Anda di halaman 1dari 40

7

BAB II

LANDASAN TEORI

Anjungan lepas pantai atau Offshore platform umumnya didefinisikan

sebagai struktur atau bangunan yang di bangun di lepas pantai untuk mendukung

proses eksplorasi atau eksploitasi minyak dan gas bumi baik untuk kegiatan

pengeboran maupun produksi. Kata lepas pantai sendiri memiliki arti sebagai

suatu daerah bagian dari lautan yang permukaan dasarnya dibawah pasang surut

terendah atau bagian lautan yang berada diluar daerah gelombang pecah (breaker

zone) arah ke laut.

Platform atau anjungan lepas pantai ini dipenuhi oleh sistem instrumentasi,

sensor, transmitter, dan peralatan elektronik dengan spesifikasi tertentu guna

menunjang proses ekplorasi, eksploitasi, pengolahan, serta pendistribusian minyak

dan gas bumi. Secara elektrikal, anjungan lepas pantai atau platform dapat

dibedakan menjadi 2, yaitu: konvensional dan otomatisasi / cerdas. Salah satu

perusahaan minyak dan gas bumi yang memiliki kedua jenis anjungan lepas pantai

tersebut adalah Total E&P Indonesie yang beroperasi diwilayah lepas pantai

kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur, Indonesia.


8

2.1 Total E&P Indonesie

2.1.1 Lokasi Perusahaan

Total E&P Indonesie (TEPI) saat ini memiliki kantor pusat di World Trade

Center II, Jl. Jendral Sudirman Kav. 29 31, Jakarta Selatan 12920. Sementara

itu, peneliti melakukan penelitian di kantor Total E&P Indonesie distrik

Kalimantan Timur bertempat di Jalan Laksda Yos Sudarso, Balikpapan 76123.

Peneliti juga melakukan penelitian di 2 lapangan minyak dan gas milik Total E&P

Indonesie, yaitu di lapangan migas Bekapai dan Sisi-Nubi yang terletak di lepas

pantai sebelah timur kabupaten Kutai Kertanegera, Kalimantan Timur.

2.1.2 Gambaran Umum Perusahaan

Total Group adalah sebuah perusahaan multinasional yang telah bekerja

lebih dari 130 negara dan mempunyai pekerja sekitar 130.000 orang di seluruh

dunia. Total merupakan salah satu perusahaan energi dan manufaktur bahan kimia

terbesar di dunia. Total pula merupakan partner dari 5 LNG plant dan merupakan

penghasil dari 40% LNG di dunia.

Bisnis upstream Total meliputi eksplorasi, pengembangan dan produksi

minyak dan gas bumi, batubara dan pembangkit listrik. Total mengeksplorasi

minyak dan gas di 42 negara dan memproduksi pada 30 dari negara tersebut.

Basis utama produksi dari Total adalah laut utara, afrika dan timur tengah, diikuti

dengan asia tenggara dan amerika utara maupun selatan.


9

Gambar 2.1. Gedung Total di Perancis dan Lambang Total

2.1.3 Sejarah dan Pengembangan Platform di Total E&P Indonesie

Total E&P Indonesie adalah salah satu kontraktor bagi hasil migas

(minyak dan gas bumi) terbesar di Indonesia. Total E&P Indonesie didirikan di

Jakarta pada tanggal 14 Agustus 1968 dan saat ini memiliki kantor pusat di World

Trade Center II, Jl. Jendral Sudirman Kav. 29 31, Jakarta Selatan 12920.

Sementara itu, kantor Total E&P Indonesie distrik Kalimantan Timur bertempat di

Jalan Laksda Yos Sudarso, Balikpapan 76123.

Gambar 2.2. Gedung Total E&P Indonesie di Balikpapan dan Jakarta


10

Sekitar empat dekade yang lalu, tepatnya pada tanggal 6 Juli 1968 Total

menandatangani perjanjian production sharing contract yang pertama dengan

pemerintah indonesia. Pada tahun 1970, Total E&P Indonesie berperan sebagai

operator pada blok offshore Mahakam di Kalimantan Timur yang dimiliki oleh

perusahaan jepang INPEX.

Sejak ditandatangani perjanjian ini, Total mengeksplorasi,

mengembangkan dan memproduksi minyak dan gas bumi, serta dengan

ditemukannya lapangan Bekapai pada tahun 1972 dan Handil pada tahun 1974,

disertai dengan ditemukannya lapangan lapangan gas seperti Tunu pada tahun

1977, Tambora pada tahun 1980, Peciko pada tahun 1983, dan Sisi Nubi pada

tahun 1986, Total E&P Indonesie kini telah menjadi produsen gas terbesar di

Indonesia sejak tahun 2000.

Total saat ini memiliki fasilitas produksi berupa 2156 sumur dengan 66

buah sumur injeksi, tempat pemrosesan gas, pipeline, gas turbine, offshore

platform, GTS (gathering & testing satellite), swamp platform dan loading

facilities untuk kapal kapal tanker minyak.

Dikarenakan produksi yang semakin menurun, maka dibutuhkan teknologi

baru yang efisien termasuk jenis platform untuk diterapkan pada lapangan

lapangan di Total E&P Indonesie sehingga dapat meningkatkan produksi dari

reservoir - reservoir yang berada di lapangan - lapangan Total E&P Indonesie

disamping mencari sumber - sumber energi baru yang menjanjikan.


