Anda di halaman 1dari 21

KELOMPOK 5

AGAMA ISLAM

SUNNAH SEBAGAI CONTOH DAN INSPIRASI BUDAYA

DISUSUN OLEH :
CLARA ANGGRAINI 4123162996/ HUMAS (FIS)
DIAN LESTARI 4123164600/ HUMAS (FIS)
NUR APRILLIA 4123163908/ HUMAS (FIS)
HASNI NUR FASIHA 4123165253/ HUMAS (FIS)
FARRAS MAHERA 1602617094/ PENDIDKAN KEPELATIHAN (FIO)

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA


OKTOBER
2017
1. As Sunnah atau Al Hadis

Sumber hukum Islam kedua setelah al Quran adalah as


Sunnah (Hadis). Hal ini sesuai dengan hadis Nabi, Aku tinggalkan bagi
kamu dua pedoman, apabila kamu berpegang atau berpedoman kepada
keduanya, niscaya kamu tidak akan sesat, yaitu Kitabullah dan Sunnah
Rosul.

Kata Sunnah, secara etimologi bermakna jalan, tata laku, atau cara
bertindak. Jadi Sunnah Rosul adalah jalan yang lurus dan perilaku Nabi
sepanjang hidupnya. Sedangkan dalam terminologi, sunnah diartikan
dengan perkataan, perbuatan, dan taqrir (diam dan persetujuan) Nabi.
Oleh karena itu perkataan, perbuatan, dan diamnya Nabi disebut sunnah
rosul. Selain istilah sunnah dikenal juga dengan istilah hadis yang berarti
berita atau catatan tentang suatu perkataan, perbuatan dan perizinan atau
persetujuan Nabi. Sebagian ulama membedakan antara hadis dan
sunnah. Letak perbedaanya adalah kalau hadis ialah segala peristiwa
yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW. Walaupun hanya sekali
saja beliau mengerjakannya sepanjang hidup dan walaupun hanya
seorang saja yang meriwayatkannya. Sedangkan sunnah ialah sesuatu
yang dilakukan oleh Nabi tidak sekali dua kali, tetapi dilakukan dengan
terus menerus dan dinukilkan (dipindahkan) kepada kita dari zaman ke
zaman dengan jalan mutakhir. Kendatipun mengenai kedua istilah
tersebut ada yang membedakan, namun secara pemaknaan sama
sebagai sumber hukum kedua setelah al Quran.

Atau yang disebut, Sunnah secara etimologi adalah perbuatan atau


perjalanan yang pernah dilalui baik yang tercela maupun yang terpuji.
Sedangkan secara terminologi sunnah mempunyai pengertian yang
berbeda-beda, karena ulama memberikan pengertian sesuai dengan
disiplin ilmu masing-masing.

a. Menurut ulama ahli hadis, sunnah adalah semua hal yang berasal
dari Nabi, baik perkataan, perbuatan, ketetapan, maupun hal-hal yang
lainya. Menurut pengertian ini sunnah bisa meliputi fisik maupun perilaku
Nabi dalam kehidupan sehari-hari baik sebelum ataupun sesudah beliau
diangkat menjadi Rasul. Mereka memandang Nabi adalah sosok suri
tauladan yang sempurna bagi umat Islam, sehingga dalam pandangan
mereka segala sesuatu yang berasal dari Nabi; baik yang ada kaitanya
dengan hukum maupun tidak adalah sunnah.

b. Ulama usul fiqh memberikan definisi yang hampir sama, namun


mereka membatasi sunnah hanya dengan yang bisa dijadikan acuan
pengambilan hukum. Hal ini disebabkan mereka memandang Nabi
sebagai syari (pembuat syariat) di samping Allah. Hanya saja ketika
ulama usul mengucapkan hadis secara mutlak maka yang dimaksud
adalah sunnah qawliyah. Karena menurut mereka sunnah memiliki arti
yang lebih luas dari hadis, yaitu mencakup semua hal yang bisa dijadikan
petunjuk hukum. bukan sebatas ucapan saja.

c. Ulama fiqh mendefinisikan sunnah dengan suatu hal mendapatkan


pahala bila dikerjakan namun tidak sampai mendapatkan dosa bila
ditinggalkan. Mereka memandang Nabi saw sebagai pribadi yang seluruh
perkataan dan perbuatannya mengandung hukum syara.1

1
https://cahyaimancahayakebenaranislam.wordpress.com/2014/03/19/jadikanlah-al-quran-
sunnah-sebagai-pegangan-hidup/ Diakses pada Selasa, 10 Oktober 2017. Pukul 22:40 WIB.
Pengertian As-Sunnah Menurut Syariat, As-Sunnah menurut istilah
syariat ialah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Shallallahu alaihi
wa sallam dalam bentuk qaul (ucapan), fiil (perbuatan), taqrir
(penetapan), sifat tubuh serta akhlak yang dimaksudkan dengannya
sebagai tasyri (pensyariatan) bagi ummat Islam.2

Adapun hadits menurut bahasa ialah sesuatu yang baru.


