Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Saliva adalah salah satu cairan di dalam mulut. Cairan ini sangat penting
berkaitan dengan proses biologis yang terjadi di dalam rongga mulut (Amerongen
dkk., 1991).
Fungsi saliva yaitu melindungi gigi dan mukosa mulut, membantu
menelan, berbicara, dan awal proses pencernaan sebelum masuk ke bagian
gastrointestinal. Salah satu fungsi penting saliva adalah melidungi jaringan keras
dengan cara mechanical cleansing, antimikrobial dan efek bufering (Pedersen,
2007).
Derajat keasaman (pH) saliva total yang tidak dirangsang umumnya
bervariasi dari 6,4 hingga 6,9 (Amerongen dkk., 1991), sedangkan pH kritis mulut
berkisar 5,5, yang pada keadaan ini dapat terjadi demineralisasi gigi (Pedersen,
2009; Collin, 2009).
Kelenjar-kelenjar saliva mayor terletak agak jauh dari rongga mulut dan
sekretnya disalurkan melalui duktusnya kedalam rongga mulut. Kelenjar saliva
mayor terdiri dari kelenjar parotis yang terletak dibagian bawah telinga
dibelakang ramus mandibula, kelenjar submandibularis yang terletak dibagian
bawah korpus mandibula dan kelenjar sublingualis yang terletak dibawah lidah.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana mekanisme sekresi saliva ?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi sifat fisika & sifat kimia saliva ?
1.3. Tujuan Masalah
1. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan mekanisme
sekresi saliva.
2. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan faktor yang
mempengaruhi sifat fisika & sifat kimia sal

1
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Saliva merupakan salah satu dari cairan di rongga mulut yang diproduksi
dan diekskresikan oleh kelenjar saliva dan dialirkan ke dalam rongga mulut
melalui suatu saluran. Saliva terdiri dari 98% air dan selebihnya adalah elektrolit,
mukus dan enzim-enzim. Saliva diekskresi hingga 0.5 1.5 liter oleh tiga kelenjar
saliva mayor dan minor yang berada di sekitar mulut dan tenggorokan untuk
memastikan kestabilan di sekitar rongga mulut.

2.2. Kelenjar Saliva

Kelenjar-kelenjar saliva mayor terletak agak jauh dari rongga mulut dan
sekretnya disalurkan melalui duktusnya kedalam rongga mulut. Kelenjar
salivamayor terdir dari kelenjar parotis yang terletak dibagian bawah telinga
dibelakang ramus mandibula, kelenjar submandibularis yang terletak dibagian
bawah korpus mandibula dan kelenjar sublingualis yang terletak dibawah lidah.
Selain itu terdapat juga kelenjar saliva minor yang terdiri dari kelenjar labial,
kelenjar bukal, kelenjar Bladin-Nuhn, kelenjar Von Ebner dan kelenjar Weber.

2.2.1. Kelenjar Saliva Mayor

Kelenjar parotis merupakan kelenjar ludah terbesar yang terletak di


anterior dari aurikel telinga dimana posisinya antara kulit dan otot masseter.
Duktus kelenjar ini bermuara pada vestibulus oris pada lipatan antara mukosa pipi
dan gusi dihadapan molar 2 atas. Kelenjar ini dibungkus oleh jaringan ikat padat
dan mengandung sejumlah besar enzim antara lain amilase lisozim, fosfatase
asam, aldolase, dan kolinesterase. Saluran keluar utama disebut duktus stenon
(stenson) terdiri dari epitel berlapis semu. Kelenjar submandibularis merupakan
kelenjar yang memproduksi air liur terbanyak dan mempunyai saluran keluar
(duktus ekskretoris) yaitu duktus Whartoni yang bermuara pada dasar rongga
mulut pada frenulum lidah, dibelakang gigi seri bawah. Seperti juga kelenjar

2
parotis, kelenjar ini terdiri dari jaringan ikat yang padat. Kelenjar sublingualis
mempunyai banyak duktus yang menyalurkan ke dalam rongga mulut. Duktus
kelenjar ini disebut duktus Rivinus. Duktus ini terletak berdekatan dengan papilla
dari duktus kelenjar submandibular.

