Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEBIDANAN

PADA AN W USIA 6 TAHUN DENGAN ISPA


DI DESA DUDUK LOR KECAMATAN NGLAGAH KABUPATEN
LAMONGAN

DISUSUN OLEH :
EKA FURIYANTI
NIM. 121410006

UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN


PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2016-2017
LEMBAR PENGESAHAN

Setelah dilakukan Asuhan Kebidanan Anak pada AnW, yaitu :


Nama : An. W
Dx : AN W USIA 6 TAHUN DENGAN ISPA
Tempat : Dsn. Duduk Lor Kec. Nglagah

Dengan persetujuan pembimbing, maka dengan ini mengesahkan Asuhan Kebidanan yang
disusun oleh :
Nama : EKA FURIYANTI
NIM : 121410006
Semester : IV (Empat)
Judul : ASUHAN KEBIDANAN PADA An. W Usia 6 Tahun Dengan Ispa

Diajukan dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan Praktek Kerja


Lapangan di Dsn. Duduk Lor kec.Nglagah Lamongan, yang dilakukan oleh mahasiswa
program studi D-III Kebidanan Universitas Islam Lamongan pada tanggal 10 Agustus
2016

Mahasiswa Praktek

EKA FURIYANTI
NIM 121410006

Mengetahui

Direktur Program Studi Pembimbing Akademik


DIII Kebidanan UNISLA DIII Kebidanan UNISLA

IDA SUSILA,S.ST,M.Kes Hj.EKA SAROFAH, S.ST,M.Kes


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang mana telah melimpahkan
Rahmat, Taufik, serta Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul Asuhan Kebidanan Pada An.W Usia 6 tahun dengan ISPA . Askeb ini
dibuat untuk memenuhi tugas dari Praktek Kerja Lapangan dalam rangkaian Program Studi
DIII Kebidanan Universitas Islam Lamongan.
Dalam penyusunan ini, penyusun berusaha dan berupaya semaksimal mungkin
untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan logika dan prinsip ilmiah yang telah kami
peroleh selama dalam pendidikan. Tanpa terlepas dari bimbingan dan arahan, dukungan
serta bantuan dari berbagai pihak untuk itu penyusun mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya, terutama kepada yang terhormat :
1. Kedua orang tua yang selalu senantiasa memberikan dukungannya sehinga askeb ini
bisa terselesaikan dengan tepat waktunya
2. Ibu Ida susila,S.ST,M.Kes selaku Direktur Program studi DIII Kebidanan UNISLA
3. Ibu Fitri Ikhtiarina,S.ST,M.Kes selaku ketua program studi DIII Kebidanan UNISLA
4. Ibu Hj.Eka Sarfah,S.ST,M.Kes selaku Dosen pembimbing dalam Praktek Kerja
Lapangan Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Hal ini disebabkan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Untuk itu kritik
dan saran dari berbagai pihak sangat penulis harapkan guna perbaikan dan kekurangan
yang ada.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan bagi penulis
khususnya.

Lamongan, Agustus 2016

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

ISPA adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia


mulai organ hidung hingga alveoli beserta organ seperti sinus-sinus rongga telinga
tengah dan pleura dan berkembang biak yang berlangsung sampai dengan 14 hari
(DepkesRI, 1996 : 4).

ISPA dapat disebabkan oleh virus, bakteri maupun riketsia, infeksi bakterial.
Penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptokokus, Pnemokokus, Hemofilus,
Bordetella dan Korinebakterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan
miksovirus, Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus.
1.2. TUJUAN
1.2.1. Tujuan Umum
Selama Praktek Kerja Lapangan diharapkan mahasiswa dapat mengambil
pengalaman yang berharga dari kegiatan tersebut. Dengan melakukan Asuhan
Kebidanan kepada klien sesuai dengan teori yang ada dan kenyataan sehingga
dalam pembuatan makalah Asuhan Kebidanan dapat berlangsung dengan
baik.
1.2.2. Tujuan Khusus
a) Melakukan pengkajian data yang di dapat dari data sunjektif dan objektif
b) Mengidentifikasi diagnosa, masalah dan kebutuhan.
c) Mengantisipasi masalah yang dapat terjadi dan cara penanganannya
d) Identifikasi kebutuhan dan tindakan segera.
e) Melakukan Intervensi
f)Melakukan Implementasi.
g) Mengevaluasi

1.3. RUANG LINGKUP


Dalam Asuhan Kebidanan Komunitas ini membahas tentang Asuhan
Kebidanan dengan ISPA.