Secara istilah sama dengan As-Sunnah menurut Jumhur Ulama.

Ada ulama yang menerangkan makna asal secara bahasa bahwa:


Sunnah itu untuk perbuatan dan taqrir, adapun hadits untuk ucapan. Akan
tetapi ulama sudah banyak melupakan makna asal bahasa dan memakai
istilah yang sudah lazim digunakan, yaitu bahwa As-Sunnah muradif
(sinonim) dengan hadits.

As-Sunnah menurut istilah ulama ushul fiqih ialah segala sesuatu yang
bersumber dari Nabi j selain dari Al-Qur-an, baik perbuatan, perkataan,
taqrir (penetapan) yang baik untuk menjadi dalil bagi hukum syari.

Ulama ushul fiqih membahas dari segala yang disyariatkan kepada


manusia sebagai undang-undang kehidupan dan meletakkan kaidah-
kaidah bagi perundang-undangan tersebut.

As-Sunnah menurut istilah ahli fiqih (fuqaha) ialah segala sesuatu yang
sudah tetap dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dan hukumnya tidak
fardhu dan tidak wajib, yakni hukumnya sunnah.3

As-Sunnah menurut ulama Salaf adalah petunjuk yang dilaksanakan oleh


Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan para Shahabatnya, baik
tentang ilmu, itiqaad (keyakinan), perkataan maupun perbuatannya. 4

2Qawaaidut Tahdits (hal. 62), Muhammad Jamaluddin al-Qasimi, Ushul Hadits, Dr.
Muhammad Ajjaj al-Khathib, cet. IV Darul Fikr 1401 H, Taisir Muthalahil Hadits (hal. 15),
Dr. Mahmud ath-Thahhan
Sumber: https://almanhaj.or.id/2263-pengertian-as-sunnah-menurut-syariat.html

3ihat kitab Irsyaadul Fuhuul asy-Syaukani (hal. 32), Fat-hul Baari (XIII/245-246),
Mafhuum Ahlis Sunnah wal Jamaah inda Ahlis Sunnah wal Jamaaah (hal. 37-43).
Sumber: https://almanhaj.or.id/2263-pengertian-as-sunnah-menurut-syariat.html
Contoh-contoh dari definisi Sunnah yang dibawakan oleh ahli hadits
antara lain:

a. Hadits qauli (Sunnah dalam bentuk ucapan) ialah segala ucapan Nabi
Shallallahu alaihi wa sallam yang ada hubungannya dengan tasyri,
sebagaimana sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam :

Di antara kebaikan Islam seseorang ialah meninggalkan apa-apa yang


tidak bermanfaat baginya. 5

b. Hadits fili (Sunnah yang berupa perbuatan) ialah segala perbuatan


Nabi Shallallahu alaihi wa sallam yang diberitakan oleh para Shahabatnya
tentang wudhu, shalat, haji, dan selainnya.

Contoh:

:

.

Dari Utsman bin Affan bahwasanya Nabi Shallallahu alaihi wa sallam


(apabila berwudhu), beliau menyela-nyela jenggotnya.6

c. Hadits taqriri ialah segala perbuatan Shahabat yang diketahui oleh Nabi
Shallallahu alaihi wa sallam dan beliau membiarkannya (sebagai tanda
setuju) dan tidak mengingkarinya.

Contoh:

4 Lihat pada buku penulis, Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah (hal. 10).
Sumber: https://almanhaj.or.id/2263-pengertian-as-sunnah-menurut-syariat.html
5 HR. At-Tirmidzi (no. 2317), Ibnu Majah (no. 3976), Ibnu Hibban (Taliiqatul Hisaan ala

Shahiih Ibni Hibban no. 229), hadits ini hasan.


Sumber: https://almanhaj.or.id/2263-pengertian-as-sunnah-menurut-syariat.html

6 HR. At-Tirmidzi (no. 31), Ibnu Majah (no. 430), Shahih Ibni Majah (no. 345), al-Hakim
(I/149) dan al-Hakim berkata, Sanadnya shahih. At-Tirmidzi berkata: Hasan shahih.
Lihat Shahih Ibni Majah (no. 344) dari Shahabat Ammar bin Yasir.
Sumber: https://almanhaj.or.id/2263-pengertian-as-sunnah-menurut-syariat.html

: !



:





.

