiasi yang masuk ke sistim detektor lebih banyak karena tanpa harus
melalui celah.
Spektroskopi NMR
a. Prinsip
Banyak inti (atau lebih tepat, inti dengan paling tidak jumlah proton atau neutronnya ganjil)
dapat dianggap sebagai magnet kecil. Inti seperti proton (1H atau H-1) dan inti karbon-13 (13C
atau C-13; kelimpahan alaminya sekitar 1%). Karbon -12 (12C), yang dijadikan standar
penentuan massa, tidak bersifat magnet.
Bila sampel yang mengandung 1H atau 13C (bahkan semua senyawa organik) ditempatkan dalam
medan magnet, akan timbul interaksi antara medan magnet luar tadi dengan magnet kecil (inti).
Karena ada interaksi ini, magnet kecil akan terbagi atas dua tingkat energi (tingkat yang sedikit
agak lebih stabil (+) dan keadaan yang kurang stabel (-)) yang energinya berbeda. Karena dunia
inti adalah dunia mikroskopik, energi yang berkaitan dengan inti ini terkuantisasi, artinya tidak
kontinyu. Perbedaan energi antara dua keadaan diberikan oleh persamaan.
E = hH/2(13.4)
H kuat medan magnet luar (yakni magnet spektrometer), h tetapan Planck, tetapn khas bagi
jenis inti tertentu, disebut dengan rasio giromagnetik dan untuk proton nilainya 2,6752 x 108 kg-
1
s A (A= amper)??
Bila sampel disinari dengan gelombang elektromagnetik yang berkaitan dengan perbedaan
energi E, yakni,
E = h (13.5)
inti dalam keadaan (+) mengabsorbsi energi ini dan tereksitasi ke tingkat energi (-). Proses
mengeksitasi inti dalam medan magnetik akan mengabsorbsi energi (resonansi) disebut nuclear
magnetic resonance (NMR)??
= H/2(13.6)
Bila kekuatan medan magnet luar, yakni magnet spektrometer, adalah 2,3490 T(tesla; 1 T =
23490 Gauss), yang diamati sekitar 1 x 108 Hz = 100 MHz??ilai frekuensi ini di daerah
gelombang mikro.
Seacara prinsip, frekuensi gelombang elektromagnetik yang diserap ditentukan oleh kekuatan
magnet dan jenis inti yang diamati. Namun, perubahan kecil dalam frekuensi diinduksi oleh
perbedaan lingkungan kimia tempat inti tersebut berada. Perubahan ini disebut pergeseran kimia.
Dalam spektroskopi 1H NMR, pergeseran kimia diungkapkan sebagai nilai relatif terhadap
frekuensi absorpsi (0 Hz) tetrametilsilan standar (TMS) (CH3)4Si??ergeseran kimia tiga jenis
proton dalam etanol CH3CH2OH adalah sekitar 105??25 dan 490 Hz bila direkam dengan
spektrometer dengan magnet 2 1140 T (90 MHz) (Gambar 13.6(a))??arena frekuensi absorpsi
proton adalah 0,9 x 108Hz (90 MHz), pergeseran kimia yang terlibat hanya bervariasi sangat
kecil.
Gambar 13.6 1H spektra NMR etanol CH3CH2OH (a) spektrum resolusi rendah,
(b) resolusi tinggi. Garis bertangga adalah integral intensitas absorpsi.
Frekuensi resonansi (frekuensi absorpsi) proton (atau inti lain) sebanding dengan kekuatan
magnet spektrometer. Perbandingan data spektrum akan sukar bila spektrum yang didapat
dengan magnet berbeda kekuatannya. Untuk mencegah kesukaran ini, skala , yang tidak
bergantung pada kekuatan medan magnet, dikenalkan. Nilai didefinisikan sebagai berikut.
perbedaan frekuensi resonansi (dalam Hz) inti yang diselidiki dari frekuensi standar TMS
(dalam banyak kasus) dan frek uensi (dalam Hz) proton ditentukan oleh spektrometer yang
sama. Anda harus sadar bahwa Hz yang muncul di pembilang dan penyebut persamaan di atas
dan oleh karena itu saling meniadakan. Karena nilai / sedemikian kecil, nilainya dikalikan
dengan 106. Jadi nilai diungkapkan dalam satuan ppm.
Untuk sebagian besar senyawa, nilai proton dalam rentang 0-10 ppm. Nilai tiga puncak
etanol di Gambar 13. 6 adalah 1,15; 3,6 dan 5,4??
