Bab9 PengelolaanLimbahBahanBeracunDanBerbahaya
Bab9 PengelolaanLimbahBahanBeracunDanBerbahaya
BAB IX
PENGELOLAAN LIMBAH
BAHAN BERACUN DAN BERBAHAYA
9.1.1. Pengertian
Sesuai dengan PP No. 101 Tahun 2014, pengertian Limbah B3 adalah sisa
suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
133
Annual Report 2014
Sedangkan Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat,
energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya,
baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak
lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta
kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.
134
Annual Report 2014
3. Per Men LH No. 18 Tahun 2009 tentang Tata Cara Perizinan Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
4. Per Men LH No.33 Tahun 2009 tentang Tata cara pemulihan lahan
terkontaminasi limbah bahan berbahaya dan beracun.
5. Per MenLH No. 02 Tahun 2008 tentang Pemanfaatan Limbah Bahan Berbahaya
Beracun.
6. Kep No. 255/BAPEDAL/08/1996 tentang Tata Cara dan Persyaratan
Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas.
7. Kep No. 01/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis
Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3.
8. Kep No. 02/BAPEDAL/09/1995 tentang Dokumen Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun.
9. Kep No. 03/BAPEDAL/09/1995 tentang Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun.
10. Kep No. 04/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara Persyaratan Penimbunan
Hasil Pengolahan, Persyaratan Lokasi Bekas Pengolahan, dan Lokasi Bekas
Penimbunan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
11. Kep No. 05/BAPEDAL/09/1995 tentang Simbol dan Label Limbah B3.
135
Annual Report 2014
Produksi baja PT Krakatau Steel diawali dari pengolahan bijih besi atau pellet
menjadi besi dengan memanfaatkan gas alam di Pabrik Besi Spons. Besi yang telah
dihasilkan ini diproses lagi dengan menggunakan Electric Arc Furnace (EAF) di Pabrik
Slab Baja dan Pabrik Billet Baja. Pada pemrosesan dengan EAF, besi dicampur
dengan bahan lainnya seperti scrap, hot bricket iron (HBI), dan material tambahan
sehingga menghasilkan slab baja dan billet baja.
Produk slab baja selanjutnya diolah dengan pemanasan ulang dan pengerolan di
Pabrik Baja Lembaran Panas (Hot Strip Mill).Hasil dari Pabrik Baja Lembaran Panas
banyak dimanfaatkan untuk pipa, bangunan, bahan konstruksi kapal, dan lainnya. Lebih
lanjut lagi, baja lembaran panas diolah melalui proses pengerolan ulang dan proses
secara kimia di Pabrik Baja Lembaran Dingin (Cold Rolling Mill). Produk baja yang
dihasilkan berupa baja lembar dingin yang banyak digunakan untuk komponen bagian
dalam mobil atau motor.Selain itu, produk baja lembaran dingin juga digunakan sebagai
badan kendaraan, peralatan rumah tangga, kaleng, dan lainnya.
Di sisi lain, produk baja billet yang dihasilkan oleh Pabrik Baja Billet, mengalami
proses pengerolan di Pabrik Batang Kawat (Wire Rod Mill) sehingga dihasilkan batang
kawat baja yang banyak diaplikasikan untuk senar piano, mur, paku, baut, pegas,
kawat baja, dan lainnya.
Tabel 9.1. Nama-Nama Unit Produksi Pabrik Besi Baja PT. Krakatau Steel
136
Annual Report 2014
Sumber: www.krakatausteel.com
Uji Karakteristik adalah suatu uji yang dilakukan dilaboratorium, jika limbah
mengandung salah satu atau lebih sifat, dan/atau salah satu atau lebih pencemar yang
melebihi ambang batasnya.
Uji TCLP adalah cara untuk menentukan kecenderungan limbah mengalami
pelindian atau leaching yang merupakan salah satu cara untuk menentukan
karakteristik limbah beracun. Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 1 jika
137
Annual Report 2014
Limbah memiliki konsentrasi zat pencemar lebih besar dari TCLP-A sebagaimana
tercantum dalam Lampiran III PP No.101 Tahun 2014 yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini. Sedangkan limbah diidentifikasi sebagai
Limbah B3 kategori 2 jika Limbah memiliki konsentrasi zat pencemar sama dengan
atau lebih kecil dari TCLP-A dan lebih besar dari TCLP-B sebagaimana tercantum
dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Pemerintah ini.