Nabi Shalkallahu alaihi wa sallam bersabda kepada Bilal setelah selesai


shalat Shubuh, Wahai Bilal, kabarkanlah kepadaku sebaik-baik amalan
yang telah engkau kerjakan dalam Islam, karena aku telah mendengar
suara terompahmu di dekatku di Surga? Ia menjawab, Sebaik-baik amal
yang aku kerjakan ialah, bahwa setiap kali aku berwudhu siang atau
malam mesti dengan wudhu itu aku shalat (sunnah) beberapa rakaat
yang dapat aku laksanakan.7

Atau kisah dua Shahabat yang melakukan safar, keduanya tidak


menemukan air (untuk wudhu) sedangkan waktu shalat sudah tiba, lalu
keduanya bertayammum dan mengerjakan shalat, kemudian setelah
selesai shalat mereka menemukan air sedang waktu shalat masih ada,
maka salah seorang dari keduanya mengulangi wudhu dan shalatnya,
kemudian keduanya mendatangi Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam
dan menceritakan kejadian itu. Lalu beliau bersabda kepada Shahabat
yang tidak mengulangi shalatnya, Engkau telah berbuat sesuai dengan
Sunnah. Dan kepada yang lain (Shahabat yang mengulangi shalatnya),
beliau bersabda, Engkau mendapatkan dua ganjaran.8

Di antara makna Sunnah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam adalah


sebagaimana yang difahami oleh para Shahabat dan Salafush Shalih
Ridhwanullaah alaihim ajmaiin adalah sebagai sumber kedua setelah Al-
Qur-anul Karim

7HR. Al-Bukhari (no. 1149) dan Muslim (no. 2458), dari Shahabat Abu Hurairah
Radhiyallahu anhu.
Sumber: https://almanhaj.or.id/2263-pengertian-as-sunnah-menurut-syariat.html

8HR. Abi Dawud (no. 338-339), an-Nasa-i (I/213) dari Abu Said al-Khudri Radhiyallahu
anhu. Lihat Shahih Sunan Abu Dawud (no. 366), cet. I/ Ghar-raas, th. 1423 H.
Sumber: https://almanhaj.or.id/2263-pengertian-as-sunnah-menurut-syariat.html
Sering kita menyebut Kitabullaah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu
alaihi wa sallam, maksudnya adalah Sunnah sebagai sumber nilai tasyri.
Al-Qur-an menyifatkan As-Sunnah dengan makna hikmah.

Allah Subhanahu wa Taala berfirman:

Ya Rabb kami, utuslah kepada mereka seorang Rasul di antara mereka


yang akan membacakan ayat-ayat-Mu kepada mereka dan mengajarkan
Al-Kitab dan Al-Hikmah kepada mereka dan mensucikan mereka (dari
kelakuan-kelakuan yang keji), sesungguhnya Engkau Mahamulia lagi
Mahabijaksana. [Al-Baqarah: 129]

Sesungguhnya Allah telah memberi karunia bagi orang-orang yang


beriman, ketika Dia mengutus di antara mereka seorang Rasul dari
golongan mereka sendiri, yang membacakan ayat-ayat-Nya dan
membersihkan mereka (dari sifat-sifat jahat), dan mengajarkan Al-Kitab
(Al-Qur-an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah). Sesungguhnya mereka sebelum
itu dalam kesesatan yang nyata. [Ali Imran: 164]

Dan Allah telah menurunkan kepadamu Al-Kitab dan Al-Hikmah dan


mengajarkanmu apa-apa yang tidak kamu ketahui. Dan karunia Allah
kepadamu amat besar. [An-Nisaa: 113]

Sebutlah apa-apa yang dibacakan dalam rumahmu dari ayat-ayat Allah


dan hikmah, sesungguhnya Allah Mahalembut lagi Maha Mengetahui. [Al-
Ahzaab: 34]


Dialah yang mengutus kepada ummat yang ummi seorang Rasul dari
antara mereka yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya. Yang
membersihkan mereka dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-
Hikmah. Sesungguhnya mereka sebelum itu dalam kesesatan yang
nyata. [Al-Jumuah: 2]

Maksud penyebutan Al-Kitab pada ayat-ayat di atas adalah Al-Qur-an.


Dan yang dimaksud dengan Al-Hik-mah adalah As-Sunnah.

Imam asy-Syafii rahimahullah berkata, Allah menyebut al-Kitab, yang


dimaksud adalah Al-Qur-an dan menyebut Al-Hikmah. Aku mendengar di
negeriku dari para ahli ilmu yang mengerti Al-Qur-an berkata bahwa Al-
Hikmah adalah As-Sunnah.9

Qatadah rahimahullah berkata, Yang dimaksud Al-Hikmah adalah As-


Sunnah. Begitu pula penjelasan dari al-Hasan al-Bashri.10

Allah Subhanahu wa Taala berfirman:

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul(-Nya),


dan ulil amri di antara kamu [An-Nisaa: 59]

Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata, Taat kepada Allah dengan


mengikuti Kitab-Nya dan taat kepada Rasul adalah mengikuti dan As-
Sunnah.11

9Ar-Risaalah (hal. 78 no. (252)), tahqiq Syaikh Ahmad Muhammad Syakir rahimahullah.
Sumber: https://almanhaj.or.id/2263-pengertian-as-sunnah-menurut-syariat.html

