Anda di halaman 1dari 9

FARMAKOLOGI VETERINER

GOLONGAN MAKROLIDA
PAPER

Oleh :

Faris Iryandi 1502101010219


Kelas : 03

UNIVERSITAS SYIAH KUALA


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
BANDA ACEH
Antibiotik Golongan Makrolida

A. Tentang Makrolida

Macrolide merupakan suatu kelompok senyawa yang berhubungan


erat, dengan ciri suatu cincin lakton ( biasanya terdiri dari 14 atau 16
atom ) di mana terkait gula gula deoksi. Antibiotika golongan makrolida
yang pertama ditemukan adalah Pikromisin, diisolasi pada tahun 1950 .

Macrolide merupakan salah satu golongan obat antimikroba yang


menghambat sintesis protein mikroba. Untuk kehidupannya, sel mikroba
perlu mensintesis berbagai protein. Sintesis protein berlangsung di ribosom,
dengan bantuan mRNA dan tRNA. Pada bakteri, ribosom terdiri atas atas
dua subunit, yang berdasarkan konstanta sedimentasi dinyatakan sebagai
ribosom 30S dan 50S. untuk berfungsi pada sintesis protein, kedua komponen
ini akan bersatu pada pangkal rantai mRNA menjadi ribosom 70S. Kerja
dari makrolida ini adalah berikatan pada ribosome sub unit 50S dan mencegah
pemanjangan rantai peptida.

B. Struktur Obat dan Penjelasannya

Antibiotika golongan makrolida mempunyai persamaan yaitu terdapatnya


cincin lakton yang besar dalam rumus molekulnya. Sebagai contoh terlihat
pada struktur golongan makrolida Eritromisin dibawa ini :
Secara umum, antibiotika golongan makrolida memiliki ciri-ciri struktur kimia
seperti berikut :

1. Cincin lakton sangat besar, biasanya mengandung 12 17 atom


2. Gugus keton
3. Satu atau dua gula amin seperti glikosida yang berhubungan
dengan cincin lakton
4. Gula netral yang berhubungan dengan gula amino atau pada cincin lakton
5. Gugus dimetilamino pada residu gula, yang menyebabkan sifat basis
dari senyawa dan kemungkinan untuk dibuat dalam bentuk garamnya.

Berikut ini struktur kimia dari beberapa contoh antibiotic golongan makrolida:

1. Eritromycin

Eritromisin termasuk antibiotika golongan makrolid yang sama-sama


mempunyai cincin lakton yang besar dalam rimus molekulnya.

Eritromisin terdiri dari :


a. aglikon eritronolid
b. gula amino desosamin dan gula netral kladinosa
c. Membentuk garam pada gugus dimetilamino ( 3 ) dengan asam, contoh:
garam stearat bersifat sukar larut dalam air dengan rasa yang sedikit
pahit.
d. Membentuk ester pada gugus hidroksi ( 2 ) yang tetap aktif secara
biologis dan aktivitasnya tidak tergantung pada proses
hidrolisis.contoh: ester-ester etilsuksinat, estolat, dan propinoat.yang
tidak berasa.

Struktur umum dari ertromycin ditunjukkan diatas cincin makrolida dan


gula-gula desosamin dan kladinose. Obat ini sulit larut dalam air (0,1%)
namun dapat langsung larut pada zat-zat pelarut organik. Larutan ini
cukup satabil pada suhu 4 oC, namun dapat kehilangan aktivitas dengan
cepat pada suhu 20 oC dan pada suhu asam. Ertromycin biasanya tersedia
dalam bentuk berbagai ester dan garam.

2. Oleandomycin Fosfat
Didapat dari Streptomyces antibioticus. Strukturnya terdiri dari:

Aglikon oleandolida
Gula amino desosamin
Gula netral L-oleandrosa

Asetilasi 3 gugus hidroksi bebas dari oleandomisin menghasilkan


troleandomisin, yang mempunyai 2 keuntungan dibanding oleandomisin
yaitu praktis tidak berasa dan kkadar obat dalam darah lebih cepat dan
lebih tinggi.

C. MEKANISME KERJA

Golongan makrolida menghambat sintesis protein bakteri pada


ribosomnya dengan jalan berikatan secara reversibel dengan Ribosom
subunit 50S,. Sintesis protein terhambat karena reaksi-reaksi translokasi
aminoasil dan hambatan pembentuk awal sehingga pemanjangan rantai
peptide tidak berjalan. Macrolide bisa bersifat sebagai bakteriostatik atau
bakterisida, tergantung antara lain pada kadar obat serta jenis bakteri yang
dicurigai. Efek bakterisida terjadi pada kadar antibiotika yang lebih tinggi,
kepadatan bakteri yang relatif rendah, an pertumbuhan bakteri yang cepat.
Aktivitas antibakterinya tergantung pada pH, meningkat pada keadaan netral atau
sedikit alkali.

Meskipun mekanisme yang tepat dari tindakan makrolid tidak jelas, telah
dihipotesiskan bahwa aksi mereka makrolid menunjukkan dengan
menghambat sintesis protein pada bakteri dengan cara berikut:

1. Mencegah Transfer peptidil tRNA dari situs A ke situs P.

2. Mencegah pembentukan peptida tRNA


3. Memblokir peptidil transferase.

4. Mencegah perakitan ribosom

Antibiotik macrolida terikat di lokasi P-dari subunit 50S ribosom. Hal ini
menyebabkan selama proses transkripsi, lokasi P ditempati oleh makrolida.
Ketika t-RNA terpasang dengan rantai peptida dan mencoba untuk pindah
ke lokasi P, t-RNA tersebut tidak dapat menuju ke lokasi P karena adanya
makrolida, sehingga akhirnya dibuang dan tidak dipakai. Hal ini dapat
mencegah transfer peptidil tRNA dari situs A ke situs-P dan memblok
sintesis protein dengan menghambat translokasi dari rantai peptida yang baru
terbentuk. Makrolida juga memnyebabkan pemisahan sebelum waktunya dari
tRNA peptidal di situs A.

