Pemeriksaan Penyaring
Pemeriksaan penyaring dikerjakan pada kelompok dengan salah satu resiko DM sebagai
berikut:1
2. Berat badan lebih: BBR > 110% BB idaman atau IMT > 23 kg/m2.
5. Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat atau BB lahir bayi > 4000 gram
Pemeriksaan penyaring berguna untuk menjaring pasien DM, TGT dan GDPT, sehingga
dapat ditentukan langkah yang tepat untuk mereka. Pasien dengan TGT dan GDPT merupakan
tahap sementara menuju DM. setelah 5-10 tahun kemudian 1/3 kelompok TGT akan berkembang
menjadi DM. 1/3 tetap TGT dan 1/3 lainya kembali normal. Adanya TGT sering berkaitan
dengan resistensi insulin. pada kelompok TGT ini resiko terjadinya aterosklerosis lebih tinggi
hipertensi dan dislipidemia. Peran aktif para pengelola kesehatan sangat diperlukan agar deteksi
DM dapat ditegakkan sedini mungkindan penegahan primer dan skunder dapat segera
diterapkan.1
sewaktu atau kadar glukosa darah puasa, kemudian dapat diikuti dengan tes toleransi glukosa
DM
darah sewaktu
darah puasa
3. Kadar glukosa plasma 200 mg/dl pada 2 jam sesudah diberi beban glukosa 75
PENATALAKSANAAN
Karena banyaknya komplikasi kronik yang dapat terjadi pada DM tipe-2, dan sebagian besar
mengenai organ vital yang dapat fatal, maka tatalaksana DM tipe-2 memerlukan terapi agresif
untuk mencapai kendali glikemik dan kendali faktor risiko kardiovaskular. Dalam Konsensus
A. Edukasi
Tim kesehatan mendampingi pasien dalam perubahan perilaku sehat yang memerlukan
partisipasi aktif dari pasien dan keluarga pasien. Upaya edukasi dilakukan secara komphrehensif
dan berupaya meningkatkan motivasi pasien untuk memiliki perilaku sehat.1,8 Tujuan dari
edukasi diabetes adalah mendukung usaha pasien penyandang diabetes untuk mengerti
yang mungkin timbul secara dini/ saat masih reversible, ketaatan perilaku pemantauan dan
diperlukan.
Edukasi pada penyandang diabetes meliputi pemantauan glukosa mandiri, perawatan kaki,
Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes yaitu makanan yang seimbang, sesuai
makan, jenis dan jumlah makanan. Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari karbohidrat
45%-65%, lemak 20%-25%, protein 10%-20%, Natrium kurang dari 3g, dan diet cukup serat
sekitar 25g/hari.1 C. Latihan Jasmani Latihan jasmani secara teratur 3-4 kali seminggu, masing-
masing selama kurang lebih 30 menit. Latihan jasmani dianjurkan yang bersifat aerobik seperti
berjalan santai, jogging, bersepeda dan berenang. Latihan jasmani selain untuk menjaga
kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan meningkatkan sensitifitas insulin.1 D.
pengetahuan pasien, pengaturan makan dan latihan jasmani. Terapi farmakologis terdiri dari obat
a. Sulfonilurea
Sulfonilurea kerja panjang tidak dianjurkan pada orang tua, gangguan faal hati dan ginjal
serta malnutrisi
`b. Glinid
Cara kerja sama dengan sulfonilurea, namun lebih ditekankan pada sekresi insulin fase
pertama.
a. Biguanid
Golongan biguanid yang paling banyak digunakan adalah Metformin.
Metformin menurunkan glukosa darah melalui pengaruhnya terhadap kerja insulin pada
tingkat seluler, distal reseptor insulin, dan menurunkan produksi glukosa hati.
Metformin merupakan pilihan utama untuk penderita diabetes gemuk, disertai dislipidemia,
b. Tiazolidindion
Selain menurunkan resistensi insulin, Metformin juga mengurangi produksi glukosa hati.
Metformin dikontraindikasikan pada gangguan fungsi ginjal dengan kreatinin serum > 1,5 mg/
dL, gangguan fungsi hati, serta pasien dengan kecenderungan hipoksemia seperti pada sepsis
Metformin mempunyai efek samping pada saluran cerna (mual) namun bisa diatasi dengan
Acarbose juga tidak mempunyai efek samping hipoglikemia seperti golongan sulfonilurea.