2.2.2. Kelenjar Saliva Minor

Kebanyakan kelenjar saliva minor merupakan kelenjar kecil-kecil yang


terletak didalam mukosa atau submukosa. Kelenjar minor hanya
menyumbangkan 5% dari pengeluaran ludah dalam 24 jam. Kelenjar-kelenjar ini
diberi nama berdasarkan lokasinya atau nama pakar yang menemukannya.
Kelenjar labial (glandula labialis) terdapat pada bibir atas dan bibir bawah dengan
asinus-asinus seromukus. Kelenjar bukal (glandula bukalis) terdapat pada mukosa
pipi, dengan asinus-asinus seromukus. Kelenjar Bladin-Nuhn (Glandula lingualis
anterior) terletak pada bagian bawah ujung lidah. Kelenjar Von Ebner (Gustatory
Gland = albuminous gland) dan Kelenjar Weber terletak pada pangkal lidah.
Kelenjar Von Ebner dan Weber disebut juga glandula lingualis posterior.

2.3. Komposisi Saliva

Komponen-komponen saliva, yang dalam keadaan larut disekresi oleh


kelenjar saliva, dapat dibedakan atas komponen organik dan anorganik. Namun
demikian, kadar tersebut masih terhitung rendah dibandingkan dengan serum
karena pada saliva bahan utamanya adalah air yaitu sekitar 99.5%. Komponen
anorganik saliva antara lain : Sodium, Kalsium, Kalium, Magnesium, Bikarbonat,
Khlorida, Rodanida dan Thiocynate (CNS), Fosfat, Potassium dan Nitrat.
Sedangkan komponen organik pada saliva meliputi protein yang berupa enzim
amilase, maltase, serum albumin, asam urat, kretinin, musin, vitamin C, beberapa
asam amino, lisosim, laktat, dan beberapa hormon seperti testosteron dan kortisol.

2.3.1. Komponen Anorganik

3
Dari kation-kation, Sodium (Na+) dan Kalium (K+) mempunyai
konsentrasi tertinggi dalam saliva. Disebabkan perubahan di dalam muara
pembuangan, Na+ menjadi jauh lebih rendah di dalam cairan mulut daripada di
dalam serum dan K+ jauh lebih tinggi. Ion Khlorida merupakan unsur penting
untuk aktifitas enzimatik -amilase. Kadar Kalsium dan Fosfat dalam saliva
sangat penting untuk remineralisasi email dan berperan penting pada
pembentukan karang gigi dan plak bakteri. Kadar Fluorida di dalam saliva sedikit
dipengaruhi oleh konsentrasi fluorida dalam air minum dan makanan. Rodanida
dan Thiosianat (CNS- ) adalah penting sebagai agen antibakterial yang bekerja
dengan sisitem laktoperosidase. Bikarbonat adalah ion bufer terpenting dalam
saliva yang menghasilkan 85% dari kapasitas bufer.

2.3.2. Komponen Organik

Komponen organik dalam saliva yang utama adalah protein. Protein yang
secara kuantitatif penting adalah Amilase, protein kaya prolin, musin dan
imunoglobulin. Berikut adalah fungsi protein-protein dalam saliva:

a. Amilase mengubah tepung kanji dan glikogen menjadi kesatuan


karbohidrat yang kecil. Juga karena pengaruh Amilase, polisakarida
mudah dicernakan.
b. Lisozim mampu membunuh bakteri tertentu sehingga berperan dalam
sistem penolakan bakterial.
c. Kalikren dapat merusak sebagian protein tertentu, di antaranya faktor
pembekuan darah XII, dan dengan demikian berguna bagi proses
pembekuan darah..
d. Protein kaya prolin membentuk suatu kelas protein dengan berbagai fungsi
penting: membentuk bagian utama pelikel muda pada email gigi.
e. Musin membuat saliva menjadi pekat sehingga tidak mengalir seperti air
disebabkan musin mempunyai selubung air dan terdapat pada semua
permukaan mulut maka dapat melindungi jaringan mulut terhadap
kekeringan. Musin juga untuk membentuk makanan menjadi bolus.

