Muhammadiyah dalam memasuki abad ke-2 ini tentunya banyak hal yang harus
dibenahi agar tetap eksis selama-lamanya. Salah satu hal yang patut dilakukan adalah
menjadikan Muhammadiyah menjadi organisasi yang bukan hanya menginginkan
banyaknya anggota, akan tetapi harus juga menjadi organisasi yang berkualitas secara
kualitas, terutama kualitas anggota-anggotanya.
Tentunya ini bukanlah sekedar omong kosong belaka. Karena ternyata banyak
fenomena yang terjadi dikalangan Muhammadiyah. Orang dengan begitu mudahnya
masuk menjadi anggota Muhammadiyah hanya dengan dibuktikan dengan memiliki
kartu anggota Muhammadiyah yang saat ini ternyata semakin mudah didapatkan
dengan tidak memandang siapa mereka dan apa yang sudah mereka lakukan utunk
perkembangan dakwah Muhammadiyah. Dan bahkan mungkin juga dalam kehidupan
keseharian mereka sama sekali tidak mencerminkan pribadi-pribadi Muhammadiyah
seperti yang diinginkan oleh para pendiri dan para pejuang Muhammadiyah di generasi
awal.
Yang paling mengecawakan dan menyesakkan hati adalah mereka kebanyakan menjadi
anggota Muhammadiyah hanya karena ingin masuk dan bekerja di Amal Usaha
Muhammadiyah. Dan tentunya ini terjadi di semua bagian Negara Indonesia ini. Ini
adalah hal yang sangat riskan dan bias menjadikan muhammadiyah kehilangan banyak
asset amal usaha. Banyak kasus yang telah terjadi, sekolah Muhammadiyah beralih
nama, masjid dikuasai oleh pihak lain, dan yang pastinya banyak yang lainnya yang
tidak kita ketahui. Kejadian-kejadian nyata ini harus segera ditanggulangi kalau kita
tidak ingin mendengar nanti entah berapa tahun lagi bahwa Muhammadiyah telah
menjadi sejarah dan tidak lagi mampu mengukir sejarah peradaban bangsa.
Tentunya hal ini hanyalah salah satu dari berbagai coobaan yang dihadapi oleh
Muhammadiyah. Saat-saat ini kita sering mendengar di Indonesia banyak diberitakan
tentang gerakan-gerakan pencucian otak yang di(klaim)lakukan oleh Gerakan Negara
Islam Indonesia (NII). Selain itu banyak juga kaum-kaum sempala yang mengaju Islam
tetapi tidak menjalankan ajaran Islam dan bahkan mereka merubah-rubah syariat Islam
yang telah sempurna dibawa oleh Rasulullah Muhammad saw dan yang lebih kurang
ajar lagi adalah banyaknya orang-orang yang mengaku menjdi nabi dan mendapatkan
wahyu dari Allah SWT dan ada satu lagi yang mengaku sebagai malaikat Jibril dan
mendirikan kerajaan Tuhan (Lia Eden).
Indonesia yang memiliki azaz pancasila dan menganut paham demokrasi telah
menjadikan Negara yang mayoritas Islam ini harus mengakui lima agama lainnya
(Katholik, Protestan, Hindu, Budha dan Khonghucu) dan satu kepercayaan kepada
Tuhan (aliran kepercayaan). Dakwah Muhammadiyah yang mengislamkan umat Islam
juga bagaimana mampu mengislamkan orang yang belum Islam atau dakwah kepada
orang-orang non-Islam. Begitupun umat agama lain pasti akan melakukan hal yang
serupa untuk menyebar luaskan ajaran agama mereka.
Lebih focus saat ini adalah bagaimana Muhammadiyah harus bias menekan gerakan
kristenisasi yang banyak merambah di berbagai daerah umat-umat Islam. Kristenisasi
yang telah lama dilakukan di Indonesia mulai dari zaman penjajahan dengan konsep 3G
(gold, glory, and gospel) sampai sekarang ini masih berjalan. Banyak kasus kristenisasi
yang telah terjadi di setiap sudut kota maupun di desa, bai secara terang-terangan
maupun gerakan terselubung dalam melakukan gerakan pemurtadan, contohnya adalah
pendirian gereja di daerah Bekasi. Dan tentunya lebih banyak lagi kejadian yang tidak
kita ketahui.