PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam kehidupan sehari hari sebagai manusia, kita dipenuhi dengan rasa ingin tahu dan
selalu berfikir dalam menjalani hidup. Sebagai manusia kita selalu berfilsafat. Dalam
pengertianya, filsafat itu sendiri adalah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam tentang
sesuatu sampai ke akar-akarnya. Sesuatu disini dapat berarti terbatas dan dapat pula berarti tidak
terbatas. Filsafat adalah ideologi hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan
konsep dasar mengenai tujuan hidupnya. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang
yang sadar dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan melihat secara luas dan
menyeluruh. Dari sudut pandang keberadaan manusia akan menimbulkan aliran dari zaman kuno
hingga modern.
Dari berbagai aliran aliran filsafat tersebut bisa memecahkan berbagai masalah dalam
kehidupan sehari hari. Contoh kasus ketika bangun tidur kita berfikir apa yang akan kita
lakukan hari ini. Pada kenyataanya secara tidak sadar kita sedang berfilsafat. Dalam contoh
kasus yang lain adalah dalam pengkajian ilmu tanpa pemikiran mendasar dan mendalam pasti
akan dipertanyakan kebenaranya.
B. Rumusan Masalah
D. Tujuan
E. Manfaat
1
BAB 2
PEMBAHASAN
A. RENAISSANCE
Kata renaissance ini berasal dari kata bahasa Prancis yang artinya adalah Kelahiran
kembali atau kebangkitan kembali. Sementara dalam bahasa latin ada kata yang juga menunjuk
pada kata pengertian seperti kata Prancis yaitu Nascientia yang berarti kelahiran, lahir atau
dilahirkan (Nasiar, Natus). Dengan demikian aliran Renaissance merupakan awal dari
munculnya aliran filsafat modern. Corak khas dari Renaissance adalah:
1. Bersifat Individualistis.
Zaman ini boleh dikatakan bahwa orang menemukan dua hal yaitu dunia dan dirinya
sendiri. Orang mulai menemukan bahwa pengenalan akan dirinya sendiri merupakan suatu nilai
dan sekaligus menjadi kekuatan bagi pribadinya. Penemuan akan kemampuan yang ada pada diri
sendiri jusrtu membuka peluang bagi kelanjutan kreatifitas yaang mau dilakukan oleh manusia.
Dalam suasana seperti ini muncullah suatu kesadaran akan kemampuan yang didasarkan pada
rasio manusia itu sendiri. Perlahan orang mulai masuk pada sikap individualitas, tapi bukan pada
arti yang sangat sempit. Melainkan bahwa pencarian kebenaran hendaknya harus dicapai melalui
kekuatan sendiri. Beberapa tokoh zaman ini dalam bidang sains, diantaranya; Nicolaus
Copernicus (1473-1543), dengan teorinya bahwa matahari beredar di pusat jagat raya, dan bumi
mempunyai dua gerak yaitu perputaran sehari-hari pada porosnya dan perputaran tahunan
mengitari matahari; Galileo Galilei (1564-1642), dengan teorinya tentang gravitasi; Nicola
Machiavelli (1469-1527), dengan teorinya bahwa pemimpin yang di takuti lebih baik dari
pemimpin yang dicintai belaka karena ketakutan bisa mencegah timbulnya kecenderungan untuk
melawan kekuasaan; dan, Thomas Hobbes (1588-1679) dengan teorinya Homo homini lupus,
bahwa manusia senantiasa terancam keselamatannya oleh sesamanya. Oleh karena itu manusia
memerlukan adanya lindungan dan pusat lindungan itu adalah negara, artinya bahwa negara
harus mempunyai kekuasaan mutlak atas warganya [Syauqi, 2012].
2
2. Bersifat Humanis
Dalam masa renaissance Paham Teosentris mulai bergeser menuju paham antroposentris.
Sebuah paradigma yang menitikberatkan pada pemikiran, pengembangan ilmu, dan peradaban
pada manusia sebagai pusatnya.
