Anda di halaman 1dari 8

Jurnal HPT Volume 3 Nomor 2

April 2015
ISSN : 2338 - 4336

PENGUJIAN KONSORSIUM MIKROBA ANTAGONIS UNTUK


MENGENDALIKAN JAMUR SclerotiumrolfsiiPENYEBAB PENYAKIT REBAH
SEMAI PADA KEDELAI (Glycine Max L.).

Irianti Cristina Silaban, Luqman Qurata Aini, Muhammad Akhid Syib'li


Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya
Jalan Veteran, Malang 65145

ABSTRACT
This study aims to elucidate the potency of antagonistic microbial consortium
that consist of Bacillus sp., Pseudomonas sp., and Trichoderma sp., as biological agents
to control damping off disease on soybean plants caused by Sclerotium rolfsii. Several
assays were conducted in vitro(in Petridish) and inplanta by comparing the treatment of
microbial antagonist in single and in consortium manner with control treatment of
aquadest as well as fungicide. The resultsshowed that themicrobial consortium
significantly inhibit the growth of S. rolfsiiin vitro. The antagonistic microbial
consortium also significantly suppressed the damping off disease incidence onsoybean
seedlings. The result indicated that the best treatment to suppress the damping off
disease incidence was theantagonistic microbial consortium at a dose of 30 ml/L.
Keywords: consortium, antagonistic microbes, damping off disease,Sclerotium rolfsii,

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi konsorsium mikroba
antagonis yang terdiri dariBacillus sp., Pseudomonas sp., serta Trichoderma sp., sebagai
agens hayati untuk mengendalikan penyakit rebah semai pada tanaman kedelai yang
disebabkan oleh jamur Sclerotium rolfsii. Beberapa pengujian dilakukan baik secara in
vivo dalam cawan Petri maupun in planta dengan membandingkan perlakuan mikroba
antagonis secara tunggal dan dalam konsorsium dengan perlakuan kontrol aquades
maupun fungisida.Hasil pengujian menunjukkan bahwa konsorsium mikroba antagonis
secara nyata dapat menghambat pertumbuhan jamur S. rolfsii pada pengujianin
vitro.Konsorsium mikroba antagonis juga secara nyata menekan presentase kejadian
penyakit rebah semai pada persemaian tanaman kedelai.Hasil tersebut menunjukkan
bahwa perlakuan terbaik untuk menekan kejadian penyakit rebah kecambah pada
tanaman kedelai adalah konsorsium mikroba antagonis dengan dosis 30 ml/L.
Kata kunci: Konsorsium, mikroba antagonis, penyakit rebah kecambah, Sclerotium
rolfsii

