TUGAS AKHIR
Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana teknik pada
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
Disusun oleh:
MURSITANINGSIH
I 8706035
i
ii
ABSTRAK
ii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
Saluran drainase atau pengendalian banjir adalah salah satu dari 12 komponen
umum infrastruktur, sehingga perlu dilakukan kajian untuk mengetahui kapasitas
saluran drainase dapat menampung debit rencana atau tidak. Tergenangnya daerah
sekitar saluran drainase di Kali Pepe, karena air yang mengalir di saluran drainase
melebihi kapasitas tampungan saluran sehingga air meluap dan menimbulkan
genangan di daerah sekitarnya. Oleh sebab itu perlu dilakukan kajian , dalam hal
ini difokuskan pada sistem saluran drainase di daerah tangkapan air hujan
sepanjang Kali Pepe Hulu Kota Surakarta.
2
3
3
4
BAB 1. PENDAHULUAN
BAB 5. KESIMPULAN
4
5
Laporan Tugas Akhir
Analisis Kinerja Saluran Drainase di Daerah Tangkapan Air Hujan Sepanjang Kali Pepe Hulu
Kota Surakarta
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
Selain itu, drainase dapat juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas
air tanah. Jadi, drainase tidak hanya menyangkut air permukaan tapi juga air
tanah.
Sesuai dengan prinsip sebagai jalur pembuangan maka pada waktu hujan, air yang
mengalir di permukaan diusahakan secepatnya dibuang agar tidak menimbulkan
genangan yang dapat mengganggu aktivitas dan bahkan dapat menimbulkan
kerugian (R. J. Kodoatie, 2005).
3. Kegunaan tanah permukiman padat akan menjadi lebih baik karena terhindar
dari kelembaban.
4. Dengan sistem yang baik tata guna lahan dapat dioptimalkan dan juga
memperkecil kerusakan-kerusakan struktur tanah untuk jalan dan bangunan
lainnya.
Bangunan dari sistem drainase pada umumnya terdiri dari saluran penerima
(interceptor drain), saluran pengumpul (collector drain), saluran pembawa
(conveyor drain), saluran induk (main drain), dan badan air penerima (receiving
waters).
Menurut R. J. Kodoatie sistem jaringan drainase di dalam wilayah kota dibagi atas
2 (dua) bagian yaitu:
frekuensi dan empat jenis distribusi yang banyak digunakan dalam bidang
hidrologi, antara lain:
1. Distribusi Normal
Distribusi normal disebut pula distribusi Gauss. Secara sederhana, persamaan
distribusi normal dapat ditulis sebagai berikut:
X T = X + K T S ...................................................... (2.1)
dimana :
XT = Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T-tahunan,
C = Nilai rata-rata hitung variat,
S = Deviasi standar nilai variat,
KT = Faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau periode ulang.
Nilai KT dapat dilihat pada tabel nilai variabel reduksi Gauss.
4. Distribusi Gumbel
Bentuk dari persamaan distribusi Gumbel dapat ditulis sebagai berikut:
XTr = C + K . S .. (2.5)
Besarnya faktor frekuensi dapat ditentukan dengan rumus berikut:
YTr - Un
K= .. (2.6)
Sn
Dimana:
XT = Besarnya curah hujan untuk periode tahun berulang Tr tahun (mm),
Tr = Periode tahun berulang (return period) (tahun),
C = Curah hujan maksimum rata-rata selama tahun pengamatan (mm),
S = Standard deviasi,
K = Faktor frekuensi,
YTr = Reduced variate,
Yn = Reduced mean,
Sn = Reduced standard.
