Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH FAKTOR POLITIS PADA STANDAR AKUNTANSI :

LOBI PADA STANDAR AKUNTASI DAN KONSEKUENSI EKONOMIS


STANDAR AKUNTANSI
TEMU 6

KELOMPOK 5

Anggota Kelompok :

1. I Kadek Rian Mahendra (01)


2. Ni Wayan Dhevi Sukma Dewi (09)
3. Made Linda Lestari (15)
4. Ni Kadek Dwi Nana Ulan Noviani (23)

PROGRAM REGULER
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2017
DAFTAR ISI
Cover ........................................................................................................................................... i
Daftar Isi .....................................................................................................................................ii
Peta Konsep ............................................................................................................................... iii
Pembahasan
1. Lobby Pada Standar Akuntansi
1.1 Pengertian dan Jenis-Jenis Lobby...................................................................................... 1
1.2 Motivasi atas Lobi Politis.................................................................................................. 1
1.3 Pengaruh Lobbying Pada Standar Akuntansi .................................................................... 2
2. Konsekuensi Ekonomi Standar Akuntansi
2.1 Pengertian Konsekuensi Ekonomis ............................................................................... 4
2.2 Munculnya Konsekuensi Ekonomis Standar Akuntansi ................................................... 5
2.3 Penelitian Collins & Salatka untuk SFAS 8 dan 52 .......................................................... 6
2.4 Penelitian Lev untuk Dampak SFAS 19 ........................................................................... 7
2.5 Hubungan Antara Teori Pasar Sekuritas Efisien Dan Konsekuensi Ekonomi .................. 7
2.6 Teori Akuntansi Positif (Positive Accounting Theory) .................................................... 8
2.7 Penelitian Teori Akuntansi Positif .................................................................................... 9
2.8 Contoh Konsekuensi Ekonomis Standar Akuntansi ......................................................... 9
Simpulan .................................................................................................................................... 11
Daftar Rujukan ......................................................................................................................... 12
PETA KONSEP
PENGARUH FAKTOR POLITIS PADA STANDAR AKUNTANSI

Lobby Pada Konsekuensi Ekonomis Standar


Standar Akuntansi Akuntansi

Pengertian Konsekuensi Ekonomis Munculnya Konsekuensi Ekonomis Standar Akuntansi


Dalam artikel Stepen Zeff (1978) dengan judul "The Rise of
Konsekuensi Ekonomi adalah konsep yang menegaskan, Economic Consequences. Zeff mendefinisikan konsekuensi
Pengertian Lobby : mengupayakan sesuatu meskipun implikasi dari teori pasar sekuritas efisien, ekonomis sebagai suatu dampak laporan akuntansi terhadap
Jenis-Jenis Lobby :
bahwa pilihan kebijakan akuntansi dapat mempengaruhi perilaku pembuatan keputusan pada bisnis, pemerintah dan
yang sudah ditentukan/diputuskan baik 1. Lobby bagi individu dan atau memberi dampak pada nilai perubahaan.
dalam bentuk hukum atau standar kreditor.
organisasi
moral/etika bahkan hak asasi manusia 2. Lobby bagi kalangan bisnis

SFAS 19
Pengaruh Lobby pada Standar Akuntansi: Tindakan yang paling Konsekuensi SFAS 8 dan 52
The Impact of Accounting Regulation on the Stock
Manajemen perusahaan-perusahaan multinasional
Lobbying pada regulasi akuntansi akan mempengaruhi dapat diobservasi untuk Market: The Case of Oil and Gas Companies (1979) yang
diintervensi dalam proses penyusunan standar yang
keputusan dalam pengambilan keputusan standar ditulis oleh Lev. Penelitian ini terkait dengan kebijakan
mengukur pengaruh berhubungan dengan translasi pertukaran asing.
mencatat biaya eksplorasi dengan metode succesfull-effort.
akuntansi. Lobbying pada regulasi akuntansi ini akan lobby yaitu melalui
menyebabkan kegagalan pasar, karena pasar tidak jumlah tanggapan tertulis
dapat merespon secara baik tentang standar yang ada. atas suatu eksposure draft Hubungan Antara Teori Pasar Sekuritas Efisien Dan Konsekuensi Ekonomi
standar akuntansi. Teori pasar sekuritas yang efisien tidak meramalkan reaksi harga terhadap
perubahan kebijakan akuntansi yang tidak mempengaruhi probabilitas jaminan
dan aliran kas. Dengan kata lain, teori pasar yang efisien menyiratkan pentingnya
pengungkapan penuh, termasuk pengungkapan kebijakan akuntansi.
Aktivitas lobby terhadap dewan standar Di Indonesia sendiri standar akuntansi dikenal dengan nama
akuntansi berlaku pada setiap negara dan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang
jurisdiksi. IASB mendapat lobby yang kuat disusun oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK)
Teori Akuntansi Positif (Positive Accounting Theory)
dari uni Eropa, negara-negara G20 dan melalui due process procedure. Watts dan Zimmerman dalam Suharli (2009) mengajukan paradigma baru dalam penelitian
belakangan juga dari Asia-Oceania sehingga akuntansi yang dikenal dengan Positive Accounting Theory dan menyatakan bahwa pemilihan
mempengaruhi standar yang mereka buat. kebijakan akuntansi dan karakteristik yang mendasari akuntansi keuangan tidak terlepas dari
Melihat beratnya kegiatan politik yang harus Interest Group Theory yang menyatakan keberadaan penyusun keberadaan perusahaan yang pada dasarnya merupakan suatu kumpulan dari kontrak.
dijalani oleh IASB untuk meyakinkan banyak standar tidak terlepas dari pengaruh konstituen yang
negara dalam mengadopsi IFRS, tak heran memperjuangkan kepentingannya melalui penerbitan standar
kalau IFRS Foundation memilih seseorang
politikus yang bernama Hans Hoogervost Muncul beberapa pertanyaan Hipotesis persyaratan perjanjian Hipotesis Biaya Politik
Hipotesis Rencana Bonus
untuk menjadi ketua IASB. Namun karena pinjaman. Semakin besar perusahaan Semakin besar biaya politik yang
Para manajer perusahaan dengan
diangkat bukan karena kemampuan teknik (?) Seberapa besar (?) Apakah terdapat perbedaan melakukan pengingkaran persyaratan dihadapi oleh perusahaan, semakin
rencana bonus lebih mungkin memilih
akuntansinya, maka diangkatlah Ian pengaruh lobby pengaruh di antara konstituen prosedur akuntansi yang menggeser
perjanjian pinjaman berbasis akuntansi, besar kemungkinan manajer memilih
Mackintosh yang memiliki kompetensi konstituen dalam penyusunan PSAK semakin besar kemungkinan manajer prosedur akuntansi yang
pendapatan yang dilaporkan dari masa
teknikal akuntansi tinggi sebagai wakil IASB memilih prosedur akuntansi yang menangguhkan pendapatan
datang ke saat ini.
menggeser pendapatan