100
Jurnal HPT Volume 3 Nomor 2 April 2015

PENDAHULUAN bersifat antibiosis seperti enzim kitinase


Kedelai adalah salah satu sumber yang dapat menghidrolisis sel jamur,
pangan utama yang dikonsumsi penduduk siderofor dan senyawa antibiotik lainnya
di Indonesia. Kebutuhan kedelai terus yang dapat menghambat perkembangan
meningkat seiring dengan meningkatnya patogen (Habazar dan Yaherwandi, 2006).
permintaan kedelai sebagai bahan industri Sementara darihasil penelitian Rifai et al
pangan seperti tahu, tempe, kecap, susu (1996), Trichoderma sp. dapat menekan
kedelai, tauco, dan snack (Tindaon, 2008). serangan Phytium sp. pada tanaman
Badan Ketahanan Pangan menyebutkan kedelai.Berdasarkan uraian di atas, maka
bahwa nilai konsumsi kedelai pada tahun perlu dilakukan upaya untuk
2012 sebesar 2.946.000 ton sementara nilai memanfaatkan bakteri antagonis dan jamur
produksi kedelai sebesar 852.000 ton. antagonis sebagai agen hayati
Akibatnya terjadi defisit pada tahun 2012 pengendalian penyakit rebah semai oleh
mencapai 2,09 ton (24,6% dari produksi). jamur S. rolfsiidalam bentuk konsorsium
Sclerotium rolfsii Sacc. merupakan mikroba antagonis.
cendawan patogen tular tanah yang bersifat BAHAN DAN METODE PENELITIAN
nekrotropi, dan merupakan penyebab Penelitian dilaksanakan di
penyakit busuk pangkal batang pada Laboratorium Ilmu Penyakit Tumbuhan,
pertanaman kacang kacangan Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya,
(Hardaningsih 1993). Aplikasi fungisida serta rumah kaca Fakultas Pertanian
kimia sintetis dalam mengendalikan S. Universitas Brawijaya mulai bulan
rolfsii menimbulkan dampak Desember 2014 sampai Maret 2015.
negatif.Penggunaan pestisida yang tidak Bahan yang digunakan dalam
bijaksana dikhawatirkan menimbulkan penelitian adalah B. subtilis isolat UB-
residu pestisida pada produk sayuran ABS1, P. fluorescens isolat UB-PF5, jamur
terutama kentang relatif tinggi, biaya patogen S. rolfsii dan jamur antagonis T.
produksi meningkat, bahaya terhadap asperellum didapatkan dari koleksi
kesehatan pekerja, juga menyebabkan Laboratorium Penyakit Tumbuhan,
pencemaran lingkungan (Cesnik et al. Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya.
2006) Konsorsium mikroba yang diformulasikan
Salah satu upaya untuk oleh Jurusan Hama Penyakit Tumbuhan
menghindari pencemaran lingkungan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya
akibat penggunaan pestisida sintetis dan terdiri dari Bacillus sp., Pseudomonas sp.,
menjaga pertanian berkelanjutan adalah dan Trichoderma sp. dengan nama dagang
melalui pemanfaatan agen hayati MIDEC. Benih kedelai varietas
(biological control agent). Burangrang didapatkan dari Balai
Mikroorganisme antagonis yang telah Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan
diteliti secara intensif dan berpotensi besar Umbi-Umbian (BALITKABI),
untuk pengendalian penyakit tular tanah Kendalpayak, Malang.
adalah bakteri P.fluorescens, bakteri B. Metode penelitian meliputi uji
subtilis dan jamur Trichoderma sp. Bakteri penghambatan pertumbuhan jamur S.
ini menghasilkan senyawa-senyawa yang