B. RASIONALISME
Rasionalisme adalah mashab filsafat ilmu yang berpandangan bahwa rasio adalah sumber
dari segala pengetahuan. Sedangkan menurut Drs. Surajiyo rasionalisme berpendapat bahwa
sumber pengetahuan yang mencukupi dan yang dapat dipercaya adalah rasio (akal) [Surajiyo,
2005]. Dengan kata lain aliran rasionalisme merupakan aliran yang menganut bahwa rasio yang
menetukan segalanya. Strategi pengembangan ilmu model rasionalisme, adalah mengeksplorasi
gagasan dengan kemampuan intelektual manusia.
Sejak abad pencerahan, rasionalisme diasosiasikan dengan pengenalan metode
matematika (rasionalisme continental). Tokoh-tokoh rasionalisme adalah Descartes, Leibniz,
dan Spinoza. rasionalisme terdapat dalam hasil karya teknologi industri dan informasi.
C. IDEALISME
Idealisme adalah tradisi pemikiran filsafat yang berpandangan bahwa doktrin tentang
realitas eksternal tidak dapat dipahami secara terpisah dari kesadaran manusia. Menurut Praja
Idealisme adalah doktrin yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami
dalam kebergantungannya pada jiwa (mind) dan roh (spirit). Istilah ini diambil dari kata idea,
yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa [Praja, 2006]. Kata idealis memiliki beberapa pengertian,
antara lain: Seorang yang menerima ukuran moral yang tinggi, estetika, dan agama serta
menghayatinya. Jadi bisa dikatakan aliran Idealisme bersifat sebagai aliran yang erat kaitannya
dengan ketergantungan dalam Jiwa.
Sebagai sebuah tradisi filosofi, idealisme tak bisa dipisahkan dengan gerakan Pencerahan
dan filsafat Pasca Pencerahan Jerman. Salah satu tokoh pemikir idealis yang tersohor adalah
Immanuel Kant. Melalui bukunya Critique of pure reason yang diterbitakan tahun 1781, Kant
menentang pendapat tradisi tokoh empiris seperti David Hume dan lain-lainnya. Kant
3
mengatakan bahwa pengetahuan dan pemahaman dunia memerlukan kategori dan pandangan
yang berada dalam ruang kesadaran manusia. Gagasan Kant yang terkenal adalah idealisme
transedental. Dalam konsep ini Kant berargumen bahwa ide-ide rasional dibentuk tidak saja
oleh phenomenal tapi juga noumenal, yakni kesadaran transedental yang berada pada pikiran
manusia.
Generasi idealis berikutnya dipelopori oleh George Hegel, dengan mengenalkan jalan
tengah, sebuah gagasan pendekatan dialektis yang tidak memihak baik gagasan kesadaran
mental Kant maupun bukti-bukti material dari kaum empiris. Pikiran-pikiran Hegel inilah
yang kemudian melahirkan konsep spirit, sebuah konsep yang integral dengan kelahiran tradisi
idealisme absolut.
Filsuf idealis yang pertama kali dikenal adalah Plato. Ia membagi dunia dalam dua
bagian. Pertama, dunia persepsi, dunia yang konkret ini adalah temporal dan rusak; bukan dunia
yang sesungguhnya, melainkan bayangan alias penampakan saja. Kedua, terdapat alam di atas
alam benda, yakni alam konsep, idea, universal atau esensi yang abadi.
Jadi bisa dikatakan aliran Idealisme bersifat sebagai aliran yang erat kaitannya dengan
ketergantungan dalam jiwa (soul), fikiran, akal (mind) dan ide ide.
1.1 Jenis-Jenis Idealisme
Sejarah idealisme cukup berliku-liku dan meluas karena mencakup berbagai teori yang
berlainan walaupun berkaitan. Ada beberapa jenis idealisme: yaitu idealisme subjektif, idealisme
objektif, dan idealisme personal.
a. Idealisme Subjektif
Idealisme subjektif adalah filsafat yang berpandangan idealis dan bertitik tolak pada ide
manusia atau ide sendiri. Alam dan masyarakat ini tercipta dari ide manusia. Segala sesuatu yang
timbul dan terjadi di alam atau di masyarakat adalah hasil atau karena ciptaan ide manusia atau
idenya sendiri, atau dengan kata lain alam dan masyarakat hanyalah sebuah ide/fikiran dari
dirinya sendiri atau ide manusia.
Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah seorang dari Inggris yang bernama George
Berkeley (1684-1753 M). Menurut Berkeley, segala sesuatu yang tertangkap oleh
sensasi/perasaan kita itu bukanlah materi yang real dan ada secara objektif.
4
b. Idealisme Objektif
Idealisme Objektif adalah idealisme yang bertitik tolak pada ide di luar ide manusia.
Idealisme objektif ini dikatakan bahwa akal menemukan apa yang sudah terdapat dalam susunan
alam.
Menurut idealisme objektif segala sesuatu baik dalam alam atau masyarakat adalah hasil dari
ciptaan ide universil. Pandangan filsafat seperti ini pada dasarnya mengakui sesuatu yang bukan
materi, yang ada secara abadi di luar manusia, sesuatu yang bukan materi itu ada sebelum dunia
alam semesta ini ada, termasuk manusia dan segala pikiran dan perasaannya.
Filsuf idealis yang pertama kali dikenal adalah Plato. Ia membagi dunia dalam dua
bagian. Pertama, dunia persepsi, dunia yang konkret ini adalah temporal dan rusak; bukan dunia
yang sesungguhnya, melainkan bayangan alias penampakan saja. Kedua, terdapat alam di atas
alam benda, yakni alam konsep, idea, universal atau esensi yang abadi.
D. EMPIRISME
Empirisme adalah sebuah orientasi filsafat yang berhubungan dengan kemunculan ilmu
pengetahuan modern dan metode ilmiah. Sedangkan Empirisme dalam sumber yang lain
disebutkan hanya pengalamanlah yang menyajikan pengertian benar [Surajiyo, 2007]
Empirisme menekankan bahwa ilmu pengetahuan di dapat dengan apa yang diamati dan apa
yang telah dialami.
Tokoh empiris dipelopori oleh beberapa tokoh dari kalangan ilmuwan berkebangsaan
Inggris, seperti John Locke, George Berkeley, dan David Hume.
Sumbangan empirisme adalah lahirnya ilmu pengetahuan modern dan penerapan metode
ilmiah untuk membangun pengetahuan. Selain itu, tradisi empirisme adalah fundamen yang
5
mengawali mata rantai evolusi ilmu pengetahuan sosial, terutama dalam konteks perdebatan
apakah ilmu pengetahuan sosial itu berbeda dengan ilmu alam.
E. KANTIANISME/KRITISISME
Kantianisme adalah paham dimana setiap kita mengambil keputusan, kita harus
membayang kan bagaimana bila kita adalah pihak yang dirugikan. Paham ini menjelaskan bahwa
bila memang harus dilakukan sebuah tindakan, maka tindakan itu dilakukan tanpa
memperhatikan kepentingan orang lain. Tokoh aliran ini adalah Immanuel Kant: (1724 1804).
Menurut Kant, jiwa (mind) yang memberi arti terhadap stimulus mengadakan seleksi
dengan menggunakan dua cara yang amat sederhana. Pesan-pesan (dari stimulus) disusun sesuai
dengan ruang (tempat) datangnya sensasi dan waktu terjadinya sensasi. Ruang dan waktu
bukanlah sesuatu yang dipahami. Ruang dan waktu adalah alat persepsi. Oleh karena itu, ruang
dan waktu itu apriori. Dasar apriori itu ada pada sains.
F. PRAGMATISME
Pragmatisme adalah aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa kriteria kebenaran
sesuatu terletak pada nilai kegunaan sesuatu tersebut dalam kehidupan nyata. Sehingga
kebenaran sifatnya menjadi tidak mutlak.
Para pelopor aliran ini, diantaranya; William James (1842), dengan pandangan filsafatnya
bahwa tiada kebenaran yang mutlak, berlaku umum, yang bersifat tetap, atau berdiri sendiri dari
akal yang mengenalnya. Menurutnya James, dunia tidak dapat diterangkan dengan berpangkal
pada satu asas saja. Dunia adalah dunia yang terdiri dari banyak hal yang saling bertentangan.
Kepercayaan agama dia katakan hanya berlaku bagi orang-perorang, dan nilainya subyektif-
relative, sepanjang kepercayaan itu memberikan kepada orang tersebut suatu hiburan rohani,
penguatan keberanian hidup, perasaan damai, keamanan dan sebagainya.