11

Gambar 2.3. Daerah Kontrak Blok Mahakam

Lapangan - lapangan Total E&P Indonesie yang berada di wilayah Kalimantan

Timur dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:

1. Area Delta Sungai Mahakam (Swarm):

- Handil

- Tambora

- Tunu

2. Area Lepas Pantai Kalimantan Timur (Offshore):

- Bekapai

- Peciko

- Sisi-Nubi

- South Mahakam
12

Selama puluhan tahun, beberapa platform mengalami perubahan dan

pengembangan desain di sisi elektrikalnya untuk dapat memenuhi kebutuhan

spesifikasi platform lepas pantai yang dapat dihandalkan. Platform lepas pantai di

lapangan Bekapai yang merupakan salah satu platform tertua masih di dominasi

oleh konvensional platform yang belum mengalami banyak pengembangan.

Berbeda dengan platform lepas pantai di lapangan Sisi-Nubi yang tergolong

lapangan baru, saat ini disana sudah dirintis platform lepas pantai yang sudah

menggunakan sistem elektrikal yang berbasis otomatisasi /smart di awal tahun

2000 hingga saat ini. Oleh sebab itu, untuk mewakili perbedaan dari tiap tiap

jenis platform beserta karakteristiknya dari segi elektrikal, penulis melakukan

penelitian di 2 lapangan migas milik Total E&P Indonesie sebagai berikut:

- Bekapai (Konvesional Platform)

- Sisi-Nubi (Smart / Otomatisasi Platform)

Kedua jenis platform diatas hingga saat ini masih beroperasi dan memproduksi

minyak dan gas bumi sehingga dapat dijadikan bahan oleh penulis dalam

melakukan analisa efektivitas dan kehandalan otomatisasi platform secara

elektrikal dalam industri perminyakan.

2.2 Konvensional Platform

2.2.1 Gambaran Umum Konvensional Platform

Konvensional platform merupakan anjungan lepas pantai dengan teknologi

paling awal yang digunakan untuk menunjang operasi perminyakan. Dengan

desain yang belum terlalu komplek dan relatif kecil, konvensional platform ini
13

umumnya digunakan pada lapangan minyak dan gas yang memiliki jarak dengan

daratan / onshore tidak terlalu jauh. Selain itu, umumnya kemampuan sistem

kontrol di konvensional platform yang masih terbatas juga menyebabkan daya

produksi dari konvensional platform belum optimal dan terpercaya. Berikut

dibawah ini desain konvensional platform pada umumnya:

Gambar 2.4. Tipikal Desain Konvensional Platform di Bekapai


14

Platform di lapangan Bekapai di wilayah operasional Total E&P Indonesie

merupakan salah satu contoh yang mewakili konvensional platform dimana sumur

multi platform disana masih harus diperintah dan dimonitor dari jarak dekat

dengan adanya Living Quarter sebagai tempat / akomodasi operator selama

dioperasikan. Sekarang rata-rata produksi di lapangan Bekapai sekitar 4500

BOPD dan produksi air sekitar 15000 BWPD. Diperkirakan bahwa sekitar 90%

minyak yang dapat dipulihkan pada Bekapai yang telah disuling. Minyak hasil

produksi dari lapangan Bekapai ini merupakan salah satu minyak dengan kualitas

terbaik di dunia.

Gambar 2.5. Living Quarter di lapangan Bekapai


15

2.2.2 Karakteristik Konvensional Platform di Lapangan Bekapai

Konsep konvensional dan smart / otomatisasi platform dapat dilihat dari 2

lapangan milik Total E&P Indonesie yang hingga kini masih beroperasi, yaitu:

Lapangan Bekapai (Konvensional platform) dan Lapangan Sisi-Nubi (Otomatisasi

platform). Kedua lapangan ini masih menjadi tumpuan untuk menghasilkan

minyak dan gas dalam blok Mahakam. Untuk memahami lebih dalam mengenai

konvensional platform yang hingga saat ini masih beroperasi, berikut dibawah ini

topografi dan letak antar platform di lapangan Bekapai:

Topografi Bekapai:

Gambar 2.6. Topografi Platform di Lapangan Bekapai


16

Tablel 2.1 Perbandingan Jarak Antar Platform di Lapangan Bekapai

Platform Jarak (km)

BE - LQ 3,8
BF - LQ 2,4
BG - LQ 2
BH - LQ 3,5
BJ - LQ 2,25
BL - LQ 1,5
BL - BF 1
BB - LQ 1,5
BJ - BB 0,8

Setelah dilakukan pengumpulan dan pengolahan data yang diambil dari beberapa

metode studi pada Lapangan Minyak Bekapai, berikut dibawah ini beberapa

analisa karakteristik Konvensional Platform di lapangan Bekapai dilihat dari

berbagai hal:

1. Spesifikasi

Sensor dan alat instrumentasi berbasis pneumatic dan hidrolik.

Kebutuhan daya kurang dari 200 Watt dengan tegangan power

supply 24 VDC.

Menggunakan software Wonderware sebagai tampilan pada PC

ruang kendali.

Jarak ruang kendali dan well platform cukup dekat 1.5 3 km.

Menggunakan Living Quarter di sekitar well platform sebagai

tempat akomodasi operator.


17

2. Metode Kontrol

Menggunakan konsep SCADA dalam proses kontrol.

Mengandalkan sistem polling dari MTU ke RTU, terdapat Master

dan Slave, yang mana Slave hanya akan menjawab kalo di polling

(ditanya) oleh Master.