1.4. PELAKSANAAN
Pengumpulan data di laksanakan di BPS (Dsn.Duduk Lor,Kec.Nglagah Kab.
Lamongan) yang di laksanakan pada tanggal 01 21 Agustus 2016.
BAB II
LANDASAN TEORI

1. Konsep Dasar Medis


1.1 Pengertian
1.1.1 ISPA adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang
disebabkan oleh infeksi jasad renik bakteri, virus maupun riketsia tanpa
disertai radang parenkim paru.
ISPA adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia
mulai organ hidung hingga alveoli beserta organ seperti sinus-sinus
rongga telinga tengah dan pleura dan berkembang biak yang berlangsung
sampai dengan 14 hari (Depkes RI,
1996 : 4).
1.2 Etiologi
ISPA dapat disebabkan oleh virus, bakteri maupun riketsia, infeksi bakterial.
Penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptokokus, Pnemokokus,
Hemofilus, Bordetella dan Korinebakterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah
golongan miksovirus, Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma,
Herpesvirus, dll.
1.3 Patogenesis
Syndrom Imotil pengobatan dengan O2 Terapi stostatika radiasi, Px
konsentrasi asap rokok gas O2 Neoplasma ganas

Lapisan mucosa Me kemampuan lg A


dengan silia magrofak untuk
terganggu membunuh bakteri Daya tahan tubuh

Penyempitan saluran nafas

Sekret menumpuk Bakteri, virus, Infeksi saluran nafas (alveoli)


riketsra menumpuk
Gangguan pertukaran Sesak nafas
Ketidakefektifan
jalan nafas s/d Gangguan pola Gangguan rasa
penumpukan sekret tidur b/d dengan nyaman b/d
yang berlebih sering terbangun sesak nafas
sekunder akibat
gangguan
pernafasan

Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar sehingga
dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif dan efisien dari sistem saluran
pernafasan ini.
Ketahanan saluran pernafasan terhadap infeksi maupun partikel dangas yang ada di
udara sangat tergantung pada 3 unsur alamiah yang selalu terdapat pada orang sehat
yaitu :
1. Utuhnya epitel mukosa dan gerak mukosilia.
2. Makrofag alveoli
3. Antibodi setempat
Sudah menjadi suatu kecenderungan bahwa terjadinya infeksi bakterial, mudah terjadi
pada saluran nafas yang telah rusak, sel-sel epitel mukosanya yang disebabkan oleh
infeksi-infeksi yang terdahulu :
Keutuhan gerak lapisan mukosa dan silia dapat terganggu oleh karena :
1. Asap rokok dan gas SO2 Polutan utama adalah pencemaran udara
2. Sindroma Imotil
3. Pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25% atau lebih)
Makrofag biasanya banyak terdapat di alveoli dan baru akan di mobilisasi ke tempat-
tempat dimana terjadi infeksi. Asap rokok menurunkan kemampuan makrofag
membunuh bakteri, sedang alkohol menurunkan sel-sel ini.
Antibodi setempat pada saluran nafas adalam lg A yang banyak terdapat infeksi
saluran pernafasan seperti pada keadaan defisiens lg A pada anak. Mereka dengan
keadaan-keadaan imunodefesiensi juga akan mengalami hal yan serupa seperti halnya
pederita-penderita yang mendapat terapi sitotatik, radiasi, penderita dengan neoplasma
yang ganas.
Gambaran klinik radang oleh karena infeksi sangat tergantung pada :
Karakteristik inokulum
Daya tahan tubuh
Umur seseorang
- Karakteristik inokulum sendiri terdiri dari besarnya aerosol, tingkat jasad renik dan
besarnya (jumlah) jasad renik yang masuk.
- Daya tahan tubuh telah disebut di depan terdiri dari utuhnya sel epitel mukosa dan
gerak mukosilia, makrofag, alveoli dan Ig A
- Umur punya pengaruh besar terutama pada ISPA saluran pernafasan bawah anak
dan bayi akan memberikan gambaran klnik yang lebih jelek bila dibandigkan
dengan orang dewasa terutama penyakit-penyakit yang disebabkan oleh infeksi
pertama karena virus pada mereka ini tampak lebih berat karena belum diperoleh
kekebalan alamiah. Pada orang dewasa mereka memberikan gambaran klinik yang
ringan sebab telah terjadi kekebalan yang diberikan oleh infeksinya yang terdahulu.
Penyebaran infeksi
Pada ISPA dikenal 3 cara yaitu :
1. Melalui aerosol yang lembut terutama oleh karena batuk-batuk.
2. Melalui aerosol yang lebih kasar, terjadi pada waktu batuk dan berssin.
3. Melalui kontak langsung atau tidak langsung dari benda-benda yang telah dicemari
jasad renik.
Pada infeksi virus transmisi diawali dengan penyebaran virus terutama melalui bahan
sekresi hidung virus ISPA terdapat 10 100 kali lebih banyak dalam mukosa hidung
daripada mukosa faring, dari beberapa penelitian klinik, labolatorium, maupun di
lapangan diperoleh kesimpulan bahwa sebenarnya kontak hand to hand merupakan
modus yang terbesar bila dibandingkan dengan cara penularan aerogen yang semula
banyak diduga.
1.4 Klasifikasi penyakit
1.4.1 Umur 2 bulan sampai < 5 tahun
1) Pneumonia berat, 2) Pneumonia, 3) Bukan Pneumonia
1.4.2 Umur kurang 2 bulan
1) Pneumonia berat, 2) Bukan Pneumonia
1.5 Gejala
1.5.1 Umur 2 bulan sampai < 5 tahun
1) Pneumonia berat : tarikan dinding dada kedalam
2) Pneumonia
(1) Tak ada tarikan dinding dada ke dalam
(2) Nafas cepat
- 2 bulan sampai < 12 bulan kurang lebih 50 kali permenit
- 1 sampai < 5 tahun kurang lebih 40 kali permenit
3) Bukan pneumonia
(1) Tidak ada tarikan dinding dada kedalam
(2) Tidak ada nafas cepat
- 12 bulan sampai < 5 tahun kurang 40 kali permenit
- 1 sampai < 5 tahun kurang 40 kali permenit
1.5.2 Umur kurang 2 bulan
1) Bukan pneumonia
(1) Tidak ada nafas cepat : kurang 60 kali permenit
(2) Tidak ada tarikan dinding dada dalam
2) Pneumonia berat
(1) Nafas cepat : kurang lebih 60 kali permenit
(2) Tarikan dinding kedalam kuat
1.6 Penentuan ada tidaknya bahaya
1.6.1 Tanda bahaya umur 2 bulan sampai < 5 tahun ialah :
1) Tidak bisa minum, 2) kejang, 3) kesadaran menurun, 4) stridor,
5) gizi buruk
(Anak yang mempunyai salah satu tanda bahaya diatas harus segera dirujuk