Mekanisme kerja makrolida, selain terikat di lokasi P dari RNA


ribosom 50S, juga memblokir aksi dari enzim peptidil transferase. Enzim ini
bertanggung jawab untuk pembentukan ikatan peptida antara asam amino
yang terletak di lokasi Adan P dalam ribosom dengan cara menambahkan
peptidil melekat pada tRNA ke asam amino berikutnya. Dengan
memblokir enzim ini, makrolida mampu menghambat biosintesis protein dan
dengan demikian membunuh bakteri.

D. FARMAKOKINETIKA

Dalam penjelasan farmakokinetik berikut akan dijelaskan mekanisme


farmakokinetik 3 antibiotik turunan makrolida yaitu eritromycin,
Claritromycin, dan azitromycin.

1. Eritromycin

Ertromycin basa dihancurkan oleh asam lambung dan harus


diberikan dengan salut enteric. Stearat dan ester cukup tahan pada keadaan
asam dan diabsorbsi lebih baik. Garam lauryl dan ester propionil
ertromycin merupakan preprata oral yang paling baik diabsorbsi. Dosis oral
sebesar 2 g/hari menghasilkan konsentrasi basa ertromycin serum dan
konsentrasi ester sekitar 2 mg/mL. Akan tetapi, yang aktif secara
mikrobiologis adalah basanya, sementara konsentrasinya cenderung sama
tanpa memperhitungkan formulasi.

Waktu paruh serum adalah 1,5 jam dalam kondisi normal dan 5 jam pada
pasien dengan anuria. Penyesuaian untuk gagal ginjal tidak diperlukan.
Ertromycin tidak dapat dibersihkan melalui dialysis. Jumlah besar dari dosis
yang diberikan diekskresikan dalam empedu dan hilang dalam fases, hanya
5% yang diekskresikan dalam urine. Obat yang telah diabsorbsi didistribusikan
secara luas, kecuali dalam otak dan cairan serebrospinal. Ertromycin
diangkut oleh leukosit polimorfonukleus dan makrofag. Oabt ini melintasi
sawar plasenta dan mencapai janin.

2. Claritromycin

Dosis 500 mg menghasilkan konsentrasi serum sebesar 2-3 mg/mL.


Waktu paruh claritromycin (6 jam) yang lebih panjang dibandingkan
dengan eritromycin memungkinkan pemberian dosis 2 kali sehari.
Claritromycin dimetabolisme dalam hati. Metabolit utamanya adalah 14-
hidroksiclaritromycin, yang juga mempunyai aktivitas antibakteri. Sebagian dari
obat aktif dan metabolit utama ini dieliminsai dalam urine, dan pengurangan
dosis dianjurkan bagi pasien-pasien dengan klirens kreatinin dibawah 30
mL/menit.

3. Azitromycin

Azitromycin berbeda dengan eritromycin dan juga claritromycin,


terutama dalam sifat farmakokinetika. Satu dosi Azitromycin 500 mg dapat
menghasilkan konsentrasi serum yang lebih rendah, yaitu sekitar 0,4
g/mL. Akan tetapi Azitromycin dapat melakukan penetrasi ke sebagian besar
jaringan dapat melebihi konsentrasi serum sepuluh hingga seratus kali lipat.
Obat dirilis perlahan dalam jaringan-jaringan (waktu paruh jaringan adalah
2-4 hari) untuk menghasilkan waktu paruh eliminasi mendekati 3 hari. Sifat-
sifat yang unik ini memungkinkan pemberian dosis sekali sehari dan
pemendekan durasi pengobatan dalam banyak kasus.

Azitromycin diabsorbsi dengan cepat dan ditoleransi dengan baik


secara oral. Obat ini harus diberikan 1 jam sebelum makan atau 2 jam
setelah makan. Antasida aluminium dan magnesium tidak mengubah
bioavaibilitas, namun memperlama absorbsi dan dengan 15 atom (bukan
14 atom), maka Azitromycin tidak menghentikan aktivitas enzim-enzim
sitokrom P450, dan oleh karena itu tidak mempunyai interaksi obat seperti
yang ditimbulkan oleh eritromycin dan claritmycin.

E. EFEK SAMPING

Efek Samping dari makrolida:

a) Efek-efek gastrointestinal : Anoreksia, mual, muntah dan diare


sesekali menyertai pemberian oral. Intoleransi ini disebabkan oleh
stimulitas langsung pada motilitas usus.
b) Toksisitas hati : dapat menimbulkan hepatitis kolestasis akut (demam,
ikterus, kerusakan fungsi hati), kemungkinan sebagai reaksi
hepersensitivitas.
c) Interaksi-interaksi obat : menghambat enzim-enzim sitokrom P450
dan meningkatkan konsentarsi serum sejumlah obat, termasuk
teofilin, antikoagulan oral, siklosporin, dan metilprednisolon.
Meningkatkan konsentrasi serum digoxin oral dengan jalan meningkatkan
bioavailabilitas.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2010, Makalah Farmakologi Antibiotik Makrolida,

Siswandono, soekardjo, 1995, Kimia Medisinal, Airlangga University Press,


Surabaya

Anda mungkin juga menyukai