2. Puerperium dini
Pada tahap ini, Anda telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Anda
juga dibolehkan bekerja setelah 40 hari.
3. Puerperium intermedial
Pemulihan alat-alat genetalia eksterna dan interna secara keseluruhan
berlangsung selama 6-8 minggu.
4. Remote puerperium
Tahap ini, ibu membutuhkan waktu selama berminggu-minggu bahkan
tahunan untuk sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu
persalinan mengalami komplikasi.Sedangkan menurut periode waktunya,
ibu akan mengalami tiga t
5. Tahapan masa nifas.
Selama tahapan ini berlangsung, ibu akan mengalami perubahan masa
nifaspada sistem tubuhnya, seperti rahim hingga alat-alat genital wanita.
Berikut tahapan-tahapannya:
Fase ini berlangsung selama 24 jam- satu minggu. Pada tahap ini, ahli
kesehatan atau bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal,
tidak ada perdarahan, lokea tidak berbau busuk, tidak demam, makanan
dan cairan ibu tercukupi, serta Anda menyusui dengan baik.
Fase ini berlangsung selama satu sampai lima minggu. Pada periode ini,
ahli kesehatan atau bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan
secara teratur serta konseling Keluarga Berencana (KB).
5. System gastrointestinal
Ibu biasanya lapar setelah melahirkan, sehingga ia boleh
mengkonsumsi makan makanan ringan. penurunan tonus dan mortilitas otot
traktus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir.
Kelebihan analgesia dan anestesi bisa memperlambat pengembalian tonus dan
motilitas keadaan normal. Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama
dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan
karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan pada awal masa
pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang
makan atau dehidrasi. Ibu sering kali sudah menduga nyeri saat defekasi
karena nyeri yang dirasakannya diperineum akibat episiotomy, laserasi atau
hemoroid.
6. System muskuloskletal
Adaptasi ini mencakup hal hal yang membantu relaksasi dan
hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran rahim.
Stabilisasi sendi lengkap pada minggu keenam sampai ke 8 setelah wanita
melahirkan.
7. System integument
Kloasma yang muncul pada masa kehamilan biasanya menghilang saat
kehamilan berakhir. Hiperpigmentasi diareola dan linea nigra tidak
menghilang seluruhnya. Kulit yang meregang pada payudara, abdomen, paha
dan panggul mungkin memudar tapi tidak hilang seluruhnya.
5. PERUBAHAN PSIKOLOGIS POST PARTUM
Adaptasi psikologis masa nifas merupakan suatu proses adptasi dari seorang
ibu post partum, dimana pada saat ini ibu akan lebih sensitive dalam sgala hal,
terutama yang berkaitan dengan dirinya serta bayinnya. Perubahan psikologis
mempunyai peranan yang sangat penting. Pada masa ini, ibu nifas menjadi
sangat sensitive. Peran bidan sangat penting dalam hal memberi pengarahan
pada keluarga tentang kondisi ibu serta pendekatan psikologis yang dilakukan
bidan pada pada ibu nifas agar tidak terjadi perubahan psikologis yang
patologis. Dorongan serta prhatian anggota keluarga lainnya merupakan
dukungan positif bagi ibu. Dalam mnjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu
akan mengalami fase- fase sebagai berikut :
1. Fase taking in
Merupakan periode ktergantungan yang berkelanjutan dari hari pertama
sampai hari kedua setelah melahirkan. Fokus perhatian pada dirinya sendiri,
nafsu makan meningkat, cenderung pasif pada lingkungannya.
2. Fase taking hold
Berlangsung antara hari ke 3 10 post partum. Ibu merasa khawatir akan
ketidak mampuannnya dalam merawat bayi serta mudah tersinggung. Pada
saat ini sangat dibutuhkan sistem pendukung terutama bagi ibu muda atau
primipara karena pada fase ini seiring dengan terjadinnya post partum blues.
Pada fase ini merupakan kesempatan yang baik untuk memberi penyuluhan.
3. Letting go
Berlangsung stelah 10 hari melahirkan. Fase ini merupakan fase menerima
tanggung jawab akan peran baru sebagai seorang ibu.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Fokus Keperawatan
a. Riwayat ibu
1) Biodata ibu.
2) Penolong.
3) Jenis persalinan.
4) Masalah-masalah persalinan.
5) Nyeri.
6) Menyusui atau tidak.
7) Keluhan-keluhan saat ini, misalnya : kesedihan/depresi, pengeluaran per
vaginam/perdarahan/lokhia, putting/payudara.
8) Rencana masa datang : kontrasepsi yang akan digunakan.
b. Riwayat sosial ekonomi
1) Respon ibu dan keluarga terhadap bayi.
2) Kehadiran anggota keluarga untuk membantu ibu di rumah.
3) Para pembuat keputusan di rumah.
4) Kebiasaan minum, merokok dan menggunakan obat.
5) Kepercayaan dan adat istiadat.
c. Riwayat bayi
1) Menyusu.
2) Keadan tali pusat.
3) Vaksinasi.
