Skripsi
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memenuhi
Ujian Sarjana Program S1 Humaniora dalam Ilmu Bahasa dan Sastra Jepang
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Diponegoro
Oleh :
Ayu Mustika Yulianti
NIM : 13050111150012
i
HALAMAN PERNYATAAN
mengambil bahan dari hasil penelitian untuk suatu gelar sarjana atau diploma di
suatu universitas maupun hasil penelitian lain. Sejauh yang penulis ketahui,
skripsi ini juga tidak mengambil bahan dari publikasi atau tulisan orang lain,
kecuali yang telah tercantum dalam rujukan dan daftar pustaka.Penulis bersedia
ii
HALAMAN PERSEUJUAN
Disetujui oleh
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Pada hari :
Tanggal :
Universitas Diponegoro
Ketua
Anggota I
Anggota II
iv
MOTTODAN PERSEMBAHAN
Einstein)
( : )
Artinya : Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan
Tugas kita bukanlah untuk berhasil.Tugas kita adalah untuk mencoba, karena
Allah SWT yang telah memberikan kenikamatan di setiap hidupku, pada orang
yang sangat besar untuk mamaku yang tidak pernah lelah mensuport dan
v
PRAKATA
kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahan segala nikmat dan karunia-
Nya. Salawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga,
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak lepas dari peran
berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
2. Bapak Drs. Surono, S. U, selaku Ketua Jurusan Sastra dan Bahasa Jepang
Semarang
vi
4. Bapak Drs. Yudiono, KS, SU, selaku Dosen Pembimbing I, dan Bapak
bermanfaat.
nasehat dan bantuannya selama ini, kebersamaan kita akan selalu menjadi
penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna dan terdapat
banyak kekurangan baik dari segi isi maupun teknik penulisannya, karena penulis
mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak yang sifatnya membangun
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HAL JUDUL. i
HAL PERNYATAAN.. ii
HAL PENGESAHAN... iv
PRAKATA.vi
DAFTAR ISI..viii
ABSTRAKSI.. x
BAB I PENDAHULUAN 1
viii
2. 2 Pendekatan Struktural .. 9
3.3.1 Kejujuran.................................................... 45
BAB IV SIMPULAN. 52
DAFTAR PUSTAKA
YOUSHI
LAMPIRAN
BIODATA
ix
ABSTRACT
Yulianti, Mustika Ayu. Analisis Struklural dan Nilai Moral Cerpen Te Bokuro
Wo Kai Ni Karya Niimi Nankichi. Thesis.Department of
Japanese Studies Faculty of Humanities.Diponegoro University.The First Advisor
Drs. Yudiono KS, SU.The Second Advisor Budi Mulyadi, S. S, M. Hum.
The purpose of this research is analyze the structural analysis and moral
gradedof the short story Te Bokuro Wo Kai Ni. The data used in this research is
the short story Te Bokuro Wo Kai Ni, published by Niimi Nankichi in the
literature anthology in 1986.
The theory used in this research is the analysis of moral values. This theory is
used to analyze the attitude of leaders of the short story Bokuro Wo Kai Ni. The
second theory used in this study is a structural theory by Burhan Nurgiyantoro.
This theory is used to analyze the theme, plot, setting and message in this short
story.
Keywords :Te Bokuro Wo Kai Ni, Cerpen, Analisis Struklural dan Nilai Moral
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang bersifat kreatif estetik.Selain itu karya sastra juga menampilkan gambaran
kehidupan.Karya sastra tidak hanya berfungsi sebagai sarana hiburan tetapi juga
digambarkan melalui sikap maupun tingkah laku dari tokoh-tokoh dalam cerita
terkandung dalam sebuah karya sastra dan makna yang disarankan lewat cerita.
Seperti karya sastra pada umumnya, karya sastra anak pun dibedakan atas
prosa, puisi dan drama.Ketiga karya sastra tersebut mempunyai ciri-ciri tersendiri
dalam penyajiannya.Prosa dalam karya sastra modern lebih dikenal dengan istilah
ada kemiripan dengan sesuatu kehidupan ini karena bahannya diambil dari
antara lain novel, novella (cerita pendek panjang), dan cerita pendek (cerpen).
Cerpen adalah cerita yang pendek yang memusatkan pada satu situasi dan setetika
1
2
Sama seperti karya sastra pada umumnya cerpen pun sangat sarat dengan
dengan pendidikan moral yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi anak untuk
belajar memahami kehidupan secara sederhana.Karya sastra anak, baik itu berupa
dengan alur yang tidak berbelit-belit, tokoh dan penokohannya yang memberi
tauladan.
cerita yang menyangkut masalah kehidupan manusia lain, yang dituangkan dalam
sebuah tulisan. Ada pula cerpen yang dibuat berdasarkan kisah fiksi belaka.Isi
cerpen yang dibuat baik yang cerita fiksi maupun berdasarkan kisah nyata,
dalam sebuah buku, media cetak (seperti : Koran, majalah, dan buku-
kepada manusia. Induk rubah cemas takut anaknya ditangkap oleh manusia,
makhluk jahat. Cerpen tersebut banyak mengandung pesan moral yang berguna
bagi pembaca. Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih jauh
tentang pesan moral apa saja yang terkandung dalam cerpen Tebukoro Wo Kai Ni(
).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan wawasan yang luas
bagi para pembacanya mengenai karya sastra itu sendiri maupun dari segi analisis
E. Ruang Lingkup
nilai moral cerpen Tebukuro Wo Kai Nidan unsur intrinsik yang membangun
F. Metode Penelitian
berupa tema, tokoh dan penokohan, alur (plot), latar (setting), amanat dan
memfokuskan pada nilai moral cerpen Tebukuro Wo Kai Ni.Langkah awal yang
berupa cerpen Tebukuro Wo Kai Ni, dan mencari data sekunder yang berupa
buku-buku tentang teori sastra, dan pustaka lainnya serta data data yang berasal
Tebukuro Wo Kai Ni, dengan mengacu pada teori-teori yang didapatkan dalam
tersebut.