4
BAB 3

PEMBAHASAN

3.1. Mekanisme Sekresi Saliva

Sekresi saliva sebagian besar merupakan proses aktif yang menunjukan


bahwaproses tersebut memerlukan energi. Proses ini dibedakan menjadi dua fase
(Lavelle, 1988; Amerongen, 1991):
1. Sintesis dan sekresi cairan asinar oleh sel sekretori.
Sifat rangsang yang menstimulasi kelenjar saliva dapat berupa
rangsangadrenergik maupun kolinergik, karena sel diinervasi baik
simpatismaupun parasimpatis. Rangsang adrenergik menghasilkan saliva yang
pekat,kaya protein, kaya kandungan musin dan berbuih. Pada rangsang
kolinergik,neurotransmitter asetilkolin menghasilkan sekresi cairan yang kuat
dengan kadarprotein yang rendah. Akibat rangsangan, melalui eksositosis sel
menghasilkan cairan sekresinya kepada lumen.Rangsang tersebut menyebabkan
aliran darah ke asinus meningkat sehinggamempermudah pembentukan cairan
asinar. Cairan asinar ini disebut juga salivaprimer.
2. Perubahan yang terjadi pada duktus striata.
Saliva diangkut dari lumen melalui duktus yang melibatkan kontraksi sel
mioepitel. Selama pengangkutan ke rongga mulut, susunan saliva diubah
daricairan isotonik dengan konsentrasi ion yang hampir sama dengan plasma
menjadihipotonik dengan konsentrasi ion natrium dan klorida yang rendah.
Perubahaniniterjadi karena di dalam duktus, air dan elektrolit disekresi dan atau
diabsorbsioleh sel epitel, terutama pada duktus striata.
Sifat rangsang menentukan kepekatan produk akhir yang bervariasi dari
encersampai pekat. Kepekatan saliva ditentukan oleh sekresi air dan sekresi
musinyang diatur oleh saraf kolinergik dan adrenergik. Neurotransmitter
asetilkolin danparasimpatetikomimetika merangsang sekresi air, sedangkan obat
seperti atropinesulfat menghambat sekresi air dan menyebabkan keringnya mulut.

5
3.2. Faktor yang Mempengaruhi Sifat Fisik & Sifat Kimia Saliva

Faktor yang mempengaruhisekresi saliva antara lain :

1. Keadaan fisiologis

Tingkat aliran saliva biasanya dipengaruhi oleh keadaan-keadaan


fisiologis. Pada saat berolahraga, berbicara yang lama dapat menyebabkan
berkurangnya aliran saliva sehingga mulut terasa kering. Bernafas melalui
mulut juga akan memberikan pengaruh mulut kering. Gangguan
emosionil, seperti stress, putus asa dan rasa takut dapat menyebabkan
mulut kering. Hal ini disebabkan keadaan emosionil tersebut merangsang
terjadinya pengaruh simpatik dari sistem syaraf autonom dan menghalangi
sistem parasimpatik yang menyebabkan turunnya sekresi saliva.

2. Penggunaan obat-obatan

Banyak sekali obat yang mempengaruhi sekresi saliva. Obat-


obatan tersebut mempengaruhi aliran saliva secara langsung dengan
memblokade sistem syaraf dan menghambat sekresi saliva. Oleh karena
sekresi air dan elektrolit terutama diatur oleh sistem syaraf parasimpatis,
obat-obatan dengan pengaruh antikolinergik akan menghambat paling kuat
pengeluaran saliva. Obat- obatan dengan pengaruh anti -adrenergik (yang
disebut -bloker) terutama akan menghambat sekresi ludah mukus. Obat-
obatan juga dapat secara tidak langsung mempengaruhi saliva dengan
mengubah keseimbangan cairan dan elektrolit atau dengan mempengaruhi
aliran darah ke kelenjar.

