Anda di halaman 1dari 4

Nama : Muhamad Ryan Pratama

Kelas :C

NPM : 1543010139

Mata Kuliah : Metode Penelitian Komunikasi II

1. Sebutkan maksud dari Analisis Framing!

Framing dapat dipandang sebagai penempatan infomasi-informasi dalam konteks


yang khas sehingga isu tertentu dapat dialokasikan lebih besar dari pada isu yang lain
(Nugroho, Eriyanto, Surdiasis, 1999:20).
Menurut eJournal Ilmu Komunikasi, Volume 3, Nomor 1, 2015: 172-185, konsep
analisis framing sendiri sering digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan
menojolkan aspek tertentu dari realitas oleh media. Secara sederhananya, analisis
framing dapat kita gambarkan sebagai analisis dari realitas yang dibingkai sedemikian
rupa oleh media.

2. Jelaskan tiga metode dari analisis framing!

a. Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki


Dalam metode ini, framing terbagi kedalam empat struktur besar. Pertama,
struktur sintaksis. Sintaksis terkait dengan bagaimana wartawan tersebut
menyusun peristiwa dalam bentuk susunan berita pada umumnya. Hal tersebut
dapat diamati dari bagan berita (lead, latar, headline, kutipan yang diambil dan
sebagainya). Kedua, struktur skrip. Skrip berhubungan dengan bagaimana
wartawan menceritakan suatu peristiwa ke dalam bentuk berita. Ketiga, struktur
tematik. Tematik berhubungan dengan bagaimana wartawan mengungkapkan
pandangan atas peristiwa ke dalam proposisi, kalimat, atau hubungan antar
kalimat yang membentuk teks secara keseluruhan. Keempat, struktur retoris.
Retoris berhubungan dengan bagaimana wartawan menekankan arti tertentu
kedalam berita. Struktur ini melihat bagaimana wartawan memakai pilihan kata,
idiom, grafik, dan gambar yang dipakai bukan hanya mendukung tulisan,
melainkan juga menekankan arti tertentu kepada pembaca (Eriyanto, 2002:255-
256).

b. Robert N. Enmant
Dalam metode ini, terdapat penekanan tentang bagaimana media
menggambarkan suatu proses seleksi serta menonjolkan aspek tertentu dari
realitas. Dalam metode Entmant ini, framing terbagi menjadi empat elemen.
Pertama, Define Problems (pendefinisian masalah), yaitu bagaimana suatu
peristiwa dilihat sebagai apa. Kedua, Diagnose Causes (memperkirakan penyebab
masalah), memperkirakan masalah atau sumber dari masalah. Ketiga, Make Moral
Judgement (membuat pilihan moral), nilai moral apa yang ingin disajikan dalam
berita. Keempat, Treatment Recommendation (menekankan penyelesaian), yaitu
penyelesaian apa yang ingin ditawarkan untuk mengatasi konflik tersebut.
(Eryanto, 2002:223).

c. William A. Gamson
Dalam model gamson ini, framing dipahami sebagai seperangkat gagasan
ketika seseorang atau media memahami dan memaknai suatu isu. Gagasan
tersebut akan didukung oleh perangkat wacana lain sehingga akan saling kohensif
dan mendukung. (Eriyanto, 2002:226)

3. Keberpihakan media dalam membingkai berita.


Berita: Kasus penistaan agama oleh Basuki Tjahja Purnama

Berita 1
Dalam pemberitaannya, terdapat keberpihakan yang dilakukan oleh Media
Republika.co.id. Berdasarkan metode yang dikemukakan oleh Robert N. Enmant,
media tersebut membingkai berita dengan menonjolkan aspek kutipan wawancaranya
dengan warga Turki yang marah akibat penistaan agama tersebut. Dengan tidak
adanya hasil wawancara dari pihak yang mendukung Ahok, hal tersebut tampak jelas
ketidakseimbangan pemberitaan yang dilakukan.

Berita 2
Pada pemberitaannya, media ISLAMNKRI.COM lebih memihak kepada Basuki
Tjahja Purnama. Hal tersebut ditandai dengan menonjolkan aspek wawancaranya
dengan Ahmad Syafii Maarif. Sama dengan berita satu tadi, media kedua ini tidak
memberitakan dari sisi kontranya, tentu hal tersebut jelas menampakkan
ketidakseimbangan pemberitaan oleh media.

4. Lampiran Berita.

Berita 1
Media Turki Ikut Beritakan Dugaan Penistaan Agama oleh Ahok
Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Damanhuri Zuhri
Republika/ Yasin Habibi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan


Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) rupanya tidak hanya ramai dibicarakan di DKI
Jakarta saja. Kasus tersebut bahkan menjadi pembicaraan skala internasional.
Media-media di Turki ikut memberitakan soal kasus tersebut, khususnya aksi
unjuk rasa yang dilakukan organisasi massa (ormas) Islam di depan Balai Kota DKI
Jakarta, Jumat (16/10) lalu. "Saya baca berita di Turki beritanya tentang masyarakat
Jakarta berdemo karena gubernur pernah melakukan hal yang tidak sopan terhadap
Alquran," ujar salah satu warga Turki yang enggan disebutkan namanya
kepada Republika.co.id, Ahad(16/10). Pemberitaan tersebut menghiasi hampir
seluruh media di Turki. Media Turki sendiri, kata dia, mendukung aksi unjuk rasa
tersebut. Jika menyangkut agama, ideologi Turki dan Indonesia hampir sama."Saya
baca beritanya begitu, satu juta masyarakat Indonesia mendemo gubernur karena
menghina Alquran, karena itu masyarakat tidak mau gubernur itu ikut pemilihan lagi,"
ujarnya. Dia mengatakan meskipun di Turki tidak banyak politikus Muslim namun
masyarakat di sana akan marah apabila Alquran dihina."Ini sifatnya orang Turki,
ketika mendengar penghinaan Alquran, mereka pasti marah sekali," kata dia.
Beberapa media di Turki bahkan menjadikan aksi unjuk rasa tersebut sebagai berita
utama (headline) mereka.
Dia pribadi mengapresiasi aksi unjuk rasa ormas Front Pembela Islam (FPI)
tersebut. Aksi yang dimulai sekitar pukul 13.00 WIB itu berjalan cukup damai,
meskipun tuntutan mereka berkaitan dengan hal yang cukup sensitif. Lancarnya aksi
damai, menurut dia, karena adanya dialog antara pendemo dan kepolisian. Polri cukup
menghormati para pengunjuk rasa dan komunikasi keduanya pun berlangsung lancar.

