Anda di halaman 1dari 5

Tinjauan Pustaka

Tatalaksana Depresi Pasca-Stroke

Andri,* Mardi Susanto**

*Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta


**Departemen Psikiatri, RS Persahabatan, Jakarta

Abstrak: Gangguan depresi dapat merupakan gangguan emosional yang sering dihubungkan
dengan penyakit serebrovaskuler. Sekitar 25-50% pasien stroke mengalami depresi setelah
serangan stroke. Banyak penelitian mengatakan bahwa pada pasien pasca stroke yang
mengalami depresi, akan terjadi peningkatan persentase mortalitas. Pada pasien yang lebih
muda dan tidak mempunyai penyakit kronis sebelumnya, angka kematian tetap tinggi pada
pasien depresi pasca-stroke. Beberapa penelitian mengatakan bahwa lokasi jejas pada otak
memegang peranan penting terhadap terjadinya depresi pasca-stroke. Penelitian melaporkan
sebuah hasil yang signifikan tergantung pada lokasi lesi otak dengan kejadian depresi pasca-
stroke pada lesi di hemisfer kiri. Depresi pasca stroke juga dapat terjadi sebagai hasil
ketidakmampuan pasien melakukan kegiatan sehari-hari. Kondisi ini membuat pasien secara
fisik dan mental tidak berdaya dan dapat mengarah ke perasaan tidak kompeten dan tertekan.
Tatalaksana depresi pasca-stroke merupakan kombinasi psikofarmakoterapi dan psikoterapi.
Kata kunci: depresi pasca-stroke, psikoterapi, SSRI

Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 3, Maret 2008 81


Tatalaksana Depresi Pasca-Stroke

Treatment of Post-Stroke Depression

Andri,* Mardi Susanto**

*Department of Psychiatry Faculty of Medicine University of Indonesia, Jakarta


**Department of Psychiatry, Persahabatan General Hospital, Jakarta

Abstract: Depression may be an emotional disorder often related to cerebrovascular disease.


About 25-50% stroke patient will suffer depression after stroke attack. Many studies said that
post-stroke depression will raise the percentage of mortality in cerebrovascular patient. Even in
younger patients who do not have any previous chronic disease, the mortality is still high in post-
stroke depression patient. Studies revealed that the location of ischemic or hemorrhagic of the
brain has an important role in the prevalence of post-stroke depression. Right hemisphere hem-
orrhagic is considered a significant location in the prevalence of post-stroke depression. Post-
stroke depression can also occur as a result of the disability of daily activities. Conditions that
make patients psychologically and physically impaired could lead to the feeling of incompetence
and depressed. The treatment of post-stoke depression is a combination of psychopharmacotherapy
and psychotherapy.
Keywords: Post-stroke depression, psychotherapy, SSRI

