Visum Et Repertum 1
Visum Et Repertum 1
Jawab:
Visum Et Repertum adalah keterangan (laporan) tertulis yang dibuat oleh seorang dokter atas
permintaan penyidik tentang apa yang dilihat dan ditemukan terhadap manusia, baik hidup
atau mati ataupun bagian atau diduga bagian dari tubuh manusia berdasarkan keilmuannya
untuk kepentingan peradilan.
Pengertian Visum et Repertum adalah suatu keterangan dokter tentang apa yang dilihat dan
ditemukan di dalam melakukan pemeriksaan tentang orang yang luka atau terhadap mayat
yang merupakan keterangan tertulis. (R. Atang Ranoemihardja, 1991: 18)
Jawab:
1. Visum seketika adalah visum yang dibuat seketika oleh karena korban tidak
memerlukan tindakan khusus atau perawatan dengan perkataan lain korban
mengalami luka - luka ringan
2. Visum sementara adalah visum yang dibuat untuk sementara berhubung korban
memerlukan tindakan khusus atau perawatan. Dalam hal ini dokter membuat visum
tentang apa yang dijumpai pada waktu itu agar penyidik dapat melakukan penyidikan
walaupun visum akhir menyusul kemudian
3. Visum lanjutan adalah visum yang dibuat setelah berakhir masa perawatan dari
korban oleh dokter yang merawatnya yang sebelumnya telah dibuat visum sementara
untuk awal penyidikan. Visum tersebut dapat lebih dari satu visum tergantung dari
dokter atau rumah sakit yang merawat korban.
(Idries: 2009)
(Abdussalam: 2006)
Pemeriksaan luar jenazah yang berupa tindakan yang tidak merusak keutuhan jaringan
jenazah secara teliti dan sistematik.
Pemeriksaan dalam atau bedah jenazah, pemeriksaan secara menyeluruh dengan
membuka rongga tengkorak, leher, dada, perut, dan panggul. Kadangkala dilakukan
pemeriksaan penunjang yang diperlukan seperti pemeriksaan histopatologi, toksikologi,
serologi, dan sebagainya.
(M. Rintongga: 2011)
Visum et repertum oleh dokter forensik, dokter umum, dokter spesialis, dokter sipil,
militer, dokter pemerintah/swasta agar memperoleh bantuan yang maksimal maka perlu
diperhatikan dua hal yaitu: spesialis perlu disesuaikan kasusnya dan fasilitasnya. (LKUI:
1980)
1. Berdasarkan KUHAP Pasal 133 ayat 1 yang berhak membuat visum yaitu
Ahli kedokteran kehakiman
Dokter atau ahli lainnya
Hal tersebut sesuai dengan pasal 133 KUHAP yang berbunyi:
Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,
keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia
berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau
dokter dan atau ahli lainnya.
(Dedi Afendi: 2010)
1. Penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia tertentu yang sekurang-
kurangnya berpangkat Pembantu Letnan Dua Polisi (P.P.R.I. No.27 Th 1983)
2. Dalam hal di suatu sektor kepolisian tidak ada pejabat penyidik sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) huruf a, maka Komandan Sektor Kepolisian yang berpangkat Bintara di
bawah Pembantu Letnan Dua Polisi, karena jabatannya adalah penyidik
3. Penyidik Pembantu adalah :
4. Pejabat kepolisian Negara Republik Indonesia tertentu sekurangkurangnya berpangkat
Sersan Dua Polisi
5. Dalam perkara perdata, hakim perdata dapat minta sediri
6. Dalam perkara agama, hakim agama dapat minta sendiri (undang-undang No.1 Th 1970
pasal 10)
7. Dalam hal orang yang luka atau mayat itu seorang anggota ABRI maka untuk meminta
Visum Et Repertum hendaknya menghubungi polisi militer setempat dari kesatuan si
korban (instruksi Kapolri No.Pol:Ins/P/20/IX/74
Menurut Ahmad Rahmawan, 2009, yang berhak meminta visum adalah sebagai berikut.
(1) Penyidik, sesuai dengan pasal I ayat 1, yaitu pihak kepolisian yang diangkat negara untuk
menjalankan undang-undang
(2) Di wilayah sendiri, kecuali ada permintaan dari Pemda Tk II.
(3) Tidak dibenarkan meminta visum pada perkara yang telah lewat.