Besarnya nilai Sn, Yn, dan YTr dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
N 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0,4952 0,4996 0,5035 0,5070 0,5100 0,5128 0,5157 0,5181 0,5202 0,5220
20 0,5236 0,5252 0,5268 0,5283 0,5296 0,5309 0,5320 0,5332 0,5343 0,5353
30 0,5362 0,5371 0,5380 0,5388 0,5396 0,5403 0,5410 0,5418 0,5424 0,5436
40 0,5436 0,5442 0,5448 0,5453 0,5458 0,5463 0,5468 0,5473 0,5477 0,5481
50 0,5485 0,5489 0,5493 0,5497 0,5501 0,5504 0,5508 0,5511 0,5515 0,5518
60 0,5521 0,5524 0,5527 0,5530 0,5533 0,5535 0,5538 0,5540 0,5543 0,5545
70 0,5548 0,5550 0,5552 0,5555 0,5557 0,5559 0,5561 0,5563 0,5565 0,5567
80 0,5569 0,5570 0,5572 0,5574 0,5576 0,5578 0,5580 0,5581 0,5583 0,5585
90 0,5586 0,5587 0,5589 0,5591 0,5592 0,5593 0,5595 0,5596 0,5598 0,5599
100 0,5600 0,5602 0,5603 0,5604 0,5606 0,5607 0,5608 0,5609 0,5610 0,5611
(Sumber: Suripin, 2004)
N 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0,9496 0,9676 0,9833 0,9971 1,0095 1,0206 1,0316 1,0411 1,0493 1,0565
20 1,0628 1,0696 1,0754 1,0811 1,0864 1,0915 1,0961 1,1004 1,1047 1,1080
30 1,1124 1,1159 1,1193 1,1226 1,1255 1,1285 1,1313 1,1339 1,1363 1,1388
40 1,1413 1,1436 1,1458 1,1480 1,1499 1,1519 1,1538 1,1557 1,1574 1,1590
50 1,1607 1,1623 1,1638 1,1658 1,1667 1,1681 1,1696 1,1708 1,1721 1,1734
60 1,1747 1,1759 1,1770 1,1782 1,1793 1,1803 1,1814 1,1824 1,1834 1,1844
70 1,1854 1,1863 1,1873 1,1881 1,1890 1,1898 1,1906 1,1915 1,1923 1,1930
80 1,1938 1,1945 1,1953 1,1959 1,1967 1,1973 1,1980 1,1987 1,1994 1,2001
90 1,2007 1,2013 1,2020 1,2026 1,2032 1,2038 1,2044 1,2049 1,2055 1,2060
100 1,2065 1,2069 1,2073 1,2077 1,2081 1,2084 1,2087 1,2090 1,2093 1,2096
(Sumber: Suripin, 2004)
Sebelum menganalisis data hujan dengan salah satu distribusi di atas, perlu
pendekatan dengan parameter-parameter statistik untuk menentukan distribusi
yang tepat digunakan. Parameter-parameter tersebut meliputi:
1 N
a. Rata-rata ( C ) = x i ....................................
N i =1
(2.7)
(x )
N 2
i -x
i =1
b. Simpangan baku (S) = .. (2.8)
N -1
S
c. Koefisien variasi (Cv) = . (2.9)
x
( )
n
N xi - x
3
i =1
d. Koefisien skewness (Cs) = .... (2.10)
(N - 1)(N - 2).S 3
(x )
4
N2 i -x
e. Koefisien ketajaman (Ck) = ... (2.11)
(N - 1)(N - 2)(N - 3).S 4
Untuk menilai besarnya penyimpangan maka dibuat batas kepercayaan dari hasil
perhitungan XTr dengan uji Smirnov-Kolmogorov. Uji Smirnov-Kolmogorov
sering juga disebut juga uji kecocokan non parametik, karena pengujiannya tidak
menggunakan fungsi distribusi tertentu. Prosedur pelaksanaannya adalah sebagai
berikut:
a. Urutkan data (dari besar ke kecil atau sebaliknya) dan tentukan besarnya
peluang dari masing-masing data tersebut.
X1 = P(X1)
X2 = P(X2)
X3 = P(X3) dan seterusnya.
b. Urutkan nilai masing-masing peluang teoritis dari hasil pengambaran data
(persamaan distribusinya).
X1 = P(X1)
X2 = P(X2)
X3 = P(X3) dan seterusnya.
c. Dari kedua nilai peluang tersebut, tentukan selisih terbesarnya antar peluang
pengamatan dengan peluang teoritis.
Dmaksimum = P(Xn) P(Xn) .... (2.12)
d. Berdasarkan tabel nilai kritis (Smirnov-Kolmogorov test) tentukan harga Do.
