Anda di halaman 1dari 9

CASE REPORT SESSION

JUVENILE NASOPHARYNGEAL ANGIOFIBROMA

Disusun oleh :
Sri Mulyati (1301-1206-0103)
Nina Manggiasih (1301-1206-0105)

Pembimbing :
Ongka Muhammad Saifuddin, dr., SpTHT-KL (K)

BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN
2007
I.KETERANGAN UMUM

Nama : Tn. H
Umur : 17 th
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Ciburuy
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Tgl Pemeriksaan : 11 Januari 2007

II.ANAMNESIS

Keluhan Utama : Hidung tersumbat


Anamnesis Khusus :
Pasien mengeluh hidung tersumbat terus menerus pada kedua sisi sejak 3 tahun yang
lalu. Keluhan disertai keluar cairan kental dari hidung, berwarna kuning kehijauan bercampur
darah, dan berbau. Riwayat mimisan dirasakan pasien sejak 8 tahun yang lalu hampir setiap hari
saat udara panas. Darah yang keluar berwarna kehitaman dan menggumpal sebanyak 1 gelas.
Mimisan dapat dihentikan dengan meminum air daun sirih. Keluhan disertai sakit kepala seperti
ditusuk-tusuk pada sisi kiri, dan telinga berdenging. Gangguan penglihatan dirasakan berupa
pandangan gelap yang tiba-tiba dirasakan selama 1 menit bila udara panas. Adanya tekanan pada
bola mata disangkal. Rasa penuh pada muka disangkal. Keluhan sukar membuka mulut disangkal.
Riwayat trauma belakang kepala diakui pasien 8 tahun yang lalu disertai pingsan dan
mimisan serta benjolan menetap pada bagian belakang kepala.
Pasien berobat pertama kali ke RS Imanuel dan dikatakan bocor rongga hidung dan
mendapat pengobatan rawat jalan, tetapi perbaikan tidak dirasakan pasien sehingga pengobatan
tidak dilanjutkan. Pasien juga pernah berobat ke Puskesmas Pasundan dikatakan sebagai polip
dan mendapat pengobatan, tapi perbaikan tetap tidak dirasakan. Kemudian pasien dirujuk ke
RSHS.
III. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Kesan sakit : tampak sakit sedang


Kesadaran : compos mentis
Berat badan : 60 kg
Tinggi badan : 165 cm
Status gizi : Baik

Tanda vital : T: 120/80 mmHg N: 80x/menit


R: 20x/menit S: afebris

Status Generalis
Kepala : Mata : konjungtiva tak anemis, sklera tak ikterik
Telinga : lihat status lokalis
Hidung : lihat status lokalis
Tenggorok : lihat status lokalis
Mulut : lihat status lokalis
Leher : lihat status lokalis
Thoraks : bentuk dan gerak simetris
Cor/ BJ S1S2 (+), murni regular, S3(-), S4(-), murmur (-)
Pulmo/ suara pernapasan vesikular ka=ki, Wh -/-, Rh -/-
Abdomen : datar, lembut, H/L tidak teraba, BU (+) N
Ekstremitas : tidak ada kelainan
Neurologis : Rf +/+, Rp -/-

Status Lokalis
Telinga :
Pre aurikula : tenang + / +
Aurikula : tenang + / +
CAE : tenang + / +
Sekret :-/-
Serumen :-/-
Membran timpani : intak+/+
Refleks cahaya : +/ +
Retro aurikula : tenang + / +
Tes pendengaran : tidak dilakukan
Tes keseimbangan : tidak dilakukan

Hidung :
Rinoskopi anterior
Mukosa tenang +/+
Sekret -/-
Konkha eutrofi +/+
Septum deviasi -
Pasase udara +/+
Massa - / + (di sepertiga posterior)
Rinoskopi posterior
Mukosa tenang
Adenoid tenang
Koana
Torus tubarius tenang + / - sinistra : terdapat massa kemerahan
Fossa Rosenmuller tenang + / -
Massa - / +

Transiluminasi :4 4
4 4

Mulut tenggorok :
Mukosa : tenang
Gigi geligi : dbn
Tonsil : T1-T1, tenang
Kripta melebar :-/-
Detritus :-/-
Faring : tenang + / +
Palpasi nasofaring : terdapat massa di atap nasofaring posterolateral berasal dari
nasofaring, permukaan licin dan mudah berdarah

Laring : dbn

Maksilofasial : Simetris, parese nervus kranialis (-)

Leher : Tidak teraba pembesaran KGB

IV.RESUME

Seorang pasien, laki-laki, 17 tahun, mengeluh kongesti nasal terus menerus pada kedua
sisi sejak 3 tahun yang lalu. Keluhan disertai rhinorrhea kental mukoid, kuning kehijauan
bercampur darah, dan berbau. Riwayat epistaksis dirasakan pasien sejak 8 tahun yang lalu hampir
setiap hari saat udara panas. Darah yang keluar berwarna kehitaman dan menggumpal sebanyak
1 gelas. Keluhan disertai nyeri kepala seperti ditusuk-tusuk pada sisi kiri, dan tinnitus. Gangguan
penglihatan dirasakan berupa pandangan gelap yang tiba-tiba dirasakan selama 1 menit bila udara
panas. Proptosis-, rasa penuh pada muka -, trismus-.
Riwayat trauma belakang kepala diakui pasien 8 tahun yang lalu disertai sinkope dan
epistaksis serta benjolan menetap pada bagian belakang kepala. Pasien pernah mendapat
pengobatan rawat jalan, tetapi perbaikan tidak dirasakan.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran
kompos mentis dan tanda vital dalam batas normal. Dari status lokalis didapatkan ADS : CAE
tenang + / + , MT intak + / +, refleks cahaya + / +, retroaurikula tenang + / + ; CN : mukosa tenang,
sekret -/-, konkha eutrofi +/+, septum deviasi -, pasase udara +/+, massa - / + (di sepertiga
posterior) ; NPOP : dbn, tonsil T1-T1 tenang, faring hiperemis -/- ; laring dbn, palpasi nasofaring
terdapat massa di atap nasofaring posterolateral berasal dari nasofaring, permukaan licin, mudah
berdarah, MF : simetris, parese nervus kranialis (-) ; Leher : tidak teraba pembesaran KGB