101
Silaban et al., Pengujian konsorsium mikroba antagonis untuk...

rolfsii secara in vitro, dan uji penekanan R1 = Jari-jari koloni pertumbuhan


penyakit rebah semai pada tanaman kedelai jamur patogen S. rolfsipada
dengan mikroba antagonis. perlakuan kontrol.
R2 = Jari-jari koloni pertumbuhan
Uji penghambatan pertumbuhan S.
jamur S. rolfsipada perlakuan non
rolfsii secara in vitro pada media Potato
kontrol.
Dextrose Agar (PDA)
Uji antagonis konsorsium mikroba Uji Penekanan Penyakit Rebah Semai
antagonis terhadap S. rolfsii menggunakan Pada Tanaman Kedelai di Rumah Kaca
metode oposisi langsung, yaitu dengan Media yang digunakan adalah tanah
menumbuhkan isolat jamur S. rolfsii serta pupuk kandang dengan perbandingan
dengan isolat konsorsium mikroba 1:1. Campuran tanah dan pupuk kandang
antagonis secara berhadapan dengan jarak terlebih dahulu disterilkan dengan cara
3 cm pada cawan Petri berdiameter 9 cm. menyemprotkan formalin 4% ke dalam
Hal yang sama dilakukan dengan isolat B. media tersebut secara merata kemudian
subtilis,P. fluorescens, T. asperellum, diinkubasi selama 7 hari. Media kemudian
aquades dan fungisida dengan bahan aktif dimasukkan ke dalam tray pembibitan.
pyraclostrobin. Pengujiankonsorsium Benih yang dipakai adalah benih
mikroba antagonis dengan jamur S. rolfsii varietas Burangrang.Metode yang
menggunakan 3dosis perlakuan yaitu 10 digunakan dalam aplikasi mikroba
ml/l, 20ml/l, dan 30 ml/l. antagonis adalah metode perendaman
Pengujian padamedia PDA ini benih selama 6 jam. Biakan murni
menggunakan RancanganAcak Lengkap B.subtilis, P. flourescens, T.asperellumdan
dengan 4 kali ulangan.Uji antagonis fungisida kimia disiapkan dalam suspensi
dilakukan denganmerendam potongan media cair.Jumlah kerapatan inokulum
kertas saringberdiameter 0,5 cm selama 1 bakteri B. subtilis dan P. flourescensyang
menitkedalam larutan konsorsium digunakan dalam aplikasi perendaman
mikrobaantagonis dan ditiriskan
benih adalah sebesar10 cfu/ml, sedangkan
hinggakering di atas kertas tissue steril.
inokulum T.asperellum dengan konsentrasi
Kertas saringkemudian ditanam pada
10 konidia/ml. Sementara aplikasi
media PDA.Inokulasi konsorsium mikroba
fungisida dengan bahan aktif pyraclostobin
antagonisdilakukan 1 hari
dilakukan sesuai dengan dosis anjuran.
sebeluminokulasi jamur S. rolfsii.Biakan
Perlakuan kontrol dilakukan tanpa
ujiantagonis diinkubasikan pada suku
perendaman benih kedelai. Patogen
kamarsampai S. rolfsii tumbuh menyentuh
tanaman S. rolfsiidiremajakan di media
tepicawan Petri.
PDA hingga umur 7 hari lalu miselium
Persentase penghambatandiukur
diambil dan diinfeksikan pada batang
dengan rumus adopsi dariFokkema, dalam
kedelai berumur 6 hari setelah tanam.
Abadi (1987) sebagaiberikut:
Pengujian penekanan penyakit
= x 100% rebah semai pada tanaman kedelai di
I = Persentase penghambatan rumah kaca menggunakan Rancangan
Acak Kelompok dengan 8 perlakuan dan

102
Jurnal HPT Volume 3 Nomor 2 April 2015

masing-masing perlakuan diulang 4 kali Semua perlakuan diinokulasi


(Tabel 1). dengan miselium S. rolfsii.

Tabel 1. Perlakuan Uji Penekanan Kejadian Penyakit pada Tanaman Kedelai secara
In Vivo
Perlakuan Keterangan
Kontrol Tanpa pemberian mikroba antagonis.
KM10 Pemberian konsorsium mikroba antagonis dengan dosis 10 ml/l.
KM20 Pemberian konsorsium mikroba antagonis dengan dosis 20 ml/l
KM30 Pemerian konsorsium mikroba antagonisdengan dosis 30 ml/l
Bs PemberianB. subtilisdengan kerapatan10 cfu/ml
Pf PemberianP. fluorecensdengan kerapatan 10 cfu/ml
Tdr PemberianT. asperellum dengan kerapatan10 konidia/ml
Fgs Pemberian fungisida berbahan aktif bahan aktif pyraclostrobinsesuai dosis anjuran

Beberapa parameter yang diamati Analisis Data


adalah sebagai berikut: Data yang diperoleh dianalisis
a. Presentase Kejadian Penyakit menggunakan analisisragam. Bila hasil
(Tindaon,2008) pengujiandiperoleh perbedaanyang nyata
dilanjutkan dengan uji Duncan pada
KP = x 100%
tarafkesalahan 5%.
Keterangan :
KP = Presentase Kejadian Penyakit
N =Jumlah tanaman yang terserang HASIL DAN PEMBAHASAN
jamur S. rolfsii Uji Penghambatan Pertumbuhan
N=Jumlah tanaman keseluruhan S.rolfsii secara in vitro pada media
termasuk tanaman yang Potato Dextrose Agar (PDA)
terserang jamur S. rolfsii Hasil analisis ragam uji
b. Efikasi Mikroba antagonis penghambatan S.rolfsii secara in vitro
Efikasi mikroba antagonis dihitung menunjukkan bahwa semua perlakuan
dengan rumusAbbot (Rachmawati dan mikroba antagonis baik secara tunggal
Handoko, 2007) maupun konsorsium secaranyata dapat
EI = % menghambat pertumbuhan S.rolfsii (Tabel
2 dan Gambar 1).Nilai penghambatan
Keterangan :
olehP. fluorescens pada setiap pengamatan
EI = Efikasi Bakteri Antagonis
mengalami kenaikan.Penghambatan
Ca= Jumlah tanaman pada perlakuan
pertumbuhan S. rolfsii oleh perlakuan
kontrol yang terserang penyakit
fungisidamengalami penurunan pada setiap
rebah semai
Ta =Jumlah tanaman pada perlakuan non pengamatan (Tabel 2).
kontrol yang terserang penyakit
rebahsemai