Dengan membandingkan antara exposure draft dan standar


Motivasi Atas Lobby Politis
yang diterbitkan serta tanggapan tertulis tersebut dapat
Penelitian Teori Akuntansi Positif
dilihat tanggapan yang diakomodasi oleh PSAK. Pengaruh 1. Healy (1985) yang meneliti hipotesis rencana bonus.
Bagi Pihak yg menyiapkan Lap. Keuangan :
1. Termotivasi oleh tekanan pendapatan dan lobby konstituen terhadap penyusunan PSAK sangat rendah 2. Dichev dan Skinner (2002) mengkaji hipotesis persyaratan perjanjian pinjaman.
laba pada manajemen puncak. Dalam hal yaitu hanya sebesar 12,88% saja tanggapan yang 3. Jones (1991) mempelajari tindakan perusahaan untuk menurunkan laporan laba
ini, apabila fleksibelitas pengelolaan laba diakomodasi, sedangkan jika dilihat dari masing-masing bersih selama penelitian keringanan impor merupakan keputusan politik.
dan pendapatan dibatasi, maka pihak tsb PSAK maka akan diperoleh hasil yang bervariasi.
akan menolak keras usulan suatu standar.
2. Termotivasi dengan kompensasi manajer Contoh Konsekuensi Ekonomis Standar Bukti Konsekuensi Ekonomis Berefek Dalam
namun ketika manajemen puncak merasa Hasil survei yang dilakukan oleh Ikatan Akuntan Indonesia Akuntansi Penyusunan Standar Akuntansi
bahwa penyusun standar akan mengubah (IAI) menghasilkan data berupa tanggapan tertulis atas Pada SFAS 19. US menghitung biaya
akuntansi yang dapat membahayakan paket empat PSAK; PSAK 8, PSAK 38, PSAK 51, dan PSAK 57 eksplorasinya dengan menggunakan metode Penerapkan akuntansi persediaan LIFO, nlai pasar wajar
kompensasinya, maka mereka akan successful-efforts. Perubahan kebijakan
melawan usulan atas perubahan standar tsb. akuntansi berdampak konsekuensi ekonomi. Penetapkan historical cost accounting untuk depresiasi
PSAK 8 PSAK 38 PSAK 51 PSAK 57
Bagi Pemerintah: tidak tidak Berpengaruh Berpengaruh Periode setelah dikeluarkannya SFAS 8 adalah The Deferred Tax Credit account dikasifikasikan sebagai kewajiban
Memungkinkan diabaikannya rencana ekspansi dengan berpengaruh berpengaruh rendah sedang periode dengan nilai tukar berfluktuasi.
menahan investasi dalam barang modal, sehingga berdampak
Keberatan atas dimasukkannya translation gain Product Line Disclosure dalam LK dipublikasikan oleh perusahaan
meningkatkan pengangguran dan penutupan pabrik dan loss ke rugi laba memicu keluarnya SFAS 52
PEMBAHASAN

1. Lobby pada Standar Akuntansi


1.1 Pengertian dan Jenis-Jenis Lobby
Menurut Zainal Abidin Partao dalam Helmy (2006), lobbying adalah bentuk partisipasi politik yang mencakup usaha individu atau
kelompok untuk menghubungi para pejabat Pemerintah atau pemimpin politik dengan tujuan mempengaruhi keputusan atau masalah yang dapat
menguntungkan sejumlah orang. Definisi lain oleh Tarsis Tarmudji dalam Helmy (2006), mengenai lobby adalah sebuah bentuk pressure
group yang mempraktikan seni mendapatkan teman yang berguna, dan mempengaruhi orang lain. Yang menjadi benang merah dari ketiga definisi
itu adalah kata mempengaruhi. Hal ini berarti lobby mengupayakan sesuatu yang sudah ditentukan/diputuskan baik dalam bentuk hukum atau
standar moral/etika bahkan hak asasi manusia, hal ini lah yang pada akhirnya menjadikan upaya lobby berada pada jalur informal. Upaya informal
menjadikan lobby sebagai pergerakan yang sangat efektif dalam memperoleh tujuan perusahaan. Adapun jenis-jenis lobbying ada dua, yaitu sebagai
berikut:
1). Lobby bagi Individu dan Organsisasi
Fasilitas pendukung lobby saat ini mulai bergeser kedalam wujud abstrak. Bukan lagi fasilitas mobil, uang, ataupun sogokan lain, kini
seseorang telah membekali lobby nya dengan gambaran, peluang (opportunity), janji keuntungan, kepercayaan, dan bahkan segala sesuatu yang
masih berpotensi dan belum nyata. Bagi orang yang di lobby, meskipun tidak memperoleh suatu benda berwujud (tangible) orang di lobby tetap
mau meneriman usulan, ajakan atau permintaan orang yang me-lobby. Jadi lobby sudah mengarah ke nilai-nilai yang positif. Ajakan untuk maju,
meski untuk itu masih harus ada kerja keras lebih dulu sudah langsung membawa kegiatan lobby kepada keberhasilan.
2). Lobby bagi Kalangan Bisnis
Di dalam berbisnis kita membutuhkan kepercayaan satu sama lain. Kepercayaan ialah sesuatu yang harus diraih dan tak bisa datang begitu
saja. Disinilah pentingnya lobby yang diartikan sebagai rangkaian upaya untuk mendapatkan kepercayaan dari seluruh mitra bisnis. Lobby juga
dilakukan dengan kompetitor sekalipun.