10Lihat Syarah Ushul Itiqaad Ahlis Sunnah wal Jamaah oleh Imam al-Lalikaaiy (I/78 no.
70-71), tahqiq Dr. Ahmad Saad Hamdan
Sumber: https://almanhaj.or.id/2263-pengertian-as-sunnah-menurut-syariat.html
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, Banyak dari
Salafush Shalih berkata bahwa Al-Hikmah adalah As-Sunnah. Karena
sesungguhnya yang dibaca di rumah-rumah isteri Nabi



selain Al-Qur-an adalah Sunnah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, beliau
bersabda:

Ketahuilah, sesungguhnya aku diberikan Al-Kitab dan yang sepertinya


bersamanya.12

Hasan bin Athiyyah rahimahullah berkata, Jibril Alaihissallam turun


kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam membawa As-Sunnah
sebagaimana Al-Qur-an. Mengajarkan As-Sunnah itu sebagaimana ia
mengajarkan Al-Qur-an.13

Dan lihat pula kitab-kitab tafsir yang menafsirkan ayat ini (Al-Ahzaab: 34)
dalam Tafsir Ibnu Katsir dan lainnya dari tafsir Al-Qur-an bil matsur.

Para Salafush Shalih memberi makna As-Sunnah dengan agama dan


syariat yang dibawa oleh Rasul Shallallahu alaihi wa sallam secara
mutlak dalam masalah ilmu dan amal, dan apa-apa yang diterima oleh
para Shahabat, Tabiin dan Salafush Shalih dalam bidang aqidah maupun
furu.

Abu Bakar Radhiyallahu anhu berkata, Sunnah itu adalah tali Allah yang
kuat.14

11Tafsir Ibnu Katsir (I/568).


Sumber: https://almanhaj.or.id/2263-pengertian-as-sunnah-menurut-syariat.html
12HSR. Abu Dawud (no. 4604) dan Ahmad (IV/131).
Sumber: https://almanhaj.or.id/2263-pengertian-as-sunnah-menurut-syariat.html

13 Fatawaa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (III/366).


Sumber: https://almanhaj.or.id/2263-pengertian-as-sunnah-menurut-syariat.html
14 Asy-Syahru wal Ibanah, Ibnu Baththah al-Ukbary (no. 49).

Sumber: https://almanhaj.or.id/2263-pengertian-as-sunnah-menurut-syariat.html
Abdullah bin ad-Dailamy rahimahullah (dari pembesar Tabiin) berkata,
Telah sampai kepadaku bahwa awal hilangnya agama ini adalah karena
manusia meninggalkan As-Sunnah.15

Imam al-Lalika-i membawakan penafsiran ayat:

Kemudian kami jadikan kamu di atas syariat dari perintah, maka


ikutilah [Al-Jaatsiyah: 18]

Yakni engkau berada di atas Sunnah.16

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: Sesungguhnya As-Sunnah itu


adalah syariat, yakni apa-apa yang disyariatkan Allah Subhanahu wa
Taala dan Rasul-Nya Shallallahu alaihi wa sallam dari agama (ini).17

As-Sunnah adalah yang dimaksud dengan hadits-hadits Nabi Shallallahu


alaihi wa sallam yang shahih.

[Disalin dari buku Kedudukan As-Sunnah Dalam Syariat Islam, Penulis


Yazid Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa, PO.Box 264 Bogor
16001, Jawa Barat Indonesia, Cetakan Kedua Jumadil Akhir 1426H/Juli
2005]

15Sunan ad-Darimi (I/45).


Sumber: https://almanhaj.or.id/2263-pengertian-as-sunnah-menurut-syariat.html

16Syarah Ushul Itiqaad Ahlis Sunnah wal Jamaah oleh Imam al-Lalika-i (I/76-77 no. 66).
Sumber: https://almanhaj.or.id/2263-pengertian-as-sunnah-menurut-syariat.html

17Majmu Fataawaa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (IV/436).


Sumber: https://almanhaj.or.id/2263-pengertian-as-sunnah-menurut-syariat.html
Istilah As-Sunnah yang sering digunakan dalam pembahasan
syariat Islam memiliki beberapa makna, diantaranya:

1.Seluruh perkara yang datang dari Nabi -shollallohu alaihi wa sallam-


secara khusus yang tidak terdapat nashnya dalam Al-Quran, baik sebagai
penjelasan dari ayat-ayat Al-Quran tersebut maupun tidak. Juga masuk di
dalamnya sejarah perjalanan hidup beliau, baik sebelum diutus sebagai
Rosul maupun sesudahnya.

2. Lawan dari bidah, seperti perkataan seseorang: Si Fulan berada di


atas sunnah, yaitu jika ia beramal sesuai dengan tuntunan Rosululloh -
shollallohu alaihi wa sallam-. Jika tidak demikian, maka dikatakan
sebaliknya: Si Fulan di atas kebidahan.