Pendahuluan Faktor risiko penyakit ini adalah umur, jenis kelamin,


Penyakit serebrovaskuler atau stroke masih merupakan suku bangsa, hipertensi, penyakit jantung, diabetes melitus,
salah satu penyakit yang banyak menimbulkan kecacatan genetik, obesitas, diet, hiperkolestrolemia, merokok dan
dan kematian di dunia. Penyakit ini merupakan penyebab kurangnya aktivitas fisik.1-4
kematian ketiga di dunia. Di Amerika, stroke merupakan
penyebab kematian ketiga dan merupakan penyebab kematian Etiologi Stroke1
yang umum pada orang dewasa. Di Indonesia, menurut Survei Ada empat kategori stroke:
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995, stroke juga 1. Trombosis aterosklerotik: sering terjadi akibat interaksi
merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan dinamik antara hipertensi dan aterosklerotik pada dinding
utama 1-5 Laki-laki disebutkan mempunyai risiko yang lebih pembuluh darah perifer, otak dan koroner
tinggi untuk terkena stroke dengan perbandingan 1,33:1, 2. Emboli serebri: stroke dapat disebabkan trombosis dari
tujuh puluh persen dari pasien yang selamat akibat stroke jantung yang berjalan ke arteri karotis. Emboli bisa juga
mempunyai disabilitas pekerjaan yang permanen dan sekitar akibat plak ateromatosus dalam karotis atau emboli udara
25% mengalami demensia vaskular.4 dalam arteri karotis interna.
Stroke yang disebut juga gangguan perdarahan 3. Perdarahan: terjadi pada sekitar 25% penderita sroke.
pembuluh darah otak adalah sindrom gangguan serebri yang Dapat disebabkan oleh hipertensi, ruptur arteriovenous
bersifat fokal akibat gangguan sirkulasi otak. Gangguan malformation (AVM).
tersebut akibat penyumbatan lumen pembuluh darah oleh
4. Lakuna, terjadi pada sekitar 20% kasus. Biasanya terjadi
trombosis atau emboli, pecahnya dinding pembuluh darah
akibat oklusi arteri serebri yang kecil. Sering terdapat di
otak, perubahan permeabilitas dinding pembuluh darah, dan
talamus, ganglia basalis, kapsula interna dan batang otak.
perubahan viskositas maupun kualitas darah sendiri. Proses
ini dapat tidak menimbulkan gejala dan akan muncul secara
Diagnosis Stroke2
klinis jika aliran darah ke otak turun sampai tingkat melampaui
batas toleransi jaringan otak yang disebut ambang aktivitas Stroke sebagai suatu proses penyumbatan darah otak
fungsi otak.2 mempunyai sifat klinik yang spesifik sebagai berikut:

82 Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 3, Maret 2008


Tatalaksana Depresi Pasca-Stroke

a. Timbul mendadak tinggi pada pasien depresi pasca-stroke dan yang didiagnosis
b. Menunjukkan gejala-gejala neurologis kontralateral gangguan jiwa lain akibat stroke.
terhadap pembuluh yang tersumbat
c. Kesadaran dapat menurun terutama jika terjadi per- Etiologi
darahan otak. Pada stroke iskemik hal ini jarang terjadi. Walaupun penyebab depresi pasca-stroke tidak di-
ketahui namun beberapa penelitian mengatakan lokasi jejas
Anamnesis dengan pasien dan keluarga pasien me-
pada otak memegang peranan penting. Penelitian melaporkan
nunjukkan adanya kelumpuhan anggota sebelah badan,
sebuah hasil yang signifikan tergantung pada lokasi lesi otak
mulut mencong, bicara pelo dan tidak dapat berkomunikasi
dengan kejadian depresi pasca-stroke di lesi hemisfer kiri.
dengan baik. Pada pasien stroke sering dijumpai faktor-faktor
Penelitian tersebut juga menunjukkan adanya tingkat
risiko yang menyertai misalnya penyakit diabetes, hipertensi
keparahan depresi dengan jauhnya batas anterior lobus fron-
dan penyakit jantung.
talis, walaupun demikian tidak semua lesi pada hemisfer kiri
Gambaran klinik yang sering terdapat pada pasien
menyebabkan depresi pasca-stroke.4,7
stroke adalah defisit neurologis seperti hemiparese, afasia,
Beberapa penelitian melaporkan bahwa pasien dengan
gang-guan kognisis dan gangguan fungsi sensoris. Selain
depresi mempunyai riwayat gangguan psikiatrik atau adanya
itu stroke juga dapat menyebabkan gangguan perilaku dan
keluarga yang menderita gangguan psikiatrik. Sebagai
emosi yang disebabkan oleh lesi di otak atau akibat reaksi
tambahan, hubungan depresi dengan ketidakmampuan
psikologis akibat hendaya dan disabilitasnya.1
fungsi fisik. Hal ini tidak ditemukan pada semua penelitian,
Pegangan klinisi untuk membuat diagnosis stroke masih
sehingga keparahan ketidakmampuan dalam fungsi fisik tidak
memiliki keterbatasan. Sebelum ditemukannya CT Scan
ada hubungannya dengan keparahan depresi.7
ketepatan diagnosis klinis mengenai stroke hemoragik 65%
Depresi lebih sering terjadi pada pasien afasia non flu-
sedangkan untuk stroke non hemoragik adalah 57%. Setelah
ent dibanding yang afasia fluent, walaupun secara sebab
adanya CT Scan persentase penyebab stroke adalah sebagai
akibat tidak ada hubungan antara depresi dengan afasia.
berikut :
Adanya hubungan antara afasia non fluent dengan depresi
- 52%-70% : infark non embolik
pasca-stroke dapat dijelaskan dengan bukti adanya lesi otak
- 7%-25% : perdarahan intra serebral primer
yang menyebabkan afasia non fluent juga mungkin
- 7%-9% : tidak diketahui sebabnya
menyebabkan depresi. 7 Hal berbeda disebutkan oleh
- 6% : TIA
kepustakaan lain bahwa pasien stroke dengan afasia ringan
-5%-10% : perdarahan subarakhnoid
menderita depresi lebih sering dibandingkan pasien stroke
- 3% : neoplasma
dengan afasia global. Hal ini disebabkan pasien dengan afasia
- 2%-5% : embolus
ringan mempunyai kesadaran yang tinggi terhadap ke-
tidakberdayaannya.1
Setelah dilakukan CT Scan rutin dalam kasus-kasus
stroke diketahui 19% berupa stroke hemoragik dan 81%
Diagnosis
berupa stroke non hemoragik.6
Tidak mudah mendiagnosis depresi pada penderita
Depresi Pasca-Stroke pasca-stroke terutama jika pasien tersebut mengalami afasia.
Adanya ekspresi kesedihan akibat kelemahan otot wajah,
Gangguan depresi mungkin merupakan gangguan
apatis yang disebabkan lesi pada hemisfer kanan atau adanya
emosional yang paling sering dihubungkan dengan penyakit
aprosodi akan menyesatkan diagnosis pada stroke.
serebrovaskuler. Sekitar 25-50% pasien stroke mengalami
Indikasi yang dapat membantu diagnosis depresi pada
depresi setelah serangan stroke 1,4
stroke antara lain bila didapatkan perubahan kepribadian atau
Kepustakaan mengatakan bahwa gejala depresi pasca
mood, kehilangan berat badan dalam waktu singkat, pola tidur
stroke sama dengan gejala depresi fungsional seperti adanya
yang kacau dan kemajuan minimal rehabilitasi.
rasa sedih atau gangguan afek, anhedonia, tidak bertenaga,
sulit konsentrasi, nafsu makan menurun, penurunan libido,
gangguan tidur pada malam hari dan adanya ide-ide bunuh Dexamethason Suppression Test
diri. Duapuluh enam persen depresi pasca-stroke adalah Tes ini tidak menunjukkan kegunaan sebagai alat diag-
penderita dengan sindrom depresi berat sedang sisanya nostik yang meyakinkan. Beberapa penilitian menunjukkan
adalah dengan sindrom depresi ringan.1 sebuah hubungan secara statistik antara gangguan depresi
Suatu penelitian mengatakan bahwa pada pasien pasca- pasca-stroke dengan kegagalan untuk menekan serum
stroke yang mengalami depresi, akan terjadi peningkatan kortisol dengan pemberian deksametason namun spesi-
persentase mortalitas, bahkan pada pasien yang lebih muda fisitasnya secara umum tidak terlalu berguna untuk digunakan
dan tidak mempunyai penyakit kronis yang terlalu banyak sebagai alat diagnostik. Telah dikemukakan pendapat bahwa
dibanding pasien yang tidak depresi, angka kematian tetap depresi pasca-stroke berhubungan dengan hilangnya

Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 3, Maret 2008 83


Tatalaksana Depresi Pasca-Stroke

norepinefrin dan serotonin yang disebabkan lesi frontal atau kelompok dapat diberikan kepada pasien stroke dengan
ganglia basal. emosi.
Sebuah studi tentang hormon pertumbuhan (growth
hormone) menemukan bahwa respon hormon secara Psikoterapi Individu
signifikan menumpul pada pasien depresi pasca-stroke. Hal Adanya gangguan kognitif, perjalanan penyakit yang
ini menunjukkan kehilangan fungsi reseptor adrenergik 2 kronis, dan perawatan di rumah sakit yang berulang dapat
merupakan pertanda yang penting untuk depresi pasca- menimbulkan gangguan emosional sehingga pasien
stroke. Sensitivitas tes ini 100% dengan spesifisitas 75%.7 memerlukan ventilasi, dukungan, perbaikan mekanisme dan
mentolerir terhadap ketidakmampuannya dan ketergan-
Penatalaksanaan tungannya. Terapis dapat memberikan terapi suportif seperti
Psikofarmakoterapi mengangkat kembali harga diri pasien yang menurun.
Penderita depresi pasca-stroke dapat diberikan anti-
Psikoterapi Keluarga
depresi. Penderita dianjurkan untuk mulai terapi dengan dosis
kecil terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan Adanya hubungan antara fungsi keluarga dengan
efek samping. Perlu diingat penggunaan subterapeutik tidak kesembuhan dari gangguan emosional pasca-stroke. Kritikan
dianjurkan. Tidak ada satupun jenis antidepresan yang lingkungan atau lingkungan yang sangat terlibat dapat
khusus untuk pengobatan depresi pasca-stroke.2 Kepus- memperlambat penyembuhan. Perbaikan atau pengurangan
takaan lain mengatakan bahwa antidepresan trisiklik seperti perawatan di rumah sakit tergantung dari kemampuan keluarga
amitriptilin berguna juga untuk menghilangkan gejala untuk menurunkan ekspresi emosinya. Terapi keluarga
pseudobulbar yaitu tertawa dan menangis patologis yang merupakan komponen perencanaan terapi yang komprehensif
dikaitkan dengan stroke. Penggunaan golongan trisklik yang pada pasien gangguan emosional pasca-stroke. Tujuan terapi
juga mempunyai efek antiaritmia menyebabkan obat keluarga adalah untuk mengurangi disfungsi tingkah laku
antiaritmia lain dapat dihentikan atau dikurangi dosisnya. pada anggota keluarga dalam berhubungan dengan pasien.
Fluolestine merupakan SSRI dengan efek antikolinergik
ringan. Dikatakan fluolestine efektif untuk pasien depresi Terapi Kelompok
pasca-stroke. Karena kurang menimbulkan kenaikan berat Tujuan terapi kelompok adalah untuk mengurangi
badan, obat-obat ini dapat dipakai oleh pasien depresi yang isolasi, mendorong hubungan interpersonal. Terapi dapat
gemuk atau ada riwayat penambahan berat badan selama memperbaiki harga diri, orientasi, tingkah laku, pemecahan
pemakaian trisiklik. 1 Perlu diperhatikan obat yang diminum masalah, mengurangi depresi dan ansietas. Suatu terapi
penderita sebelum terkena stroke seperti obat anti hipertensi kelompok yang efektif ditandai dengan terbentuknya ling-
misalnya beta-blocker atau metildopa karena obat-obatan kungan terapeutik yang kohesif dan berkembangnya hu-
tersebut dapat menimbulkan depresi.2 bungan yang saling mendukung, sehingga dapat memberikan
Penderita stroke yang mengalami depresi harus kesempatan perbaikan adaptasi terhadap disabilitas yang
diberikan antidepresan agar tidak terjadi peningkatan sebenarnya dapat menimbulkan gangguan emosi.1
mortalitas akibat stroke ataupun depresi pasca-strokenya.
Terjadi peningkatan mortalitas pada pasien stroke iskemik Prognosis
yang mengalami depresi. Penggunaan antidepresan telah Terdapat beberapa penelitian tentang prognosis pasien
terbukti dapat menurunkan angka mortalitas pasien depresi depresi pasca-stroke. Penelitian di rumah sakit tidak me-
pasca-stroke. 8,9 Penelitian lain mengatakan adanya nunjukkan prognosis yang baik, tetapi menurut penelitian
penemuan yang mengejutkan bahwa pada pasien yang komunitas didapatkan perbaikan setelah 1 tahun. Penelitian
menerima pengobatan aktif dengan antidepresan terdapat lain mengatakan penderita stroke dengan depresi selama 1
kecenderungan untuk selamat dari penyakitnya. Keuntungan tahun akan sulit mengalami perbaikan.2
pemakaian antidepresan tetap siginifikan di atas keadaan Peningkatan angka kematian pada penderita depresi
lain yang menyertai keadaan stroke seperti usia, tipe stroke, pasca-stroke juga berhubungan dengan ketidakpatuhan
adanya penyerta diabetes melitus dan kekerapan gangguan pasien dalam rangka pengobatan untuk keadaan akibat
depresif.9 strokenya. Pasien juga terkadang enggan dalam meelakukan
Terapi elektrokonvulsif bisa diberikan pada penderita upaya promosi kesehatan untuk mencegah terjadinya
depresi pasca-stroke yang tidak ada komplikasi lainnya. keberulangan stroke. Apalagi jika terdapat penyakit penyerta
Psikoterapi dan terapi lainnya seperti fisioterapi dan terapi lain seperti diabetes melitus, pasien biasanya mempunyai
okupasi diberikan bersama-sama dengan terapi medika- kepatuhan yang kurang untuk menerapkan dietnya dalam
mentosa untuk strokenya.2 rangka mengontrol gula darah sehingga peningkatan gula
darah menjadi tidak terkontrol dan komplikasi kardiovaskuler
Psikoterapi lebih mudah terjadi. Dengan demikian prognosis juga menjadi
Psikoterapi individu, terapi keluarga, dan terapi kurang baik.9

84 Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 3, Maret 2008


Tatalaksana Depresi Pasca-Stroke

Peranan keluarga maupun pengertian dari penderita Daftar Pustaka


sendiri mengenai stroke akan mempengaruhi prognosis, 1. Amir N. Penatalaksanaan Pasien Stroke dengan Gangguan Emosi.
terutama pengertian tentang serangan stroke yang tiba-tiba Jiwa Indon Psychiatry Quarter 1998;XXXI:2:169-72.
dan kondisi penyembuhan yang terjadi sangat lambat perlu 2. Misbach J. Stroke Aspek Diagnosis Patofisiologi dan Manajemen.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1999.
diterima dengan lapang dada oleh penderita dan keluarganya. 3. Lumempouw SF. Gangguan Neurobehavior dan Cedera Otak. Ethi-
Fisioterapi, formal psikoterapi dan terapi kognitif harus cal Digest 2005 April; 14(III).
direncanakan dengan baik untuk mendapatkan hasil akhir 4. Cummings JL, Trimble MR. Stroke and Brain Tumors in: Concise
yang optimal.2 guide to Neuropsychiatry and behavioral neurology. Washington:
American Psychiatric Press;1995.
5. Birkett DP. Psychiatry of Stroke. Washington: American Psy-
Kesimpulan chiatry Press;1996.9.416.
6. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. 6 thed.Dian
Penyakit serebrovaskuler atau stroke masih merupakan
Rakyat;1994.
salah satu penyakit yang banyak menimbulkan kecacatan 7. Kaplan HI, Sadock BJ. Neuropsychiatric aspect of cerebrovascu-
dan kematian di dunia. Penyakit ini merupakan penyebab lar disease and tumor. Dalam: Comprehensive textbook of Neu-
kematian ketiga di dunia. Depresi sebagai suatu sindrom ropsychiatry Vol. 17 th ed. Baltimore: William&Wilkins;
2000.p.187-94.
sangat sering dijumpai pada pasien pasca-stroke. Penelitian
8. Williams L, Ghose SS, Swindle RW. Am J Psychiatry 2004
melaporkan hasil yang signifikan tergantung pada lokasi lesi June;161:1090-95.
otak dengan kejadian depresi pasca-stroke pada lesi di 9. Jorge RE, Robinson RG, Arndt S, Starkstein S. Am J Psychiatry.
hemisfer kiri. Ada hubungan depresi dengan ketidakmampuan 2003 Oct; 160:1823-9.
fungsi fisik yang diderita pasien pasca-stroke. Pengobatan
HQ
pasien depresi pasca-stroke dapat dengan cara farmakoterapi
yaitu dengan obat-obatan anti depresan dan juga dengan
psikoterapi terhadap pasien.

Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 3, Maret 2008 85

Anda mungkin juga menyukai