Acarbose mempunyai efek samping pada saluran cerna yaitu kembung dan flatulens.
hormone peptide yang dihasilkan oleh sel L di mukosa usus. Peptida ini disekresi bila ada
makanan yang masuk. GLP-1 merupakan perangsang kuat bagi insulin dan penghambat
glukagon. Namun GLP-1 secara cepat diubah menjadi metabolit yang tidak aktif oleh enzim
penglepasan glukagon.
Insulin
Efek samping antara lain gangguan saluran cerna seperti mual muntah
Dengan memahami 4 pilar tata laksana DM tipe 2 ini, maka dapat dipahami bahwa yang menjadi
dasar utama adalah gaya hidup sehat (GHS). Semua pengobatan DM tipe 2 diawali dengan GHS
yang terdiri dari edukasi yang terus menerus, mengikuti petunjuk pengaturan makan secara
konsisten, dan melakukan latihan jasmani secara teratur. Sebagian penderita DM tipe 2 dapat
terkendali kadar glukosa darahnya dengan menjalankan GHS ini. Bila dengan GHS glukosa
Pemberian OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara bertahap sesuai dengan
respons kadar glukosa darah. Pemberian OHO berbeda-beda tergantung jenisnya. Sulfonilurea
diberikan 15-30 menit sebelum makan. Glinid diberikan sesaat sebelum makan. Metformin bisa
Tiazolidindion tidak bergantung pada jadwal makan, DPP-4 inhibitor dapat diberikan saat makan
atau sebelum makan. Bila dengan GHS dan monoterapi OHO glukosa darah belum terkendali
maka diberikan kombinasi 2 OHO. Untuk terapi kombinasi harus dipilih 2 OHO yang cara kerja
berbeda, misalnya golongan sulfonilurea dan metformin. Bila dengan GHS dan kombinasi terapi
2 OHO glukosa darah belum terkendali maka ada 2 pilihan yaitu yang pertama GHS dan
kombinasi terapi 3 OHO atau GHS dan kombinasi terapi 2 OHO bersama insulin basal. Yang
dimaksud dengan insulin basal adalah insulin kerja menengah atau kerja panjang, yang diberikan
malam hari menjelang tidur. Bila dengan cara diatas glukosa darah terap tidak terkendali maka
pemberian OHO dihentikan, dan terapi beralih kepada insulin intensif. Pada terapi insulin ini
diberikan kombinasi insulin basal untuk mengendalikan glukosa darah puasa, dan insulin kerja
cepat atau kerja pendek untuk mengendalikan glukosa darah prandial. Kombinasi insulin basal
dan prandial ini berbentuk basal bolus yang terdiri dari 1 x basal dan 3 x prandial. Algoritma tata
laksana selengkapnya dapat dilihat pada gambar 2. Tes hemoglobin terglikosilasi (disingkat
A1c), merupakan cara yang digunakan untuk menilai efek perubahan terapi 8-12 minggu
sebelumnya. Pemeriksaan ini di - anjurkan setiap 3 bulan, atau minimal 2 kali setahun. Gambar 3
yang baik yang merupakan sasaran terapi. Diabetes dinya - takan terkendali baik bila kadar
glukosa da - rah, A1c dan lipid mencapai target sasaran. Kriteria lengkap dari keberhasilan
pengen - dalian DM ini dapat dilihat pada gambar 4. Metformin dan DM tipe 2 Sebagai salah
satu obat hipoglikemik oral, metformin mempunyai beberapa efek terapi antara lain menurunkan
kadar glukosa darah melalui penghambatan produksi glukosa hati dan menurunkan resistensi in -
sulin khususnya di hati dan otot. Metformin tidak meningkatkan kadar insulin plasma.