Penemuan pergeseran kimia memberikan berbagai kemajuan dalam kimia. Sejak itu spektroskopi
NMR telah menjadi alat yang paling efektif untuk menentukan struktur semua jenis senyawa.
Pergeseran kimia dapat dianggap sebagai ciri bagian tertentu struktur. Misalnya, pergeseran
kimia proton dalam gugus metil sekitar 1 ppm apappun struktur bagian lainnya. Lebih lanjut,
seperti yang ditunjukkan di Gambar 13.6, dalam hal spektra 1H NMR, intensitas sinyal
terintegrasi sebanding dengan jumlah inti yang relevan dengan sinyalnya. Hal ini akan sangat
membantu dalam penentuan struktur senyawa organik.
Tahun 1964 adalah tahun yang tidak terlupakan sejarah kimia organik Jepang. Spektroskopi
NMR awalnya diteliti oleh fisikawan yang tertarik pada sifat magnetik inti. Pengamatan pertama
sinyal NMR dilakukan secara independen dan hampir simultan oleh dua fisikawan Amerika
Felix Bloch (1905-1983) dan Edward Mills Purcell (1912-1987). Keduanya mendapatkan hadiah
Nobel tahun 1952.
Menurut teori ini, frekuensi resonansi proton air dan parafin (hidrokarbon) identik sepanjang inti,
proton yang sama yang diukur. Namun, beberapa perbedaan kecil mungkin diamati antara nilai
satu frekuensi resonansi dua sampel. Pertanyaan yang timbul adalah apakah perbedaan ini adalah
sifat khas alami, atau karena ketidakpastian percobaan.
Tak sengaja masalah ini diketahui oleh kimiawan yang kemudian menyarankan agar mereka
mengukur spektrum etanol, dengan mengatakan bahwa etanol memiliki dua jenis proton, satu
seperti air dan satunya seperti parafi. Saran ini diterima dan hasilnya sungguh menakjubkan.
Jadi, pergeseran kimia ditemukan akibat kerjasama fisika dan kimia.
Contoh soal 13.3 spektrum 1H NMR
Sketsakan bentuk kira-kira spektrum 1H NMR 1-propanol CH3CH2CH2OH, dan identifikasi asal
tiap sinyal. Prosedur ini disebut dengan penandaan (assignment).
Jawab
Pola spektrumnya dekat dengan pola spektrum etanol kecuali satu sinyal tambahan dari -CH2.
Sinyal ini diharapkan muncul antara 1 dan 5 di Gambar 13.5. Anda harus memperhatikan
bahwa proton dekat atom oksigen akan beresonansi pada medan rendah (yakni spektrum sisi
kiri).
b. Kopiling spin-spin
Bahkan bila pergeseran kimia adalah satu-satunya informasi yang dihasilkan oleh spektroskopi
NMR, nilai informasi dalam penentuan struktural senyawa organik sangat besar maknanya.
Selain itu, spektroskopi NMR dapat memberikan informasi tambahan, yakni informasi yang
terkait dengan kopling spin-spin.
Sebagaimana sudah Anda pelajari, tingkat energi inti (yakni, proton) terbelah menjadi keadaan
berenergi tinggi dan rendah. Selain itu, tingkat-tingkat energi ini membelah lebih lanjut karena
interaksi dengan inti tetangganya (inti-inti adalah magnet-magnet sangat kecil juga). Pembelahan
ini sangat kecil tetapi akan memiliki akibat yang penting, yakni, pembelahannya tidak
dipengaruhi oleh kekuatan medan magnet spektrometer. Pembelahannya hanya bergantung pada
interaksi inti-inti.
Bila spektrum 1H NMR etanol diukur dengan kondi si lebih baik (uakni resolusi lebih baik),
sinyal CH3- dan CH2- tebelah menjadi multiplet (Gambar 13.6(b)). Pembelahan ini karena
adanya kopling spin-spin antar proton. Spektra yang menunjukkan pembelahan kopling spin-spin
ini disebut spektra resolusi tinggi. Sedang spektra yang tidak menunjukkan pembelahan ini
disebut spektra resolusi rendah.
Latihan
Pertanyaan 13.1 Prediksi spektrum 1H NMR
Gambarkan sketsa spektra 1H NMR resolusi rendah dengan grafik batang.
(a) etil asetat CH3COOCH2CH3, (b) isopropil asetat CH3COOCH(CH3)2
Jawab 13.1
Lihat Gambar berikut, angka di samping angka dalam tanda kurung menunjukkan jumlah proton
yang relevan.