(4) Pada mayat harus diberi label, sesuai KUHP 133 ayat C
Jawab:
(2) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik
luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak
pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kedokteran kehakiman
atau dokter dan atau ahli lainnya.
(1) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilakukan secara 1
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
2. KUHAP pasal 6
Visa reperta seorang dokter yang dibuat baik atas sumpah dokter yang diucapkan pada waku
menamatkan pelajaran di Negeri Belanda atau di Indonesia, maupun atas sumpah khusus
dalam pasal 2, mempunyai daya bukti yang sah dalam perkara pidana, selama Visa reperta
tersebut berisi keterangan mengenai hal yang dilihat dan ditemukan pada benda yang
diperiksa.
a. Keterangan saksi. Keterangan saksi agar dapat menjadi alat bukti yang sah harus
memenuhi beberapa persyaratan yaitu:
a. Keterangan saksi yang diberikan harus diucapkan diatas sumpah, hal ini diatur dalam Pasal
160 ayat (3) KUHAP.
b. Keterangan saksi yang diberikan dipengadilan adalah apa yang saksi lihat sendiri, dengar
sendiri dan dialami sendiri oleh saksi. Hal ini diatur dalam Pasal 1 angka 27 KUHAP.
c. Keterangan saksi harus diberikan di sidang pengadilan, hal ini sesuai dalam Pasal 185 ayat
(1) KUHAP.
d. Keterangan seorang saksi saja dianggap tidak cukup, agar mempunyai kekuatan pembuktian
maka keterangan seorang saksi harus ditambah dan dicukupi dengan alat bukti lain. Hal ini
sesuai dengan Pasal 185 ayat (2)KUHAP.
e. Keterangan para saksi yang dihadirkan dalam sidang pengadilan mempunyai saling
hubungan atau keterkaitan serta saling menguatkan tentang kebenaran suatu
keadaan atau kejadian tertentu, hal ini sesuai dengan Pasal 185 ayat (4) KUHAP.
b. Keterangan ahli
c. Surat
d. Petunjuk
e. Keterangan terdakwa
5. KUHAP Pasal 186
Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan
6. KUHAP Pasal 187
Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya mengenai
sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi kepadanya.
Jawab:
Jawab:
Visum et repertum adalah salah satu alat bukti yang sah sebagaiman tertulis dalam
pasal 184 KUHP, visum et repertum turut berperan dalam:
Jawab:
1. Pro justisia, pada bagian atas, untuk memenuhi persyaratan yuridis, pengganti
materai.
2. Visum et repertum, menyatakan jenis dari barang bukti atau pengganti barang bukti
3. Pendahuluan, memuat identitas dokter pemeriksa pembuat visum et repertum,
identitas peminta visum et repertum, saat dan tempat dilakukanya pemeriksaan dan
identitas barang bukti (manusia), sesuai dengan identitas yang tertera di dalam surat
permintaan visum et repertum dari pihak penyidik dan lebel atau segel
4. Pemberitaan atau hasil pemeriksaan, memuat segala sesuatu yang di lihat dan
ditemukan pada barang bukti yang di periksa oleh dokter, dengan atau tanpa
pemeriksaan lanjutan (pemeriksaan laboratorium), yakni bila dianggap perlu, sesuai
dengan kasus dan ada tidaknya indikasi untuk itu
5. Kesimpulan, memuat inti sari dari bagian pemberitaan atau hasil pemeriksaan, yang
disertai dengan pendapat dokter yang bersangkutan sesuai dengan pengetahuan dan
pengalaman yang dimilikinya
6. Penutup, yang memuat pernyataan bahwasanya visum et repertum tersebut dibuat
atas sumpah dokter dan menurut pengetahuan yang sebaik-baiknya dan sebenar-
benarnya
INFORMED CONSENT
1. Apa itu informed consent?
Jawab:
Dalam UUPK tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran dan Kedokteran Gigi, informasi atau
penjelasan ini dinyatakan bahwa dalam memberikan penjelasan sekurang-kurangnya
mencakup:
Jawab:
Keputusan Medik adalah suatu hasil penalaran (reasoning) yang diikuti suatu tindakan
(action) dengan harapan (prediksi) suatu hal yang ingin dicapai.
