Hampir semua ganglia parasimpatetik ada di atau dekat organ yang mereka
supply. Urat preganglionik dari sistem syaraf parasimpatis muncul dalam
batang otak atau dalam segmen sakral syaraf tulang belakang, sehingga,
sistem parasimpatik juga disebut sistem craniosakral (gambar 7.2). Dalam
beberapa akasus, neuron preganlionik parasimpatis bisa berjalan hampir satu
meter sebelum synapsing dengan target post ganglioniknya. Urat syaraf
preganglionik dari syratf cranial (CN) III, syaraf oculomotor, muncul dari
sebuah wilayah otak tengah disebut Edinger-Westphal nucleus dan mensuplai
pupil, menstimulasi untuk mengerut. Medulla dari otak berisi nuclei untuk
urat syaraf parasimatis dalam CN VII, IX dan X. Urat parasimatik dalam
syaraf wajah (CN VII) menstimulasi sekresi air ludah oleh kelenjar
submaxillary dan sublingual dan produksi air mata oleh kelencar lacrimal.
Urat parasimpatis dalam syaraf cranial kesembilan, syaraf glossopharyngeal,
menstimulasi kelenjar parotid. Syaraf cranial ke-10, disebut syaraf vagus,
memberikan supplay parasimpatis ke organ utama di dada dan perut, meliputi
jantung, phon tracheobronchial, ginjal, dan sistem syaraf sampai proximal
colon. Syaraf parasimpatis bermula dari wilayah sakral dari urat syaraf tu lang
belakang yang mensuplai sisa dari kolon, kandung kemih dan genitalia.
Banyak agen farmakologi memodulasi aktivitas sistem syaraf
parasimatis. Misalkan, betanecol adalah parasimatomimetik yang
meningkatkan motiltias saluran cerna dan urin.
Antagnis aktivitas parasimpatis meliputi atropine, obat yang digunakan
secara lokal untuk dilasi pupil atau secara sistematis meningkatkan detak
jantung, dan ipratropium, sebuah obat digunakan untuk dilasi bronchiole.
Agen ini dan agen yang lain dibahas dalam bab 8, Farmakologi Kolinergik
Cerebrum
Bidang ceberal menyusun bagian terbesar otak manusia. Struktur ini berisi
beberapa sub divisi, meliputi cerebral cortex, bahan putih yang mendasari,
dan ganglia basal (gambar 7.4). Bidang cerebral bertanggung jawab untuk
fungsi level tinggi , meliputi persepsi sensori, fungsi perencanaan dan
motorik, fungsi kognitif, seperti alasan abstrak, dan bahasa. Kortek dibagi
secara anatomis dan fungsional menjadi lobe frontal, temporal, parietal, dan
occipital (gambar 7.4). Sub wilayah kortek memiliki fungsi khusus. Misalkan,
stimulasi bagian dari gyrus precentral, yang ada dalam frontal cortex,
menginduksi fungsi motor peripheral (gerkan), dan ablasi dari struktur ini
menghambat pergerakan. Dari sebuah perspektif farmakologis, cerebral cortex
adalah tempat aksi banyak obat, terkadang sebagai bagian dari mekanisme
aksi yang diinginkan dan terkadang sebagai efek samping. Barbiturate dan
benzodiazepine (lihat bab 11), adalah hipnotik dan sedative yang diresepkan
secara umum yang meningkatkan aksi dari inhibitory neurotransmitter dalam
cortex. Anestesi umum (lihat bab 15) juga dianggap memiliki efek pada
cerebral cortex Bahan putih cerebral, yang meliputi corpus calosum (gambar
7.4B), mentransmisikan sinyal diantara cortex dan area lain sistem syaraf
sentral dan dari satu area kortek ke yang lain. Bahan putih terdiri terutama
dari axon myelinasi, sebagaimana di area lain dari otak, memiliki jaringan
vascular terkait dari arteri kecil, kapiler vena