3. Apa yang diamalkan oleh para sahabat Nabi -shollallohu alaihi wa


sallam-, baik dalam rangka mengamalkan Al-Quran, sunnah Nabi ataupun
kesepakatan mereka (ijmasahabat).

4. Dalam istilah fiqih, bermakna mustahab atau mandub (tidak


wajib/fardhu), yaitu jika dikerjakan dengan ikhlas dan mengharap ridho
Alloh, maka akan diberikan pahala dan jika ditinggalkan, maka tidak
berdosa.

Adapun pembahasan kita kali ini adalah tentang As-Sunnah yang


bermakna: segala apa yang telah dinukilkan dari Rosululloh -shollallohu
alaihi wa sallam-, berupa ucapan (qoul), perbuatan (fiil) atau persetujuan
(taqrir) beliau, yang dijadikan sebagai dasar hukum Islam.

(Rujukan: Syarh Mukhtashor Ar-Roudhoh, 1/61-62, karya Ath-Thufiy -


rohimahulloh-,As-Sunnah An-Nabawiyyah wa Makanatuha, hal. 7-10, oleh
Muhammad bin Abdillah Ba Jaman)

Contoh As-Sunnah berupa ucapan (sunnah qouliyyah) adalah sabda


beliau -shollallohu alaihi wa sallam-:



Sesungguhnya amalan-amalan itu tergantung niat-niatnya.

Sholatlah sebagaimana kalian melihat aku sholat. Ambilah dariku

manasik haji kalian.

Contoh As-Sunnah berupa perbuatan (sunnah filiyyah) adalah perbuatan-


perbuatan beliau dalan melakukan sholat, haji dan sebagainya seperti:
mengangkat tangan ketikatakbirotul ihrom, ruku, itidal atau lari-lari kecil
(sai) antara Shofa dan Marwa ketika berhaji dan sebagainya.

Contoh As-Sunnah berupa persetujuan beliau (sunnah taqririyyah) adalah


seperti perkataan sahabat ketika mereka melakukan sholat sunnah dua
rokaat selepas adzan Maghrib di masjid, kemudian ditanya: Apakah
Rosululloh dahulu juga melakukan sholat ini? Mereka menjawab: Dahulu
beliau -shollallohu alaihi wa sallam- melihat kami melakukannya. Beliau
tidaklah memerintahkan dan tidak pula melarangnya.

Maka secara umum, As-Sunnah An-Nabawiyyah tersebut terdiri dari:


qouliyah (ucapan),filiyyah (perbuatan) dan taqririyyah (persetujuan) yang
insyaalloh- akan kita bicarakan lebih lanjut pada kesempatan kali ini
secara ringkas. Wallohul muwaffiq.
Macam macam Sunah/Hadis

A. Ditinjau dari segi bentuk terdiri dari :


Sunnah qauliyah
Yang dikmaksud dengan sunnah qauliyyah yaitu sesuatu yang di
ucapkan oleh rosullullah saw melalui lisan beliau yang di dengar
dan di pahami oleh para sahabat beliau, kemudian deberitakan
dan riwayatkan kepada sahabat yang lain, dan periwayatan itu
dilanjutkan dari satu generasi kepada generasi lainnya. Contoh
sunnah qaulillah:
Yang artinya: dari annas ra. Dari nabi, beliau bersabda: belum
beriman salah seorang dari kamu sebelum ia mencintai
saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya

Sunnah filiyyah
Sunnah filiyyah ialah, semua perbuatan dan tingkah laku
rosullallah saw yang dilihat dan diperhatikan oleh para sahabat
beliau, yang kemudian diberitakan dan diriwayatkan kepada para
sahabat lainnya secara berkelanjutan dari satu generasi kepada
generasi lainnya. Contohnya:
dari ubbad bin tamim, dari pamannya, ia berkata: saya melihat
rosullullah saw pada hari beliau keluar untuk melaksanakan
shalat gerhana matahari, katanya: maka beliau membalikan
tubuhnya membelakangi jamaah dan menghadap kiblat dan
berdoa, kemudian beliau membalikan selendangnya, kemudian
beliau shalat besama kami dua rakaat dengan menjaharkan
bacaannya pada kedua rakaat itu
Sunnah filiyyah dibagi menjadi tiga bagian sebagai berikut:
a. Gerak gerik, perbuatan, dan tingkah laku rosullullah saw yang
berkaitan dengan hukum. Misalnya tatacara shalat, haji dan
lain-lain yang berkaitan dengan masalah ibadah dan
muamalah pada umumnya.
b. Perbuata yang khusus berlaku bagi rosullullah saw, seperti
beristri lebih dari empat orang, wajib melaksanakan shalat
tahajud, shalat dhuha dan berqurban.
c. Perbuatan dan tingkahlaku rosullullah sebagai manusia biasa.
Misalnya cara makan, cara berpakaian, berdiri, berjalan dan
sebagainya.
Sunnah taqririyyah
Sunnah taqririyyah adalah, sikap persetujuan rosullullah saw
mengenai suatu peristiwa yang terjadi atau dilakukan sahabat
beliau, dimana terdapatpetunjuk yang menggambarkan bahwa
beliau menyutujui perbuatan tersebut. Contoh sunnah taqririyyah:
dari khalid bin walid ra. Katanya: kepada nabi saw. dihidangkan
makanan dhabb (sejenis biawak) yang dipanggang untuk
dimakan beliau. Kemudian ada yang berkata pada beliau : itu
adalah dhabb, maka beliau menahan tangannya, maka khalid
berkata: apakah haram memakannya? beliau menjawab: tidak,
tetapi binatang jenis itu tidak biasa ditemukan di daerah saya,
maka saya tidak suka dan menghindarinya. Maka khalid
memakannya, sedang rasulullah saw memandanginya.