Proses monitoring satu arah, dari well platform ke ruang kontrol.

3. Komunikasi

Menggunakan infrastruktur Motorolla MCS 2000 - Radio UHF

(100 200 MHz) sebagai alat transmisi data dan komunikasi.

Pengiriman data menggunakan koneksi Serial dengan standard

protokol Modbus, kecepatan hanya dapat mencapai Kbps.

Data komunikasi adalah data Komunikasi Serial.

4. Keamanan Data / Platform / Personel

Pengiriman data relatif kurang aman / kurang baik karena masih

menggunakan koneksi serial.

Tidak memiliki sebuah server sebagai database otomatis untuk

melakukan perekaman data process (historization) dengan waktu

cukup lama.

Tidak memiliki fasilitas Manajemen dan Monitoring Alarm.

Belum memiliki fasilitas CCTV dan sensor gerak untuk memonitor

keadaan di platform secara langsung dan mencegah pengunjung

yang tidak diinginkan.


18

5. Operasional

Keahlian dan kemampuan operator pada ruang kendali sangat

berpengaruh.

Kondisi cuaca sangat berpengaruh dalam pengiriman data.

6. Pengembangan di Masa Depan

Mempunyai limitasi I/O untuk pengembangan rencana di masa

yang akan datang.

2.2.3 Cara Kerja Konvensional Platform di Lapangan Bekapai

Berikut dibawah ini blok diagram Konvensional Platform di lapangan Bekapai

yang masih menggunakan kontrol 1 arah:

UHF Radio
Polling

Sensor dan Platform Radio Room Control Room Alarm


Instrumentasi RTU MTU HMI / Display Printer

Valve dan Operator /


Actuator Manual

Gambar 2.7. Blok Diagram Konvensional Platform di Lapangan Bekapai


19

Pada konvensional platform di lapangan Bekapai masih menggunakan

konsep SCADA (Supervisory Control And Data Acqusition) dimana parameter -

parameter sumur dan proses dari masing masing platform dikoneksikan pada

RTU (Remote Terminal Unit).

Parameter dari sumur dan proses yang berupa pressure, level, flow, dan

kondisi valve valve dari setiap platform akan diterima dan dikumpulkan dalam

RTU, dimana masing masing platform di lapangan Bekapai memiliki RTU

tersendiri. Fungsi RTU tersebut hanya menerima dan mengumpulkan data dari

parameter parameter sumur saja tanpa dapat melakukan suatu proses kontrol

terhadap parameter tersebut.

Data parameter parameter sumur dan proses tersebut kemudian akan di

transmit atau dikirim menuju ke Bekapai Control Room sebagai pusat komando

melalui radio UHF (Ultra-High Frequency) pada Bekapai Radio Room. Setelah

diterima melalui saluran radio UHF tersebut, data parameter parameter sumur

dan proses tersebut akan diolah di MTU (Master Terminal Unit) dan dapat

ditampilkan melalui sebuah layar disebuah komputer atau PC. Tampilan

parameter parameter tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan sebuah

software khusus yang bernama Wonderware.

Selanjutnya data data parameter tersebut pada akhirnya selain diolah

oleh MTU, juga akan direview secara manual melalui display komputer oleh

operator di Control Room. Semua data mulai dari RTU yang ada pada setiap

platform di Bekapai hingga ditransmit sampai dapat ditampilkan di PC / komputer

dan dapat digunakan oleh operator, prosesnya menggunakan protokol MODBUS.


20

Sementara software Wonderware yang digunakan merupakan sofware

keluaran Invensys, software tersebut memang sudah sering digunakan oleh

berbagai industri sebagai HMI (Human Machine Interface). Untuk melihat lebih

jelas arsitekur komunikasi dan pengolahan data pada konvensional platform di

lapangan Bekapai dapat dilihat pada gambar berikut:


21

Gambar 2.8. Arsitektur Pengolahan Data dan Komunikasi pada Konvensional

Platform Bekapai
22

Dikarenakan oleh masih rendahnya tingkat reliabilitas konsep pengolahan

data dan komunikasi parameter parameter sumur pada Konvensional platform,

umumnya jarak antara control room dan tiap tiap platform yang dikontrol relatif

dekat dan harus mudah dicapai apabila ada kesalahan. Pada lapangan Bekapai,

jarak antara Bekapai Platform dan Bekapai Control Room relatif dekat, rata-rata

hanya sejauh 1.5 - 3 km.

Selain itu, karena masih membutuhkan banyak keterlibatan manusia

sebagai operator dalam pengoperasiannya, umumnya pada konvensional platform

juga harus didukung oleh sebuah LQ (Living Quarter) sebagai tempat akomodasi

operator selama dilaut. Pada lapangan Bekapai, LQ tersebut dapat

mengakomodasi sekitar 30 40 orang. Beberapa kesalahan yang sering terjadi

dan mengakibatkan rendahnya reliabikitas konvensional platform, yaitu: kontrol

data proses, manajemen prioritas alarm dan kesalahan pengiriman data oleh radio

UHF akibat pengaruh cuaca.

Gambar 2.9. Pemasangan Antena UHF Pada Radio Room Bekapai


23

2.3 Otomatisasi Industri

Otomatisasi industri merupakan teknik yang digunakan oleh industri untuk

memperkecil biaya produksi dan meningkatkan kualitas serta kuantitas produksi.