Segala macam keagamaan mempunyai nilai yang sama, jikalau akibatnya sama-sama
memberikan kepuasan kepada kebutuhan keagamaan. Pandangan-pandangan James banyak
diikuti oleh pelopor pragmatisme berikutnya, John Dewey. Menurutnya, tugas filsafat adalah
memberikan pengarahan bagi perbuatan nyata.
6
Selanjutnya pragmatisme memberi daya tarik tersendiri dan mengalami perkembangan
pesat hingga sekarang, terutama di dataran Amerika oleh para pemikir, seperti; George Herbert
Mead, F.C.S Schiller, dan Richard Rorty.
G. EKSISTENSIALISME
Eksistensialisme berasal dari kata eksistensi dari kata dasar eksis. Kata exist itu sendiri
adalah bahasa latin yang artinya : ex ; keluar dari sistare: berdiri. Jadi , eksistensi adalah berdiri
dengan keluar dari diri sendiri. Pendapat yang lain mengatakan eksistensialisme adalah bahwa
cara berada manusia menunjukan bahwa ia merupakan kesatuan dengan alam jasmani, manusia
selalu mengonstruksi dirinya dalam alam jasmani sebagai satu susunan [Tafsir, 1990].
Eksistensialisme lahir sebagai konsekuensi kesalahan materialisme yang memungkiri manusia
sebagai keseluruhan. Pandangan matrealisme itu belum mencakup manusia secara keseluruhan.
Eksistensialisme menyatakan bahwa cara berada manusia dan benda lain tidaklah sama.
Manusia berada di dunia ; sapi dan pohon juga. Akan tetapi, cara beradanya tidak sama. Manusia
berada didalam dunia, dan Ia mengalami keberadaannya di dunia itu, menyadari dirinya berada
di dunia, dan menghadapi dengan mengerti yng dihadapinya itu. Manusia mengerti guna pohon,
batu, dan salah satu di antaranya ialah Ia mengerti bahwa hidupnya mempunyai arti. Beberapa
tokoh filsafat eksistensialisme, di antaranya yaitu: Martin Heiddeger (1905), J.P. Sartre (1905
1980), dan Gabriel Marcel.
Menurut Martin Heiddeger manusia tidak menciptakan dirinya sendiri, ia di lemparkan
didalam keberadaan. Tetapi, walau demikian manusia tetap memiliki tanggung jawab atas
keberadaannya itu.
Filsuf lain, Sartre, menyatakan eksistensi manusia mendahului esensinya. Pandangan ini
menolak ajaran filsafat idealisme bahwa wujud nyata (existence) dianggap mengikuti hakikat
Lebih kompleks lagi dijelaskan oleh Gabriel Marcel, yang mengungkapkan pandangannya,
bahwa manusia sejatinya tidak hidup sendirian, tetapi bersama-sama dengan orang lain.
Karenanya manusia bukanlah makhluk yang statis, sebab ia senantiasa menjadi (berproses). Ia
selalu menghadapi obyek yang harus diusahakan, seperti yang tampak dalam hubungannya
dengan orang lain tersebut. Hingga pada saatnya perjalanan manusia akan berakhir pada
7
kematian, yaitu pada sesuatu yang tidak ada. Oleh karena itu manusia menjadi gelisah, menjadi
putus asa, dan takut pada kematian.
H. POSITIVISME
Positivisme adalah doktrin filosofi dan ilmu pengetahuan sosial yang berkembang pada
abad ke-19. Ajaran postivisme menempatkan peran sentral pengalaman serta bukti empiris
sebagai basis dari ilmu pengetahuan dan penelitian. Terminologi positivisme dikenalkan oleh
Auguste Comte untuk menolak doktrin nilai subyektif, digantikan oleh fakta yang bisa diamati
serta penerapan metode ini untuk membangun ilmu pengetahuan yang diabdikan untuk
memperbaiki kehidupan manusia.
Tokoh-tokoh yang paling berpengaruh dalam mengembangkan tradisi positivisme adalah
Auguste Comte (17981857), H. Taine (18281893), Emile Durkheim (18521917), dan John
Stuart Mill (18061873). Pikiran-pikiran para tokoh ini membuka jalan bagi penggunaan
berbagai metodologi dalam membangun pengetahuan dari mulai studi etnografi sampai
penggunaan analisa statistik.
Tokoh paling terkenal dalam aliran ini, Auguste Comte, berpandangan bahwa perkembangan
pikiran manusia melalui 3 tahapan, yaitu: pertama, tahap teologis di mana manusia percaya
bahwa di belakang gejala-gejala alam terdapat kuasa-kuasa adikodrasi yang mengatur fungsi dan
gerak gejala-gejala tersebut; kedua, tahap metafisis di mana kekuatan yang bersifat adikodrasi
diganti dengan kekuatan-kekuatan yang mempunyai pengertian abstrak yang diintregasikan
dengan alam; dan ketiga, tahap ilmiah / positif di mana orang tidak lagi berusaha mencapai
pengetahuan yang mutlak, secara teologis maupun metafisis. Sekarang orang berusaha
mendapatkan hukum-hukum dari fakta-fakta yang didapati dari pengamatan
8
dan akalnya. Tujuan tertinggi dari zaman ini akan tercapai bilamana gejala-gejala telah dapat
disusun dan diatur di bawah satu fakta yang umum saja.
I. MARXISME
Marxisme adalah sebuah paham yang mengikuti pandangan-pandangan dari Karl Marx.
Marx adalah filsuf yang menyusun sebuah teori besar terkait sistem ekonomi, sosial, dan politik.
Pengikut teori ini disebut sebagai Marxis. Marxisme mencakup materialisme dialektis dan
materialisme historis, serta penerapannya pada kehidupan sosial.
Teori Marxisme merupakan dasar teori komunisme modern. Teori ini tertuang dalam
buku Manisfesto Komunis yang dibuat oleh Marx dan Friedrich Engels. Marxisme sebenarnya
bentuk protes Marx terhadap paham kapitalisme.
Marxisme memadukan tiga tradisi intelektual yang masing-masing telah sangat
berkembang saat itu, yaitu filsafat Jerman, teori politik Perancis, dan ilmu ekonomi Inggris.
J. ATHEISME
Atheisme sering dikatakan sebagai paham yang tidak mempercayai Tuhan, dalam itu
keberadaanNYA maupun peranNYA dalam kehidupan manusia. Sulit untuk merunut sejak kapan
paham ini ada di muka bumi.
Ludwig Feuerbach menerbitkan karyanya The Essence of Christianity, dan melakukan
kritik agama khususnya agama Kristen. Sebenarnya tTerdapat empat pemikiran atheis yang
mempelopori filsafat kritis terhadap agama, yaitu Ludwig Feuerbach, Sigmund Freud, Friederich
Nietzsche, dan Jean-Paul Sartre yang juga terkenal sebagai filsuf eksistensialisme.
Tokoh berikutnya yang tak kalah terkenal adalah Friederich Nietzsche. Melalui
pendapatnya: God is dead. God remain dead. And we have killed him (1882), Nietzsche
memandang bahwa kepercayaan terhadap Tuhan (pada saat itu adalah Kristen) adalah
kepercayaan yang salah. Tuhan tidaklah lagi dapat dipercayai, dan oleh karena itu Dia telah mati,
dan seandainya Dia belum mati, adalah tugas manusialah untuk membunuhnya.
9
BAB 3
KESIMPULAN
Pada zaman modern filsafat ini berbagai aliran besar muncul. Pada dasarnya corak
keseluruhan filsafat modern itu mengambil warna pemikiran filsafat sofisme yunani, sedikit
pengecualian pada kant. Paham paham yang muncul dalam garis besarnya adalah rasionalisme,
idealisme, empirisme, dan paham paham yang merupakan pecahan dari aliran itu. Menurut
beberapa filosof, analisis kant tidak kuat. Pada zaman modern ini ternyata semua ada: ateisme,
idealisme, rasionalisme, materialisme, agama masing masing ada penganutnya. Dengan
demikian aliran aliran filsafat ini dapat disesuaikan dengan bidang yang sesuai dengan yang
kita ambil.
10
DAFTAR PUSTAKA
Praja, J. (2006). Aliran-aliran Filsafat dan Etika. Bandung: Yayasan PIARA (Pengembangan
Ilmu Agama dan Humaniora).
Surajiyo, D. (2005). Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Surajiyo, D. (2007). Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
11