Metformin menurunkan absorbsi glukosa di usus dan meningkatkan sensitivitas in - sulin melalui
efek penngkatan ambilan glukosa di perifer. Studi-studi invivo dan invitro membuktikan efek
metformin ter - hadap fluidity membran palsma, plasticity dari reseptor dan transporter, supresi
tion dan aktivitas tirosine kinase, stimulasi translokasi GLUT4 transporters, dan efek enzimatik
metabolic pathways . 10 Tatalaksana DM tipe-2 bukan hanya bertujuan untuk kendali glikemik,
tetapi juga kendali faktor risiko kardiovaskuler, karena ancaman mortalitas dan morbiditas justru
datang dari berbagai komplikasi kronik tersebut. Dalam mencapai tujuan ini, Metformin salah
satu jenis OHO ternyata bukan hanya berfungsi untuk kendali glikemik, tetapi juga dapat
memperbaiki disfungsi endotel, hemostasis, stress oksidatif, re - sistensi insulin, profil lipid dan
redistribusi lemak. Metformin terbukti dapat menu - runkan berat badan, memperbaiki
sensitivitas insulin, dan mengurangi lemak visceral. Pada penderita perlemakan hati (fatty liver),
didapatkan perbaikan dengan penggunaan Metformin. Metformin juga terbukti mempunyai efek
memperbaiki fungsi saraf, khususnya spatial memory function15 dan peranan proteksi
Metformin dalam karsinogenesis. Diabetes tipe-2 mempunyai risiko lebih tinggi untuk terkena
berbagai macam kanker terutama kanker hati, pankreas, endometrium, kolorektal, payudara, dan
kantong kemih. Banyak studi menunjukkan penurunan insidens keganasan pada pasien yang
menggunakan Metformin. Pedoman tatalaksana diabetes mellitus tipe-2 yang terbaru dari the
Rekomendasi ini terutama berdasarkan efek metformin dalam menurunkan kadar glukosa darah,
harga relatif murah, efek samping lebih minimal dan tidak meningkatkan berat badan. Posisi
Metformin sebagai terapi lini pertama juga diperkuat oleh the United Kingdom Prospective
Diabetes Study (UKPDS) yang pada studinya mendapatkan pada kelompok yang diberi
Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik akan menimbulkan komplikasi akut dan kronis.
- Hipoglikemia, adalah kadar glukosa darah seseorang di bawahnilai normal (< 50 mg/dl).
Hipoglikemia lebih sering terjadi pada penderita DM tipe 1 yang dapat dialami 1-2 kali per
minggu, Kadar gula darah yang terlalu rendah menyebabkan sel-sel otak tidak mendapat
- Hiperglikemia, hiperglikemia adalah apabila kadar gula darah meningkat secara tiba-tiba, dapat
berkembang menjadi keadaan metabolisme yang berbahaya, antara lain ketoasidosis diabetik,
b. Komplikasi Kronis
Komplikasi makrovaskuler
o Penyakit jantung koroner (PJK) Diabetes merusak dinding pembuluh darah yang
darah. Akibatnya suplai darah ke otot jantung berkurang dan tekanan darah meningkat,
Kerusakan pembuluh darah di perifer atau di tangan dan kaki, yang dinamakan
Peripheral Vascular Disease (PVD), dapat terjadi lebih dini dan prosesnya lebih cepat
pada penderita diabetes daripada orang yang tidak mendertita diabetes. Denyut
pembuluh darah di kaki terasa lemah atau tidak terasa sama sekali. Bila diabetes
berlangsung selama 10 tahun lebih, sepertiga pria dan wanita dapat mengalami kelainan
ini. Dan apabila ditemukan PVD disamping diikuti gangguan saraf atau neuropati dan
infeksi atau luka yang sukar sembuh, pasien biasanya sudah mengalami penyempitan
o Stroke
Prevalensi stroke dengan penyakit DM (baik tipe 1 dan 2) berkisar 1.0% s/d 11.3% pada
populasi klinik dan 2.8% s/d 12.5% dalam penelitian pada populasi. Lima puluh persen
dari prevalensi stroke berkisar 0.5% and 4.3% dengan Diabetes tipe 1 dan berkisar 4.1%
o Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi jarang menimbulkan keluhanyang dramatis seperti
kerusakan mata atau kerusakan ginjal. Namun, harus diingat hipertensi dapat memicu
terjadinya serangan jantung, retinopati, kerusakan ginjal, atau stroke. Risiko serangan
jantung dan stroke menjadi dua kali lipat apabila penderita diabetes juga terkena
hipertensi.