B. Ditinjau dari segi kualitasnya terbagi kepada :


Shahih, ialah hadis yang diriwayatkan oleh perawi (orang)
yang adil, sempurna hafalannya (dhabith tammun),
sanadnya bersambung sampai kepada Rasul, tidak terdapat
padanya keganjilan / syadz (sempurna ketelitiannya), dan
tidak mempunyai cacat / tercela (illat).
Hasan, ialah hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang adil,
kurang sempurna hafalannya, sanadnya bersambung, tidak
terdapat kegnjilan (syadz), dan tidak mempunyai cacat /
tercela (illat).
Dengan kata lain derajat perbedaan hadis shahih dengan
hadis hasan hanya dibedakan karena kurang kuat
(sempurna) hafalannya atau karena kelalaiannya
mempunyai sedikit kesalahan.
Dhaif, ialah hadis yang diriwayatkan perawi yang lemah
(tidak adil), terputus sanadnya, mempunyai cacat atau
kehilangan salah satu dari syarat-syarat hadis shahih atau
hasan.

C. Ditinjau dari segi diterima atau ditolak terbagi kepada :


Maqbul, hadis yang diterima dan dijadikan hujjah atau dalil
dalam agama.Hadis yang termasuk kategori maqbul ialah
hadis shahih dan hasan. Sedangkan hadis dhaif terjadi
perbedaan pendapat. Ada sebagian ulama menolak sama
sekali sebagai dalil agama, sebagian lagi menerima dengan
catatan apabila hadis itu untuk memberi dorongan dan
motivasi untuk beramal, bukan sebagai penetapan hukum.
Mardud, ialah hadis yang ditolak dan tidak boleh dijadikan
hujjah atau alasan dalam agama. Hadis ini juga disebut
denga hadis Maudhu , yaitu hadis yang dibuat-buat oleh
seseorang tapi dikatakan sebagai sabda atau perkataan
Nabi, alias hadis palsu.

D. Ditinjau dari segi siapa yang berperan terdiri dari :


Marfu, ialah hadis yang disandarkan kepada Nabi.
Mauquf, ialah hadis yang disandarkan kepada para sahabat.
Maqthu, ialah hadis yang disandarkan kepada tabiin.

E. Ditinjau dari segi jumlah orang yang meriwayatkan atau


menyampaikan, terdiri atas :
Mutawatir, ialah hadis yang diriwayatkan oelh orang banyak
yang tidak terhitung jumlahnya, yang karena banyaknya
menurut akal tidak mungkin mereka bersepakat untuk dusta.
Masyhur, ialah hadis yang diriwayatkan orang banyak,
tetapi tidak sampai derajat mutawatir.
Ahad, ialah hadis yang diriwayatkan oleh seorang atau
lebih, tetapi tidak cukup terdapat padanya sebab-sebab yang
menjadikannya ke derajat masyhur.

2. Fungsi Sunnah

Fungsi sunnah yang utama adalah untuk menjelaskan Al-Quran. Dengan


demikian, bila Al-Quran disebut sebagai sumber asli bagi hukum fiqh,
maka sunnah disebut sebagai bayani. Dalam kedudukannya sebagai
bayani dalam hubungannya dengan Al-quran, ia menjalankan fungsi
sebagai berikut:

1. Menguatkan dan menegaskan hukum-hukum yang disebut dalam


Al-Quran atau disebut fungsi takid dan takrir. Dalam bentuk ini
sunnah hanya sebagai mengulangi apa-apa yang tersebuut dalam
Al-Quran.
2. Memberikan penjelasan terhadap apa yang dimaksud dalam Al-
Quran dalam hal:
3. Menjelaskan arti yang masih samar dalam Al-Quran
4. Merinci apa-apa yang dalamAl-Quran disebutkan secara garis
besar.
5. Membatasi apa-apa yang dalam Al-Quran disebutkan secara
umum.
6. Memperluasmaksud dari suatu yang tersebut dalam A-Quran
7. Menetapkan suatu hukum dalam sunnah yang secara jelastidak
terdapat dalam Al-Quran. Dengan demkian kelihatan bahwa
sunnah menetapkan sendiri hukum yang tidak ditetapkan dalam al-
quran.
3. Kedudukan Sunnah Sebagai Sumber Hukum Islam

Sunnah berfungsi sebagai penjelas terhadap hukum-hukum yang


terdapat dalam al-quran, sebagaimana disebutkan sebelumnya. Dalam
kedudukannya sebagai penjelas, sunnah kadang-kadang memperluas
hukum dalam al-quranatau menetapkan sendiri hukum diluar apa yang
ditentukan Allah dalam al-quran.

Kedudukan sunnah sebagai bayani atau menjalankan fungsi yang


menjelaskan hukum al-quran, tidak diragukan lagi dan dapat diterima
semua pihak, karena memang untuk itulah nabi ditugaskan Allah SWT.
Namun dalam kedudukan sunnah sebagai dalil yang berdiri sendiri dan
sebagai sumber hukum kedua setelah al-quran, menjadi bahan
perbincangan dikalangan ulama.

4. Sunnah Nabi Menjadi Budaya Perusahaan Besar Dunia

Sunnah Nabi adalah tindakan atau kebiasaan yang dahulu


dilakukan Rasulullah SAW. Umat terdahulu melaksanakannya sebagai
bentuk ketaatan. Sementara saat ini, manusia sudah berupaya untuk
mengungkap rahasia dibalik kebiasaan manusia yang jadi utusan Allah
tersebut. Kini sudah banyak sunnah nabi yang terbukti secara ilmiah.
Bahkan, perusahaan di beberapa negara sudah menjalankan salah satu
sunnah Nabi berikut ini. Beberapa diantaranya bahkan mewajibkan
karyawannya agar melaksanakan sunnah tersebut.

Namun, umumnya perusahaan besar ini tidak mengetahui jika yang


dilakukan itu sebenarnya sunnah yang diajarkan Nabi. Mereka
melaksanakannya karena penelitian ilmuan yang menyebutkan tentang
khasiat medis dari kebiasaan tersebut. Lantas kebiasaan apa yang
dimaksud?
Ternyata sunnah yang sudah dijalankan oleh banyaknya
perusahaan besar dunia adalah tidur siang (qailulah). Awalnya tidur siang
ditempat kerja seolah menjadi dosa besar yang harus dihindari. Namun
kini, justru malah diterapkan karena dianggap memberikan manfaat luas
biasa bagi perusahaan. Bahkan menurut penelitian NASA, tidur siang
selama 26 menit mampu meningkatkan performa kerja sebanyak 34
persen. Hal ini berbanding terbalik dengan karyawan yang tetap bekerja
siang hari padahal dalam kondisi mengantuk.

Perusahaan di Jepang pada umumnya memperbolehkan


karyawannya tidur 30 menit pada siang hari. Kebiasaan ini di Jepang
disebut dengan Inemuri. Ini merupakan bentuk penghargaan kepada
karyawan dan sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas kerja.
Selain Jepang, perusahaan di China rata-rata memberlakukan hal serupa.
Manajemen perusahaan memastikan bahwa di kantor harus ada bantal
dan kasur agar karyawannya bisa tidur siang.

Kini semakin banyak perusahaan yang mulai menerapkan aturan tidur


sejenak untuk memulihkan kondisi tubuh. Tren ini pula yang mulai
menyambangi pabrik-pabrik di China. Perusahaan manajemen dashboard
sosial media, Hootsuite juga melakukan tindakan yang sama. Seluruh
kantor Hootsuite memiliki ruangan tidur siang bagi para karyawannya.
Perusahaan ini menilai Kehebatan berinovasi tak akan muncul dengan
mudah jika para karyawan justru kurang tidur.

Menurut seorang ilmuwan terkemuka, Sara C. Mednick, tidur siang


dapat meningkatkan persepsi sensorik. Setidaknya tidur siang 30 menit
dapat meningkatkan daya ingat Anda karena otak kembali fresh dan
Meningkatkan Kreatifitas. Jika perusahaan-perusahaan dari berbagai
negara tersebut baru mengungkapkan hasil peneliitan belum lama ini,
maka Rasulullah SAW sudah menyampaikannya sejak 1400 tahun silam.
Qailulah-lah (istirahat/tidur sianglah) kalian, sesungguhnya setan-setan
itu tidak pernah tidur siang. (HR. Abu Nuaim dalam Ath-Thibb, dikatakan
oleh Al-Imam Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah : isnadnya
shahih) Nabi dalam hadist tersebut menjelaskan jika tidur siang
dilaksanakan karena menjadi amalan yang tidak dilakukan setan. Jika
manusia melakukannya, maka akan mendapatkan berkash danpahala,
Namun, pasti ada manfaat medis lainnya yang tidak bisa dijelaskan pada
zaman itu dan baru bisa terungkap dan diterima dengan logis pada zaman
kini.18

Inti atau sumber inspirasi budaya Islam adalah Al-Quran dan sunnah
Rasulullah saw, yang diikat dalam satu kata, yaitu akhlak. Sebagaimana
Rasulullah saw. Diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia dan pada
diri beliau terdapat contoh teladan yang sangat besar, yaitu akhlak yang
mulia (al-Qalam :4) .