1. Kompetensi dokter
2. Hak dan kewajiban dokter
3. Etika kedokteran
4. UU praktik kedokteran
5. Evidence Based Medicine
(Hardjosastro, D. : 2006)
Jawab:
1. Indikasi medik
2. Pilihan pasien
3. Kualitas hidup
4. Gambaran kontekstual
(Hardjosastro, D : 2006 )
RUJUKAN
1. Apa itu rujukan?
Jawab:
Rujukan adalah upaya melimpahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan kasus
penyakit yang sedang ditangani oleh seorang dokter kepada dokter lain yang sesuai. Rujukan
Medis merupakan Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab untuk masalah kedokteran.
Jawab:
Adapun tujuan dari rujukan medis yaitu untuk menyembuhkan penyakit dan atau memulihkan
status kesehatan pasien. Rujukan Kesehatan merupakan Pelimpahan wewenang &
tanggungjawab untuk masalah kesehatan masyarakat.Adapun tujuan rujukan kesehatan adalah
untuk meningkatkan derajat kesehatan dan ataupun mencegah penyakit yang ada di
masyarakat.
Jawab:
5. Apa yang harus diperhatikan dalam merujuk pasien ke rumah sakit lain?
Jawab: Menurut Pasal Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta No. 59 tahun
2012, syarat rujukan adalah:
1. Pembuat rujukan:
a) Pembuat rujukan harus:
Mempunyai kompetensi dan wewenang merujuk;
Mempunyai kompetensi dan wewenang sasaran / tujuan rujukan;
Mengetahui kondisi serta kebutuhan objek rujukan.
SUMPAH DOKTER
1. Lafal Sumpah Hippokrates
Sumpah Hippokrates jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia berbunyi sebagai
berikut.
a) Saya bersumpah demi Apollo dewa penyembuh, dan Aesculapius, dan Hygeia,
dan Panacea, dan semua dewa-dewa sebagai saksi, bahwa sesuai dengan
kemampuan dan pikiran saya, saya akan mematuhi janji-jani berikut ini.
b) Saya akan memperlakukan guru yang telah mengajarkan ilmu ini dengan pnuh
kasih sayang sebagaimana terhadap orang tua saya sendiri, jika perlu akan saya
bagikan harta saya untuk dinikmati bersamanya
c) Saya akan memperlakukan anak-anaknya sebagai saudara kandung saya dan saya
akan mengajarkan ilmu yang telah diperoleh dari ayahnya, kalau mereka
memang mau mempelajarinya, tanpa imbalan apapun
d) Saya akan meneruskan ilmu pengetahuan ini kepada anak-anak saya sendiri, dan
kepada anak-anak guru saya, dan kepada mereka yang telah mengingkatkan diri
dengan janji dan sumpah untuk mengabdi kepada ilmu pengobatan, dan tidak
kepada hal-hal lainnya
e) Saya akan mengikuti pengobatan yang mengikuti pengetahuan dan kemampuan
saya akan membawa kebaikan bagi pasien, dan tidak akan merugikan siapa pun
f) Saya tidak akan memberikan obat yang mematikan kepada siapa pun meskipun
diminta, atau menganjurkan kepada mereka untuk tujuan itu. Atas dasar yang
sama, saya tidak akan memberikan obat untuk menggurkan kandungan
g) Saya ingin menempuh hidup yang saya baktikan kepada ilmu saya ini dengan
tetap suci dan bersih
h) Saya tidak akan melakukan pembedahan terhadap seseorang, walaupun ia
menderita penyakit batu, tetapi akan menyerahkannya kepada mereka yang
berpengalaman dalam pekerjaan ini
i) Rumah siapa pun yang saya masuki, kedatangan saya itu saya tujukan untuk
kesembuhan yang sakit dan tanpa niat-niat buruk atau mencelakakan, dan lebih
jauh lagi tanpa niat membuat cabul terhadap wanita ataupun pria, baik merdeka
maupun hamba sahaya
j) Apapun yang saya dengar ataupun lihat tentang kehidupan seseorang yang tidak
patut untuk disebarluaskan, tidak akan saya ungkapkan karena saya harus
merahasiakannya
k) Selama saya tetap mematuhi sumpah saya ini, izinkanlah saya menikmati hidup
dalam mempraktikkan ilmu saya ini, dihormati oleh semua orang, di sepanjang
waktu! Akan tetapi, jika sampai saya mengkhianati sumpah saya ini, balikkanlah
nasib saya