1.2 Motivasi atas Lobi Politis


Alasan keterlibatan pihak yang menyiapkan laporan keuangan dan pemerintah terlibat dalam lobi politis atas penyusun stanndar adalah
karena adanya beberapa motivasi:

1). Bagi pihak yang menyiapkan laporan keuangan (perusahaan tercatat yang beroperasi di pasar modal) biasanya memiliki beberapa motivasi
terutama terkait dengan tekanan pendapatan dan laba pada manajemen puncak. Manajer perusahaan dianggap bertanggung jawab oleh analis
sekuritas yang secara publik mengumumkan peramalan atas laba perusahaan. Ketika penyusun standar mengusulkan untuk membatasi
fleksibilitas terhadap pengolaan laba, manajemen perusahaan akan menolak atau melawan usulan tersebut. Motivasi lainnya terkait dengan
kompensasi manajer. Manajemen puncak telah memperoleh bonus berdasarkan laba dan dengan opsi saham yang nilainya ditingkatkan dengan
laba yang kuat. Ketika eksekutif merasa bahwa penyusun standar mungkin akan mengubah akuntansi yang kemudian akan membahayakan
paket kompensasi tersebut, maka mereka akan melawan usulan tersebut. Namun ketika mengeluhkan hal tersebut kepada pihak eksekutif dan
legislatif pemerintah, mereka tidak akan menyebutkan alasan terkait kepentingan pribadi untuk mendukung tindakan mereka.
2). Pemerintah juga terlibat dalam lobby politis atas standar akuntansi yang diusulkan. Jika standar yang diusulkan mengarah kepada perusahaan
melaporkan laba yang lebih rendah atau tidak stabil, mereka dapat mengabaikan rencana ekspansi dengan menahan investasi dalam barang
modal. Keputusan tersebut dapat meningkatkan pengangguran dan juga penutupan pabrik. Dua hal tersebut sangat dihindari oleh pemerintah
terutama ketika ekonomi nasional sedang memulihkan diri dari resesi.

1.3 Pengaruh Lobbying Pada Standar Akuntansi


Proses penyusunan standar merupakan proses politik yang di dalamnya terdapat berbagai pengaruh terhadap penyusun standar (Hodges &
Mellett dalam Helmy, 2006). Proses tersebut tercermin dari berbagai lobby yang dilakukan oleh konstituen seperti dalam pembuatan standar
akuntansi, karena dalam penyusunan sebuah standar terkait banyak pihak dengan berbagai latar belakang, motivasi, dan memiliki kepentingan
yang berbeda- beda baik itu dari pemerintah, swasta, ataupun profesi akuntan terhadap pembuatan standar akuntansi. Perusahaan yang mempunyai
tujuan tertentu melakukan lobby pemerintah untuk membuat standar sesuai dengan tujuan perusahaan. Tindakan yang paling dapat diobservasi
untuk mengukur pengaruh lobby yaitu melalui jumlah tanggapan tertulis atas suatu eksposure draft standar akuntansi. Lobbying pada regulasi
akuntansi akan mempengaruhi keputusan dalam pengambilan keputusan standar akuntansi. Lobbying pada regulasi akuntansi ini akan
menyebabkan kegagalan pasar, karena pasar tidak dapat merespon secara baik tentang standar yang ada. Berikut ini merupakan skema dari regulasi
akuntansi dan lobbying dalam regulasi akutansi :
Inisiator Regulator Inisiator