Ditinjau dari sisi teknologi, Otomatisasi Industri merupakan integrasi antara

teknologi mekatronika, teknologi komputer, dan teknologi informasi. Atau dengan

kata lain, Otomatisasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk melaksanakan

proses atau prosedur kerja tanpa bantuan manusia. Penerapan teknologi sistem

otomasi dapat memecahkan masalah aktual di lapangan dan merupakan motor

penggerak pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional. Dilihat secara

hardware dan software sistem otomasi banyak berhubungan dengan komponen

elektronik, program komputer, pengukuran, sensor, aktuator dan sistem

pengaturan

2.3.1 Pengertian SCADA dan DCS

SCADA singkatan dari Supervisory Control and Data Acquisition

merupakan sebuah sistem yang mengawasi dan mengendalikan peralatan proses

yang tersebar secara geografis. Definisi yang lebih formal diberikan oleh NIST

(National Institute of Standart and Technology), SCADA ialah sistem terdistribusi

yang digunakan untuk mengendalikan aset-aset yang tersebar secara geografis,

sering terpisah beberapa puluh kilometer persegi, dimana kontrol dan akuisisi data

terpusat sangat penting bagi operasi sistem. Menurut NIST, sistem SCADA

banyak digunakan pada sistem terdistribusi seperti : water distribution, oil

pipelines, electrical power grids, dan railway transportation system.


24

Sementara DCS singkatan dari Distributed Control System merupakan

suatu sistem yang mendistribusikan berbagai fungsi yang diperlukan untuk

mengendalikan berbagai variabel proses dan unit operasi proses menjadi suatu

pengendalian yang terpusat pada suatu ruang kontrol / control room dengan

berbagai fungsi pengendalian, monitoring, dan optimasi. Pada dasarnya agak sulit

untuk membedakan antara SCADA dengan DCS, selain memiliki fungsi yang

sama, SCADA dan DCS juga ditunjang oleh perangkat - perangkat yang memiliki

yang hampir serupa.

Keduanya hanya dapat dibedakan oleh tahun pembuatannya, dimana

SCADA telah dikenal lebih dahulu dibandingkan DCS. Selain hal tersebut,

banyak orang yang membedakan kedua sistem tersebut melalu proses koordinasi

dan proses kontrolnya. SCADA pada dasarnya dikenal sebagai sebuah sistem

yang mampu melakukan koordinasi dalam sebuah proses industri sedangkan DCS

dinilai lebih memiliki kemampuan kontrol selain koordinasi dalam sebuah proses.

Sistem komunikasi yang digunakan keduanya juga dapat menjadi pembeda

diantara keduanya, dimana infrastruktur komunikasi DCS pada umumnya lebih

canggih yang dapat melakukan kontrol secara real-time.

Sensor, transmitter dan actuator yang dipergunakan SCADA hampir sama dengan

yang dipergunakan DCS, dengan standard 4~20mA, HART, Fieldbus, dsb.,

sesuai dengan kompatibilitas. Suatu sistem SCADA biasanya terdiri dari:

Antarmuka manusia mesin (Human-Machine Interface).

Unit terminal jarak jauh yang menghubungkan beberapa sensor

pengukuran dalam proses-proses yang digunakan.


25

Sistem pengawasan berbasis komputer untuk pengumpul data.

Infrastruktur komunikasi yang menghuhungkan unit terminal jarak jauh

dengan sistem pengawasan.

PLC atau Programmable Logic Controller, meskipun dalam tahap yang

belum terlalu canggih.

Pada umumnya jarak antara RTU dengan MTU dapat cukup jauh sehingga

diperlukan media komunikasi antara keduanya. Cara yang paling umum dipakai

pada sistem SCADA adalah Komunikasi Radio (Radio Communication) dan

Komunikasi Serat Optik (Optical Fiber Communication). Sedangkan pada DCS

sudah berkembang pada komunikasi real-time dengan berkecepatan tinggi dalam

pertukaran datanya. Komunikasi pada sistem SCADA pada umumnya

menggunakan protokol khusus, walaupun ada juga protokol umum yang

dipergunakan. Protokol yang dipergunakan pada sistem SCADA antara lain :

1. IEC Standar meliputi IEC 60870-5-101 yang berbasis serial komunikasi

dan IEC 60870-5-104 yang berbasis komunikasi ethernet.

2. DNP 3.0

3. Modbus

4. Proprietary solution, misalnya KIM LIPI, HNZ, INDACTIC, PROFIBUS

dan lain-lain
26

2.3.2 Perkembangan SCADA dan DCS

Sistem SCADA yang primitif sebenarnya telah digunakan oleh industri

selama ini. Dengan hanya mengandalkan indikator-indikator sederhana seperti

lampu, meter analog, alarm suara (buzzer), seorang operator sudah dapat

melakukan pengawasan terhadap mesin-mesin di pabrik. Sistem SCADA primitif

atau konvensional masih belum menggunakan komputer ataupun piranti

pengendali berprosesor lainnya.

Seiring dengan perkembangan komputer yang pesat beberapa dekade

terakhir, maka komputer menjadi komponen penting dalam sistem SCADA

modern. Sistem ini menggunakan komputer untuk menampilkan status dari sensor

dan aktuator dalam suatu plant, menampilkan dalam bentuk grafik yang

sederhana, menyimpannya dalam data base, bahkan menampilkannya dalam situs

web. Umumnya komputer ini terhubung dengan sebuah pengendali (misal:

Programmable Logic Controller) melalui sebuah protokol komunikasi tertentu

(misal: fieldbus / Modbus). Hampir sama dengan perkembangan SCADA, DCS

dari tahun ke tahun juga semakin berkembang terutama pada hal kemudahan

sistem kontrol, tampilan, dan sistem komunikasi.