Kerusakan pembuluh darah di perifer atau di tangan dan kaki, yang dinamakan
Peripheral Vascular Disease (PVD), dapat terjadi lebih dini dan prosesnya lebih cepat
pada penderita diabetes daripada orang yang tidak mendertita diabetes. Denyut
pembuluh darah di kaki terasa lemah atau tidak terasa sama sekali. Bila diabetes
berlangsung selama 10 tahun lebih, sepertiga pria dan wanita dapat mengalami kelainan
ini. Dan apabila ditemukan PVD disamping diikuti gangguan saraf atau neuropati dan
infeksi atau luka yang sukar sembuh, pasien biasanya sudah mengalami penyempitan
mengalami kerusakan hati (liver). Anggapan ini keliru. Hati bisa terganggu akibat
penyakit diabetes itu sendiri. Dibandingkan orang yang tidak menderita diabetes,
penderita diabetes lebih mudah terserang infeksi virus hepatitis B atau hepatitis C. Oleh
karena itu, penderita diabetes harus menjauhi orang yang sakit hepatitis karena mudah
tertular dan memerlukan vaksinasi untuk pencegahan hepatitis. Hepatitis kronis dan
sirosis hati (liver cirrhosis) juga mudah terjadi karena infeksi atau radang hati yang lama
atau berulang. Gangguan hati yang sering ditemukan pada penderita diabetes adalah
perlemakan hati atau fatty liver, biasanya (hampir 50%) pada penderita diabetes tipe 2
dan gemuk. Kelainan ini jangan dibiarkan karena bisa merupakan pertanda adanya
o Penyakit paru
Pasien diabetes lebih mudah terserang infeksi tuberkulosis paru dibandingkan orang
biasa, sekalipun penderita bergizi baik dan secara sosioekonomi cukup. Diabetes
memperberat infeksi paru, demikian pula sakit paru akan menaikkan glukosa darah.
Gangguan saluran cerna pada penderita diabetes disebabkan karena kontrol glukosa
darah yang tidak baik, serta gangguan saraf otonom yang mengenai saluran pencernaan.
Gangguan ini dimulai dari rongga mulut yang mudah terkena infeksi, gangguan rasa
pengecapan sehingga mengurangi nafsu makan, sampai pada akar gigi yang mudah
terserang infeksi, dan gigi menjadi mudah tanggal serta pertumbuhan menjadi tidak rata.
Rasa sebah, mual, bahkan muntah dan diare juga bisa terjadi. Ini adalah akibat dari
gangguan saraf otonom pada lambung dan usus. Keluhan gangguan saluran makan bisa
o Infeksi
Glukosa darah yang tinggi mengganggu fungsi kekebalan tubuh dalam menghadapi
masuknya virus atau kuman sehingga penderita diabetes mudah terkena infeksi. Tempat
yang mudah mengalami infeksi adalah mulut, gusi, paru-paru, kulit, kaki, kandung
kemih dan alat kelamin. Kadar glukosa darah yang tinggi juga merusak sistem saraf
Komplikasi mikrovaskuler
Sistem saraf tubuh kita terdiri dari susunan saraf pusat, yaitu otak dan sumsum
tulang belakang, susunan saraf perifer di otot, kulit, dan organ lain, serta susunan
saraf otonom yang mengatur otot polos di jantung dan saluran cerna. Hal ini
biasanya terjadi setelah glukosa darah terus tinggi, tidak terkontrol dengan baik, dan
berlangsung sampai 10 tahun atau lebih. Apabila glukosa darah berhasil diturunkan
menjadi normal, terkadang perbaikan saraf bisa terjadi. Namun bila dalam jangka
yang lama glukosa darah tidak berhasil diturunkan menjadi normal maka akan
melemahkan dan merusak dinding pembuluh darah kapiler yang memberi makan ke
saraf sehingga terjadi kerusakan saraf yang disebut neuropati diabetik (diabetic
atau menghantar pesan-pesan rangsangan impuls saraf, salah kirim atau terlambat
kirim. Tergantung dari berat ringannya kerusakan saraf dan saraf mana yang
terkena.
Ginjal manusia terdiri dari dua juta nefron dan berjuta-juta pembuluh darah kecil
yang disebut kapiler. Kapiler ini berfungsi sebagai saringan darah. Bahan yang
tidak berguna bagi tubuh akan dibuang ke urin atau kencing. Ginjal bekerja selama
24 jam sehari untuk membersihkan darah dari racun yang masuk ke dan yang
dibentuk oleh tubuh. Bila ada nefropati atau kerusakan ginjal, racun tidak dapat
Semakin lama seseorang terkena diabetes dan makin lama terkena tekanan darah
tinggi, maka penderita makin mudah mengalami kerusakan ginjal. Gangguan ginjal
pada penderita diabetes juga terkait dengan neuropathy atau kerusakan saraf.
kebutaan. Ada tiga penyakit utama pada mata yang disebabkan oleh diabetes, yaitu:
yang sangat kecil. Glukosa darah yang tinggi bisa merusak pembuluh darah retina;
2) katarak, lensa yang biasanya jernih bening dan transparan menjadi keruh
glukosa darah yang tinggi; dan 3) glaukoma, terjadi peningkatan tekanan dalam