3. Usia

Keluhan mulut kering sering ditemukan pada usia lanjut. Keadaan


ini disebabkan oleh adanya perubahan atropi pada kelenjar saliva sesuai

6
dengan pertambahan umur yang akan menurunkan produksi saliva dan
mengubah komposisinya. Seiring dengan meningkatnya usia, dengan
terjadinya proses aging, terjadi perubahan dan kemunduran fungsi kelenjar
saliva, dimana kelenjar parenkim hilang yang digantikan oleh jaringan
lemak, lining sel duktus intermediate mengalami atropi. Keadaan ini
mengakibatkan pengurangan jumlah aliran saliva. Selain itu, penyakit-
penyakit sistemik yang diderita pada usia lanjut dan obat-obatan yang
digunakan untuk perawatan penyakit sistemik dapat memberikan pengaruh
mulut kering pada usia lanjut.

4. Faktor Variasi Diurnal

Variasi di urnal merupakan proses yang kerja di dalam tubuh


manusia, antara lain terjadinya peningkatan Natrium dan Kloride pada
pagi hari, sedangkan Kalium akan meningkat pada siang hari.

5. Faktor Durasi Stimulus

Lamanya stimulus yang mengenai kelenjar saliva dapat


menyebabkan perubahan pada komponen saliva.

6. Faktor Tipe Kelenjar


Setiap kelenjar memiliki tingkat penerimaan dan kepekaan yang
berbeda-beda, sehingga aliran dari jumlah salivanya pun berbeda-beda.
7. Faktor Diet
Diet berpengaruh terhadap perbedaan aliran saliva. Aktifitas
fungsional kelenjar saliva dipengaruhi oleh factor mekanis dan
pengecapan.
8. Faktor Konsentrasi Plasma
Konsentrasi plasma berhubungan dengan konsentrasi asam amino,
kalsium, glukosa, kalium, urea, dan asam uric dalam saliva.
9. Faktor Hormon

7
Dapat berasal dari aldeosteron, hormone bradikinin, testosterone
dan tiroksin.
10. Disfungsi kelenjar Ludah
Dapat disebabkan oleh penyumbatan saluran, penyakit iritasi
kelenjar ludah, dan terapi radiasi.

11. Faktor Umum


Faktor umum terbagi menjadi reflex tidak bersyarat dan reflex
bersyarat:
a. Reflek tidak bersyarat menyangkut :
Rasa: pengaruh rasa yang ditimbulkan dari rangsangan sangat
beragam, sehingga memberikan efek stimulasinya terhadap aliran
ludah pun berbeda-beda.
Bau-Bau yang ditangkap oleh indra penciuman juga berpengaruh
terhadap sekresi saliva meskipun efeknya tidak terlalu besar.
Stimulasi mekanis terhadap mucosa mulut, dimana ketika kita
mengunyah makanan yang halus akan meningkatkan sekresi saliva jika
dibandingkan dengan makanan yang kasar yang dapat menyebabkan
penurunan sekresi saliva bahkan menyebabkan terhambatnya aliran
saliva.
Iritasi mekanis terhadap gingiva seperti scaling gigi dan prosedur
polishing dapat mempengaruhi sekresi saliva.
Mastikasi makanan, pengunyahan makanan dapat meningkatkan
impuls sensorik, seperti dari stimulasi mekanis dari mukosa mulut,
tekanan pada gigi yang melibatkan reseptor periodontal, dan impuls
dari sendi temporo mandibular (TMJ) dan otot pengunyah.
Iritasi kimia terhadap mukosa mulut. Asam, terutama asam sitrat,
sangat menstimulasi aliran ludah, sehingga salivasinya pun meningkat,
berikutnya garam halus, dan rasa yang pahit.
Distensi atau iritasi esophagus, seperti benda asing.
Iritasi kronis terhadap esophagus seperti carcinoma esophagus.