Publik Standard Publik


regulasi

Kelompok Regulasi Kelompok

Aktivitas lobby terhadap dewan standar akuntansi berlaku pada setiap negara dan jurisdiksi. IASB mendapat lobby yang kuat dari uni
Eropa, negara-negara G20 dan belakangan juga dari Asia-Oceania sehingga mempengaruhi standar yang mereka buat. Melihat beratnya kegiatan
politik yang harus dijalani oleh IASB untuk meyakinkan banyak negara dalam mengadopsi IFRS, tak heran kalau IFRS Foundation memilih
seseorang politikus untuk menjadi ketua IASB menggantikan Sir David Tweedie. Semua orang yang membaca profil Hans Hoogervorst (ketua
IASB per Juli 2011) dapat segera menduga bahwa Hans diangkat bukan karena kemampuan teknik akuntansinya, dan dugaan tersebut akan semakin
kuat bila mendengar pidato-pidato Hans di forum resmi IASB yang jarang menyentuh level teknis akuntansi. Untuk lebih menyeimbangkan
teknikal akuntansi pimpinan IASB, diangkatlah Ian Mackintosh yang memiliki kompetensi teknikal akuntansi tinggi sebagai wakil ketua IASB.
Di Indonesia sendiri standar akuntansi dikenal dengan nama Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang disusun oleh Dewan
Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) melalui due process procedure. Namun, dari proses keterlibatan konstituen tersebut muncul permasalahan,
seperti seberapa besar pengaruh lobby konstituen, apakah terdapat perbedaan pengaruh di antara konstituen dalam penyusunan PSAK antara
tanggapan yang bersifat substantif dan bersifat bahasa antar standar itu sendiri. Hal ini sejalan dengan Interest Group Theory yang menyatakan
keberadaan penyusun standar tidak terlepas dari pengaruh konstituen yang memperjuangkan kepentingannya melalui penerbitan standar (Scott
dalam Helmy, 2006). Hasil survei yang dilakukan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menghasilkan data berupa tanggapan tertulis atas empat
PSAK, yaitu PSAK 8, PSAK 38, PSAK 51, dan PSAK Dengan membandingkan antara exposure draft dan standar yang diterbitkan serta
tanggapan tertulis tersebut dapat dilihat tanggapan yang diakomodasi oleh PSAK. Pengaruh lobby konstituen terhadap penyusunan PSAK sangat
rendah yaitu hanya sebesar 12,88% saja tanggapan yang diakomodasi, sedangkan jika dilihat dari masing-masing PSAK maka akan diperoleh hasil
yang bervariasi. Hasil yang diperoleh antara lain tidak berpengaruh pada PSAK 8 dan PSAK 38, berpengaruh rendah pada PSAK 51 dan
berpengaruh sedang pada PSAK 57. Tanggapan tersebut memberikan tanggapan yang positif karena memperjelas substantif dan kalimat dalam
PSAK.
Dari hasil penelitian selanjutnya didapatkan hasil bahwa kelompok yang paling banyak memberikan tanggapan adalah KAP bukan pembuat
laporan keuangan, hal tersebut diduga karena adanya pandangan pelaku bisnis, dimana standar merupakan tanggung jawab IAI. Melalui uji beda
proporsi dikatakan bahwa tidak terdapat perbedaan pengaruh antar konstituen, hasil tersebut tidak konsisten dengan The Interest Group Theory.
Selain itu juga tidak ditemukan perbedaan pengaruh antara tanggapan yang bersifat substantif dan yang bersifat bahasa. Namun, perbedaan
pengaruh baru ditemukan jika dikakukan pengujian antar standar, dimana pengaruh lobby konstituen tergantung dari standarnya. Terdapat beberapa
keterbatasan penelitian diantaranya:
1). Penggunaan tanggapan tertulis sebagai ukuran lobby padahal lobby yang sebenarnya lebih sering dilakukan melalui jalur non formal.
2). Tanggapan dipandang sebagai suara (vote) yang berarti cenderung tidak memperhatikan substansi tanggapan.
3). Kekurangan data mengenai tanggapan konstituen atas exposure draft.
4). Masih sedikitnya referensi penelitian mengenai lobby konstituen di Indonesia.

2. Konsekuensi Ekonomi Standar Akuntansi


2.1 Pengertian Konsekuensi Ekonomis
Economic Consequences adalah salah satu konsep yang menegaskan (selain teori efisiensi market hipotesis) dimana pilihan kebijakan
akuntansi akan mempengaruhi nilai perusahaan (Scott, 2007). Terutama gagasan dari Economic Consequences mengenai kebijakan akuntansi yang
dipilih perusahaan, dan mengapa perusahaan memilih mengubah kebijakan akuntansinya.
Jadi dari pengertian di atas, Konsekuensi Ekonomi adalah konsep yang menegaskan, meskipun implikasi dari teori pasar sekuritas efisien,
bahwa pilihan kebijakan akuntansi dapat mempengaruhi atau memberi dampak pada nilai perubahaan. Pemahaman konsep konsekuensi ekonomi
tentang pilihan kebijakan akuntansi adalah penting dengan alasan:
1) Konsep tersebut menarik dalam kebenarannya. Banyak kejadian-kejadian menarik dalam penerapan akuntansi berasal dari konsekuensi
ekonomi.
2) Saran bahwa kebijakan akuntansi tidak penting bertentangan dengan pengalaman akuntan.
3) Adanya konsekuensi ekonomi menimbulkan pertanyaan tentang mengapa mereka ada.

