BAB 2 Tinjauan Pustaka
BAB 2 Tinjauan Pustaka
2.1. Otak
Otak terletak dalam rongga kranium (tengkorak), terdiri atas semua bagian
Sistem Saraf Pusat (SSP) diatas korda spinalis. Secara anatomis terdiri dari
cerebrum (otak besar), cerebellum (otak kecil), brainstem (batang otak) dan
Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak yang terdiri dari dua hemisfer.
Hemisfer kanan berfungsi untuk mengontrol bagian tubuh sebelah kiri dan
hemisfer kiri berfungsi untuk mengontrol bagian tubuh sebelah kanan. Masing-
masing hemisfer terdiri dari empat lobus. Bagian lobus yang menonjol disebut
gyrus dan bagian lekukan yang menyerupai parit disebut sulkus. Keempat lobus
tersebut masing-masing adalah lobus frontal, lobus parietal, lobus oksipital dan
Lobus parietal bagian depan dibatasi oleh sulkus sentralis dan bagian
impuls dari serabut saraf sensorik thalamus yang berkaitan dengan segala
dari serebrum. Lobus ini mencakup semua korteks anterior sulkus sentral
7
dari Rolando. Pada daerah ini terdapat area motorik untuk mengontrol
gerakan otot-otot, gerakan bola mata; area broca sebagai pusat bicara; dan
oksipital oleh garis yang ditarik secara vertikal ke bawah dari ujung atas
2.2. Stroke
aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak dalam beberapa detik
8
atau secara cepat dalam beberapa jam dengan gejala atau tanda-tanda sesuai
dengan daerah yang terganggu. Terdapat dua macam bentuk stroke yaitu stroke
iskemik dan stroke hemoragik. Stroke iskemik merupakan 80% dari penyebab
stroke, disebabkan oleh gangguan pasokan oksigen dan nutrisi ke sel-sel otak
akibat bentukan trombus atau emboli. Keadaan ini dapat diperparah oleh
Penelitian ini dilakukan pada penderita stroke akut yang dirawat di Rumah Sakit
(hospital based study), dan dilakukan survey mengenai faktor-faktor risiko, lama
perempuan dan profil usia di bawah 45 tahun cukup banyak yaitu 11,8%, usia 45-
64 tahun berjumlah 54,2% dan di atas usia 65 tahun 33,5% (Misbach, 2007).
mengganggu atau memutuskan aliran darah otak atau cerebral blood flow (CBF).
Nilai normal CBF adalah 5060 ml/100 mg/menit. Iskemik terjadi jika CBF < 30
ml/100mg/menit. Jika CBF turun sampai <10 ml/mg/menit akan terjadi kegagalan
protease, yakni suatu cascade atau proses berantai eksitotoksik dan pada akhirnya
radikal bebas yang akan menambah kematian sel. Reperfusi juga menyebabkan
transformasi perdarahan dari jaringan infark yang mati. Jika gangguan CBF masih
Stroke iskemik akut adalah gejala klinis defisit serebri fokal dengan onset
yang cepat dan berlangsung lebih dari 24 jam dan cenderung menyebabkan
kematian. Oklusi pembuluh darah disebabkan oleh proses trombosis atau emboli
yang menyebabkan iskemia fokal atau global. Oklusi ini mencetuskan serangkaian
kaskade iskemik yang menyebabkan kematian sel neuron atau infark serebri.
Aliran darah ke otak akan menurun sampai mencapai titik tertentu yang seiring
kematian sel neuron yang irreversible (WHO, 1998; Adams et al., 2003; Becker
umum daerah regional otak yang iskemik terdiri dari bagian inti (core) dengan
tingkat iskemia terberat dan berlokasi di sentral. Daerah ini akan menjadi nekrotik
dalam waktu singkat jika tidak ada reperfusi. Di luar daerah core iskemik terdapat
daerah penumbra iskemik. Sel-sel otak dan jaringan pendukungnya belum mati
akan tetapi sangat berkurang fungsinya dan juga menyebabkan defisit neurologik.
di luarnya dapat dikelilingi oleh suatu daerah hyperemic akibat adanya aliran
darah kolateral (luxury perfusion area). Daerah penumbra iskemik inilah yang
menjadi sasaran terapi stroke iskemik akut supaya dapat di reperfusi dan sel-sel
otak berfungsi kembali. Reversibilitas tergantung pada faktor waktu. Jika tidak
Dipandang dari segi biologi molekuler, ada dua mekanisme kematian sel
otak. Pertama proses nekrosis, suatu kematian berupa ledakan sel akut akibat
proses fagositosis debris nekrotik. Proses kematian kedua adalah proses apoptosis
atau silent death, sitoskeleton sel neuron mengalami penyempitan atau shrinkage
tanpa adanya reaksi inflamasi seluler. Nekrosis seluler dipicu oleh exitotoxic
injury dan free radical injury akibat bocornya neurotransmitter glutamat dan
aspartat yang sangat toksik terhadap struktur sitoskeleton otak. Demikian pula
lepasnya radikal bebas akan membakar membran lipid sel dengan segala
iskemik yang berlangsung lebih lambat melalui proses kelumpuhan pompa ion
11
natrium dan kalium, yang diikuti proses depolarisasi membran sel yang berakibat
2007).
dengan antioksidan seluler. Oksigen reaktif dan molekul nitrogen terkait erat
dengan cedera jaringan selama stroke iskemik. Radikal bebas termasuk anion
Hasil pertamanya yaitu oksigen dilanjutkan dengan -OH yang paling beracun
sebagai sebuah molekul atau bagian molekuler yang mengandung satu atau lebih
elektron yang tidak berpasangan pada orbit atom atau molekular terjauh dan dapat
terjadi peningkatan level Reactive Oxygen Species (ROS). Dalam jumlah normal,
produksi ROS yang dikenal dengan kondisi stres oksidatif memiliki implikasi
jantung, stroke, dan penyakit kronis lainnya (Paravicini and Touyz, 2008).