Akhlak (jamak dari khuluq) memiliki akar kata yang sama dengan
khalq penciptaan, khaliq pencipta, dan makhluq ciptaan. Dari
pengertian ini tergambarlah pada diri kita makna akhlak terkait sangat erat
dengan keluhuran budi , keindahan perilaku, dan kekuatan daya cipta.
Bahkan Allah telah menciptakan manusia dalam bentuk ciptaan yang
paling sempurna (ahsanu taqwim), kemudian hina derajatnya bila mereka
tidak mendayagunakan potensi keimanannya secara aktual dalam bentuk
amal saleh (at-Tin :4-6).

Etos kerja pribadi muslim harus mampu mewujudkan isyarat atau


ayat-ayat Al-Quran sebagai sumber inspirasi dan motivasi besar untuk
berinteraksi, bahkan bersaing dalam format atau skala global dengan
tujuan atau tersentral rahmatan lil alamin.

Allah telah memberikan isyarat agar kita melakukan interaksi lintas


budaya, sebagaimana firman-Nya,

18
http://seputarmuslimin.blogspot.co.id/2016/10/ternyata-sunnah-nabi-ini-jadi-
budaya.html. Diakses pada Selasa, 10 Oktober 2017. Pukul 21:30 WIB.
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Al-Hujuraat : 13 )

Ayat tersebut memberikan isyarat pemahaman bahwa setiap


pribadi muslim adalah tipikal manusia yang memiliki wawasan universal.
Mereka mampu berempati, mampu memahami keberadaan orang lain di
luar dirinya dengan berbagai keragaman budayanya (cultural diversity).
Mereka berfikir melewati batas-batas budayanya sendiri, sehingga tampak
pada tipe seseorang muslim yang berwawasan universal tersebut adalah
sikapnya yang toleran dan menghargai pluralitas yang ada. Mereka sadar
bahwa perbedaan merupakan fitrah yang sangat islami. Batas-batas fisik
geografis yang secara konservatif dijadikan tanda terotorial atau batas
negara, kini sudah runtuh dibuldozer oleh rudal-rudal informasi. Setiap
negara tidak mungkin menolak kehadiran budaya virtual yang disebarkan
melalui kecanggihan teknologi global. Istilah melting pot tidak lagi bersifat
fisik tetapi harus ditafsirkan lebih luas. Setiap bangsa tidak bisa berdiri
sendiri. Ini adalah aksi oma hilahiah yang harus diantisipasi oleh setiap
pribadi muslim.19

19
https://books.google.co.id/books?id=gTAqmk5hvSYC&pg=PA162&lpg=PA162&dq=sun
nah+sebagai+contoh+dan+inspirasi+budaya&source=bl&ots=mGaz70DR&sig=uZ1srYbV
fI5MCCX2zkNHQWYSLN8&hl=id&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=sunnah%20sebaga
i%20contoh%20dan%20inspirasi%20budaya&f=false. Diakses pada Selasa, 10 Oktober
2017. Pukul 22:11 WIB.
DAFTAR PUSTAKA

Buku.

Buku paket MKU Agama Islam Universal Universitas Negeri Jakarta

Internet.

https://almanhaj.or.id/2263-pengertian-as-sunnah-menurut-syariat.html.
Diakses pada Selasa, 10 Oktober 2017. Pukul 23:56 WIB.

https://books.google.co.id/books?id=gTAqmk5hvSYC&pg=PA162&lpg=PA
162&dq=sunnah+sebagai+contoh+dan+inspirasi+budaya&source=bl&ots=
mGaz70DR&sig=uZ1srYbVfI5MCCX2zkNHQWYSLN8&hl=id&sa=X&redir
_esc=y#v=onepage&q=sunnah%20sebagai%20contoh%20dan%20inspira
si%20budaya&f=false.
Diakses pada Selasa, 10 Oktober 2017. Pukul 22:11 WIB .

https://cahyaimancahayakebenaranislam.wordpress.com/2014/03/19/jadik
anlah-al-quran-sunnah-sebagai-pegangan-hidup/
Diakses pada Selasa, 10 Oktober 2017. Pukul 22:40 WIB.

http://seputarmuslimin.blogspot.co.id/2016/10/ternyata-sunnah-nabi-ini-
jadi-budaya.html. Diakses pada Selasa, 10 Oktober 2017. Pukul
21:30 WIB.

Anda mungkin juga menyukai