2.2. Munculnya Konsekuensi Ekonomis Standar Akuntansi


Dalam artikel Stepen Zeff (1978) dengan judul "The Rise of Economic Consequences", berisikan salah satu akun yang paling persuasif dari
konsekuensi ekonomis. Zeff mendefinisikan konsekuensi ekonomis sebagai suatu dampak laporan akuntansi terhadap perilaku pembuatan
keputusan pada bisnis, pemerintah dan kreditor. Dari definisi tersebut didapatkan esensi dimana laporan akuntansi dapat mempengaruhi keputusan
riil yang dibuat oleh manajer maupun pihak-pihak lain. Zeff juga mendokumentasikan beberapa contoh dimana bisnis, asosiasi industri, dan
pemerintah berusaha untuk mempengaruhi atau telah mempengaruhi standar akuntansi yang dibuat oleh Accounting Principle Board yang
merupakan pendahulu FASB dan dengan pendahulunya yaitu The Committee on Accounting Procedure.
Zeff menyebutkan intervensi dari pihak ketiga akan memperumit penyusunan pada standar akuntansi apabila kebijakan akuntansi tidak
penting, maka dalam pemilihan kebijakannya akan dilakukan secara ketat antara auditor yang bertugas mengimplementasikan standar dengan
badan pembuat standar akuntansi, hal ini dikarenakan mereka merupakan bagian utama yang terlibat dalam pemilihan kebijakan akuntasi yang
akan digunakan. Penerapan standar atau regulasi akuntansi memiliki efek ekonomi terhadap berbagai pihak. Beberapa contoh historis yang bisa
menjadi bukti bahwa konsekuensi ekonomis berefek dalam penyusunan standar akuntansi yaitu:
1). Saat IAI yang kini menjadi (AICPA) (tahun 1941) yang didukung oleh kongres, menerapkan akuntansi persediaan LIFO dalam laporan
keuangan, menetapkan nlai pasar wajar (the fair market value) digunakan dalam mencatat pengeluaran dividen saham. (ARB 11 tentang
Corporate Accounting for Ordinary Stock Dividends).
2). Saat CAP (tahun 1948) menetapkan historical cost accounting untuk depresiasi, sementara dalam penerapannya beberapa perusahaan telah
menggunakan replacement cost depreciation (ARB 33).
3). Saat tiga cabang dari American Electric Power Company menuntut di pengadilan federal (tahun 1958), agar AICPA dan juga CAP tidak
mengeluarkan surat yang menyatakan bahwa the Deferred Tax Credit account seharusnya diklasifikasikan sebagai kewajiban (ARB 44-
Revised).
4). Saat SEC (tahun 1965) meminta product line disclosure dalam laporan keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan (segmental reporting),
yang merupakan tekanan dari sub-komisi Senat untuk Anti trust dan monopoli pada saat itu.
5). Saat APB, SEC, dan the bank regulatory agency (tahun 1968-1971) sepakat menggunakan GAAP untuk bank, setelah usaha perbankan
mengajukan keberatan atas pencantuman bad-debt provisions and losses on the sales of securities untuk laba bersih bank komersial.
Sebelum periode FASB, telah dilakukan beberapa penelitian yang diantaranya oleh Chow (1983) mengenai dampak UU Pasar Modal pada
1933 & 1934 terhadap kekayaan pemegang saham dan bondholders. Efek dari konsekuensi ekonomi memang ada, salah satu buktinya yaitu efek
negatif UU 1933 pada kekayaan shareholders, namun hal ini berdampak positif kepada bondholders wealth meski sangat lemah. Beberapa
penelitian mengenai economic consequences atas SFAS seperti dikutip dalam Scott (1966: 202-207), penelitian Collins & Salatka untuk SFAS 8
dan 52 dengan model ERC, penelitian Lev untuk dapak SFAS 19 dengan model penelitian even.

2.3. Penelitian Collins & Salatka untuk SFAS 8 dan 52


Konsekuensi Ekonomis SFAS 8
Manajemen perusahaan-perusahaan multinasional diintervensi dalam proses penyusunan standar yang berhubungan dengan translasi
pertukaran asing. Reaksi manajemen Massey-Ferguson adalah tipikal dan konsisten dengan dampak konsekuensi ekonomi yang dideskripsikan
oleh Zeff. Terlihat bahwa intervensi pemilik manajemen cukup mampu bahwa FASB mundur dan SFAS 8 pada alternatif yang lebih dapat diterima
secara politik, atau dalam istilah Zeff, alternatif yang lebih "delicately balanced", meski dukungan yang dapat dipertimbangkan untuk SFAS 8
dalam teori ekonomi.
Review SFAS 52
Sebagai hasil dari penyebarluasan fokus yang sama dengan yang ditimbulkan oleh manajemen Massey-Ferguson, FASB memutuskan di
tahun 1979 untuk menguji ulang akuntansi untuk translasi mata uang asing. Hasilnya adalah SFAS 52, yang dikeluarkan pada Desember 1981
dengan menghasilkan proses tiga tahap. Tahap pertama adalah pembukuan laporan keuangan asing dalam mata uang lokalnya. Dalam tahap 2,
laporan keuangan ini ditranslasikan ke dalam pembukuan mata uang fungsional menggunakan metode temporal (kecuali mata uang lokal adalah
mata uang fungsional). Dalam tahap 3, laporan mata uang fungsional ditranslasikan (kecuali mata uang fungsionalnya adalah dollar US) ke dollar
US menggunakan metode tarif sekarang. Ingat bahwa penyesuaian translasi yang muncul dalam dua kasus pengecualianoperasi asing yang
terintegrasi dan ekonomi inflasi tinggi harus dimasukkan dalam pendapatan bersih kini dalam SFAS 52, seperti dalam SFAS 8.
Kritik SFAS 8 dan SFAS 52
Dalam SFAS 52, tujuan dasar translasi mata uang asing adalah untuk menyediakan informasi yang secara umum cocok dengan dampak
ekonomi yang diharapkan dari perubahan tarif pada arus kas dan ekuitas perusahaan. Tujuan tersebut dirasa masuk akal dan konsisten dengan
SFAS 1 dalam Kerangka Konseptual FASB. SFAS 52 juga mengacu pada kritik pervasif bahwa translasi dalam SFAS 8 tidak mencerminkan
kenyataan yang mendasari operasi asing. Tentunya, Massey-Ferguson akan setuju degan kritik ini. Namun, SFAS 8 konsisten dengan teori paritas
daya beli dan pada tingkat yang lebih rendah, dengan teori paritas tingkat bunga pada perubahan tarif pertukaran. Kadang, sulit untuk melihat
SFAS 52 konsisten dengan kedua teori ini.
2.4. Penelitian Lev untuk Dampak SFAS 19
Pembahasan didasarkan pada artikel The Impact of Accounting Regulation on the Stock Market: The Case of Oil and Gas Companies
(1979) yang ditulis oleh Lev. Penelitian ini terkait dengan kebijakan SFAS 19 yang mewajibkan perusahaan migas di AS mencatat biaya eksplorasi
dengan metode succesfull-effort. Karena pilihan kebijakan akuntansi untuk biaya eksplorasi mencerminkan kebijakan akuntansi, maka teori pasar
sekuritas efisien memprediksi bahwa seharusnya manajer tidak keberatan menggunakan metode succesfull-effort. Secara khusus, terdapat
kekhawatiran mengenai dampak yang mungkin merugikan terhadap persaingan dalam industri migas. Kekhawatiran tersebut adalah bahwa
sebagian besar perusahaan kecil yang bergerak di bidang migas menggunakan akuntansi full-cost. Ini karena metode succesfull-effort cenderung
menghasilkan laba bersih yang lebih kecil daripada metode full-cost, terutama untuk perusahaan yang aktif melakukan eksplorasi, maka ditakutkan
bahwa laba bersih yang lebih kecil dalam laporan akan menjadikan perusahaan kecil lebih sulit menghimpun modal, dan karenanya akan
mengurangi persaingan dan cakupan eksplorasi.