G. Sistematika Penulisan
cerpen ini melalui pendekatan struktural, yaitu tentang analisis unsur intrinsiknya,
TINJAUAN PUSTAKA
Banyak karya baik berupa prosa, puisi maupun drama yang dijadikan sebagai
objek penelitian oleh mahasiswa khususnya jurusan sastra.Dari jenis karya sastra
tersebut yang banyak dijadikan objek penelitian adalah prosa.Hal tersebut terlihat
objek penelitian, selain karena prosa berisi tentang gambaran kehidupan sehari-
hari, juga prosa lebih mudah untuk diteliti serta dapat mengajak pembaca untuk
Selain sebagai hiburan, karya sastra pun dapat dijadikan sebagai media
pendidikan yang efektif baik untuk anak-anak maupun dewasa.Setiap karya sastra
baik dari Indonesia maupun dari Jepang, pasti memiliki pesan moral yang ingin
memberikan pesan moral kepada pembacanya. Salah satu karya sastra anak di
Jepang yang sarat dengan pesan moral, ialah sebuah cerpern anak yang berjudul
yang berjudul Gongitsune Niimi Nankichi Yuuzuru Kinoshita Junji pada tahun
dijadikan untuk sarana pendidikan anak, seperti nilai keberanian, nilai kebajiakan,
6
7
Selain cerita Tebukuro Wo Kai Ni, banyak karya sastra tradisional Jepang
terdapat beberapa hasil penelitian karya sastra mengenai nilai moral, akan tetapi
sepengetahuan penulis belum ada yang meneliti nilai moral pada cerpen anak
Tebukuro Wo Kai Ni. Sebagian nilai moral yang dibahas dalam penelitian-
penelitian menggunakan objek karya sastra lain seperti novel. Namun bila dilihat
dari objek karya sastra anak, terdapat beberapa penelitian mengenai nilai moral,
cerita rakyat Jepang berjudul Urashima Tarou, Shitakiri Suzume, dan Hanasaka
Jijii.Dalam penelitiannya dijelaskan tentang salah satu nilai moral orang Jepang
yang merupakan karakter budaya orang Jepang, yaitu cerminan ongaeshi atau
Pendekatan struktural berpijak pada karya sastra itu sendiri dan lepas dari
segala yang berada di luar karya sastra. Menurut Teeuw (1984), karya sastra
dipandang sebagai sesuatu yang otonom, berdiri sendiri, bebas dari pengarang,
realitas, maupun pembaca. Analisis struktural karya sastra dapat dilakukan dengan
berhubungan.
8
merupakan unsur yang terdiri dari tema, alur, tokoh, latar dan amanat.sedangkan
ekstrinsik adalah unsur yang berada diluar karya sastra yang menghubungkan
teks sastra adalah segi-segi atau unsur-unsur sosial diluar teks sastra yang
membangun totalitas makna sebuah teks sastra (2005:23). Kedua unsur ini
tersusun secara struktural yang tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lain.
Oleh karena itu pendekatan struktural merupakan tahap penting dalam penelitian
karya satra untuk mendapatkan makna karya sastra itu secara keseluruhan.
(2010:221) menjelaskan bahwa unsur intrinsik adalah unsur unsur cerita fiksi
yang secara langsung berada di dalam, menjadi bagian dan ikut membentuk
eksistensi cerita yang bersangkutan. Unsur-unsur intrinsik dalam cerita fiksi anak
berupa tema, tokoh dan penokohan, alur (plot), latar (setting), amanat. Berikut
penjelasannya:
2.2.1.1 Tema
Tema dalam cerita fiksi adalah ide yang medasari suatu cerita berperan juga
baru dapat memahami tema bila mereka telah selesai memahami unsur-unsur
dalam cerita fiksi lewat alur balik sebagai pelaku maupun penderita peristiwa
yang diceritakan. Dalam cerita fiksi anak tokoh cerita tidak harus berwujud
manusia, seperti anak-anak atau orang dewasa lengkap dengan nama dan
karakternya, melainkan juga dapat berupa binatang atau suatu objek yang lain
(character) dapat dipahami sebagi seseorang yang ditampilkan dalam teks cerita
naratif (juga drama) yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan
Alur atau plot adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun
bagian keseluruhan bagian fiksi (Semi, 1988:43), maka alur itu merupakan
Alur atau plot adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan
peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam
suatu cerita.
yang digambarkan dan berperan dalam peristiwa itu yang semuanya terikat dalam
Bersama dengan unsur tokoh dan alur cerita, unsur latar merupakan sebuah fakta
cerita yang secara konkret dapat ditemukan dalam cerita fiksi.Latar (setting) dapat
dipahami sebagai landas tumpu berlangsungnya berbagai peristiwa dan kisah yang
diceritakan dalam cerita fiksi tidak dapat terjadi begitu saja tanpa kejelasan landas
tumpu.Terutama untuk cerita fiksi anak yang dalam banyak hal memerlukan
rincian konkret yang lebih menjelaskan apa dan bagaimana nya berbagai
Unsur latar dapat dibedakan kedalam tiga unsur pokok, yaitu tempat,
Moral, amanat dapat dipahami sebagi sesuatu yang ingin disampaikan kepada
masalah baik atau pun buruk.Untuk cerita fiksi anak, istilah moral disampaikan
dikarenakan cerita fiksi hadir dan ditulis sebagai salah satu alternatif memberikan
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada diluar karya sastra itu, tetapi
sastra. Atau secara lebih khusus ia dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang
mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra, namun sendiri tidak ikut
(untuk tidak dikatakan: cukup menentukan) terhadap totalitas bangun cerita yang
Seperti halnya unsur intrinsik, unsur ekstrensik juga terdiri dari sejumlah unsur.