8
Iritasi bahan kimia terhadap dinding perut yang mengakibatkan rasa
mual.
Kehamilan, biasanya diikuti oleh meningkatnya aliran ludah.
Obat (terutama dengan aktivitas anti cholinergic), contoh atropine.
Gangguan endokrin, seperti diabetes mellitus, penyakit cushing, dan
penyakit Addison. Dimana orang yang menderita penyakit diabetes
mellitus memiliki saliva yang lebih kental jika dibandingkan dengan
individu normal.

Sekresi saliva pada keadaan tanpa rangsang dapat disebabkan oleh faktor berikut:

1. Derajat Hidrasi

Pada keadaan dehidrasi, saliva menurun hingga mencapai nol


(Rensburg, 1995). Derajat hidrasi atau cairan tubuh merupakan faktor
yang paling penting karena apabila cairan tubuh berkurang 8% maka
kecepatan aliran saliva berkurang hingga mencapai nol. Sebaliknya
kecepatan aliran saliva yang meningkat akan mengakibatkan hiperhidrasi
(Edgar and O Mullane, 1996). Fungsi Komponen Lubrikasi Musin,
glikoprotein kaya prolin, air antimikroba Lisozim, laktoferin,
laktoperoksida, musin,
cistin, histatin, immunoglobulin, glikoprotrin kaya prolin, IgA menjaga
kelembaban mukosa Musin, fosfat, kalsium, staterin, fluoride, pencernaan
amilase, lipase, protease.

2. Posisi Tubuh

Posisi tubuh dalam keadaan berdiri merupakan posisi dengan


kecepatan aliran saliva tertinggi bila dibandingkan dengan posisi duduk
dan berbaring. Pada posisi berdiri, kecepatan aliran saliva mencapai 100%,
pada posisi duduk 69% dan pada posisi berbaring 25% (Roth dan
Calmes, 1981).

9
3. Paparan Cahaya

Dalam keadaan gelap, kecepatan aliran saliva mengalami


penurunan sebanyak 30 - 40% (Edgar and O Mullane, 1996).

4. Irama Siang dan Malam

Kecepatan saliva memperlihatkan irama siang dan malam yang


dapat mencapai puncaknya pada siang hari dan menurun saat tidur (Edgar
and O Mullane, 1996).

5. Irama Sirkanual

Pada musim panas, kecepatan aliran saliva mengalami penurunan


yang disebabkan oleh dehidrasi tubuh. Pada musim dingin, kecepatan
saliva pada kelenjar parotis mengalami peningkatan (Edgar and O
Mullane, 1996).

6. Obat

Atropin dan obat kolinergik lainnya menurunkan sekresi saliva


(Ganong, 1996).

7. Usia

Kecepatan aliran saliva pada usia lebih tua mengalami penurunan,


sedangkan pada anak dan dewasa kecepatan aliran saliva meningkat (Roth
dan Calmes, 1981).

8. Efek psikis

Efek psikis seperti mendengar bunyi makanan disisapkan,


berbicara tentang makanan dan melihat makanan dapat meningkatkan
aliran saliva. Sebaliknya berfikir makanan yang tidak disukai dapat

10
menurunkan sekresi saliva (Rensburg, 1995). Menurut Amerongen (1991),
terdapat berbagai jenis rangsangan yang dapat mempengaruhi sumbangan
kelenjar saliva terhadap volume saliva yang terdiri dari:

a. Rangsang Kimiawi: Oleh berbagai rasa asam, manis, asin, pahit


dan pedas.
b. Rangsang Mekanis: Sekresi saliva meningkat dengan
pengunyahan makanan.
c. Rangsang Sakit: Rasa sakit pada keadaan inflamasi, gingivitis
dan protesa yang salah
dapat meningkatkan sekresi saliva.
d. Rangsang Neuronal: Melalui sistem saraf otonom baik simpatis
maupun parasimpatis.
e. Rangsang Psikis: Stres dapat menghambat sekresi saliva, tetapi
kemarahan dapat bekerja sebagai stimulasi sekresi saliva