2.5. Hubungan Antara Teori Pasar Sekuritas Efisien Dan Konsekuensi Ekonomi
Teori pasar sekuritas yang efisien tidak meramalkan reaksi harga terhadap perubahan kebijakan akuntansi yang tidak mempengaruhi
probabilitas jaminan dan aliran kas. Dengan kata lain, teori pasar yang efisien menyiratkan pentingnya pengungkapan penuh, termasuk
pengungkapan kebijakan akuntansi. Meskipun demikian, begitu pengungkapan penuh terhadap kebijakan akuntansi dilakukan, pasar akan
menafsirkan nilai sekuritas perusahaan berdasarkan kebijakan yang dipakai. Jika dilihat dari pengguna laporan keuangan, manajemen dan investor,
tentu akan bereaksi terhadap perubahan kebijakan akuntansi. Berbagai reaksi dirumuskan dalam konsep konsekuensi ekonomi. Karena itu,
kebijakan akuntansi berpotensi mempengaruhi keputusan manajemen yang sebenarnya, termasuk keputusan untuk mengintervensi, baik
mendukung atau menentang usulan standar akuntansi.

2.6. Teori Akuntansi Positif (Positive Accounting Theory)


Watts dan Zimmerman dalam Suharli (2009) mengajukan paradigma baru dalam penelitian akuntansi yang dikenal dengan Positive
Accounting Theory dan menyatakan bahwa pemilihan kebijakan akuntansi dan karakteristik yang mendasari akuntansi keuangan tidak terlepas
dari keberadaan perusahaan yang pada dasarnya merupakan suatu kumpulan dari kontrak. Dalam teori positif dibahas tiga hal, yaitu
menjelaskan, mengawasi dan memprediksi.
Scott (2009; 284) menyebutkan bahwa positive accounting theory is concerned with predicting such actions as the choices of accounting
policies by firm managers and how managers will respond to proposed new accounting standards. Teori akuntansi positif berhubungan dengan
prediksi suatu keputusan dalam prinsip akuntansi oleh manajer perusahaan dan bagaimana manajer akan memberikan respon terhadap standar
akuntansi yang baru. Teori akuntansi positif mengasumsikan bahwa manajer mempunyai sifat yang rasional seperti investor dan manajer akan
memilih kebijakan akuntansi yang memberikan keuntungan bagi dirinya sendiri.
Scott (2009; 287-288) menyatakan terdapat tiga hipotesis dari teori akuntansi positif, yaitu:
1. Hipotesis rencana bonus (The bonus plan hypothesis)
Manajer perusahaan akan memilih prosedur akuntansi yang melaporkan pendapatan dari masa yang akan datang ke periode berjalan.
Manajer menginginkan bonus yang tinggi, jika bonus bergantung pada laba yang dilaporkan, maka manajer akan memaksimalkan bonus mereka
dengan melaporkan pendapatan setinggi mungkin. Konsep ini membahas bahwa bonus yang dijanjikan pemilik kepada manajer perusahaan tidak
hanya memotivasi manajer untuk bekerja dengan lebih baik tetapi juga memotivasi manajer untuk melakukan kecurangan manajerial. Agar dapat
mencapai tingkat kinerja yang memberikan bonus, manajer mempermainkan besar kecilnya angka-angka dalam laporan keuangan sehingga bonus
itu selalu didapat setiap tahun. Hai ini yang kemudian mengakibatkan pemilik mengalami kerugian ganda, yaitu memperoleh informasi palsu dan
mengeluarkan sejumlah bonus.
2. Hipotesis persyaratan perjanjian pinjaman (The Debt Covenants Hypothesis)
Hipotesis ini berkaitan dengan syarat yang harus dipenuhi perusahaan dalam perjanjian hutang. Perusahaan memiliki rasio antara utang
dan ekuitas lebih besar, cenderung memilih dan menggunakan metode-metode akuntansi dengan laporan laba yang lebih tinggi serta cenderung
melanggar perjanjian utang apabila ada manfaat dan keuntungan tertentu yang dapat diperolehnya. Keuntungan tersebut berupa permainan laba
agar kewajiban utang-piutang dapat ditunda untuk periode berikutnya sehingga semua pihak yang ingin mengetahui kondisi perusahaan yang
sesungguhnya memperoleh informasi dan keputusan bisnis yang keliru, akibatnya terjadi kesalahan dlm mengalokasikan sumber daya.
3. Hipotesis biaya politik (The Political Cost Hypothesis)
Perusahaan yang besar dengan tingkat laba yang tinggi lebih banyak dijadikan obyek implementasi peraturan maupun kebijakan pemerintah,
seperti pengenaan pajak penghasilan tinggi, diwajibkan untuk memenuhi standar kinerja yang lebih tinggi seperti tanggung jawabnya terhadap
lingkungan dan sebagainya.