Apabila nilai Dmaksimum lebih kecil dari Do, maka distribusi teoritis yang
digunakan untuk menentukan persamaan distribusi dapat diterima. Apabila
Dmaksimum lebih besar dari Do, maka secara teoritis pula distribusi yang
digunakan tidak dapat diterima.
Q = 0,002778 C . I . A ....................................................(2.13)
Dimana:
my my
1 b+2my
m Y
Pada umumnya tipe aliran melalui saluran terbuka adalah turbulen, karena
kecepatan aliran dan kekasaran dinding relatif besar. Aliran melalui saluran
terbuka akan turbulen apabila angka Reynolds Re > 2.000 dan laminer apabila Re
< 500. Rumus Reynolds dapat ditulis sebagai berikut:
Re = ................................................................(2.14)
Untuk mencari nilai debit aliran dapat menggunakan rumus Manning yang dapat
ditulis sebagai berikut :
2 1
A 3 2
Q= R I ...........................................................(2.15)
n
n = koefisien manning.
R= ......................................................................(2.16)
A = (B + my)y..(2.17)
P= ...(2.18)
Penampang melintang saluran yang paling ekonomis adalah saluran yang dapat
melewatkan debit maksimum untuk luas penampang basah, kekasaran, dan
kemiringan dasar tertentu.
Seandainya data hujan yang diketahui hanya hujan harian, maka oleh Mononobe
dirumuskan sebagai berikut:
2
R 24 3
I1 = 24 .... (2.19)
24 t
Dimana: I1 = Intensitas hujan (mm/jam),
t = Lamanya hujan (jam),
R24 = Curah hujan maksimum harian dalam 24 jam (mm).
Jika data yang tersedia adalah data hujan jangka pendek dapat dihitung dengan
menggunakan rumus Talbot:
a
I1 = (2.20)
t+b
Dimana: I1 = Intensitas hujan (mm/jam),
t = Lamanya hujan (jam),
a dan b = Konstanta yang tergantung pada lamanya hujan yang
terjadi di DAS.
0 , 385
0,87 L2
t c = ... (2.21)
1000 S
P = B + 2h m 2 + 1 ...........................................(2.23)
Atau
B = P 2h m 2 + 1 ............................................(2.24)
Nilai B pada persamaan (2.24) disubstitusikan ke dalam persamaan (2.22), maka
diperoleh persamaan berikut:
( )
A = P - 2h m 2 + 1 h + mh 2
Atau
A = Ph - 2h 2 m 2 + 1 + mh 2 .............................(2.25)
P = 4 m 2 + 1 - 2mh ..............................................(2.27)
dP 1 2m
= 4h - 2h = 0 .............................(2.28)
dm 2 m +1
2
Atau
2m
=1
m2 + 1
1 1
4m2 = 1 + m2 ; m = = .................................(2.29)
3 3
3m2 = 1
Nilai m sdisubstitusikan ke dalam persamaan (2.27), maka persamaan yang
diperoleh adalah:
8 2
P= h 3 - h 3 = 2h 3 ........................................(2.30)
3 3
Jika nilai m disubstitusikan ke dalam persamaan (2.24), maka persamaan yang
diperoleh adalah:
4 2
B = 2h 3 - h 3 = h 3 .........................................(2.31)
3 3
Selanjutnya, jika nilai m disubstitusikan ke dalam persamaan (2.22), maka
diperoleh persamaan berikut:
2 1
A = h 3 + h 3 h = h 2 3 .....................................(2.32)
3 3
Jari-jari hidrolik
A h2 3 h
R= = = .......................................................... (2.33)
P 2h 3 2
Menurut Bambang Triatmodjo (1993) penampang trapesium yang paling efisien
adalah jika kemiringan dindingnya, m = (1 / 3 , atau = 600. Trapesium yang
terbentuk berupa setengah segi enam beraturan (heksagonal).
Penampang melintang saluran yang paling ekonomis adalah saluran yang dapat
melewatkan debit maksimum untuk luas penampang basah, kekasaran, dan
kemiringan tertentu.
2h 2 h
R= = ....................................................................... (2.40)
2h + 2h 2
Perhatikan, bentuk penampeng melintang persegi yang paling ekonomis adalah
jika kedalaman air setengah dari lebar dasar saluran, atau jari-jari hidrauliknya
setengah dari kedalaman air.