Pengaruh Rokok terhadap Saliva


Panas yang ditimbulkan akibat pembakaran rokok, dapat
mengiritasi mukosa mulut secara langsung, menyebabkan perubahan
vaskularisasi dan sekresi saliva. Terdapat peningkatan laju aliran saliva
dan konsentrasi ion Kalsium pada saliva, selama proses merokok.Senyawa
Kalsium fosfatase yang ditemukan pada kalkulus supragingiva, berasal
dari saliva. Hal tersebut dapat dijadikan dasar, mengapaskor kalkulus pada
perokok lebih tinggi dibanding bukan perokok.
Merokok juga menyebabkan penurunan antibodi dalam saliva, yang
berguna untuk menetralisir bakteri dalam rongga mulut, sehingga terjadi
gangguan fungsi sel-sel pertahanan tubuh. Potensial reduksi-oksidasi (Eh)
pada regio gingiva dan rongga mulut menurun akibat merokok. Hal tersebut
berpengaruh terhadap peningkatan jumlah bakteri anaerob dalam rongga
mulut.Penurunan fungsi antibodi saliva, disertai dengan meningkatnya
jumlah bakteri anaerob rongga mulut, menimbulkan rongga mulut rentan

11
terserang infeksi.Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis(ANUG)
merupakan salah satu lesi yang muncul akibat infeksi bakteri anaerob.

Pengaruh Rokok terhadap pH Saliva


Merokok dapat mempengaruhi fisiologis dari rongga mulut. Dalam
jangka waktu yang lama hal tersebut akan menyebabkan kurangnya
sensitivitas dan perubahan reseptor indra perasa dan lama-kelamaan akan
menyebabkan supresi pada refleks saliva. Orang dengan kebiasaan merokok
mengalami perubahan nilai derajat keasaman (pH) saliva. Sebuah penelitian
menyatakan bahwa merokok dapat menyebabkan pH saliva menjadi lebih
asam.

Pada orang normal saliva memiliki peran sebagai pelindung


basaantara lapisan mulut dan toksin (Ahmedet al., 2010).Kapasitas
buffersaliva juga merupakan faktor penting dalam pemeliharaan pH saliva
dan remineralisasi gigi. Kapasitas buffersaliva pada dasarnya tergantung
pada konsentrasi bikarbonat yang berkorelasi dengan laju aliran saliva
karena jika terjadi penurunan laju aliran saliva maka kapasitas bufferakan
menurun juga (Palomares et al., 2004).
Sebuah penelitian menunjukan bahwa merokok dapat mempengaruhi
fisiologis dari dari saliva. Hal tersebut berpengaruh karena merokok dapat
menghancurkan molekul dalam saliva yang berguna dalam melindungi
rongga mulut. Dalam penelitian tersebut juga menyatakan bahwa merokok
dapat memperpendek kehidupan seseorang sebesar enammenit setiapbatang
rokok (Ahmedet al.,2010). Merokok juga dapat menurunkan sekresi
kapasitas bufferdalam saliva. Penurunan kapasitas bufferakan diikuti
penurunan pH saliva. Hipofungsi dari saliva dapat menimbulkan penyakit
kandidiasis dan karies gigi. Pada hipersalivasi akan
menimbulkanPtyalism(Rosen, 2001).
Teori yang dibuat oleh Ghulam Jillani Khan, et al.(2010)
menyatakan bahwa asaprokok yang menyebar ke seluruh bagian rongga