2.7. Penelitian Teori Akuntansi Positif


TAP telah menghasilkan sejumlah besar penelitian empiris. Sebagai contoh adalah tulisan Lev (1979). Penelitian Lev membantu kita
memahami mengapa perusahaan yang berbeda-beda mungkin memilih kebijakan akuntansi yang brbeda-beda.
Banyak penelitian TAP untuk pengujian hipotesis. Salah satunya Healy (1985) yang meneliti hipotesis rencana bonus. Hasil penelitiannya
adalah menemukan bukti bahwa manajer perusahaan yang memiliki rencana bonus berdasarkan pada laba bersih mereka yang dilaporkan secara
sistematis menggunakan kebijakan akrual sedemikian rupa untuk memaksimalkan bonus yang mereka harapkan.
Dichev dan Skinner (2002) mengkaji hipotesis persyaratan perjanjian pinjaman. Mereka meneliti sampel yang terdiri dari banyak persetujuan
pemberian pinjaman privat (pinjaman yang tidak dapat diperdagangkan). Mereka memusatkan perhatian pada perjanjian-perjanjian dengan
persyaratan yang didasarkan pada dipertahankannya rasio lancar tertentu atau pada dipertahankannya jumlah nilai bersih tertentu.
Jones (1991) mempelajari tindakan perusahaan untuk menurunkan laporan laba bersih selama penelitian keringanan impor. Pemberian
keringanan kepada perusahaan yang dipengaruhi oleh persaingan dengan luar negeri sebagian merupakan keputusan politik.