SpektraNMRResolusiTinggi
Perbandingan luas area di bawah puncak menunjukan perbandingan jumlah atom hidrogen
pada tiap lingkungan yang berbeda
Pergeseran kimia menunjukan informasi yang penting tentang jenis lingkungan atom hidrogen
1 puncak singlet
Informasi yang dapat diperoleh dari spektrum resolusi tinggi adalah sama dengan spektrum
resolusi rendah anda dapat menyederhanakan tiap kumpulan puncaksebagai satu puncak
tunggal seperti pada resolusi rendah.
Aturan n+1
Banyaknya pemisahan menunjukan jumlah hidrogen yang terikat pada atom karbon atau atom-
atom tetangga yang berikatan langsung dengan atom karbon yang diamati.
Jumlah sub-puncak dalam suatu kumpulan sama dengan jumlah hidrogen yang terikat pada
karbon tetangga ditambah satu (n+1).
Jadi asumsinya adalah ada satu atom karbon yang diamati dan atom karbon tetangga dengan
atom-atom hidrogen yang diikat.
Gugus CH2 pada 4,1 ppm adalah quartet. Hal ini menunjukan gugus CH2bertetangga dengan
atom karbon yang mengikat tiga atom hidrogen yaitu gugus CH3.
Gugus CH3 pada 1,3 ppm adalah triplet, berarti bertetangga dengan gugus CH2.
Kombinasi dari dua kumpulan puncak ini kuartet dan triplet biasanya berupa gugus etil,
CH3CH2. Hal ini sangat umum, kenalilah!
Terakhir, gugus CH3 pada 2,0 ppm adalah singlet. Artinya bertetangga dengan karbon yang tidak
mempunyai hidrogen.
Jadi senyawa apakah ini? Anda dapat juga menggunakan data pergeseran kimia untuk membantu
mengidentifikasi tiap gugus, dan akhirnya anda dapatkan:
1. Alkohol
Dimanakah posisi puncak -O-H ?
Ini sangat membingungkan! Berbagai sumber memberikan pergeseran kimia yang sangat
berbeda untuk atom hidrogen pada gugus -OH dalam alkohol sering tidak konsisten. Sebagai
contoh:
Buku data Nuffield menunjukan puncaknya pada 2,0 4,0, tetapi buku teks Nuffield
menunjukannya di sekitar 5,4
Data dari OCR yang digunakan dalam ujian memberikan 3,5 5,5.
Buku teks kimia organik yang dapat dipercaya memberikan 1,0 5,0, tetapi kemudian
menunjukan suatu spektrum RMI untuk etanol dengan puncak pada 6,1.
Data SDBS (yang digunakan pada bagian ini) memberikan puncak -OH dalam etanol pada 2,6.
Masalah ini menunjukan bahwa posisi puncak -OH bervariasi, tergantung pada kondisinya
sebagai contoh, pelarut apa yang digunakan, konsentrasi, dan kemurnian alkohol terutama
apakah mengandung air atau tidak.
Cara untuk mengamati puncak -OH
Jika anda ingin menentukan spektrum RMI alkohol misalnya etanol, tambahkan beberapa tetes
deuterium oksida, D2O, ke dalam larutan, lakukan dan tentukan kembali spektrumnya, puncak -
OH tidak muncul! Dengan membandingkan dua spektra, anda dapat menunjukan puncak yang
disebabkan oleh gugus -OH.
Catatan: deuterium oksida (kadang disebut juga dengan air berat) adalah air yang atom
hidrogennya (Hidrogen bermassa atom 1) diganti dengan isotopnya, yaitu deuterium (Hidrogen
bermassa atom 2).
Alasan hilangnya puncak dapat dijelaskan pada interaksi antara deuterium oksida dengan
alkohol. Semua alkohol, termasuk etanol, merupakan asam yang sangat sangat lemah. Hidrogen
pada gugus -OH mentranfer satu pasangan elektron bebas pada oksigen dari molekul air.
Faktanya kita mendapatkan air berat yang tidak berbeda.
Ion negatif yang terbentuk cenderung menyerang molekul deuterium oksida lain untuk
menghasilkan alkohol. Sekarang gugus -OH telah berubah menjadi -OD.
Atom-atom deuterium tidak menghasilkan puncak pada spektrum RMI seperti atom hidrogen,
sehingga tidak ada lagi puncak -OH.
Bagaimana dengan ion positif pada persamaan pertama dan OD- pada persamaan kedua.
Keduanya mengalami kesetimbangan membentuk molekul air berat.
Demikian juga puncak -OH di tengah spektrum adalah singlet. Puncak ini tidah berubah menjadi
triplet oleh pengaruh gugus CH2.