ke rumah sakit)
1.6.2 Tanda bahaya umur kurang 2 bulan adalah
1) Kurang bisa minum, 2) kejang, 3) kesadaran menurun, 4) stridor
1.7 Penatalaksanaan
1.7.1 Umur 2 bulan sampai < 5 tahun
1) Bukan Pneumonia
(1) Bila batuk > 30 hari rujuk, 2) obati penyakit lain bila ada,
3) nasehati untuk perawatan di rumah, 4) bila ada wheezing obati, 5)
kunjungan ulang 5 hari bila tidak ada perubahan.
2) Pneumonia
(1) Nasehati ibu untuk perawatan di rumah
(2) Beri antibiotik (kotrimoksasol) selama 5 hari
- < 2 bulan : 2 kali 1/8 tablet
- 2 bulan - < 6 bulan : 2 kali tablet
- 6 bulan - < 3 tahun : 2 kali tablet
- 3 tahun - < 5 tahun : 2 kali 1 tablet
(3) Anjurkan ibu untuk kontrol 2 hari atau lebih cepat bila keadaan
memburuk
(4) Bila demam beri parasetamol
- 2 bulan - < 6 bulan : 4 kali 1/8 tablet
- 6 bulan - < 3 tahun : 4 kali tablet
- 3 tahun - < 5 tahun : 4 kali tablet
(5) bila wheezing, obati
3) Pneumonia berat
(1) Rujuk segera ke sarana rujukan, 2) beri antibiotika satu dosis bila sarana
rujukan jauh, 3) bila demam obati, 4) bila wheezing obati.
4) Periksa dalam 2 hari anak yang diberi antibiotika
(1) Tanda membaik
- Nafasnya lebih lambat
- Panasnya turun
- Nafsu makan membaik
- Tindakan : teruskan pemberian antibiotika sampai 5 hari
(2) Tanda tidak berubah
- Tindakan : ganti antibiotika atau rujuk ke sarana rujukan
(3) Tanda memburuk
- Tidak dapat minum
- Ada tarikan dinding dada
- Ada tanda bahaya
- Tindakan : kirim segera ke sarana rujukan
1.7.2 Umur kurang 2 bulan
1) Bukan pneumonia
(1) Beri nasehat perawatan di rumah
- Jaga agar bayi tidak kedinginan
- Teruskan pemberian ASI dan beri ASI lebih sering
- Bersihkan hidung bila tersumbat
(2) Anjurkan ibu untuk kembali kontrol, bila :
- Keadaan bayi memburuk
- Nafas menjadi cepat
- Bayi sulit bernafas
- Bayi sulit untuk minum
2) Pneumonia berat
(1) Kirim segera ke sarana rujukan
(2) Beri antibiotika satu dosis
1.7.3 Pengobatan wheezing
1) Wheezing serangan pertama
(1) Dengan distres pernafasan, beri bronkodilator kerja cepat : epinefrin
(adrenalin) Subkutan 1 : 1000 = 0,1% dengan dosis ml per kg (gunakan
seprit BCG)
(2) Tanpa distres pernafasan, beri salbutanol selama 5 hari
- 2 bl - < 12 bl (< 10 kg), dosis 2 mg 3 kali tablet
- 1 th 5 th (10 19 kg), dosis 2 mg 3 kali 1 tablet
2) Wheezing yang berulang
(1) Beri bronkodilator kerja cepat
(2) Periksa 30 meni kemudian, bila :
- Ada distres pernafasan atau tanda bahaya : obati sebagai pneumonia
berat (rujuklah ke sarana kesehatan).
- Tanpa distress pernafasan dengan : nafas cepat, obati sebagai
pneumonia (beri obat salbutamol oral dan antibiotik peroral). Tanpa
nafas cepat, obati sebagai bukan pneumonia (beri obat salbutamol
oral).
1.8 Pencegahan
Keadaan gizi dan status lingkungan sangat berpengaruh terhadap pencegahan
ISPA :
1.8.1 Mengusahakan agar anak mempunyai gizi baik
1.8.2 Mengusahakan kekebalan anak dengan imunisasi
1.8.3 Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
1.8.4 Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
1.8.5 Pengobatan segera
1.9 Dampak ISPA
1.9.1 Pengurangan absorbsi makanan
1.9.2 Kehilangan nutrisi air
1.9.3 Pengurangan masukan makanan akibat anoreksia
1.9.4 Peningkatan kebutuhan metabolic
1.10 Perawatan ISPA di Rumah
1.10.1Pemberian Makanan
1) Berilah makanan secukupnya selama sakit
2) Berilah makanan sedikit-sedikit dan sesering mungkin hila anak muntah
3) Tambahlah jumlah makanan bila nak sembuh
1.10.2Pemberian cairan
1) Berilah anak minuman lebih banyak dari biasanya
2) Tingkatkan pemberian air susu ibu
1.10.3Bersihkan ingus anak agar tidak mengganggu pernafasan
1.10.4Pemberian obat pereda batuk
Berilah obat batuk yag aman dan sederhana (misalnya : campuran sendok air
jerul nipis dengan sendok madu, diberikan 3 kali sehari).
1.10.5Amatilah tanda-tanda penyakit bertambah berat, seperti :
1) Sesak nafas, 2) nafas menjadi cepat, 3) anak tidak mampu minum (Bawalah
segera ke petugas kesehatan bila di dapat tanda-tanda penyakit menjadi
lebih berat
BAB III
TINJAUAN KASUS
PADA ANW USIA 6 TAHUN DENGAN ISPA
DI DESA DUDUK LOR KECAMATAN NGLAGAH KABUPATEN LAMONGAN