27

Berikut dibawah ini merupakan gambaran umun arsitektur DCS konvensional dan

tampilannya:

Gambar 2.10. Konfigurasi DCS Konvensional

Gambar 2.11. Tampilan Kontrol DCS Konvensional


28

Perkembangan DCS dari waktu ke waktu:

Gambar 2.12. Perkembangan Sistem DCS

Gambar 2.13. Switch / Selector pada DCS Konvensional

Gambar 2.14. Perubahan Tampilan Sistem DCS pada Ruang Kontrol


29

2.4 Sensor, Transducer, dan Actuator

Transducer adalah device yang mengkonversi energi dari satu bentuk ke

bentuk lainnya. Transducer terbagi menjadi 2 kelas, yaitu: transducer input dan

transducer output. Transducer electric-input mengkonversi energi non listrik,

seperti suara atau cahaya ke dalam energi listrik. Transducer electric-output

bekerja dalam arah sebaliknya, yaitu mengkonversi energi listrik ke dalam energi

non listrik, salah satu contohnya adalah pada microphone.

Sensor adalah tipe transducer yang digunakan untuk mengkonversi

besaran mekanik, magnetik, thermal, sinar, dan kimia menjadi tegangan atau arus

listrik [Petruzella, 2008]. Pendapat lain mengatakan bahwa sensor adalah suatu

device yang mengkonversi energi yang diperoleh dari gejala fisika (physical

phenomenon) ke dalam bentuk arus atau tegangan listrik, untuk tujuan

pengukuran, kontrol, atau informasi [Carr, 2008].

Sensor berdasarkan prinsip operasi listriknya terbagi menjadi 2, yaitu:

Sensor Aktif

Sensor aktif adalah sensor yang dapat menghasilkan energi sendiri dari

besaran/ gejala fisika yang diukur. Contoh sensor aktif ini adalah

thermocouple yang dapat menghasilkan tegangan pada ujung sambungan

kedua macam logam yang berbeda.


30

Sensor Pasif

Sensor pasif adalah sensor yang membutuhkan sumber energi listrik ac

atau dc dari luar untuk memberikan power pada device. Contoh sensor

pasif ini adalah sensor tekanan strain gauge resistive yang memerlukan

supply dc +7.5 V untuk pengoperasiannya. Tanpa ada power atau tegangan

dari luar maka tidak akan ada output yang keluar dari sensor.

Jika dilihat dari transfer energi yang dideteksinya, sensor dapat diklasifikasikan ke

dalam beberapa bagian, antara lain:

a. Sensor Thermal

Sensor temperatur: thermometer, thermocouple, bi-metal thermometer,

thermostat, resistansi temperatur detector (RTD), dll. Sedangkan contoh

sensor panas: bolometer, calorimeter.

b. Sensor Elektromagnetik

Yang termasuk sensor elektromagnetik antara lain: ohmmeter, multimeter,

galvonometer, voltmeter, watt-hour meter, magnetic compass,

magnetometer, fluxgate compass, dll.

c. Sensor Mekanikal

- Sensor Tekanan: Altimeter, barometer, barograph, pressure gauge, air

speed indicator, variometer, dll.

- Sensor gas dan liquid flow: Flow sensor, cariolis sensor, flow meter, gas

meter, water meter, mass flow meter, dll.

- Sensor Mekanikal: Acceleration sensor, position meter, strain gauge, dll.


31

d. Sensor Kimia

Sensor sensor kimia mendeteksi keberadaan kimia khusus atau kelas

kelas kimia. Contoh sensor sensor oxygen, elektroda elektroda ion-

selective, elektroda elektroda pH, dan elektroda elektroda redox.

e. Sensor Optic dan Radiasi

- Sensor Ionising Radiation: Geiger counter, dosimeter, particle detector,

cloud chamber, bubble chamber, dll.

- Sensor Non-Ionising Radiation: Sensor sensor cahaya atau

photodetector, photocell, photodioda, phototransistor, infra-red sensor,

proximity sensor, dll.

f. Sensor Suara

Yang termasuk sensor suara antara lain: Micropohones, hydrophones,

seismometers, dll.

g. Tipe tipe sensor lain

- Motion Sensor: Radar gun, speedometer, tachometer, oddometer, dll.

- Orientation Sensor: Gyroscope, artificial horizon, dll.

Industri minyak dan gas bumi memiliki banyak besaran besaran parameter yang

harus diukur, dihitung, dikontrol, dan didata setiap harinya, beberapa parameter

yang umumnya ditemui dalam industri minyak dan gas bumi antara lain:

- Flow / Laju aliran

- Temperatur

- Pressure / Tekanan

- Level / Ketinggian Fluida, dll.


32

Dari keempat parameter utama yang umumnya diukur dalam industri minyak dan

gas bumi, flow/ laju aliran menjadi parameter yang mutlak harus dilakukan secara

detail dan presisi. Berikut beberapa jenis flowmeter yang sering digunakan

terutama oleh Total E&P Indonesie:

- Coriolis Flow Meter

- Magnetic Flow Meter

- Vortex Flow Meter

- Differensial Pressure for Flow Measurment Sensor, dll.

Untuk mengetahui cara kerja dari sensor aliran ini, Coriolis flow Meter dapat

digunakan sebagai sampel untuk mewakili sensor aliran yang digunakan pada

industri minyak dan gas bumi.