12
Xantin Oksidase merupakan sumber utama generasi oksigen radikal bebas dalam
iskemia dan reperfusi. H2O2 terbentuk dari anion superoksida dan merupakan
sumber dari -OH. Disisi lain antioksidan dapat menurunkan anion superoksida
menjadi H2O2. Meskipun terdapat pertahanan ini, otak tetap rentan stres oksidatif
radikal bebas dapat menyerang DNA, protein dan lipid, serta menigkatkan
sel. Beberapa jenis sel yang berkontribusi pasca iskemi yaitu sel-sel endotel,
2.4 F2-isoprostan
peroksidasi asam arakhidonat yang dimediasi oleh radikal bebas (Milne et al.,
2005).
otentik dan dapat digunakan sebagai indikator potensial stres oksidatif secara in
13
vivo pada berbagai kondisi klinis dan dalam evaluasi antioksidan atau obat-obatan
senyawa ini dinilai dapat dijadikan sebagai indikator adanya stress oksidatif, yaitu
(i) F2-isoprostan merupakan produk spesifik dari peroksidasi lipid, (ii) merupakan
antioksidan, (v) kadarnya tidak dipengaruhi oleh lemak dalam diet (Roberts and
Morrow, 2000).
Didalam darah, F2-isoprostan terdapat dalam dua bentuk yaitu bebas dan
terikat pada fosfolipid dan lipoprotein. F2-isoprostan yang terikat pada fosfolipid
ini dapat dilepaskan oleh aktifitas enzim fosfolipase menjadi bentuk bebas dalam
Beta amyloid adalah fragmen dari protein besar yang disebut amyloid
precursor protein (APP). APP diketahui sebagai protein yang dapat masuk dengan
14
bebas melewati membran neuron pada otak yang berperan untuk pertumbuhan
neuron, pelindung, dan perbaikan pada neuron yang injury (Yanker et al, 2010).
berbagai fungsi seperti proliferasi dan diferensiasi seluler, spesifikasi sel dan
produksi dan pematangan neuron pada sistem saraf pusat orang dewasa (Edwards
G., et al, 2016). APP dapat membentuk beta amyloid melalui reaksi proteolitik
oleh -secretase yang diikuti oleh -secretase menghasilkan fragmen beta amyloid
yang tidak toksik. Sementara itu, APP yang dipotong oleh BACEI (-Site APP
dengan panjang yang berbeda seperti A1-39, A1-40, A1-42. Pada umumnya,
mengalami agregasi yang berubah menjadi dimer atau multimer lainnya yang
membentuk oligomer fibril dan akhirnya membentuk plak amyloid (Bird, et al.,
2016).
Salah satu sumber karbohidrat adalah jenis umbi-umbian seperti ubi jalar
15
(Ipomoea batatas) (Husna et al., 2013). Dua jenis ubi jalar ungu yang saat ini
telah dikembangkan dan dimanfaatkan adalah ubi jalar ungu pekat dan ubi jalar
ungu muda. Perbedaan warna dari kedua jenis ubi jalar ungu tersebut diduga
menyebabkan beberapa jenis ubi jalar ungu mempunyai gradasi warna yang
berbeda.
Warna ungu pada ubi jalar disebabkan oleh adanya zat warna alami
yang disebut antosianin. Komponen antosianin ubi jalar ungu adalah turunan
radikal bebas, sehingga berperan untuk mencegah terjadi penuaan, kanker, dan
laporan toksisitas atau intolerants antosianin. 100 g ubi jalar ungu segar,
kandungan antosianin ubi jalar ungu pekat 17 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan kadar antosianin ubi jalar ungu muda. Kandung an antosianin ubi jalar
tergantung pada intensitas warna pada umbi tersebut. Semakin ungu warna
100g)
5 Aktivitas antioksidan (%) 56,64 59,25
Sumber : (Husna et al., 2013).
penelitian, karena mudah dipelihara, secara garis besar fungsi dan bentuk organ
serta proses biokimia antara tikus dan manusia memiliki banyak kesamaan
(Suckow, 2006). Hewan ini memiliki waktu hidup 2,5 tahun sampai 3,5 tahun,
berat badan jantan 300-500 gram dan betina 250-300 gram, denyut jantung 330-
480 kali per menit, frekuensi respirasi 85 kali per menit dan memasuki masa
17
dewasa pada usia 40-60 hari. Klasifikasi tikus yang digunakan dalam penelitian
Kingdom : Animalia
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Family : Muridae
Genus : Rattus
Specie : Rattus novergicus
Gambar 2.4 Tikus putih galur wistar (Rattus novergicus) (Pollock, 2010)
dan tidak mudah terjadi mutasi gen (Filippetti et al., 2007). Baik tikus jantan dan
betina mengalami kematangan seksual pada umur 2-3 bulan. Ukuran maksimal
kepadatan pemeliharaan tikus sebesar 3 ekor tikus pe 2 m2. Suhu lingkungan yang
dibutuhkan yaitu 20-28 0C dan kelembaban 50%. Hewan ini adalah jenis
minum sebanyak 10-12 mL/100g BB per hari dan pakan sebanyak 10 g/ 100g BB
per hari. Jumlah darah yang bias diambil sebesar 64 mL/kg (Institusional Aimal