Atom-atom hidrogen yang ekivalen
Atom-atom hidrogen yang terikat pada atom karbon yang sama disebut atom hidrogen
yangekivalen. Atom-atom hidrogen yang ekivalen ini tidak saling mempengaruhi sehingga satu
hidrogen pada gugus CH2 tidak akan menyebabkan pemisahan puncak spektrum satu sama lain.
Atom-atom hidrogen pada atom karbon tetangga dapat juga ekivalen jika benar-benar
mempunyai lingkungan kimia yang sama. Sebagai contoh:
Keempat atom hidrogen tersebut ekivalen. Anda akan mendapatkan puncak tunggal tanpa adanya
pemisahan.
Hanya dengan mengubah molekul tersebut sedikit saja, anda akan mendapatkan spektrum yang
berbeda.
Sekarang molekul tersebut mengandung atom yang berbeda pada kedua ujungnya, hidrogen tidak
berada dalam lingkungan kimia yang sama. Senyawa ini akan memberikan dua puncak terpisah
pada spektrum RMI resolusi rendah. Spesktrum resolusi tinggi menunjukkan kedua puncak
terpecah menjadi triplet karena masing-masing bertetangga dengan gugus CH2.
Liquid Chromatograpy mass spectroscopy adalah dua alat yang digabungkan menjadi satu,
dimana berfungsi untuk memisahkan beberapa senyawa atau campuran senyawa berdasarkan
kepolarannya (prinsip kerja kromatograpi), dimana setelah campuran senyawa tersebut terpisah,
maka senyawa yang murni tersebut akan diidentifikasi berat moleculnya. Berbeda dengan Gas
Chromatograpy mass spectroscopy, LC-MS pada output datanya sangat jarang sekali terjadi
pola fragmentasi, dikarenakan tidak ada proses fragmentasi. Sehingga yang didapatkan adalah
berat molekul ditambah beberapa muatan ditambah lagi berat molekul pelarut (terkadang).
ESI adalah salah satu methode untuk mendapatkan berat molekul yang digunakan dalam LC-MS
dimana jika pada metode biasanya (lupa-red) menggunakan fragmentasi (pemecahan molekul),
maka pada metode ESI menggunakan spray (Penyemprotan). AKibatnya tidak akan ditemukan
fragmen fragmen dari molekul tersebut.
Adapun cara kerja liquid chromatograpi adalah sama dengan HPLC atau liquid chromatograpy
lain pada umumnya. Sedangkan kerja Mass spectroscopy metode ESI adalah sebagai berikut :
1. Analyte bersama dengan eluent dari syringe pump atau LC masuk ke dalam cappilary.
Di dalam kappilary terdapat anoda (kutup negatif) pada taylor cone dan katoda (kutup negatif)
didekat masukkan analyte dan eluent. Kutup ini berfungsi agar muatan yang berkumpul pada
taylor cone adalah muatan positif sehingga nantinya saat terjadi penyemprotan dan terbentuk
droplet (tetes tetes) tidak bergabung gabung menjadi droplet yang lebih besar lagi.
2. Analylet dan solven(eluent) di semprotkan (spray) melalui taylor cone.
Akan terbentuk droplet droplet dimana droplet droplet itu akan mengalami tahap evaporasi
solven untuk mengurangi solven yang menempel di analyte. Karena suatu saat , apabila terjadi
evaporasi secara terus menerus maka solven yang meliputi analyte terkungkung dalam muatan
positif yang berlebih, dalam bahasa inggris tahap seperti ini disebut the rayleigh limit is
reached, maka akan terjadi explosion yang disebut coulombic explosion dimana akan terjadi
pemecahan droplet (tetesan) tadi. Ada beberapa kemungkinan yang terjadi pada droplet droplet
tersebut .
a. Yang pertama analyte akan tertambahi satu muatan positif
b. yang kedua analyte akan tertambahi beberapa muatan positif
c. yang ketiga analyte akan tertambahi satu muatan positif dan satu molekul solven
d. yang keempat analyte akan tertambahi satu muatan positif dan beberapa molekul solven
e. yang kelima analyte akant tertambahi beberapa muatan positif dan beberapa molekul solven.
3. Droplet yang mengalami coulombic exsploison tersebut akan masuk ke dalam cone dimana di
sisi kiri dan kanannya sudah mengalir gas Nitrogen (N2). Gas ini berfungsi agar analyte yang
terjadi tadi stabil dalam bentuknya dan tidak terganggu oleh pengaruh gas oksigen. Droplet
masuk ke dalam cappilary transfer lalu akan di analisis melalui mass spectrometer.