I. PENGKAJIAN DATA
Tanggal : 10 Agustus 2016 Jam: 09.10 Wib
A. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
Nama anak : An W
Tanggal lahir : 06-03-2010
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 6 tahun
Alamat : Dsn.Duduk Lor

Nama Istri : Ny F Nama Suami : Tn M


Umur : 30 thn Umur : 36 Thn
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : Smp
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Dsn.Duduk Lor Alamat : Dsn.Duduk Lor

2. Keluhan Utama :
Ibu mengatakan anaknya panas, batuk dan pilek.

3. Riwayat Penyakit Sekarang


Ibu mengatakan anaknya panas, batuk dan pilek sejak 3 hari yang lalu belum
berobat sama sekali tapi panasnya sudah agak mendingan dari pada kemarin

4. Riwayat Kesehatan yang lalu


Ibu mengatakan bahwa anaknya sudah sering panas seperti ini dan biasanya
sembuh sembuh setelah minum obat. tidak pernah menderita penyakit yang serius
seperti Demam berdarah, paru-paru dll.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga


Ibu mentakan dalam keluarga dan pihak suami tidak ada yang menderita penyakit
keturunan (asma, DM, hipertensi) dan tiak ada yang menderita penyakit menular
(TBC, Hepatitis), penyakit menahun (batuk rejan).

6. Pola Kebiasaan sehari-hari

Pola Sebelum sakit Selama sakit


Nutrisi Makan 3x/hari porsi sedang Makan 2x/hari setengah
terdiri dari nasi, lauk, sayur porsi terdiri dari nasi, lauk,
dan buah. Minum 4-5 sayur dan buah. Minum 3-4
gelas/hari. gelas/hari.
Istirahat Tidur siang 2 jam/hari Tidur siang 3 jam/hari
Tidur Malam 9 jam/hari Tidur Malam 8 jam/hari
Aktifitas Sehari-hari anak sekolah, Tidak masuk sekolah dan
belajar dan bermain dengan jarangbermain dengan
teman-temannya teman-temannya.
Eliminasi - BAB 1x/hari, konsistensi - BAB 1x/hari kadang 2
lembekl berwarna kuning hari sekali, konsistensi
- BAK 4-5 x/hari, warna lembek, warna kuning
jernih kecoklatan
- BAK 5-6 x/hari
Personal - Mandi 2 x/hari, gosok gigi - Mandi di seka ibu dengan
Hygiene 2x/hari, keramas 3 hari air hangat 2x/hari, ganti
sekali, ganti baju 1x/hari baju 1x/hari

7. Data Psikososial
Hubungan ibu, suami dan anggota keluarga baik-baik saja. Keluarga sangat sayang
terhadap pasien dan keluarga menginginkan pasien lekas sembuh dari penyakitnya.
Respon pasien terhadap tenaga kesehatan sangat kooperatif.