BAB 3
METODE PENELITIAN
b. Observasi Lapangan
Observasi lapangan dilakukan untuk mengetahui dimana lokasi atau
tempat dilakukannya pengumpulan data yang diperlukan dalam penyusuan
penelitian.
2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data yang diperoleh dari
Dinas wilayah Kota Surakarta. Data sekunder yang diperoleh antara lain:
1) Gambar skema daerah tangkapan sistem saluran drainase Kota Surakarta.
2) Data dimensi saluran drainase terbuka di sepanjang Kali Pepe Hulu.
3) Data cura hujan.
Data curah hujan yang digunakan selama 22 tahun dari tahun 1985 hingga
tahun 2006. Data curah hujan yang didapat merupakan data curah hujan
maksimum harian dari stasiun terdekat, yang terletak disekitar lokasi
daerah tangkapan air hujan. Data curah hujan yang diambil adalah hujan
terbesar pada setiap tahun pengamatan.
4) Data spesifikasi perencanaan saluran drainase
Hasil dari suatu pengolahan data digunakan kembali sebagai data untuk
menganalisis yang lainnya dan berlanjut seterusnya sampai mendapatkan hasil
akhir tentang kinerja saluran drainase tersebut.
Adapun urutan dalam analisis data dapat dilihat pada diagram alir berikut ini:
Mulai
Evaluasi
Kesimpulan
Selesai
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari perhitungan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa :
- Periode ulang yang dipakai pada kawasan Kali Pepe Hulu adalah 5 tahun.
- Dari analisis perhitungan debit pada area 5.1 sebesar 2.085818 m/detik2 lebih
besar dari debit pada lapangan 1.514 m/detik2 yang artinya saluran di lapangan
tidak dapat menampung debit yang terjadi.
- Dari analisis perhitungan debit pada area 5.2 sebesar 4.889476 m/detik2 lebih
besar dari debit pada lapangan 2.673 m/detik2 yang artinya saluran di lapangan
tidak dapat menampung debit yang terjadi.
- Dari analisis perhitungan debit pada area 5.3 sebesar 6.974489 m/detik2 lebih
besar dari debit pada lapangan 2.474 m/detik2 yang artinya saluran di lapangan
tidak dapat menampung debit yang terjadi.
- Dari analisis perhitungan debit pada area 5.4 sebesar 4.481285 m/detik2 lebih
besar dari debit pada lapangan 2.158 m/detik2 yang artinya saluran di lapangan
tidak dapat menampung debit yang terjadi.
- Dari analisis perhitungan debit pada area 5.5 sebesar 7.496243 m/detik2 lebih
besar dari debit pada lapangan 5.580 m/detik2 yang artinya saluran di lapangan
tidak dapat menampung debit yang terjadi.
- Dari analisis perhitungan debit pada kali Pepe Hulu sebesar 25.92731 m/detik2
lebih besar dari debit pada lapangan 5.831 m/detik2 yang artinya saluran di
lapangan tidak dapat menampung debit yang terjadi.
5.2. Saran
- Saluran perlu dilakukan pembersihan karena rumput yang tumbuh pada dasar
saluran menyebabkan pendangkalan.
- Adanya saluran di lapangan yang tidak dapat menampung debit yang terjadi
maka, perlu adanya perbaikan saluran yang sesuai.
PENUTUP
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan dan penyusunan
Tugas Akhir Analisis Kinerja Sistem Saluran Drainase di Daerah Tangkapan Air
Hujan Sepanjang Kali Pepe Kota Surakarta ini dengan baik.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan laporan ini masih
terdapat kekurangan dan kesalahan, maka kritik dan saran yang bersifat
membangun dapat kami terima agar laporan ini dapat menjadi lebih sempurna dan
bermanfaat bagi pembacanya.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi
dukungan dan bantuan sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Tugas Akir
ini.
47
Laporan Tugas Akhir
Analisis Kinerja Saluran Drainase di Daerah Tangkapan Air Hujan Sepanjang Kali Pepe Hulu
Kota
Surakarta
DAFTAR PUSTAKA
47