Coriolis Flow Meter

Salah satu sensor aliran yang paling banyak digunakan untuk mengetahui

besarnya laju aliran suatu fluida dalam bidang perminyakan termasuk di Total

E&P Inodnesie adalah Coriolis Meter. Pada prinsipnya, coriolis meter ini akan

membuat fluida melalui 1 atau 2 buah flow tube yang kemudian akan bergerak /

berosilasi. Gerakan pada flow tube tersebut akan menimbulkan suatu gelombang

sinus yang dihasilkan oleh coil. Perbedaan waktu (T) pada gelombang sinus ini

yang kemudian dapat digunakan untuk mengetahui besarnya laju aliran tersebut.
33

Terdapat 3 jenis coriolis meter, antara lain:

- Dual Curved Tube

- Slightly Curved Dual Tube

- Single Straight Tube

Berikut di bawah ini bagan dasar dari Coriolis Meter dan prinsip kerjanya:

Gambar 2.15. Bagian Coriolis Flow Meter


34

Prinsip Kerja:

Gambar 2.16. Prinsip Kerja Coriolis Flow Meter

Saat tidak ada aliran fluida, maka tidak akan ada Coriolis Efek dan

gelombang sinus dalam sebuah fase yang sama satu sama lain

Saat fluida begerak melalui tabung sensor, Coriolis efek akan tercipta yang

disebabkan kedua flow tube bergerak dalam arah yang berlawan satu sama

lain. Perbedaan waktu


( T) diantara gelombang sinus diantara keduanya

akan diukur dan dikorelasikan untuk memberikan nilai besarnya laju aliran

fluida tersebut.

Actuator

Sementara itu, Actuator adalah setiap alat yang mengkonversikan besaran

listrik analog menjadi besaran mekanis, seperti kecepatan putaran, daya gerakan,

dan lain lain. Actuator umumnya merupakan proses lanjutan dari keluaran suatu

proses pengolahan data yang dihasilkan oleh suatu sensor ataupun kontroler.
35

Beberapa jenis actuator yang digunakan di Total E&P Indonesie antara lain:

- Sliding Stem Valve

- Rotary Valve

- Damper Drive

- Variable Speed Drive

- Block Valve

- Gate Valve

Gambar 2.17. Jenis - Jenis Actuator

2.5 Transmitter dan Analog to Digital Converter (ADC)

2.5.1 Transmitter

Transmitter adalah alat yang digunakan untuk mengubah perubahan

sensing element dari sebuah sensor menjadi sebuah sinyal yang mampu

diterjemahkan oleh kontroler. Untuk mentransmisikan sinyal dari transmitter ke

sebuah control room, transmitter melakukan pengkondisian sinyal terlebih dahulu

agar sesuai dengan spesifikasinya (tegangan dan arusnya).


36

Jenis Transmitter dilihat dari sinyal outputnya dapat dibedakan menjadi:

1. Analog Transmitters

Sinyal Analog Dasar

4-20 mA atau 1-5V atau 3-15 psi sinyal pneumatic

2. Smart Transmitters

Komunikasi digital (sinyal diagnosa) yang diproses dari sinyal

Analog (4-20 mA or 1-5V)

3. Profibus Transmitters

Sinyal Digital Berkecepatan Tinggi

4. Foundation Fieldbus Transmitters

Sinyal Digital Berkecepatan Tinggi yang dapat dikontrol dalam

sebuah proses

2.5.2 Analog to Digital Converter (ADC)

Seperti yang kita tahu dari pembahasan diatas, sebagai bagian dari proses

kontrol dan transmisi data, signal yang digunakan merupakan standar signal

instrumentasi elektronik, yaitu: 4-20 mA (atau 1-5 Vdc), dengan loop process 4-

20 mA dan digunakannya resistor 250 ohm, maka sinyal 4-20 mA akan terbaca

sebagai 1-5 Vdc yang mana akan di ubah menjadi data via analog digital converter

sebelum ditransmisikan.
37

Berikut dibawah ini merupakan skema ADC (Anolog to Digital Converter) yang

umum digunakan:

Gambar 2.18. Analog to Digital Converter

2.6 Komunikasi Data

Komunikasi data merupakan suatu proses pengiriman informasi berupa

data sebagai energi elektromagnetik melewati udara, kabel, untaian kaca dan

plastik fiber atau bahan lainnya. Tujuan dari suatu sistem komunikasi data adalah

untuk menyampaikan informasi dari 1 tempat ke tempat lainnya. Dalam proses

pengiriman data ini, tidak tertutup kemungkinan adanya gangguan / interferensi.

Untuk mencegah interferensi, pengguna dapat menggunakan frekuensi tertentu

pada pita spektrum.


38

Proses pengiriman informasi memerlukan suatu rentang frekuensi /

bandwidth. Semakin tinggi kecepatan pada proses pengiriman informasi, maka

rentang frekuensi yang dibutuhkan juga akan semakin tinggi. Diagram blok dasar

suatu sistem komunikasi diperlihatkan pada gambar 2.19 dibawah ini.

Sumber Konversi ke Penerima


Konversi ke
sinyal bentuk yang Transmitter Receiver sinyal
bentuk asal
(Sender) sesuai (Pengguna)

Link

Gambar 2.19 Diagram Blok Dasar Suatu Sistem Komunikasi

2.6.1 Panjang Gelombang dan Frekuensi

Frekuensi adalah banyaknya getaran per detik dalam arus listrik yang terus

berubah. Satuan frekuensi adalah Hertz disingkat Hz. Jika arus bergerak lengkap

satu getaran per detik, maka frekuensinya 1Hz.