12
mulut dan reseptor rasa terkena paparan terus-menerus. Jika hal tersebut
berlangsung dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan kurangnya
sensitivitas dan perubahan reseptor dari indra perasa dan lama-kelamaan
akan menyebabkan supresi pada refleks saliva. Perubahan respon reseptor
rasa dapat berdampak pada perubahan laju aliran saliva.
Laju aliran saliva yang telah dijelaskan sebelumnya sangat
berpengaruh pada nilai pH saliva. Penurunan laju aliran saliva akan
menyebabkan komponen anorganik juga akan menurun sehingga
mengakibatkan turunnya pH saliva (Almeidaet al., 2008). Perubahan
pHsaliva dapat mempengaruhi fungsi dari saliva itu sendiri. Fungsi saliva
yang paling berpengaruh yaitu fungsinya dalam kebersihan rongga mulut
dan sebagai antimikroba (Guyton dan Hall, 2006).

13
BAB 4

KESIMPULAN

Saliva merupakan salah satu dari cairan di rongga mulut yang


diproduksi dan diekskresikan oleh kelenjar saliva dan dialirkan ke dalam
rongga mulut melalui suatu saluran. Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi sekresi saliva diantaranya keadaan fisiologis, pengunaan
obat obatan, usia, dll.

Pengaruh rokok terhadap saliva ini dapat menyebabkan perubahan


vaskularisasi dan sekresi saliva karena panas yang ditimbulkan akibat
pembakaran rokok dapat mengiritasi mukosa mulut secara langsung.

14
DAFTAR PUSTAKA

Almeida, P.D.V., Grgio, A.M.T., Machado, M.A.N., Lima, A.A.S.,


Azevedo, L.R., 2008. Saliva Composition and Functions: A Comprehensive
Review. The Journal of Contemporary Dental Practice. Volume 9 (3): 72-
08.

Azhari, Muhammad Alwin dkk. 2015. Enzim pencernaan. Bogor : Dept


Biokomia FMIPA IPB

Guyton dan Hall. 2006. Textbook of Medical Physiology Eleventh Edition.


Philadelphia: Elsevier Inc.

Kidd, Edwina AM dan Bechal, Sally Joyston. 2012. Dasar dasar karies,
penyakit dan pencegahannya. Jakarta : EGC

Kohlmann, F.J., 2003. What is pH and How is It Measured. Diakses dari


www.vertmarkets.com pada tanggal 20 November 2012.
Meurman J H,Ranofenen P et al.Salivary albumin and other constituents and
their relation to oral and general health in the elderly.OOO ,2002;94;432-8

Obradovic. Smoking and periodontal review. Medical and Biology 2007.


14: 53-59.
Pederson, A.M., Bardow, A., Jensen, S.B., Nauntofte, B., 2002. Saliva and
Gastrointestinal Function of Taste, Mastication, Swallowing and Digestion.
Oral Diseases 8. 117-129.
Pejcic A., Obradovic R., Kesic L., and Kojovic D. Smoking and periodontal
disease: A review. Medicine and Biology 2007. 14(2): 53 9.
Revianti S. Pengaruh Radikal Bebas pada Rokok terhadap Timbulnya
Kelainan di Rongga Mulut. DENTA Jurnal Kedokteran Gigi FKG-UHT
2007. 1(2) : 85-9.