V. DIAGNOSIS BANDING

VI.DIAGNOSIS KERJA

Juvenile nasopharyngeal angiofibroma

VII.USUL PEMERIKSAAN

Foto Rontgen : submentovertex


CT Scan setinggi nasofaring
MRI
Nasoendoscopy
Angiografi

VIII.PENATALAKSANAAN

Operasi (ekstirpasi)
Hormonal
Radiasi

IX. PROGNOSIS

Quo ad vitam : ad bonam


Quo ad functionam : ad bonam
PEMBAHASAN

Dasar diagnosis
Pasien ini datang dengan keluhan utama hidung tersumbat
Dari anamnesis didapatkan :
- Onset 3 tahun SMRS
Keluhan disertai dengan :
- Epistaksis
- Nyeri kepala
- Gangguan pendengaran (telinga berdenging)
- Gangguan penglihatan
Keluhan tidak disertai dengan :
- Proptosis
- Rasa penuh pada wajah
- Trismus
- Bengkak pada muka
Dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya massa pada atap nasofaring posterolateral, berasal dari
nasofaring, permukaan licin, mudah berdarah
Maka pasien ini didiagnosa sebagai juvenile nasopharyngeal angiofibroma (JNA)

Predisposisi JNA
Faktor predisposisi timbulnya JNA ialah :
- Laki-laki
- Remaja (10-20 tahun)
Pada pasien ini faktor predisposisinya adalah jenis kelamin laki-laki dengan usia 17 tahun.

Penyebab JNA
Etiologi tumor ini masih belum jelas, berbagai macam teori banyak diajukan. Salah satu
diantaranya adalah teori jaringan asal, yaitu pendapat bahwa tempat perlekatan spesifik
angiofibroma adalah di dinding posterolateral atap rongga hidung.
Faktor ketidakseimbangan hormonal juga banyak dikemukakan sebagai penyebab.
Anggapan ini didasarkan atas adanya hubungan erat antara tumor dengan jenis kelamin dan umur.
Banyak ditemukan pada anak atau remaja laki-laki. Itulah sebabnya maka tumor ini disebut
juvenile nasopharyngeal angiofibroma.

Patogenesis penyakit ini


Tumor pertama kali tumbuh di bawah mukosa di tepi sebelah posterior dan lateral koana
di atap nasofaring. Tumor akan tumbuh besar dan meluas di bawah mukosa sepanjang atap
nasofaring, mencapai tepi posterior septum dan meluas kearah bawah membentuk tonjolan massa
di atap rongga hidung posterior. Perluasan kearah anterior akan mengisi rongga hidung,
mendorong septum ke sisi kontralateral dan memipihkan konka. Pada perluasan kearah lateral,
tumor, melebar kearah foramen sphenopalatina, masuk ke fisura pterigomaksila dan akan
mendesak dinding posterior sinus maksila. Bila meluas terus, akan masuk ke fossa intratemporal
yang akan menimbulkan benjolan di pipi, dan rasa penuh di wajah. Apabila tumor telah
mendorong salah satu atau kedua bola mata maka tampak gejala yang khas pada wajah, yang
disebut muka kodok.
Perluasan ke intracranial dapat terjadi melalui fossa infratemporal dan pterigomaksila
masuk ke fossa cerebri media. Dari sinus ethmoid masuk ke fossa cerebri anterior atau dari sinus
sphenoid ke sinus cavernosus dan fossa hipofise.

Diagnosis banding

- Penyakit lain yang menyebabkan obstruksi nasal, (misalkan : nasal polyps, antrochoanal
polyp, teratoma, encephalocele, dermoids, inverting papilloma, rhabdomyosarcoma,
squamous cell carcinoma rhabdomyosarcoma, squamous cell carcinoma)
- Penyakit lain yang menyebabkan epistaksis, baik lokal maupun sistemik
- Penyakit lain yang menyebabkan proptosis maupun bengkak daerah orbita
REFERENSI

Adams, George., Boeis, Lawrence., Higler, Peter. BOIES-Buku Ajar Penyakir THT Edisi 6. 1994.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Arsyad, Efiaty., Iskandar, Nurbaiti., dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala Leher Edisi kelima. 2002. Penerbit Gaya Baru. Jakarta.

Lee, K.J., Essential Otolaryngology-Head and Neck Surgery , 8th ed., New York : McGraw-Hill co.
2003.

Leighton,Susanna., Robson, Andrew., Hall and Colmans Disease of the Ear, Nose and Throat
Fifteenth Edition. 2000. Churcill Livingstone. London.

Maves MD., Stevens CR., Vascular Tumors of The Head and Neck in Byron J. Bailey Head and
Neck Surgery-Otolaryngology. 2nd ed. Lippicott-Raven. Philadelphia. 1998.

Anda mungkin juga menyukai