Satuan frekuensi antara lain :

- Kilohertz (kHz)

- Megahertz (MHz)

- Gigahertz (GHz)

- Terahertz (THz)

Panjang Gelombang atau Wavelength adalah jarak diantara kedua titik

yang sama pada satu getaran. Dalam sistem wireless, biasanya diukur dalam

satuan meter, sentimeter atau millimeter.


39

Hubungan frekuensi dan panjang gelombang dapat dituliskan dalam persamaan :

C
=
f

dimana :

= wavelength dalam meters

f = frequency dalam Hertz (getaran/detik)

c = kecepatan cahaya (3X108 meter/detik)

Tabel 2.2 Frekuensi Spektrum dan Panjang Gelombang

Jenis Frekuensi Singkatan Frekuensi Panjang

Gelombang

Very Low Frequency VLF 9 kHz - 30 kHz 33 km - 10 km

Low Frequency LF 30 kHz - 300 kHz 10 km - 1 km

Medium Frequency MF 300 kHz - 3 MHz 1 km - 100 m

High Frequency HF 3 MHz - 30 MHz 100 m - 10 m

Very High Frequency VHF 30 MHz - 300 MHz 10 m - 1 m

Ultra High Frequency UHF 300 MHz - 3 GHz 1 m - 100 mm

Super High Frequency SHF 3 GHz - 30 GHz 100 mm - 10 mm

Extremely High Frequency EHF 30 GHz - 300 GHz 10 mm - 1 mm


40

2.6.2 Pengkodean

Sinyal data direpresentasikan dalam bentuk biner, yang terdiri dari dua

logika, yaitu logika rendah dan tinggi, bit-bit data ini dikelompokkan dalam

bentuk byte (terdiri dari 8 bit). Untuk mempersingkat penulisan pada saat

pengiriman data, biasanya bit-bit ini ditulis dalam bentuk heksadesimal atau

dengan menggunakan teknik pengkodean ASCII.

2.6.3 Modulasi

Modulasi merupakan proses penggabungan 2 sinyal dengan masing

masing sinyal mempengaruhi lainnya. Sinyal penggabungan terdiri dari informasi

keduanya tetapi dengan suatu spektrum yang berbeda. Teknik modulasi

merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengubah sinyal analog sehingga

didapatkan data dalam bentuk sinyal digital dengan menggunakan sinyal

pembawa (sinyal sinusoidal).

Sinyal Sinusoidal terdiri atas :

Amplitude / Amplitudo

Frequency / Frekuensi

Phase / Fase

Teknik modulasi yang sering digunakan antara lain :

Frequency Shift Keying (FSK)

Amplitudo Shift Keying (ASK)

Phase Shift Keying (PSK)

Quadrate Phase Modulation (QPSK)

Quadrate Amplitude Modulation (QAM)


41

2.6.4 Komunikasi Serial Asinkron dan Sinkron

Komunikasi serial merupakan komunikasi dimana pengiriman data

dilakukan per bit sehingga lebih lambat dibandingkan komunikasi paralel.

Komunikasi serial terbagi menjadi dua jenis, yaitu sinkron dan asinkron.

Pada komunikasi data asinkron, clock atau baudrate tidak dikirimkan

bersama data serial, tetapi dibangkitkan secara sendiri-sendiri baik pada sisi

pengirim (transmiter) maupun pada sisi penerima (receiver). Pada pengiriman

data ini harus diawali dengan start dan stop bit. Sedangkan pada komunikasi data

serial sinkron, clock atau baudrate dikirimkan bersama-sama data serial. Antara

pengirim dan penerima harus mempunyai sinkronisasi clock yang sama. Jenis

komunikasi sinkron ini tidak cocok digunakan pada transmisi jarak jauh karena

timing error akan mudah terjadi pada pulsa clock.

Pada komunikasi asinkron, data ditransmisikan per karakter. Setiap frame

data karakter mempunyai timing sinkronisasi, karena setiap satu frame karakter

terdiri dari start bit (1 bit), data karakter (ASCII 5 sampai 8 bit), parity bit (1 bit)

dan stop bit (1 bit yang berdurasi 1 2 time bit). Start bit bernilai biner 0,

sedangkan stop bit bernilai biner 1. Pada keadaan idle, sinyal bernilai biner 1.

Oleh karena idle state sama dengan stop state, maka pengirim akan terus

mengirimkan sinyal stop sampai siap untuk mengirimkan data kembali.


42

Gambar 2.20 di bawah ini merupakan format frame data karakter pada

komunikasi asinkron :

(a)

(b)

Gambar 2.20. a. Format frame karakter pada komunikasi asinkron

b. Komunikasi asinkron 8-bit

2.6.5 Noise

Noise merupakan sinyal yang tidak diinginkan yang dapat mengganggu

atau menginterferensi sinyal asli, sehingga sinyal asli tersebut mengalami cacat

atau distorsi. Idealnya, suatu sistem komunikasi elektronik harus bebas dari noise

karena akan menyebabkan kerja sistem tidak maksimal. Tetapi pada kenyataannya

sedikit atau banyaknya noise akan tetap ada dan dapat mempengaruhi kerja

sistem. Setidaknya pengaruh noise dapat ditekan atau diperkecil dengan cara

menaikkan level daya sinyal informasi yang dikirim terhadap daya noise.
43

Secara umum noise dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor, yaitu :

1. Noise yang ditimbulkan oleh gejala alam, seperti: badai listrik, radiasi

sinar matahari, dan sebagainya.

