Anda di halaman 1dari 2

"Mutu adalah tingkat dimana pelayanan kesehatan pasen ditingkatkan mendekati hasil yang

diharapkan dan mengurangi faktor-faktor yang tidak diinginkan (JCAHO 1993). Definisi tersebut
semula melahirkan 12 faktor-faktor yang menentukan mutu pelayanan kesehatan, belakangan
dikonversi menjadi dimensi mutu kinerja (performance) yang dituangkan dengan spesifikasi
seperti dibawah ini :
1. Kelayakan adalah tingkat dimana perawatan atau tindakan yang dilakukan relevan terhadap
kebutuhan klinis pasen dan memperoleh pengetahuan yang berhubungan dengan keadaannya.
2. Kesiapan adalah tingkat dimana kesiapan perawatan atau tindakan yang layak dapat
memenuhi kebutuhan pasen sesuai keperluannya.
3. Kesinambungan adalah tingkat dimana perawatan atau tindakan bagi pasen terkoordinasi
dengan baik setiap saat, diantara tim kesehatan dalam organisasi .
4. Efektifitas adalah tingkat dimana perawatan atau tindakan terhadap pasen dilakukan
dengan benar, serta mendapat penjelasan dan pengetahuan sesuai dengan keadaannya, dalam
rangka memenuhi harapan pasen.
5. Kemanjuran adalah tingkat dimana perawatan atau tindakan yang diterima pasen dapat
diwujudkan atau ditunjukkan untuk menyempurnakan hasil sesuai harapan pasen.
6. Efisiensi adalah ratio hasil pelayanan atau tindakan bagi pasen terhadap sumber-sumber
yang dipergunakan dalam memberikan layanan bagi pasen..
7. Penghormatan dan perhatian adalah tingkat dimana pasen dilibatkan dalam pengambilan
keputusan tentang perawatan dirinya. Berkaitan dengan hal tersebut perhatian terhadap
pemenuhan kebutuhan pasen serta harapan-harapannya dihargai.
8. Keamanan adalah tingkat dimana bahaya lingkungan perawatan diminimalisasi untuk
melindungi pasen dan orang lain, termasuk petugas kesehatan.
9. Ketepatan waktu adalah tingkat dimana perawatan atau tindakan diberikan kepada pasen
tepat waktu sangat penting dan bermanfaat.
Upaya pencarian terhadap hal-hal penting yang dicakup dalam definisi tentang MUTU telah
banyak dibahas dalam literatur. Donabedian menyatakan bahwa, tidak satupun definisi dapat
memenuhi persyaratan dengan tepat tentang arti mutu, dan untuk mengatasi hal tersebut
ada tiga pengertian yang diberikan yaitu:
(1) Definisi absolutis mutu adalah pertimbangan atas kemungkinan adanya keuntungan dan
kerugian terhadap kesehatan sebagai dasar tata nilai praktisi kesehatan tanpa memperhatikan
biaya.
(2) Definisi individualistis berfokus pada keuntungan dan kerugian dari harapan pasen dan
konsekwensi lain yang tidak diharapkan.
(3) Definisi sosial mutu meliputi beaya pelayanan, kontinum dari keuntungan atau kerugian,
serta distribusi pelayanan sebagai rata nilai masyarakat secara umum.
Tantangan yang dihadapi oleh praktisi adalah bagaimana menjaga keseimbangan antara nilai-
nilai kemanusiaan, sumber-sumber teknologi, kualitas hidup, inovasi dan kenyataan ekonomi,
yang memungkinkan untuk memberikan pelayanan terbaik. Hal tersebut tidak berarti
menghilangkan pengertian universal dari mutu untuk memperoleh pengakuan. Ketiadaan
definisi formal tentang mutu, bukan berarti pasen atau provider tidak akan dapat
mengidentifikasi ketiadaan mutu itu sendiri, atau mutu yang berada dibawah standar,
misalnya: makanan disajikan dingin, penusukan vena dalam kondisi normal 3-4 kali, terjadi
decubitus atau infeksi post operatif, pasen jatuh, salah pemberian obat semua itu
menunjukkan mutu yang rendah. Pengertian mutu kinerja diukur melalui dimensi pengukuran
yang tegas yaitu standar tertulis yang jelas. Standar menentukan mutu atau kinerja dan
diberikan secara langsung serta hasilnya dapat dilihat dari pelayanan tersebut. Standar adalah
patokan untuk menentukan tingkat mutu. Standar merupakan pernyataan tertulis dari tata
nilai peraturan-peraturan, kondisi dan tindakan pada pasen, staf, atau sistem yang disahkan
oleh pihak berwenang

Anda mungkin juga menyukai