Berita 2
Ahmad Syafii Maarif : Hanya Otak Sakit Sajalah Yang Berkesimpulan Ahok
Menghina AlQuran

ISLAMNKRI.COM - Sekiranya saya telah membaca secara utuh pernyataan Ahok


di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, yang menghebohkan itu, substansi tulisan ini
semestinya sudah disampaikan saat Karni Ilyas, Presiden Lawyers Club, mengundang
saya pada 11 Oktober 2016 melalui studio Yogyakarta.
Karena semula audio-visual TVONE dari Yogya beberapa saat tidak berfungsi,
sehingga saya tidak sempat mengikuti fatwa MUI yang juga dibacakan dengan penuh
emosi malam itu.
Baru belakangan saya dapat membaca isi fatwa itu melalui internet. Dalam
fatwa itu jelas dituduhkan bahwa Ahok telah menghina al-Quran dan menghina
ulama dan harus diproses secara hukum.Tetapi malam itu, akal sehat saya mengatakan
bahwa Ahok bukan orang jahat yang kemudian ditanggapi beragam oleh berbagai
kalangan.
Yang menghujat saya cukup banyak, yang membela pun tidak kurang. Semua
berdasarkan fatwa MUI yang tidak teliti itu.
Semestinya lembaga sebagai MUI mestilah menjaga martabatnya melalui fatwa-fatwa
yang benar-benar dipertimbangkan secara jernih, cerdas, dan bertanggung jawab.
Dari berbagai sumber yang dapat ditelusuri via internet, keterangan lengkap Ahok di
Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, pada 27 September 2016 adalah sebagai berikut:
Jadi jangan percaya sama orang. Kan bisa aja dalam hati kecil bapak ibu ga bisa
pilih saya, karena dibohongin pakai surat al-Maidah 51 macem-macem itu. Itu hak
bapak ibu ya
Perhatikan dengan seksama kutipan ini, apakah memang terdapat penghinaan
terhadap al-Quran? Hanya otak sakit sajalah yang berkesimpulan demikian. Apalagi
jika sampai menista Langit., jauh dari itu. Perkara dikesankan menghina ulama, saya
tidak perlu bicarakan di sini, karena memang dalam sejarah Muslim sering
bermunculan ulama jahat, penjilat penguasa dengan fatwa-fatwa murahannya.
Pokok masalah di sini adalah pernyataan Ahok di depan publik di sana
agar jangan percaya sama orangkarena dibohongin pakai surat surat al-Maidah
51. Ahok sama sekali tidak mengatakan bahwa surat al-Maidah 51 itu bohong. Yang
dikritik Ahok adalah mereka yang menggunakan ayat itu untuk membohongi
masyarakat agar tidak memilih dirinya.
Bung Zuhairi Misrawi dalam pembicaraan telepon dengan saya pada 3
Nopember 2016 mengatakan bahwa di beberapa masjid di Jakarta sudah lama
dikobarkan semangat agar rakyat tidak memilih Ahok dalam pilkada 2017 karena
dilarang oleh ayat di atas.
Bagi saya, apakah Ahok terpilih atau tidak terpilih bukan urusan saya. Itu
sepenuhnya urusan para pemilih DKI.Saya tidak akan memasuki perang penafsiran
tentang ayat itu. Pusat perhatian tulisan ini adalah bahwa tidak benar Ahok telah
menghina al-Quran berdasarkan kutipan lengkap keterangannya di Pulau Pramuka di
atas.
Fatwa gegabah MUI ini ternyata telah berbutut panjang. Demo 4 Nopember
2016 adalah bentuk kongkretnya. Semoga demo itu akan berlangsung tertib, aman,
dan damai. Tetapi jika terjadi insiden yang tidak diinginkan, MUI harus bertanggung
jawab, karena gara-gara fatwanya, demo itu digelar. Kelompok garis keras merasa
dapat amunisi untuk tujuan duniawinya. Kekerasan telah jadi mata pencarian.
Adapun beberapa politisi yang membonceng fatwa ini, itu bukan untuk
mencari kebenaran, tetapi semata-mata untuk mendapatkan keuntungan politik
kekuasaan dalam rangka pilkada DKI Feb. 2017.
Apakah kita mau mengorbankan kepentingan bangsa dan negara itu akibat
fatwa yang tidak cermat itu? Atau apakah seorang Ahok begitu ditakuti di negeri ini,
sehingga harus dilawan dengan demo besar-besaran? Jangan jadi manusia dan bangsa
kerdil!
Yogyakarta, 3 Nop. 2016.

Anda mungkin juga menyukai