4) Buang air kecil/besar.
d. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan umum
a) Suhu tubuh.
b) Denyut nadi.
c) Tekanan darah.
d) Tanda-tanda anemia.
e) Tanda-tanda edema/tromboflebitis.
f) Refleks.
g) Varises.
h) CVAT (Contical Vertebral Area Tenderness).
2) Pemeriksaan payudara
a) Putting susu : pecah, pendek, rata.
b) Nyeri tekan.
c) Abses.
d) Pembengkakan/ASI terhenti.
e) Pengeluaran ASI.
3) Pemeriksaan perut / uterus
a) Posisi uterus/tinggi fundus uteri.
b) Kontraksi uterus.
c) Ukuran kandung kemih.
4) Pemeriksaan vulva/perineum
a) Pengeluaran lokhia.
b) Penjahitan laserasi atau luka episiotomi.
c) Pembengkakan.
d) Luka.
e) Henoroid.
5) Aktivitas/istirahat
Insomnia mungkin teramati.
6) Sirkulasi
Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari.
7) Integritas ego
Peka rangsang, takut / menangis (post partum blues sering terlihat kira-kira 3 hari
setelah melahirkan).
8) Eliminasi
Diuresis diantara hari kedua dan kelima.
9) Makanan/cairan
Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira hari ketiga.
10) Nyeri/ketidaknyamanan
Nyeri tekan payudara / pembesaran dapat terjadi diantara hari ketiga sampai kelima
pasca partum.
11) Seksualitas
Uterus 1 cm di atas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran, menurun kira-kira 1
lebar jari setiap harinya.
Lokhia rubra berlanjut sampai hari kedua sampai ketiga, berlanjut menjadi lokhia
serosa dengan aliran tergantung pada posisi (misal : rekumben versus ambulasi
berdiri) dan aktivitas (misal : menyusui).
Payudara : produksi kolostrum 48 jam pertama, berlanjut pada suhu matur, biasanya
pada hari ketiga; mungkin lebih dini, tergantung kapan menyusui dimulai.
2. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peregangan perineum; luka
episiotomi; involusi uteri; hemoroid; pembengkakan payudara
b. Resiko defisit volume cairan berubungan dengan pengeluaran yang berlebihan;
perdarahan; diuresis; keringat berlebihan.
c. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) berhubungan dengan trauma perineum dan
saluran kemih
d. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) berhubungan dengan kurangnya
mobilisasi; diet yang tidak seimbang; trauma persalinan.
e. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan immobilisasi; kelemahan.
f. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jalan lahir.
g. Resiko gangguan proses parenting berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang cara merawat bayi.
3. Rencana Keperawatan
SECTIO CECAREA
A. PENGERTIAN
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus. (Sarwono , 2005).
Menurut Wiknjosastro (2002) sectio cecarea adalah pembedahan untuk
melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus.
Operasi caesar atau sering disebut seksio sesarea menurut Adjie (2002)
adalah melahirkan janin melalui janin melalui sayatan dinding perut
(abdomen) dan dinding rahim. Operasi Caesar atau sectio caesaria adalah
proses persalinan yang dilakukan dengan cara mengiris perut hingga rahim
seorang ibu untuk mengeluarkan bayi (Apa itu operasi caesar 2007).
Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan
diatas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang
utuh(Gulardi &Wiknjosastro, 2006).
a) Uterus
5. Lokia. Menurut Huliana (2003) lokhea dibagi menjadi tiga jenis sesuai
dengan warnanya sebagai berikut :
(a) Lokia rubra terdiri dari darah, sisa penebalan dinding rahim, dan sisa-
sisa pemahaman plasenta. Lochea rubra berwarna kemerah-merahan dan
keluar sampai hari ke-3 atau ke-4.
(b) Lokia serosa mengandung cairan darah, berupa serum dan lekosit.
Lochea serosa berwarna kekuningan dan keluar antara hari ke-5 sampai
ke-9.
(c) Lokia alba terdiri dari leukosit, lendir leher rahim (serviks), dan
jaringan-jaringan mati yang lepas dalam proses penyembuhan. Loshea
alba berwarna putih dan keluar selama 2-3 minggu.
b) Serviks
e) Abdomen
2) Sistem Endokrin
3) Sistem Urinarius
a) Komponen Urine
BUN (Blood Urea Nitrogen), yang meningkat selama masa pascapartum,
merupakan akibat otolisis uterus yang berinvolusi selama 1-2 hari setelah
wanita melahirkan .
b) Diuresis Pascapartum
4) Sistem Pencernaan
5) Sistem Kardiovaskuler
Denyut nadi dan jantung meningkat setelah melahirkan karena darah yang
biasanya melintasi uretroplasma tiba-tiba kembali ke sirkulasi umum.
Namun, klien dengan anestesi spinal cenderung akan mengalami hipotensi
yang disebabkan melebarnya pembuluh nadi sehingga darah
berkurang.volume darah menurun ke kadar sebelum hamil pada 4 mingu
setelah melahirkan. Hematokrit meningkat pada hari ke 3-7 pasca partum.