kesemuanya itu akan mempengaruhi karya yang ditulisnya. Pendek kata, unsur
sosiologi adalah telaah yang objektif dan ilmiah tentang manusia dalam
masyarakat, telaah tentang lembaga dan proses sosial. Seperti halnya
dengan sosiologi, sastra berurusan dengan manusia dalam masyarakat,
usaha manusia untuk menyesuaikan diri dan usahanya untuk mengubah
masyarakat itu
Istilah sosiologi pertama tama muncul dalam salah satu jilid karya tulis
Philosophie Positive. Istilah sosiologi tersebut disarankan sebagai nama dari satu
yang benar benar dan konkrit, dimana masing masing orang mengalaminya
manusia dalam masyarakat pada sebuah karya sastra. Sosiologi dan sastra
pendapat Darmono, kecenderungan telaah sosiologi sastra ada dua yaitu pertama
cerminan sosial belaka dan kedua pendekatan yang mengutamakan teks sastra
penelitian yang kedua yaitu pendekatan pada segi kemasyarakatan terutama aspek
moral atau ajaran moral yang terkandung dalam cerpen Tebukuro Wo Kai Ni
Karya sastra dapat dijadikan cermin bagi manusia untuk dapat memahami karya
sastra tersebut sehingga kita dapat memahami gagasan maupun maksud pengarang
dan amanat dalam karya sastra tersebut.Banyak karya sastra cepen anak yang
dengan perbuatan yang menurut moral hal tersebut baik untuk dilakukan maupun
sebaliknya. Menurut Bertens, nilai merupakan suatu yang menarik, sesuatu yang
dicari, sesuatu yang menyenangkan, sesuatu yang disukai dan diinginkan, artinya
Moralitas dapat juga diartikan sebagai keseluruhan pedoman perilaku yang telah
merupakan anggapan mengenai hal yang baik dan yang buruk dalam masyarakat
(Suseno 1995:5).
manusia karena nilai bersifat normatif, atrinya nilai mengandung harapan, cita-
15
cita, dan suatu keharusan sehingga nilai memiliki sifat ideal. Nilai diwujudkan
dalam bentuk norma sebagai landasan manusia untuk bertindak. Oleh karena itu,
penting adanya norma-norma maupun ajaran moral sebagai tolak ukur dalam
menilai sesuatu.
hal itulah yang ingin disampaikan kepada pembaca.Moral dalam cerita biasanya
dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu
yang bersifat praktis, yang dapat diambil dan ditafsirkan lewat cerita yang
Nilai moral tidak terpisah dari jenis nilai-nilai lain nya.Setiap nilai dapat
Walaupun nilai moral menumpang pada nilai-nilai lain, namun ia tampak sebagai
suatu nilai baru, bahkan sebagi nilai yang paling tinggi. Menurut Bertens
jawab, (2) berkaitan dengan hati nurani, (3) mewajibkan, (4) bersifat formal.
Franz Magnis Suseno (2005: 130) mengungkapkan ada tiga prinsip moral dasar,
Sikap yang dituntut dari kita sebagai dasar dalam hubungan dengan siapa saja
adalah sikap positif dan baik. Seperti halnya dalam prinsip utilitarisme, bahwa kita
16
tindakan kita, kecuali ada alasan khusus, tentunya kita harus bersikap baik
Bersikap baik berarti, memandang seseorang dan sesuatu tidak hanya sejauh
2005:131). Bagaimana sifat baik itu harus dinyatakan secara konkret, tergantung
pada apa yang baik dalam situasi konkret itu. Maka prinsip ini menuntut suatu
pengetahuan tentang realitas, agar dapat diketahui apa yang masing-masing baik
bagi yang bersangkutan. Prinsip sikap baik mendasari semua norma moral, karena
hanya atas dasar prinsip itu, maka akan masuk akal bahwa harus bersikap adil,
Prinsip kebaikan hanya menegaskan agar kita bersikap baik terhadap siapa
terbatas.Tidak hanya berlaku bagi benda-benda materil, melainkan juga dalam hal
perhatian dan cinta kasih.Kemampuan untuk memberi hati kita juga terbatas.Maka
itu harus dibagi.Prinsip tambahan itu adalah prinsip keadilan. Adil pada
hakikatnya berarti bahwa kita memberikan kepada orang lain apa yang menjadi
haknya. Karena pada hakekatnya semua orang sama nilainya sebagai manusia,
17
maka tuntutan dasariah keadilan adalah perlakuan yang sama terhadap semua
diri sebagai sesuatu yang bernilai pada dirinya sendiri.Prinsip ini berdasarkan
paham bahwa manusia adalah person, pusat berpengertian dan berkehendak, yang
memiliki kebebasan dan suara hati, makhluk yang berakal budi (Suseno,
2005:133).
Prinsip ini memiliki dua arah.Pertama, dituntut agar kita tidak membiarkan
diri diperas, diperalat, atau diperbudak. Perlakuan tersebut sangat tidak wajar
mempunyai harga diri. Kedua, kita jangan sampai membiarkan diri terlantar.
bahwa kewajibannya terhadap orang lain diimbangi oleh perhatian yang wajar
lain, perlu diimbangi dengan sikap yang menghormati diri sendiri sebagai
1. Kejujuran
Dasar dalam setiap usaha untuk menjadi seorang yang kuat secara moral adalah
kejujuran. Tanpa kejujuran kita sebagai manusia tidak akan bisa maju karena kita
belum berani menjadi diri kita sendiri. Tidak jujur berarti tidak seia-sekata dan itu
berarti bahwa kita belum sanggup untuk mengambil sikap lurus, artinya tidak
mengambil dirinya sendiri sebagai titik tolak, melainkan apa yang diperkirakan
Suseno (2005: 142-143), bersikap jujur terhadap orang lain memiliki dua arti:
Pertama, sikap terbuka dan kedua, sikap fair. Dengan terbuka, tidak dimaksud
bahwa segala pertanyaan orang lain harus kita jawab dengan selengkapnya, atau
orang lain berhak untuk mengetahui segala perasaan dan pikiran kita. Melainkan
kita selalu muncul sebagai diri kita sendiri, sesuai dengan keyakinan kita. Kedua,
terhadap orang lain orang yang jujur bersikap wajar atau fair, ia akan
orang lain terhadap dirinya. Ia menghormati hak orang lain, ia selalu akan
memenuhi janji yang diberikan, juga terhadap orang yang tidak dalam posisi
untuk menuntutnya.
19
2. Nilai-nilai otentik
Otentik berarti, kita menjadi diri kita sendiri.Bukan orang jiplakan, orang tiruan,
orang-orangan yang hanya bisa membeo saja, yang tidak mempunyai sikap dan
pendirian karena dalam segalanya mengikuti pendapat umum dan arah angin.
Bertanggung jawab berarti suatu sikap terhadap tugas yang membebani kita, kita
atau ditentang oleh orang lain. Tugas itu bukan sekedar masalah dimana kita
melainkan tugas itu kita rasakan sebagai sesuatu yang mulai sekarang harus kita
pelihara, kita selesaikan dengan baik. Merasa bertanggung jawab berarti bahwa
meskipun orang lain tidak melihat, kita tidak merasa puas sampai pekerjaan itu
4. Keberanian moral
Keberanian moral adalah kesetiaan terhadap suara hati yang menyatakan diri
moral berarti berpihak pada yang lebih lemah melawan yang kuat, yang
5. Kerendahan hati
Kerendahan hati berarti bahwa kita merendahkan diri, melainkan kita melihat diri
seadanya kita.Kerendahan hati adalah kekuatan batin untuk melihat diri sesuai
Orang yang rendah hati tidak hanya melihat kelemahannya melainkan juga
kekuatannya. Dalam bidang moral kerendahan hati tidak hanya berarti bahwa kita
sadar akan keterbatasan kebaikan kita, melainkan juga kemampuan kita untuk
untuk seperlunya mengubah pendapat kita sendiri. Orang yang rendah hati tidak
merasa dirinya penting dan karena itu berani untuk mempertaruhkan diri apabila
pertama kali anak rubah yang masih kecil pergi ke kota untuk membeli sarung
tangan tanpa ditemani oleh ibunya, meskipun sang ibu telah menceritakan bahwa
manusia itu menakutkan dan bila manusia mengetahui bahwa yang berbicara
denganya adalah seekor rubah maka manusia akan menangkap rubah itu dan
mengurungnya di dalam kandang. Anak rubah tetap pergi kekota dengan berani
dan membeli sarung tangannya sendiri. Sesampai di kota anak rubah dengan
sopan berbicara denganmanusia penjual sarung tangan sesuai yang diajarkan oleh
ibunya sehingga dia mendapat perlakuan baik dari manusia dan dia pun
Anak rubah pun beranggapan bahwa manusia itu adalah makhluk yang
baik tidak seperti yang diceritakan oleh ibunya. Terbukti tidak terjadi apa-apa
21
22
3.2.1 Tema
keberanian seekor anak rubah untuk membuktikan bahwa apa yang diceritakan
ibunya tentang manusia makhluk yang menakutkan itu tidak benar. Hal ini bisa
dilihat dari inti sari cerpen yang menceritakan petualangan anak rubah pergi ke
kota untuk membeli sarung tangan, padahal sebenarnya sudah dilarang oleh
ibunya, karena sang ibu khawatir anak rubah akan diperlakukan tidak baik oleh
( )
Sang anakpun berjalan menuju arah cahaya lampu kota, berjalan terhuyung-
huyung melewati tanah lapang yang memantulkan cahaya salju. Cahaya
yang pertama-tama hanya satu berubah menjadi dua, tiga, dan terus
bertambah hingga menjadi sepuluh. Ketika melihat itu, dia berpikir bahwa
lampu itu seperti bintang, ada yang merah, ada yang kuning dan ada yang
biru. Tak lama kemudian, dia memasuki kota, tetapi pintu rumah-rumah
yang dia lewati semuanya tertutup, cahaya yang sepertinya hangat terlihat
dari jendela yang tinggi terus-terusan jatuh menerangi salju yang ada di atas
jalan.
bisa membeli sarung tangan dengan selamat. Seperti terlihat dalam kutipan :
( )
3.2.2 Tokoh
Tokoh cerita dalam sebuah karya fiksi dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis
penamaan. Dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam cerita,
ada tokoh utama cerita ( Central Character, Main Character ) dan tokoh
paling banyak diceritakan, baik sebagi pelaku kejadian maupun dikenai kejadian (
tambahan lebih sedikit, dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan
Niimi Nankichi yaitu anak rubah. Adapun yang menjadi tokoh tambahan adalah
ibu rubah, manusia penjual sarung tangan, ibu manusia dan anaknya sebagai.
Anak Rubah
cerpen ini, mulai dari awal cerita sampai akhir cerita anak rubah muncul dalam
cerpen ini. Anak rubah digambarkan sebagai sosok anak yangpolos juga riang.
( )
25
Anak rubah juga adalah anak yang masih butuh perhatian dari orang
( )
( )
Anak dan ibu rubah keluar dari sarangnya.Sang anak masuk ke bawah perut
ibunya, sambil mengedip-kedipkan matanya dia berjalan melihat kesana-
kemari. Tak lama kemudian, di depan mereka mulai terlihat sesosok cahaya.
Anak rubah adalah anak yang selalu ingin tahu segala sesuatu yang baru
( )
( nandaka hendana okaachan, kore naani? ) to itte, yuki akari ni, mata sono,
ningen no te ni kaerarete shimatta jibun no te wo shigeshige to
mitsumemashita.