Uji LD50 adalah salah satu cara untuk mengukur potensi jangka pendek
keracunan (toksisitas akut) dari suatu material. Toksikologi dapat menggunakan
berbagai jenis hewan, tetapi paling sering pengujian dilakukan dengan tikus dan
mencit. Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 1 jika memiliki nilai sama
dengan atau lebih kecil dari Uji Toksikologi LD50 oral 7 (tujuh) hari dengan nilai lebih
kecil atau sama dengan 50 mg/kg (lima puluh miligram per kilogram) berat badan pada
hewan uji mencit. Nilai Uji Toksikologi LD50 dihasilkan dari uji toksikologi, yaitu
penentuan sifat akut limbah melalui uji hayati untuk mengukur hubungan dosis-respon
antara limbah dengan kematian hewan uji. Nilai Uji Toksikologi LD50 diperoleh dari
analisis probit terhadap hewan uji. Sedangkan limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3
kategori 2 jika memiliki nilai lebih besar dari Uji Toksikologi LD50 oral 7 (tujuh) hari
dengan nilai lebih kecil atau sama dengan 50 mg/kg (lima puluh miligram per kilogram)
berat badan pada hewan uji mencit dan lebih kecil atau sama dari Uji Toksikologi LD50
oral 7 (tujuh) hari dengan nilai lebih kecil atau sama dengan 5000 mg/kg (lima ribu
miligram per kilogram) berat badan pada hewan uji mencit.
Uji toksisitas sub-kronis adalah Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori
2 jika uji toksikologi sub-kronis pada hewan uji mencit selama 90 (sembilan puluh) hari
menunjukkan sifat racun sub-kronis, berdasarkan hasil pengamatan terhadap
pertumbuhan, akumulasi atau biokonsentrasi, studi perilaku respon antarindividu hewan
uji, dan/atau histopatologis.
Setelah kandungan/parameter fisika dan/atau kimia dan/atau biologi yang
terkandung dalam limbah B3 tersebut di ketahui, maka terhadap selanjutnya adalah
menentukan pilihan proses pengolahan limbah B3 yang dapat memenuhi kualitas dan
baku mutu pembuangan dan/atau lingkungan yang ditetapkan.
Jenis limbah B3 yang dihasilkan di PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk., adalah
sebagai berikut:
138
Annual Report 2014
b) Sludge (Lumpur)
Limbah sludge di PT. KrakatauSteel (Persero) Tbk, berasal dari pengolahan air
buangan dari proses produksi yang dilakukan dengan menggunakan
Wastewater Treatment Plant (WWTP).
139
Annual Report 2014
c) Slag
Limbah Slag di PT. KrakatauSteel (Persero) Tbk, berasal dari proses Steel
Making dari SSP I, SSP II, dana BSP yang dilakukan dengan menggunakan
teknologi Slag Atomizing Technologi (SAT) dan Material Recovery Plant (MRP)
140
Annual Report 2014
d) Mill Scale
Mill scale adalah serpihan dari besi baja yang terbentuk pada permukaan ketika
sedang diproduksi.
f) Catalyst
Berasal dari pabrik DR dimana catalist berasal dari hasil penyerapan sulfur pada
proses reformasi (pembuatan gas reduktor).
141
Annual Report 2014
menggunakan metode SAT sampai saat ini baru dimanfaatkan sebagai abrasive
(blasting naterial).
142
Annual Report 2014
Gambar 8.7. Sponge Iron (a) dan Fines Sponge Iron (b)
143
Annual Report 2014
i) Iron Concentrate
Iron concentrate adalah konsentrat besi yang berasal dari sludge dan/atau debu
yang ditangkap di dedusting system dari proses pembuatan besi dan baja (iron
and steel making)yang sudah ditingkatkan kandungan besinya dengan
menggunakan teknik-teknik pengolahan mineral (mineral processing
/concentration), seperti grinding, magnetic separator, atau flotasi.
144
Annual Report 2014
b) Majun
Majun merupakan limbah B3 berupa kain bekas yang terkontaminasi oli dan
minyak.Majun tersebut diserahkan pada pihak ketiga yang sudah mempunyai
izin dari KLH untuk mengelola.
145
Annual Report 2014
Dari uji karakteristik diatas memperlihatkan bahwa limbah industri besi baja dan
logam dari PT. Krakatau Steel tidak termasuk limbah yang mudah meledak, mudah
terbakar, tidak bereaksi dengan air, tidak bereaksi dengan CN dan tidak korosif, namun
bereaksi positif terhadap H2S. Apabila limbah B3 tersebut akan dimanfaatkan lebih
lanjut maka harus dipastikan bahwa limbah tersebut dihindarkan dari kondisi
lingkungan asam atau dibawah pH<2. Selain itu, limbah tersebut jika bercampur
dengan air berpotensi menimbulkan menghasilkan gas, uap, atau asap berbahaya.
146
Annual Report 2014
dengan kematian hewan uji.Nilai Uji Toksikologi LD50 diperoleh dari analisis probit
terhadap hewan uji.
Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 1 jika memiliki nilai sama
dengan atau lebih kecil dari Uji Toksikologi LD50 oral 7 (tujuh) hari dengan nilai lebih
kecil atau sama dengan 50 mg/kg (lima puluh miligram per kilogram) berat badan pada
hewan uji mencit.
Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 2 jika memiliki nilai lebih besar
dari Uji Toksikologi LD50 oral 7 (tujuh) hari dengan nilai lebih kecil atau sama dengan
50 mg/kg (lima puluh miligram per kilogram) berat badan pada hewan uji mencit dan
lebih kecil atau sama dari Uji Toksikologi LD50 oral 7 (tujuh) hari dengan nilai lebih kecil
atau sama dengan 5000 mg/kg (lima ribu miligram per kilogram) berat badan pada
hewan uji mencit.
Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 2 jika uji toksikologi sub-kronis
pada hewan uji mencit selama 90 (sembilan puluh) hari menunjukkan sifat racun sub-
kronis, berdasarkan hasil pengamatan terhadap pertumbuhan, akumulasi atau
biokonsentrasi, studi perilaku respon antarindividu hewan uji, dan/atau histopatologis.
147
Annual Report 2014
148
Annual Report 2014
149
Annual Report 2014
150
Annual Report 2014
151
Annual Report 2014
Sedang untuk limbah Mill Scale kandungan bahan kimianya adalah sebagai berikut:
152
Annual Report 2014
MIL
Kandungan Unit Mill Scale Metode
SCALE**)
P % 0.01 0.03 ICP
S % 0.01 0.03 COMBUSTION
H2O % 0.02 ICP
Bulk Density 2.64 ICP
LOI td <0.01 GRAVIMETRI
Moisture content (MC) % AR 0.54 ICP
AR= as Receive Basis
Sumber: data primer
Dari data tersebut diatas terlihat bahwalimbah mill scale masih banyak
kandungan logam dan oksida sehingga limbah berpotensi dapat dimanfaatkan oleh
industri lain.
153
Annual Report 2014
Tabel 9.8. Daftar Limbah B3 dari Industri Besi Baja yang tidak Spesifik
154
Annual Report 2014
Kode Jenis
Kode Kategori
Industri/ Industri/ Sumber Limbah Uraian Limbah
Limbah Bahaya
Kegiatan Kegiatan
3. Manufakturing Coke liquor
4. IPAL yang mengolah A309-4 Sludge spent 1
efluen dari coke oven pickle liquor
atau blast furnace A309-5 Sludge amonia 1
still lime
A309-6 Residu dari 1
proses produksi
kokas (tar)
A309-7 Sludge ammonia 1
still lime
B309-1 Dross dari 2
peleburan
B309-2 Debu dari 2
fasilitas
pengendalian
pencemaran
udara
B309-3 Pasir foundry 2
(sand foundry) &
debu cupola
B309-4 Emulsi minyak 2
dari fasilitas
pendingin
B309-5 Sludge IPAL 2
yang mengolah
efluen dari coke
oven atau blast
furnace.
Sumber: PP No.101 Tahun 2014
155
Annual Report 2014
156
Annual Report 2014
157
Annual Report 2014
Upaya pengelolaan limbah B3 di industri besi dan baja dapat dilakukan melalui tahapan
sebagai berikut:
1. Reduksi limbah dengan mengoptimalkan penyimpanan bahan baku dalam
proses kegiatan atau house keeping, substitusi bahan, modifikasi proses,
maupun upaya reduksi lainnya.
2. Kegiatan pengemasan dilakukan dengan penyimbolan dan pelabelan yang
menunjukkan karakteristik dan jenis limbah B3 berdasarkan acuan Keputusan
Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor : Kep-
05/Bapedal/09/1995.
3. Penyimpanan dapat dilakukan di tempat yang sesuai dengan persyaratan yang
berlaku acuan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
Nomor: Kep-01l/Bapedal/09/1995.
4. Pengumpulan dapat dilakukan dengan memenuhi persyaratan pada ketentuan
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor: Kep--
01/Bapedal/09/1995 yang menitikberatkan pada ketentuan tentang karakteristik
limbah, fasilitas laboratorium, perlengkapan penanggulangan kecelakaan,
maupun lokasi.
5. Kegiatan pengangkutan perlu dilengkapi dengan dokumen pengangkutan dan
ketentuan teknis pengangkutan.
6. Upaya pemanfaatan dapat dilakukan melalui kegiatan daur ulang (recycle),
perolehan kembali (recovery) dan penggunaan kembali (reuse) limbah B3 yang
dlihasilkan ataupun bentuk pemanfaatan lainnya.
7. Pengolahan limbah B3 dapat dilakukan dengan cara thermal, stabilisasi,
solidifikasi secara fisika, kimia, maupun biologi dengan cara teknologi bersih
atau ramah lingkungan.
8. Pengangkutan Limbah B3 dilakukan dengan alat angkut yang bersifat tertutup,
untuk menghindari pencemaran lingkungan.
9. Kegiatan penimbunan limbah B3 wajib memenuhi persyaratan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999.
158
Annual Report 2014
159
Annual Report 2014
160
Annual Report 2014
161
Annual Report 2014
Daftar Pustaka
1. United States, Environmental Protection Agency, 2005. Introduction to Land
Disposal Units (40 CFR Parts 264/265, Subparts K, L, M, N).
2. Manual Sistem Manajemen Krakatau Steel (SMKS) PT. Krakatau Steel
3. Hazardouswaste treatment technologies, G. Eduljee, Waste Management and
Minimisation - Volume 1. Encyclopedia of Life Support Systems (EOLSS).
162