2.8. Contoh Konsekuensi Ekonomis Standar Akuntansi


Contoh 1 : Pada artikel Lev, "The Impact of Accounting Regulation on the Stock Market; The Case of Oil and Gas Companies (1979). Penelitian
Lev berkonsentrasi pada SFAS 19, yang dikeluarkan pada tahun 1977. Laporan tersebut meminta bahwa semua perusahaan oli dan gas US
menghitung biaya eksplorasinya dengan menggunakan metode successful-efforts (SE). Artikel Lev masih relevan hingga saat ini karena hal ini
meninggalkan salah satu dari sedikit penelitian untuk mendokumentasikan respon pasar pada perubahan kebijakan akuntansi yang tidak memiliki
dampak pada arus kas. Adalah bermanfaat untuk merenungkan alasan yang mungkin bagi reaksi pasar. Seperti yang dibahas oleh Lev, salah satu
kemungkinannya adalah inefisiensi pasar sekuritas - mungkin ini adalah keanehan lain. Namun, dalam pandangan banyak penelitian empiris, yang
hasilnya konsisten dengan efisiensi pasar sekuritas, penjelasan ini agaknya tidak mungkin. Alasan lain dapat disarankan, salah satunya adalah
bahwa manajer perusahan FC dapat menghadapi kesulitan meningkatkan modal atau dapat mengurangi aktivitas eksplorasinya, sesekali mereka
dipaksa untuk menggunakan SE. Alasan lain adalah bahwa pengurangan dalam pendapatan bersih yang dilaporkan dan ekuitas pemegang saham
yang mengikuti hubungan pada penggantian SE dapat mempengaruhi bonus-bonus manajemen dan rasio perjanjian hutang. Pasar dapat bereaksi
pada respon manajer disfungsional yang mungkin terjadi pada masalah seperti ini. Namun demikian, sementara kita tidak mengetahui alasannya,
hasil penelitian Lev menyarankan bahwa pasar bereaksi pada kejadian akuntansi yang tidak memiliki implikasi arus kas. Hal ini adalah fakta
bahwa perubahan kebijakan akuntansi yang dimandatkan dapat memiliki dampak harga sekuritas dan menguatkan argumen konsekuensi ekonomi.
Contoh 2 : Periode setelah dikeluarkannya SFAS 8 adalah periode dengan nilai tukar berfluktuasi. Dari tahun 1976 sampai dengan 1981, laba
Massey-Ferguson Limited (sekarang Varity Corp) dipengaruhi oleh untung atau rugi penjabaran yang bervariasi dari rugi US $90,912 juta dan
untung US $190 juta. Kerugian sebelum penjabaran pada tahun 1981 adalah US $384,8 juta menjadi hanya US $194,8 juta karena adanya
keuntungan penjabaran US $190 juta. Manajemen Massey-Ferguson skeptis terhadap penerapan FASB 8 ini. Translation gain dan loss dimasukkan
dalam rugi laba, manajemen keberatan akan hal ini.
Manajemen mempermasalahkan (tidak setuju) atas perlakuan terhadap unrealized gain/loss dari translation yang dimasukkan dalam
perhitungan rugi laba. Cabang di luar negeri tetap jalan, namun didolarkan sehingga rugi diakui, padahal perusahaan tetap berjalan. Kinerja, yang
digunakan sebagai dasar untuk menentukan gaji dan bonus menjadi rendah. Berbeda dari translation gain dan loss, manajer tidak keberatan atas
transaction gain dan loss dimasukkan ke rugi laba. Hal ini terjadi karena trasaction gain dan loss sudah realized. Keberatan atas dimasukkannya
translation gain dan loss (yang notabene unrealized) ke rugi laba memicu keluarnya SFAS 52 yang akhirnya memasukkannya ke neraca.
Dari perjelasan di atas terlihat jelas bahwa manajemen perusahaan multinasional melakukan intervensi terhadap badan penyusun standar.
Reaksi manajemen Massey-Ferguson merupakan suatu contoh konsekuensi ekonomi seperti yang digambarkan oleh Zeff. Intervensi tersebut
terlihat kuat sehingga dikeluarkannya SFAS 52 untuk mengubah sebagian SFAS 8.
SIMPULAN
Lobbying memiliki arti mengupayakan sesuatu yang sudah ditentukan/diputuskan baik dalam bentuk hukum atau standar moral/etika bahkan
hak asasi manusia. Hal ini lah yang pada akhirnya menjadikan upaya Lobby berada pada jalur informal. Adapun jenis-jenis lobbying ada dua, yaitu
lobby bagi individu dan organsisasi, serta lobby bagi kalangan bisnis. Perusahaan yang mempunyai tujuan tertentu melakukan lobby pemerintah
untuk membuat standar sesuai dengan tujuan perusahaan. Tindakan yang paling dapat diobservasi untuk mengukur pengaruh lobby yaitu melalui
jumlah tanggapan tertulis atas suatu eksposure draft standar akuntansi. Lobbying pada regulasi akuntansi akan mempengaruhi keputusan dalam
pengambilan keputusan standard akuntansi. Hasil yang diperoleh dari survey IAI menyatakan bahwa lobby konstituen tidak berpengaruh pada
PSAK 8 dan PSAK 38, berpengaruh rendah pada PSAK 51 dan berpengaruh sedang pada PSAK 57. Tanggapan tersebut memberikan tanggapan
yang positif karena memperjelas substantif dan kalimat dalam PSAK. Hasil tersebut tidak konsisten dengan The Interest Group Theory. Namun,
perbedaan pengaruh baru ditemukan jika dikakukan pengujian antar standar, dimana pengaruh lobby konstituen tergantung dari standarnya
(konsisten dengan The Interest Group Theory), perbedaan ini disebabkan karena adanya beberapa keterbatasan dari penelitian.
Konsekuensi ekonomi adalah suatu konsep yang menekankan bahwa, terlepas dari implikasi teori pasar sekuritas yang efisien, pilihan
kebijakan akuntansi dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Gagasan mengenai konsep ini adalah bahwa kebijakan akuntansi perusahaan dan
perubahannya sangat penting bagi manajemen. Pemahaman terhadap konsep konsekuensi ekonomi dari pilihan kebijakan akuntansi diperlukan
karena dua alasan. Pertama konsep ini menarik dan pernyataan bahwa kebijakan akuntansi tidak penting tidak sesuai dengan pengalaman akuntan.
Dalam artikel Stepen Zeff (1978) dengan judul "The Rise of Economic Consequences", berisikan salah satu akun yang paling persuasif dari
konsekuensi ekonomis. Zeff mendefinisikan konsekuensi ekonomis sebagai suatu dampak laporan akuntansi terhadap perilaku pembuatan
keputusan pada bisnis, pemerintah dan kreditor.
Watts dan Zimmerman dalam Suharli (2009) mengajukan paradigma baru dalam penelitian akuntansi yang dikenal dengan Positive
Accounting Theory dan menyatakan bahwa pemilihan kebijakan akuntansi dan karakteristik yang mendasari akuntansi keuangan tidak terlepas
dari keberadaan perusahaan yang pada dasarnya merupakan suatu kumpulan dari kontrak. Dalam teori positif dibahas tiga hal, yaitu menjelaskan,
mengawasi dan memprediksi.

DAFTAR RUJUKAN
Adam, Helmy. 2006. Konsekuensi Ekonomi dan Proses Politik Dalam Penyusunan Standar Akuntansi, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, Vol.2
No.3. http://id.portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewarticle&article=115880 (Diakses pada tanggal 14 Oktober 2017)

Ardiansyah, Misnen. 2010. Konsekuensi Ekonomi Pilihan Kebijakan Akuntansi. Jurnal Sosio-Religia, Vol. 9, No. 3. http://www.aifis-
digilib.org/uploads/1/3/4/6/13465004/06_ misnen.pdf (Diakses pada tanggal 14 Oktober 2017)

Aribowo, Tjiptono. 2012. Konsekuensi Ekonomi. http://msa15.blogspot.co.id/2012/02/ konsekuensi-ekonomi.html (Diakses pada tanggal 13
Oktober 2017)

Kurniawan, Putu Sukma. 2013. Konsekuensi Ekonomi Dan Teori Akuntansi Positif.
http://putusukmakurniawan.blogspot.co.id/2013/11/konsekuensi-ekonomi-dan-teori-akuntansi_16.html (Diakses pada tanggal 14 Oktober
2017)

Prawirasuta, Wisnu. 2013. Pengaruh Lobi pada Standar Akuntansi. Artikel Online. https://www.scribd.com/doc/240179775/Pengaruh-Lobi-Pada-
Standar-Akuntansi. (Diakses pada tanggal 14 Oktober 2017).

Ridha, Febrina. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembuatan Standar Akuntansi. Artikel Online.
https://www.academia.edu/7289207/FAKTOR-
FAKTOR_YANG_MEMPENGARUHI_PEMBUATAN_STANDAR_AKUNTANSI_FEBRINA_NASTITI_RIDHA_11312116. (Diakses
pada tanggal 14 Oktober 2017).

Anda mungkin juga menyukai