( Kongitsune . Yuuzuru, 1986 : 27)
entah mengapa rasanya aneh Bu, ini aaapa?ucap si anak, lagi-lagi dia
melihat tanganya yang dirubah oleh pantulan cahaya salju dengan cermat.
dikarenakan dia memiliki keberanian untuk pergi ke kota sendirian guna membeli
( -)
27
Dari bawah perutnya sang anak mengatakan Ibu sedang apa? Ayo cepat,
tetapi tetap saja kaki sang ibu tidak bisa melangkah maju. Karena tak ada
jalan lain lagi, dia membiarkan anaknya pergi ke kota sendirian.
( )
Sang anakpun berjalan menuju arah cahaya lampu kota, berjalan terhuyung-
huyung melewati tanah lapang yang memantulkan cahaya salju. Cahaya
yang pertama-tama hanya satu berubah menjadi dua, tiga, dan terus
bertambah hingga menjadi sepuluh. Ketika melihat itu, dia berpikir bahwa
lampu itu seperti bintang, ada yang merah, ada yang kuning dan ada yang
biru. Tak lama kemudian, dia memasuki kota, tetapi pintu rumah-rumah
yang dia lewati semuanya tertutup, cahaya yang sepertinya hangat terlihat
dari jendela yang tinggi terus-terusan jatuh menerangi salju yang ada di atas
jalan.
28
( )
Si anak rubah mencari toko topi sambil melihat sisi depan papan nama yang
di atasnya diterangi oleh lampu listrik. Papan nama toko sepeda, toko
kacamata dan berbagai macam papan nama, ada juga yang catnya baru, ada
juga tembok tua yang catnya memudar, anak rubah yang untuk pertama
kalinya datang ke kota tidak mengetahui ada hal-hal yang demikian.
Namun demikian, dia mempunyai perilaku yang sopan dan patuh, dapat
___
( )
29
( )
( konbanwa)
___
( )
___Dengan patuh anak rubah itu menyerahkan dua keping uang 100-an yang
ada di genggamanya.
1 Ibu Rubah
kedudukan dari peranan tokoh utama secara langsung ataupun tidak langsung. Ibu
rubah digambarkan sebagai sosok ibu yang penyayang juga perhatian terhadap
( -)
Kaasan kitsune ha, sono te ni, Haah to iki wo fukkakete, nukutoi kaasan
no te de yanwari tsutsunde yarinagara,
( mousugu atatakakunaruyo, yuki wo sawaru to, sugu dankunaru mondayo )
to iimashita ga,kaa ii bouya no teni shimoyake ga dekite ha kawai
soudakara, yoru ni nattara, machi made itte, bouya no otete ni au youna
keito no tebukuro wo katte yarou to omoimashita.
( Kongitsune . Yuuzuru, 1986 : 25-26)
Ibu rubah juga digambarkan sebagai seekor rubah yang penakut.Hal ini
desebabkan rasa trauma yang pernah dialaminya dahulu bersama temannya saat
pergi ke kota, ia dan temannya hampir terbunuh oleh manusia. Seperti terlihat
31
( -)
Sono machi no hi wo mita toki , okaasan kitsune ha, aru toki machi he
tomodachi to dekakete itte, tondame ni atta koto wo omoidashimashita.
oyoshinasaitte iu nomo kinaide, otomodachi no kitsune ga, aru ie no ahiru
wo nusu mou toshitanode, ohyakushou ni mitsukatte, sanza oimakurarete,
inochi kara gara nigeta kotodeshita.
( kaachan nanishiten no, hayaku ikouyo) to kodomo no kitsune ga onaka no
shita kara iu no deshita ga, kaasan kitsune ha doushitemo ashi ga susumanai
no deshita. sokode, shikataganai node, bouya dake wo hitori de machi made
ikaseru koto ni narimashita.
( Kongitsune . Yuuzuru, 1986 : 26-27)
Saat melihat cahaya lampu kota tersebut, sang ibupun teringat akan
pengalaman buruk, waktu dimana dia pergi ke kota bersama temanya. Tanpa
mengindahkan peringatan, teman sang ibu masuk ke suatu rumah untuk
mencuri bebek, kejadian tersebut diketahui oleh pemiliknya dan dia dikejar
dan hampir kehilangan nyawanya. Dari bawah perutnya sang anak
mengatakan Ibu sedang apa? Ayo cepat, tetapi tetap saja kaki sang ibu
tidak bisa melangkah maju. Karena tak ada jalan lain lagi, dia membiarkan
anaknya pergi ke kota sendirian.
ini pun merupakan tokoh tambahan, karena ia merupakan tokoh yang memperkuat
kedudukan dari peranan tokoh utama secara langsung ataupun tidak langsung.
Penjual sarung tangan digambarkan sebagai sosok yang waspada dan baik.Seperti
( )
Melihat itu penjaga tokopun keheranan.Ada tangan rubah. Tangan rubah ini
mengatakan ingin membeli sarung tangan..Penjaga toko itu berpikir bahwa
pasti anak rubah datang membeli memakai dedaunan. Dari situ penjaga toko
mengatakan sini uangnya duluan.
___
___
( )
___Penjaga toko itu mengambil uang dengan jari telunjuknya, dan ketika dia
meraba uangnya terdengar suara krincing- krincing dan dia menyadari
bahwa itu bukanlah daun, dan dia berpikir bahwa itu adalah uang
sungguhan,___
3 Ibu Manusia
digambarkansebagai tokoh yang baik hati dan penyayang. Seperti yang terlihat
dalam kutipan :
( -)
Kogitsune ha sono utagoe ha, kitto ningen no okaasan no koe niche ga inai
to omoimashita. Date, kogitsune ga nemuru toki ni mo, yappari okaasan
kitsune ha, anna yasashii koe deyusu butte kureru kara desu.
4 Anak Manusia
merupakan tokoh tambahan, anak manusia digambarkan sebagai sosok anak yang
polos juga selalu ingin tahu. Seperti terlihat dalam kutipan berikut ini :
( )
Suruto kondo ha, kodomo no koe ga shimashita. (okaachan, konna saui yoru
ha, mori no kokitsune ha samui samuitteru deshoune)
Lalu terdengar suara anak-anak.ibu, di malam yang dingin seperti ini, rubah
yang ada dihutan bersuara dingin dingin begitu ya?
adalah alur maju dan alur mundur. Alur maju dikarenakan cerita
berjalan sesuai dengan urutan penampilan peristiwa, dan alur mundur karena
terdapat peristiwa yang terjadi di masa lampau. Hal itu seperti terlihat dalam
35
( )
Sono machi no hi wo mita toki , okaasan kitsune ha, aru toki machi he
tomodachi to dekakete itte, tondame ni atta koto wo omoidashimashita.
oyoshinasaitte iu nomo kinaide, otomodachi no kitsune ga, aru ie no ahiru
wo nusu mou toshitanode, ohyakushou ni mitsukatte, sanza oimakurarete,
inochi kara gara nigeta kotodeshita.
( Kongitsune . Yuuzuru, 1986 : 26)
Saat melihat cahaya lampu kota tersebut, sang ibu pun teringat akan
pengalaman buruk, waktu dimana dia pergi ke kota bersama temannya.
Tanpa mengindahkan peringatan, teman sang ibu masuk ke suatu rumah
untuk mencuri bebek, kejadian tersebut diketahui oleh pemiliknya dan dia
dikejar dan hampir kehilangan nyawanya.
kejadian yang pernah dialami ibu rubah dan teman nya saat mereka pergi ke kota.
Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu menyaran pada
meliputi latar tempat, latar waktu, dan latar sosial saat cerita
berlangsung.
36
Latar goa merupakan salah satu tempat yang dijadikan latar dalam cerpen
anak rubah berniat keluar sarang. Seperti yang terlihat pada kutipan :
( )
Bersamaan dengan angin utara yang dingin, datanglah rubah dan induknya
untuk tinggal di hutan. Pada suatu pagi, sang anak rubah berniat keluar
sarang.
( )
2). Hutan
Hutan pun dijadikan sebagai latar tempat dalam cerita cerpen Tebukuro Wo
( )
Bersamaan dengan angin utara yang dingin, datanglah rubah dan induknya
untuk tinggal di hutan.___
Hutan tempat tinggal ibu rubah dan anaknya digambarkan sebagai hutan
( )
daerah sekitar goa tempat dimana anak rubah tinggal dan ketika anak rubah akan
pergi ke kota untuk pertama kalinya ia melalui tanah lapang. Seperti yang terlihat
dalam kutipan :
( )
Sang anakpun berjalan menuju arah cahaya lampu kota, berjalan terhuyung-
huyung melewati tanah lapang yang memantulkan cahaya salju. Cahaya
yang pertama-tama hanya satu berubah menjadi dua, tiga, dan terus
bertambah hingga menjadi sepuluh. Ketika melihat itu, dia berpikir bahwa
lampu itu seperti bintang, ada yang merah, ada yang kuning dan ada yang
biru. Tak lama kemudian, dia memasuki kota, tetapi pintu rumah-rumah
yang dia lewati semuanya tertutup, cahaya yang sepertinya hangat terlihat
39
dari jendela yang tinggi terus-terusan jatuh menerangi salju yang ada di atas
jalan.
4). Kota
adalah latar dimana anak rubah memulai pengalaman pertamanya memasuki kota.
( )
Sang anakpun berjalan menuju arah cahaya lampu kota, berjalan terhuyung-
huyung melewati tanah lapang yang memantulkan cahaya salju. Cahaya
yang pertama-tama hanya satu berubah menjadi dua, tiga, dan terus
bertambah hingga menjadi sepuluh. Ketika melihat itu, dia berpikir bahwa
lampu itu seperti bintang, ada yang merah, ada yang kuning dan ada yang
biru. Tak lama kemudian, dia memasuki kota, tetapi pintu rumah-rumah
yang dia lewati semuanya tertutup, cahaya yang sepertinya hangat terlihat
dari jendela yang tinggi terus-terusan jatuh menerangi salju yang ada di atas
jalan.
40
1. Pagi Hari
( )
Bersamaan dengan angin utara yang dingin, datanglah rubah dan induknya
untuk tinggal di hutan. Pada suatu pagi, sang anak rubah berniat keluar
sarang.
2. Malam Hari
( )
3. Musim Dingin
( -)
Sakuya no uchi ni, masshiro na yuki ga dossari futta no desu. Sono yuki no
ue kara ohisama ga kirakira to terashite itanode, yuki ha mabushii hodo
hanshashite itanodesu. Yuki wo shiranakatta kodomo no kitsune ha, amari
tsuyoi hansha wo uketanode, me ni nanika sasatta to omotta no deshita.
( Kongitsune . Yuuzuru, 1986 : 24-25)
Kemarin malam, salju yang putih turun dengan lebatnya. Dari atas salju
tersebut sinar sang mentari bersinar berkelap-kelip memantulkan sinar yang
menyilaukan. Sang anak rubah yang belum mengenal salju itu berpikir kalau
sesuatu menusuk matanya, padahal dia terkena pantulan cahaya yang
menyilaukan itu.
sebuah karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai
masalah dalam lingkup hidup yang cukup kompleks. Latar sosial dapat berupa
kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara pikir dan
bersikap. Latar sosial juga berhubungan dengan status sosial seorang tokoh
bebas di dalam hutan.Dalam cerita ini ibu rubah mengajarkan adat istiadat yang
( )
Bersama dengan angin utara yang dingin, datanglah rubah dan induknya
untuk tinggal dihutan.Pada suatu pagi, anak rubah berniat keluar sarang,
( )
itu adalah tangan manusia, dengar nak, kalau kamu pergi ke kota, kamu
akan melihat ada banyak rumah, pertama-tama carilah rumah yang di
depanya ada papan bulat shappo (fr:topi), kalau sudah ketemu, tok-tok
ketuklah pintunya dan katakan selamat malam. Kemudian manusia yang ada
di dalam akan membuka pintu sedikit, dari celah pintu tersebut tangan ini,
masukkan tangan manusia ini, lalu katakan tolong berikan aku kaos tangan
yang pas untuk tangan ini, mengerti kan? Dan jangan pernah kamu
mengeluarkan kedua tanganmu ucap sang ibu kepada anaknya.
manusia. Tetapi, ada kalanya tuduhan itu tidak dibangun berdasarkan tanda atau
bukti yang cukup, dan juga terkadang prasangka itu tidak berdasar atau tidak
kepada orang lain. Meskipun kita mengetahui bahwa berprasangka buruk kepada
orang lain tanpa ada alasan atau bukti merupakan hal yang tidak baik. Hal tersebut
( )
44
( ningen ne, aite ga kitsune dato wakaru to, tebukuro wo utterurenain dayo,
sore dokoroka, tsukamaete ori no naka he irechaundayo, ningentte honto ni
kowai mono nandayo)
( Kongitsune . Yuuzuru, 1986 : 28)
Apabila manusia tahu lawan bicaranya adalah rubah, dia tidak mau menjual
kaos tangan, sebaliknya dia akan menangkap dan memasukkan kita ke dalam
kandang, manusia benar-benar menakutkan
( )
( )
3.1.5.3 Jangan mudah menilai buruk orang lain karena belum tentu
penilaian kita itu benar dan sesuai dengan apa yang kita pikirkan.
Mudah menilai buruk orang lain sering terjadi dalam diri seseorang.
( )
sastra anak yang menceritakan pengalaman pertama kali anak rubah pergi ke kota
sendirian tanpa didampingin ibunya. Dimana dalam cerita tersebut tidak hanya
47
mengisahkan tentang petualangan tetapi juga terdapat nilai-nilai moral yang dapat
dijadikan sebagai media pendidikan anak. Nilai-nilai moral itu dapat dilihat dari
baik buruk tingkah laku dari setiap tokoh-tokoh cerita cerpen Tebukuro Wo Kai
Ni .
Prinsip sikap baik yang merupakan moral dasar dalam suatu hubungan
sosial dituntut untuk dapat bersikap baik dan positif terhadap siapa saja. Suseno
dan sesuatu tidak hanya sejauh berguna bagi dirinya, melainkan menghendaki,
bersikap adil, jujur, tanggung jawab, bahkan setia kepada orang lain. Dalam
3.3.1 Kejujuran
merupakan suatu sikap terbuka, yang memunculkan diri sebagai diri kita sendiri
Seperti halnya anak rubah yang dalam cerita ini telah menceritakan hal yang
sebenarnya tentang apa yang telah ia alami saat membeli sarung tangan di kota.
penjual sarung tangan saat akan membeli sarung tangan. Dengan begitu meskipun
sang penjual merasa aneh dan tidak percaya terhadap anak rubah tetapi si penjual
tetap memberikan sarung tangan permintaan anak rubah. Hal ini terdapat dalam
kutipan :
( )
Dari kutipan diatas anak rubah telah menunjukan sikap kejujuran terhadap
ibunya.Anak rubah telah melakukan kewajibannya untuk menjadi anak yang jujur.
ini ada di dalam diri ibu rubah. Sebagai ibu sudah tentu
mengasuh dan melindungi. Disini tanggung jawab ibu rubah untuk menyayangi
( )
Sang ibu rubah pun terkejut dan kebingungan, dengan ketakutan ibu rubah
mencoba melihat kondisi anaknya, dan ternyata tidak ada apa-apa di mata
anaknya.Ibu rubah menyadari kalau dirinya telah keluar dari mulut gua.
( )
50
Kaasan kitsune ha, sono te ni, Haah to iki wo fukkakete, nukutoi kaasan
no te de yanwari tsutsunde yarinagara,
( mousugu atatakakunaruyo, yuki wo sawaru to, sugu dankunaru mondayo )
to iimashita ga,kaa ii bouya no teni shimoyake ga dekite ha kawai
soudakara, yoru ni nattara, machi made itte, bouya no otete ni au youna
keito no tebukuro wo katte yarou to omoimashita.
( Kongitsune . Yuuzuru, 1986 : 25)
Kemudian rasa ingin melindungi anaknya ditunjukan sang ibu rubah dengan
mengubah satu tangan anak nya secara ajaib menjadi tangan anak kecil manusia,
dikarenakan yang membeli sarung tangan adalah seekor rubah . Ditunjukan pada
kutipan :
( )
nak, angkatlah satu tanganmu kata si ibu. Dalam jeda waktu saat sang ibu
menggenggam tangan itu beberapa saat, dan tangan itu menjadi tangan anak
manusia yang mungil. Anak rubahpun membuka dan mengepalkan tangan
tersebut, mencubitnya dan juga mencium baunya.
51
( )
Itu adalah tangan manusia, dengar nak, kalau kamu pergi ke kota, kamu
akan melihat ada banyak rumah, pertama-tama carilah rumah yang di
depanya ada papan bulat shappo (fr:topi), kalau sudah ketemu, tok-tok
ketuklah pintunya dan katakan selamat malam. Kemudian manusia yang ada
di dalam akan membuka pintu sedikit, dari celah pintu tersebut tangan ini,
masukkan tangan manusia ini, lalu katakan tolong berikan aku kaos tangan
yang pas untuk tangan ini, mengerti kan? Dan jangan pernah kamu
mengeluarkan kedua tanganmu ucap sang ibu kepada anaknya.