Leukositosis normal pada kehamilan rata-rata sekitar 12.000 /mm. Selama
10 sampai 12 hari pertama setelah bayi lahir, nilai leukosit antara 20.000
dan 25.000 /mm. Varises ditungkai dan disekitar anus akan mengecil
dengan cepat setelah bayi lahir.
6) Sistem Neurologi
7) Sistem Muskuloskeletal
8) Sistem Integumen
b. Adaptasi Psikologi
2) Fase Taking Hold (3-10 hari). Pada fase taking hold, ibu merasa
khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam
merawat bayi. Selain itu perasaanya sangat sensitive sehingga mudah
tersinggung jika komunikasinya kurang hati-hati. Oleh karena itu, ibu
memerlukan dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik
untuk menerima berbagai penyuluhan dan merawat diri dan bayinya
sehingga tumbuh rasa percaya diri.
3) Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya
yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai
menyesuaikan diri dari ketergantungan bayinya. Keinginan untuk merawat
diri dan bayinya meningkat pada fase ini.
C. ETIOLOGI
Manuaba (2002) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur
uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi
dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari
beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab
sectio caesarea sebagai berikut:
1. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar
panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat
menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami. Tulang-tulang
panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga
panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika akan
lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau
panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses
persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan
patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris
dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
2. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang
langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas.
Setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan
penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu
kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu
mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
3. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat
tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian
besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan
di bawah 36 minggu.
4. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena
kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi
daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami
sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara
normal.
5. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan
pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
6. Kelainan Letak Janin
a. Kelainan pada letak kepala
1) Letak kepala tengadah
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam
teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan panggul, kepala
bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar panggul.
2) Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang
terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5
%.
3) Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi
terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya dengan
sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
b. Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak
memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian
bawah kavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni
presentasi bokong, presentasi bokong kaki, sempurna, presentasi bokong
kaki tidak sempurna dan presentasi kaki (Saifuddin, 2002).
D. MANIFESTASI KLINIK POST SECTIO CAESARIA
Persalinan dengan Sectio Caesaria , memerlukan perawatan yang lebih
koprehensif yaitu: perawatan post operatif dan perawatan
post partum.Manifestasi klinis sectio caesarea menurut Doenges
(2001),antara lain :
a. Nyeri akibat ada luka pembedahan
b . Adanya luka insisi pada bagian abdomen
c. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
d. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan
(lokhea tidak banyak)
e. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira -kira
600-800ml
f. Emosi labil / perubahan emosional dengan mengekspresikan
ketidakmampuan menghadapi situasi baru
g. Biasanya terpasang kateter urinarius
h . Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar
i. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan
muntah
j. Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler
k. Pada kelahiran secara SC tidak direncanakan maka bisanya kurang
paham prosedu
b. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus
lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian
minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 -
10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
c. Mobilisasi
a) Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
b) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah
operasi
c) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur
telentang sedini mungkin setelah sadar
d) Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5
menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
e) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi
setengah duduk (semifowler)
f) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien
dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan
kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca
operasi.
d. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak
pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan
perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi
tergantung jenis operasi dan keadaan penderita
e. Pemberian obat-obatan
a) Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda
setiap institusi
b) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
1. Supositoria : ketopropen sup 2x/24 jam
2. Oral : tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
3. Injeksi : penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila
perlu
c) Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat
diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C
f. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan
berdarah harus dibuka dan diganti
g. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu,
tekanan darah, nadi,dan pernafasan.
h. Perawatan Payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu
memutuskan tidak menyusui, pemasangan pembalut payudara yang
mengencangkan payudara tanpa banyak menimbulkan kompesi,
biasanya mengurangi rasa nyeri.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator (histamin,
prostaglandin) akibat dari pembedahan ditandai pasien tampak
menahan nyeri.
Tujuan: Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama 3 x 24
jam, pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil:
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi
nyeri, mencari bantuan)
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri.
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan
tanda nyeri)
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
Tanda vital dalam rentang normal.
Tidak mengalami gangguan tidur.
Intervensi Rasional
1. Lakukan pengkajian nyeri secara 1. Melakukan pengkajian secara
komprehensif termasuk lokasi, komprehensif akan membantu
karakteristik, durasi, frekuensi, untuk menentukan tindakan yang
kualitas dan faktor presipitasi. dilakukan untuk mengurangi
nyeri.
2. Observasi reaksi nonverbal dari 2. Nyeri biasanya ditandai dengan
ketidaknyamanan. reaksi non verbal, wajah tampak
meringis.
3. Kontrol lingkungan yang dapat 3. Lingkungan yang nyaman akan
mempengaruhi nyeri seperti suhu mengurangi kebosanan pada
ruangan, pencahayaan dan pasien yang sekaligus
kebisingan. mengurangi nyeri pada pasien.
4. Ajarkan tentang teknik non 4. Teknik non farmakologi untuk
farmakologi: napas dalam, mencegah penggunaan obat
relaksasi, distraksi. analgesik.