instalasi. Maka perlu untuk mengetahui standar nilai resistan pembumian grounding yang tepat,
dalam hal ini mengacu pada peraturan standarisasi yang berlaku di Indonesia. Sebagai acuan teknis
yang paling mudah untuk dipakai yaitu suatu persyaratan atau refrensi peraturan atau perundangan
yang telah dibuat oleh orang - orang atau instansi yang berkompeten dan telah ditunjuk dan diakui
dalam bidang tersebut. Sehingga bagi orang awam tidak harus pergi ke konsultan untuk
mengetahuinya. Hanya saja perlu untuk sedikit mengerti dan mencermati secara tepat isi dari
peraturan dan standarisasi yang dikeluarkan dalam hal ini nilai resistan pembumian atau grounding.
Nilai resistan pembumian yaitu dasar atau acuan suatu tahanan dari penghubung suatu titik sirkit
listrik atau suatu penghantar yang bukan bagian dari sirkit listrik dengan bumi menurut cara tertentu.
Dijelaskan pembumian tidak hanya untuk sirkit listrik saja, melainkan seluruh sirkit atau instalasi
yang dibumikan disebut juga pembumian (grounding, arde, netral, pentanahan). Untuk pembumian
sendiri terdiri dari beberapa macam, tergantung jenis instalasi yang terdapat perbedaan
karakteristik pemasangan pembumian grounding di dalamnya.
Nilai standar mengacu pada Persyaratan Umum Instalasi Listrik atau PUIL 2000 (peraturan yang
sesuai dan berlaku hingga saat ini) yaitu kurang dari atau sama dengan 5 (lima) ohm. Dijelaskan
bahwa nilai sebesar 5 ohm merupakan nilai maksimal atau batas tertinggi dari hasil resistan
pembumian (grounding) yang masih bisa ditoleransi. Nilai yang berada pada range 0 ohm - 5 ohm
adalah nilai aman dari suatu instalasi pembumian grounding. Nilai tersebut berlaku untuk seluruh
sistem dan instalasi yang terdapat pembumian (grounding) di dalamnya.
Jika tidak sesuai seharusnya perlu upaya untuk menyesuaikan dengan nilai yang telah terstandarisasi.
Pertimbangannya adalah jika nilai resistan pembumian (grounding) lebih dari 5 ohm maka tidak
mendapat pengesahan dan rekomendasi dari dinas tenaga kerja sebagai pihak pengawas dari
peraturan dan perundangan tersebut serta dari pihak PLN selaku otoristas tertinggi kelistrikan di
Indonesia. Hal ini bisa saja membuat perusahaan tersebut mendapat peringatan dari masalah ini.
Serta dari sisi teknis jika nilai resistan pembumian grounding terlalu besar, akan berpengaruh negatif
pada komponen dari instalasi tersebut. Dikarenakan pembumian (grounding) yang tidak sempurna
akan menimbulkan arus sisa yang merusak komponen - komponen penyusun, terutama komponen
elektronik yang sangat peka terhadap arus.
Untuk membuat instalasi pembumian (grounding) dengan nilai resistan pembumian yang sesuai
peraturan dengan melakukan beberapa teknik. Bebrapa teknik pendekatan yang sesuai yaitu
memparalel, menambah kedalaman atau memperbesar luas penampang hataran. Dengan melakukan
salah satu atau ketiga tehnik tersebut sehingga dapat memperoleh hasil yang diharapkan. Terdapat
banyak cara untuk mendapatkan hasil nilai resistan pembumian(grounding) yang standar, tetapi
diharapkan melakukan cara yang sesuai (legal) dan tidak mengandung unsur non legal yang dapat
merugikan untuk kedepannya.
Jika Listrik dari PLN yang dipasang di rumah kita memiliki daya 900VA, maka MCB
yang digunakan adalah sebesar 4 Ampere.
Jika Listrik yang kita pasang dari PLN memiliki daya sebesar 1300VA, maka MCB yang
biasanya dipasang adalah MCB 6 Ampere.
Jika Listrik yang kita pasang dari PLN memiliki daya sebesar 2200VA, maka MCB yang
biasanya dipasang adalah MCB 10 Ampere.
Untuk menentukan berapa ampere MCB yang akan dipasang, tentunya memiliki
perhitungan agar daya listrik yang terpasang dapat sesuai dengan pemakaian daya
listrik di rumah kita.
Karena biasanya listrik yang kita gunakan adalah Listrik AC 1 fase, maka menggunakan
rumus perhitungan daya listrik AC 1 fase, yaitu:
P=VxI
Dimana,
Contoh 1
Jika listrik yang terpasang di rumah kita adalah listrik dengan Daya 900VA, tegangan
listrik yang digunakan adalah 220 Volt, maka besar Ampere MCB yang digunakan
sebagai pembatas atau pengaman adalah:
P=VxI
I = P/V
I = 900 VA / 220 volt
I = 4,09 Ampere.
Contoh 2
Jika listrik yang terpasang di rumah kita adalah listrik dengan Daya 1300VA, tegangan
listrik yang digunakan adalah 220 Volt, maka besar Ampere MCB yang digunakan
sebagai pembatas atau pengaman adalah:
P=VxI
Karena yang kita cari adalah arus, maka rumusnya adalah:
I = P/V
I = 1.300VA / 220 volt
I = 5,9 Ampere (dibulatkan menjadi 6 Ampere)
Selain MCB yang terpasang di KWH meter, sebaiknya MCB juga kita pasang pada
instalasi listrik di dalam rumah.
Hal ini bertujuan untuk memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap resiko
hubungan singkat dan jika terjadi kelebihan beban.
Disamping itu , pemasangan MCB di dalam rumah juga lebih memudahkan kita saat
perbaikan, dan lainnya.
Untuk menentukan besar MCB yang sesuai, tentunya kita harus menghitung terlebih
dahulu berapa total arus listrik yang terpakai di rumah kita.
Untuk menentukan Arus listrik, kita dapat menghitung berapa watt total seluruh
peralatan listrik yang kita gunakan di rumah.
Baca juga: Cara sederhana agar Lampu dirumah tetap menyala saat listrik padam karena
kelebihan beban.
Contoh:
Jika peralatan listrik yang kita gunakan adalah:
400 watt + 180 watt + 150 watt + 375 watt + 300 watt + 250 watt + 300 watt = 1955
watt.
Untuk menghitung arus listriknya, kita gunakan rumus daya listrik, yaitu:
P=VxI
I = P/V
I = 8,8 ampere.
Total Arus listrik yang kita gunakan, adalah 8,8 ampere, karena MCB 8,8 ampere tidak
tersedia di pasaran, maka kita bisa menggunakan MCB 10 Ampere.
Jika kita menggunakan MCB 8 ampere, berarti MCB yang kita gunakan lebih rendah
nilai arusnya dibanding dengan Arus listrik yang kita gunakan.
Hal ini akan menyebabkan MCB trip (Jepret) saat seluruh peralatan listrik di rumah kita
gunakan sekaligus.
Kalau MCB yang kita gunakan lebih besar dari arus listrik di rumah, apakah tidak
beresiko?
Hal ini tidak beresiko, karena itulah biasanya untuk menentukan besar pengaman
beban lebih di hitung dengan perkalian 125%.
Selama kelebihan nilai arus Pengaman tidak terlalu besar dibanding dengan arus listrik
yang dipakai.
Semoga bermanfaat!