B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Penunjang
a. Keadaan Umum : lemah
Kesadaran : composmentis
TB : 100 cm
BB sebelum sakit : 22 kg
BB selama sakit : 21 kg
b. Tanda-Tanda Vital
S : 37oC RR : 20 x/mnt
2. Pemeriksaan Fisik Khusus
Inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.
Kepala : keadaan rambut bersih, rambut hitam, tidak ada luka atau bekas
luka, tidak ada ketombe, tidak ada nyeri tekan, dan tidak ada odem.
Muka : keadaan muka bersih, agak pucat, bentuk simetris, tidak ada odem.
Mata : bentuk simetris, bersih, konjungtiva sedikit pucat, sklera putih,
palpebra tidak odem.
Hidung : bentuk simetris, bersih, tidak ada polip, terdapat sekret, tidak ada
pernafasan cuping hidung, tidak ada nyeri tekan.
Mulut : bibir agak kering, bentuk simetris, warna bibir agak pucat
Telinga : bentuk simetris, bersih tidak ada pengeluaran cairan, pendengaran
baik
Leher : Bersih, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis.
Dada : bentuk simetris, bersih, tidak ada tarikan nafas interkosta, tidak ada
pembesaran mammae, bunyi nafas krok-krok.
Abdomen : bersih, tidak ada pembesaran hepar, tidak ada nyeri tekan
Punggung : bersih, bentuk datar tidak lordosis, kifosis dan skeliosis, tidak ada
spina bifida.
Genetalia : Tidak dikaji
Anus : Tidak dikaji
Ekstrimitas : Bersih, bentuk simetris, tangan dan kaki lengkap, tidak ada
polidaktili dan sindaktili.

3. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
4.Kesimpulan
Anak W usia 6 tahun dengan ispa, keadaan umum anak sedikit lemas.

PENATALAKSANAAN
Tanggal :10 agustus 2016 Jam :09.10 Wib

1. Melakukan komunikasi terapeutik pada pasien dan keluarga sehingga terjalin


hubungan hubungan baik antara petugas dengan klien, Ibu dapat memahami
komunikasi dengan baik.
2. Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa kondisi anaknya ini disebabkan karena
infeksi pada saluran pernafasan atas dan akan sembuh dengan sendirinya setelah
minum obat dan banyak istirahat,Ibu mengerti dan akan melakukan saran petugas
3. Menganjurkan untuk minum air yang banyak minimal 8 gelas sehari untuk
mencegah terjadinya dehidrasi, Ibu akan menganjurkan anak untuk banyak minum
air putih.
4. Anjurkan Memberi kompres hangat, dengan menggunakan waslap yang dibasahi
dengan air biasa lalu dikompreskan pada kening dan ketiak,Ibu akan mengompres
anak dengan air hangat ntuk menurunkan demamnya jika demam.
5. Menganjurkan kepada keluarga supaya pakaian pasien diganti dengan pakaian yang
mudah menyerap keringat, Ibu mengerti dan akan menganti pakaian anaknya
dengan kain yang mudah menyerap keringat.
6. Menganjurkan pada ibu untuk tetap meminumkan obat pada anaknya Yaitu:
Molexflu 3 x 1/2
Amox 3x
Ambroxol 3x
Ibu akan memberikan obat terapi sesuai anjuran petugas.
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah melakukan Asuhan Kebidanan pada keluarga An R dengan ISPA,
yang meliputi : data subyektif dan data obyektif serta pemeriksaan fisik secara umum
dan khusus. Sehingga kita bisa melakukan perencanaan tindakan serta melakukan
tindakan kepada pasien secara tepat dan benar.

B. SARAN DAN KRITIK


Kami menyadari bahwa dalam pembuatan Asuhan Kebidanan ini masih jauh dari
kesempurnaan sehingga saya pribadi meminta saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan Asuhan Kebidanan yang saya buat pada kesempatan yang lain.
Semoga Asuhan Kebidanan ini dapat bermanfaat bagi saya khususnya sebagai
mahasiswa dan bagi para pembaca pada umumnya. Terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai