Anda di halaman 1dari 6

NAMA : RENDI MEILANO

NIM : 4142210008
PRAKTIKUM
TITRASI ASAM BASA

Tujuan
Menentukan kadar suatu senyawa asam atau basa yang terdapat dalam suatu sampel

Teori
Titrasi asam basa bertujuan menetapkan kadar suatu sampel asam dengan
mentitrasinya dengan larutan baku basa (alkalimetri) atau sampel basa dengan larutan baku
asam (asidimetri). Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara
ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk
menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara
pemberi proton (asam) dengan penerima proton (basa).
Beberapa senyawa yang ditetapkan kadarnya secara asidi-alkalimetri dalam
Farmakope Indonesia Edisi IV adalah : amfetamin sulfat dan sediaan tabletnya, ammonia,
asam asetat glacial, asam asetil salisilat, asam benzoate, asam fosfat, asam klorida, asam
nitrat, asam retinoat, asam salisilat, asam sitrat, asam sorbet, asam sulfat, asam tartrat, asam
undesilenat, benzyl benzoate, busulfan dan sediaan tabletnya, butyl paraben, efedrin dan
sediaan tabletnya, etanzinamida, etil paraben, etisteron, eukuinin, furosemida, glibenklamid,
kalamin, ketoprofen, kloralhidrat, klonidin hidroklorida, levamisol HCl, linestrenol,
magnesium hidroksida, magnesium oksida, meprobamat, metenamin, metil paraben, metil
salisilat, naproksen, natrium bikarbonat serta sediaan tablet dan injeksinya, natrium
hidroksida, natrium tetraborat, neotigmin metilsulfat, propil paraben, propin tiourasil, sakarin
natrium, dan zink oksida.

Larutan larutan
1. Larutan baku primer : H2C2O4.2H2O 0,1 N
2. Larutan baku sekunder : NaOH 0,1 N
3. Larutan baku sampel : HCl; asam salisilat

Langkah Kerja
a. Pembuatan Larutan
1. Pembuatan larutan baku primer H2C2O4.5H2O 0,1 N
Timbang dengan teliti H2C2O4.5H2O yang dibutuhkan, kemudian masukkan ke dalam
labu ukur 100 mL, larutkan dengan aquades sampai tepat tanda batas, tutup labu ukur dan
kocok sampai homogen.

2. Pembuatan larutan baku sekunder NaOH 0,1 N


Larutkan kurang lebih 25 gram NaOH ke dalam 25 mL aquades dalam botol tertutup
gabus dilapisi plastik, jika perlu dekantasi. Sementara itu panaskan 1 L aquades didihkan 5-
10 menit (sejak mendidih). Kemudian dinginkan dan masukkan ke dalam botol yang tertutup
plastic. Dengan menggunakan pipet ukur ambil 6,5 mL larutan NaOH tersebut (bagian yang
jernih) masukkan ke dalam botol yang berisi aquades yang telah didihkan tadi. Beri etiket
setelah botol dikocok. Bakukan NaOH ini dengan larutan asam.

3. Pembuatan indikator Phenolphtalein


1g phenolphthalein dilarutkan dalam 100 mL etanol 70%.

b. Pembakuan
Pembakuan larutan NaOH dengan H2C2O4.2H2O
1. Masukkan larutan NaOH ke dalam buret, sebelumnya dibilas dulu dengan larutan NaOH
tersebut.
2. Pipet 10 mL asam oksalat dengan volume pipet dimasukkan ke dalam Erlenmeyer,
kemudian tambahkan 1-2 tetes phenolphthalein.
3. Titrasi larutan asam oksalat dengan NaOH sampai terjadi perubahan warna dari tidak
berwarna menjadi rose muda. Catat volume NaOH yang dikeluarkan.
4. Lakukan titrasi minimal duplo (dua kali).

c. Penetapan Sampel
1. Penetapan Kadar HCl
a. Sample yang mengandung HCl, masukkan ke dalam Erlenmeyer, tambahkan 1-2 tetes
indikator phenolphthalein.
b. Titrasi larutan tersebut dengan NaOH, sampai terjadi perubahan warna menjadi rose
muda dan catat volume NaOH yang dikeluarkan.
c. Lakukan titrasi minimal duplo.
d. Hitunglah kadar HCl dari sampel.
2. Penetapan kadar asam salisilat
Lebih kurang 250 mg sampel yang ditimbang seksama, larutkan dalam 15 mL etanol 95%
netral. Tambahkan 20 mL air. Titrasi dengan NaOH 0,1 N menggunakan indikator pp, hingga
larutan berubah menjadi merah muda.

Note :
Pembuatan etanol netral :
Ke dalam 15 mL etanol 95% tambahkan 1 tetes merah fenol kemudian tambahkan bertetes-
tetes NaOH 0,1 N hingga larutan berwarna merah.
PRAKTIKUM
RESIN PENUKAR KATION

Tujuan
1. Menentukan kapasitas kolom resin penukar kation
2. Menentukan total kation terlarut dengan resin penukar kation

Dasar Teori
Kromatografi Pertukaran Ion merupakan jenis kromatografi cair yang digunakan
untuk pemisahan sampel-sampel bermuatan baik kation maupun anion. Fasa diam merupakan
Resin yang dibuat dengan memasukkan gugus yang dapat diionisasi ke dalam matriks
polimer organik. Polimer yang paling umum adalah polistirena yang terhubung silang. Resin
diproduksi dalam bentuk manikmanik bulat, biasanya berdiameter 0,1 sampai 0,5 mm,
meskipun ukuran yang lain juga tersedia.
Fasa gerak berupa larutan berair yang bersifat polar dan merupakan pelarut universal
untuk kation dan anion. Memisahkan campuran beberapa kation terlarut dalam air dapat
menggunakan kromatografi penukar kation dengan memperhatikan beberapa faktor misalnya
muatan, afinitas, jari-jari ion dan sebagainya. Kromatografi penukar ion dibedakan menjadi
dua golongan utama yaitu :

Kromatografi penukar kation dan anion.


Campuran ion-ion atau molekul-molekul yang dapat diionkan bersaing untuk merebut
tempat berikatan pada fasa diam. Jelas, muatan ion sangat berpengaruh dan pH fasa gerak
dapat divariasikan. Suatu anion akan tertahan pada kolom penukar anion tapi sama sekali
tidak tertahan kolom penukar kation begitu pula sebaliknya. Reaksi pertukaran ion dapat
diilustrasikan :
R------X+ + A- + B+ R------B+ + X+ + A-
Suatu resin penukar kation hanya mampu ditukar oleh kation (melepas X dan mengikat B)
sedangkan anion sama sekali tidak berinteraksi.

Bahan dan Alat


Alat :
1. Kolom resin
2. Buret 50 ml
3. Labu takar 100 ml (1 buah)
4. Labu takar 250 ml (1 buah)
5. Pipet volume 10 ml (1 buah)
6. Gelas ukur 50/100 ml (1 buah)
7. Erlenmeyer 250 ml (2 buah)
8. Pipet tetes

Bahan :
1. Larutan NaCl jenuh
2. Larutan NaOH 1 M
3. Larutan HCl pekat (6 M)
4. Lakmus biru
5. Indikator pp
6. Indikator metil oranye/metil merah
7. Sampel: air limbah/sungai/dsb.

Prosedur Percobaan
Menentukan Kapasitas Kolom
1. Larutan NaCl jenuh sebanyak 10 ml dimasukkan ke dalam kolom resin perlahan-
perlahan (dengan pipet tetes).
2. Kemudian, kran bawah dibuka dan dialirkan dengan kecepatan 1 tetes/detik.
3. Tampung eluen ke dalam beaker glass sampai efluen yang keluar bersifat netral (cek
dengan lakmus biru).
4. Eluen dipindahkan ke dalam labu takar 100 ml dan diencerkan sampai tanda batas. Pipet
10 mL larutan eluen.
5. Kemudian, titrasi dengan larutan NaOH 0,1 M dengan indikator pp.
6. Titrasi diulangi dua atau tiga kali.

Regenerasi Resin
1. Larutan HCI 6 M 10 ml dimasukkan ke dalam kolom resin dan dialirkan 1 tetes/detik.
2. Kolom resin dicuci dengan akudes 50 ml (cek eluen).
3. Jika eluen masih bersifat asam maka pencucian akuades dilanjutkan dengan kecepatan 3
tetes/detik sampai eluen yang keluar netral.
Penentuan Total Kation Dalam Sampel Air
1. Sampel air (air sungai atau air sumur) disaring dengan kertas saring.
2. 100 ml sampel air dimasukkan ke dalam kolom resin penukar kation dengan kecepatan 1
tetes/detik.
3. Tampung eluen ke dalam labu takar 100 ml.
4. Hentikan proses elusi jika efluen telah mencapai tepat 100 ml.
5. Pindah eluen ke dalam erlenmeyer, tambahkan indikator metil oranye
6. Titrasi dengan NaOH 0,01 M.
7. Tentukan total kation sebagai logam bivalen.

Anda mungkin juga menyukai