2. Noise yang disebabkan oleh manusia (man made noise), seperti:

kegiatan pertambangan, pembangunan konstruksi jalan, dan

sebagainya.

3. Noise yang disebabkan oleh karakteristik fisik alami dan mendasar dari

bahanbahan pembuat komponen elektronik, disebut juga dengan

electronic noise atau internal noise.

Electronic noise atau internal noise merupakan noise yang berasal dari

komponen komponen elektronika seperti: IC, transistor, dioda, resistor, dan lain-

lain. Noise ini disebut juga fundamental noise karena noise ini multak ada pada

setiap komponen elektronika dan sepenuhnya tidak dapat dihilangkan, namun

level noise ini relatif kecil. Electronic noise ini dihasilkan oleh pergerakan

partikel-partikel elektron secara acak yang menyebabkan aliran arus dan pada

akhirnya akan menghasilkan suatu sinyal dengan level amplitudo yang bersifat

acak dan tidak dapat diprediksi (random).

Ditinjau dari asal penyebabnya, noise dapat pula dibedakan menjadi 2, yaitu:

1. Eksternal noise, contoh : semua peralatan dan perlengkapan elektronik

yang memancarkan gelombang elektromagnetik, motor, RFI (Radio-

Frequency Interference), dan sebagainya.


44

2. Internal noise, contoh : pergerakan elektron pada sirkuit yang

menghasilkan noise, komponen komponen komunikasi, dan

sebagainya.

2.6.6 Komunikasi Wireless

Komunikasi wireless merupakan suatu metode proses pengiriman

informasi berupa data sebagai energi elektromagnetik melewati udara. Sistem

komunikasi wireless ini berbeda dari sistem komunikasi yang memerlukan

koneksi fisik, seperti kabel/kawat tembaga atau fiber optik.

Pada sistem komunikasi wireless, pengiriman data menggunakan antena.

Antena digunakan untuk meng-konversi gelombang listrik menjadi gelombang

elektromagnetik. Besar energi antena dapat memperbesar sinyal terima dan kirim

pada sistem komunikasi, yang disebut sebagai Antenna Gain.

2.7 Sumber Sumber Error Sensor

Sensor seperti halnya device yang lain mengalami rugi rugi akibat

kesalahan atau error tertentu. Error adalah perbedaan antara nilai yang terukur

dengan nilai yang sebenarnya. Otomatisasi platform pada Total E&P Indonesie

yang sangat mengandalkan sensor pun dihadapkan oleh error error yang

mungkin saja terjadi, berikut sumber error sensor pada platform yang dapat

dikelompokan menjadi 5 macam, yaitu:


45

a. Insertion Error

Error ini terjadi ketika sensor ditempatkan ke dalam sistem maka akan

mengubah parameter yang sedang diukur. Hal ini terjadi karena adanya efek

pembebanan impedansi.

b. Application Error

Error ini disebabkan oleh kesalahan operator dalam mengoperasikan sistem,

error jenis inilah yang masih sering terjadi khusunya pada pengoperasian

konvensional platform. Contohnya kesalahan dalam menempatkan probe

termometer digital dan keliru memberikan penyekatan pada probe dari tempat

instrumentasinya. Semestinya probe tersebut harus diberi pelindung Agar

pengukuran suhu tidak dipengaruhi oleh suhu dari luar.

c. Characteristic Error

Characteristic Error adalah kesalahan yang diakibatkan oleh sifat device itu

sendiri yang berbeda diantara fungsi transfer karakteristik yang ideal dan

karakteristik aktual. Bentuk error ini antara lain: dc offset, incorrect slope,

atau slope yang tidak persis linier.

d. Dynamic Error

Banyak sensor yang dikarakteristikan dan dikaliberasi dalam kondisi statik.

Banyak sensor yang tidak merespon untuk perubahan cepat dalam parameter

input. Sebagai contoh, sebuah thermistor dalam kesetimbangan atau kondisi

tertentu tidak akan segera berpindah ke resistansi baru dalam sebuah

perubahan temperatur. Thermistor ini akan berubah secara perlahan menuju

sebuah nilai baru. Dengan demikian pengaplikasian sensor ini yang dibuat

untuk mengikuti perubahan kecepatan temperatur dengan sebuah sensor yang


46

lamban, bentuk gelombang ouput akan distorsi disebabkan oleh kesalahan

yang kontinyu. Faktor yang dipertimbangkan terhadap error dinamik adalah

response time, amplitude distortion, dan phase distortion.

Error ini juga masih sering ditemukan pada konvensional platform di TEPI

dikarenakan penggunaan dan pemilihan metode atau sensor yang kurang tepat

dalam melakukan pengukuran.

e. Enviromental Error

Error ini disebabkan dari lingkungan dimana sensor itu ditempatkan. Beberapa

faktor lingkungan yang mempengaruhi antara lain: suhu, vibrasi, goncangan,

ketinggian permukaan, kimia, dan faktor faktor lainnya. Dimana faktor

faktor tersebut akan berpengaruh terhadap karakteristik sensor.

Untuk jenis error ini, kedua jenis platform baik konvensional maupun

otomatisasi platform mengalami hal yang sama.

Anda mungkin juga menyukai