15

Anda mungkin juga menyukai

  • Klinik Pratama
    Klinik Pratama
    Dokumen39 halaman
    Klinik Pratama
    Nadya Indah Permataningrum
    Belum ada peringkat
  • Laporan Tutorial Kurhap 2
    Laporan Tutorial Kurhap 2
    Dokumen15 halaman
    Laporan Tutorial Kurhap 2
    Nadya Indah Permataningrum
    Belum ada peringkat
  • CAVING GIGI DARI GYPSUM
    CAVING GIGI DARI GYPSUM
    Dokumen12 halaman
    CAVING GIGI DARI GYPSUM
    Nadya Indah Permataningrum
    Belum ada peringkat
  • Infeksi Odontogen
    Infeksi Odontogen
    Dokumen1 halaman
    Infeksi Odontogen
    Nadya Indah Permataningrum
    Belum ada peringkat
  • Laporan
    Laporan
    Dokumen44 halaman
    Laporan
    Nadya Indah Permataningrum
    Belum ada peringkat
  • Makalah Tumor Ganas
    Makalah Tumor Ganas
    Dokumen2 halaman
    Makalah Tumor Ganas
    Nadya Indah Permataningrum
    Belum ada peringkat
  • Restorasi Rigid
    Restorasi Rigid
    Dokumen30 halaman
    Restorasi Rigid
    Nadya Indah Permataningrum
    Belum ada peringkat
  • Skenario 1 Fix
    Skenario 1 Fix
    Dokumen21 halaman
    Skenario 1 Fix
    Nadya Indah Permataningrum
    Belum ada peringkat
  • Laporan
    Laporan
    Dokumen44 halaman
    Laporan
    Nadya Indah Permataningrum
    Belum ada peringkat
  • ABRASIF
    ABRASIF
    Dokumen14 halaman
    ABRASIF
    Nadya Indah Permataningrum
    Belum ada peringkat
  • Makalah Tumor Ganas
    Makalah Tumor Ganas
    Dokumen2 halaman
    Makalah Tumor Ganas
    Nadya Indah Permataningrum
    Belum ada peringkat
  • Gypsum
    Gypsum
    Dokumen14 halaman
    Gypsum
    Nadya Indah Permataningrum
    Belum ada peringkat
  • Laptut Isi
    Laptut Isi
    Dokumen35 halaman
    Laptut Isi
    Nadya Indah Permataningrum
    Belum ada peringkat
  • Laporan
    Laporan
    Dokumen15 halaman
    Laporan
    Nadya Indah Permataningrum
    Belum ada peringkat
  • Learning Objectiven Sken 1 Lo Menkes
    Learning Objectiven Sken 1 Lo Menkes
    Dokumen15 halaman
    Learning Objectiven Sken 1 Lo Menkes
    Nadya Indah Permataningrum
    Belum ada peringkat
  • Laptut Isi
    Laptut Isi
    Dokumen35 halaman
    Laptut Isi
    Nadya Indah Permataningrum
    Belum ada peringkat
  • BIODOK
    BIODOK
    Dokumen7 halaman
    BIODOK
    Nadya Indah Permataningrum
    Belum ada peringkat
  • Laporan Konser
    Laporan Konser
    Dokumen1 halaman
    Laporan Konser
    Nadya Indah Permataningrum
    Belum ada peringkat
  • LAPORAN
    LAPORAN
    Dokumen5 halaman
    LAPORAN
    Nadya Indah Permataningrum
    Belum ada peringkat
  • Laporan
    Laporan
    Dokumen15 halaman
    Laporan
    Nadya Indah Permataningrum
    Belum ada peringkat
  • LAPORAN
    LAPORAN
    Dokumen20 halaman
    LAPORAN
    Nadya Indah Permataningrum
    Belum ada peringkat
  • Fisiologi
    Fisiologi
    Dokumen12 halaman
    Fisiologi
    Nadya Indah Permataningrum
    Belum ada peringkat
  • Laporan Tutorial Kurhap 2
    Laporan Tutorial Kurhap 2
    Dokumen15 halaman
    Laporan Tutorial Kurhap 2
    Nadya Indah Permataningrum
    Belum ada peringkat
  • Laporan Tutorial Kurhap 2
    Laporan Tutorial Kurhap 2
    Dokumen15 halaman
    Laporan Tutorial Kurhap 2
    Nadya Indah Permataningrum
    Belum ada peringkat
  • Laporan Tutorial Kurhap 2
    Laporan Tutorial Kurhap 2
    Dokumen15 halaman
    Laporan Tutorial Kurhap 2
    Nadya Indah Permataningrum
    Belum ada peringkat
  • Laporan Konser
    Laporan Konser
    Dokumen1 halaman
    Laporan Konser
    Nadya Indah Permataningrum
    Belum ada peringkat