Sikap tanggung jawab pun ada didalam diri anak rubah, yang ditunjukan
ketika ibu rubah berpesan untuk mengetuk pintu dan mengucapkan salam terlebih
52
( )
jawabnya sebagai orang tua dengan melakukan pengorbanan yang benar dimana
akan dilakukan oleh semua ibu terhadap anaknya, begitu juga anak rubah
melakukan tanggung jawabnya sebagai anak yang patuh terhadap apa yang telah
diajarkan orang tuanya. Selain itu ini merupakan usaha anak rubah untuk pergi
3.3.3 Keberanian
kepada anak-anak untuk memiliki sikap berani dalam menghadapi keadaan dan
situasi apapun. Hal ini ditunjukan oleh sikap anak rubah yang baru pertama kali
pergi sendirian ke kotauntuk membeli sarung tangan. Pertama kali pula anak
53
( )
Sang anakpun berjalan menuju arah cahaya lampu kota, berjalan terhuyung-
huyung melewati tanah lapang yang memantulkan cahaya salju. Cahaya
yang pertama-tama hanya satu berubah menjadi dua, tiga, dan terus
bertambah hingga menjadi sepuluh. Ketika melihat itu, dia berpikir bahwa
lampu itu seperti bintang, ada yang merah, ada yang kuning dan ada yang
biru. Tak lama kemudian, dia memasuki kota, tetapi pintu rumah-rumah
yang dia lewati semuanya tertutup, cahaya yang sepertinya hangat terlihat
dari jendela yang tinggi terus-terusan jatuh menerangi salju yang ada di atas
jalan.
54
( -)
petualangan nya yang pertama kali di usianya yang masih kecil. Dari sikap
beraninya itulah dia membuktikan sendiri bahwa apa yang dikatan ibunya tentang
manusia adalah orang menakutkan tidak benar, karena hingga dia kembali kepada
Berdasarkan sikap dan tingkah laku dari tokoh-tokoh dalam cerpen Tebukuro
Dimana masing masing nilai moral tersebut saling berkaitan dengan nilai moral
lainnya. Dan bagi pembaca dapat menjadikan sebagai acuan untuk dapat menilai
SIMPULAN
Nankichi yang merupakan jenis sastra anak.Cerita ini pertama kali diterbitkan
yang pergi ke kota terdekat untuk membeli beberapa sarung tangan. Cerita
Tebukuro Wo Kai Ni ini tidak hanya bersifat menghibur tetapi juga terdapat nilai-
nilai moral yang sarat dengan pendidikan anak. Cerita Tebukuro Wo Kai Ni ini
Tema yang diangkat sebagai ide pokok cerita ini yaitu keberanian seekor
anak rubah untuk membuktikan bahwa apa yang diceritakan ibunya tentang
manusia makhluk yang menakutkan itu tidak benar. Guna mewujudkan tema
tersebut melibatkan tokoh-tokoh cerita yaitu ibu rubah, anak rubah, manusia
merupakan tokoh utama pada cerpen Tebukuro Wo Kai Ni. Anak rubah memiliki
sifat polos juga riang, selalu ingin tahu segala sesuatu yang baru dilihatnya,
pemberani, dan butuh perhatian dari orang tuanya.Kemudian tokoh ibu rubah,
manusia penjual sarung tangan, ibu manusia dan anaknya merupakan tokah
Tebukuro Wo Kai Ni. Penokohan ibu rubah memiliki sifat penyayang, perhatian,
56
57
dan penakut karena rasa trauma yang pernah dialaminya.Manusia penjual sarung
tangan memiliki sifat waspada dan baik.Ibu manusia merupakan makhluk yang
baik dan penyayang tidak seperti apa yang dipikirkan ibu rubah. Sedangkan anak
manusia adalah sosok anak yang polos juga selalu ingin tahu.
menggunakan alur maju dan mundur. Alur maju dikarenakan cerita berjalan sesuai
dengan urutan penampilan peristiwa, dan alur mundur karena terdapat peristiwa
meliputi latar tempat, latar waktu, dan latar sosial saat cerita
berlangsung. Latar tampat dalam cerita ini goa, hutan, tanah lapang, dan kota.
Latar waktu disebutkan secara jelas yakni pagi hari, malam hari, dan musim
dingin. Sedangkan latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan
perilaku kehidupan sosial masyarakat suatu tempat, dalam cerita ini latar sosial
kebiasaan hidup ibu rubah dan anaknya adalah di hutan dengan udaranya yang
dingin, dimana berbeda dengan manusia yang tinggal di dalam rumah yang hangat
di kota.
1 Kejujuran
Ditunjukan dalam cerpen ini bahwa anak rubah yang dalam cerita ini telah
menceritakan hal yang sebenarnya tentang apa yang telah ia alami saat membeli
kepada manusia penjual sarung tangan saat akan membeli sarung tangan. Dengan
begitu meskipun sang penjual merasa aneh dan tidak percaya terhadap anak rubah
2 Bertanggung jawab
Terlihat pada sikap tanggung jawab ibu rubah dengan mengubah salah satu
tangan anaknya secara ajaib menjadi tangan seorang anak kecil manusia, untuk
yang membeli sarung tangan adalah seekor rubah. Ditujukan juga oleh anak
rubah dengan melakukan seperti apa yang sudah dikatakan ibunya. Dibuktikan
ketika ibu rubah berpesan untuk mengetuk pintu dan mengucapkan salam terlebih
3 Keberanian
Hal ini ditunjukan oleh sikap anak rubah yang baru pertama kali pergi
sendirian ke kota untuk membeli sarung tangan. Pertama kali pula anak rubah
terdapat adanya suatu nilai moral. Nilai moral trsebut dapat dilihat berdasarkan
baik buruk sikap maupun tingkah laku dari tokoh-tokoh. Sehingga cerpen
Universiti.Press
Jepang.Bandung:Ruang Kata
14 juli 2013
2013
2013
FLASHBACK
FLASHBACK
BIODATA PENULIS
Agama : Islam
Diponegoro Semarang