103
Silaban et al., Pengujian konsorsium mikroba antagonis untuk...

Tabel 2.Rerata persentase penghambatan mikroba antagonis terhadap jamur S. rolfsiisecara


invitro
WAKTU PENGAMATAN
Perlakuan
58 JST 71 JST 84 JST 97 JST
Kontrol 0,00 a 0,00a 0,00a 0,00a
KM 10 34,77b 52,72b 43.08c 49,08c
KM 20 48,44c 59,94c 45,53c 49,77c
KM 30 51,36c 61,61c 49,77c 51,29c
Bs 51,92c 47,22b 24,70b 29,90b
Pf 66,42d 70.95d 72,80e 76,02d
Tdr 51,10c 59,94c 61,96d 69,93d
Fgs 54,55cd 49,33b 45,00c 36,65b
Keterangan : Data ditransformasi ke Arc Sin + 0,5 untuk keperluan analisis statistik. Angka yang diikuti
huruf yang sama pada kolom pengamatan yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada
uji Duncan taraf 5%;

P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7
1 1 1. Uji penghambatan
Gambar 1 jamur S.1 rolfsii dengan 1 menggunakan1
1 mikroba antagonis pada mediaPDA
metode oposisi langsung; (P0) Kontrol (P1) KM10, (P2) KM20, (P3) KM30, (P4) Bs, (P5) Pf, (P6) Tdr, (P7)
Fgs
Gambar tampak atas

Perbedaan rerata presentase mikroba antagonis baik tunggal maupun


penghambatan diduga karena perbedaan konsorsium dapat menurunkan
jumlah populasi mikroba dan virulensi presentase kejadian penyakit rebah semai
mikroba antagonis dalam menghambat pada kedelai. Pada 8 hari setelah
pertumbuhan jamur patogen S. rolfsii.Hal inokulasi kemampuan mikroba antagonis
ini didukung olehPapuangan (2009) baik yang tunggal maupun dalam bentuk
yangmengemukakan kemampuan konsorsium dalam menekan persentase
menghambat suatu mikroba ditentukan kejadian penyakit rebah semai lebih
oleh jenis strain bakteri dansenyawa tinggi dibandingkan aplikasi
antimikroba yang dihasilkan baik fungisida.Perlakuan konsorsium mikroba
konsentrasi maupun kualitasnya. antagonis dengan konsentrasi 20 ml/l dan
30 ml/l serta perlakuan tunggal B. subtilis
Pengujian Penekanan Penyakit Rebah
dan T. asperellum menunjukkan
Semai pada Tanaman Kedelai
kemampuan terbaik dalam menekan
Hasil pengujian penekanan persentase kejadian penyakit rebah semai
penyakit rebah semai yang disebabkan bila dibandingkan perlakuan yang lain,
oleh S. rolfsii pada tanaman kedelai bahkan dengan fungisida (Tabel 3).
menunjukkan bahwa semua perlakuan

104
Jurnal HPT Volume 3 Nomor 2 April 2015

Tabel 3.Rerata Persentase Kejadian Penyakit Rebah Semai pada Tanaman Kedelai
Rerata persentase kejadian penyakit rebah semai
PERLAKUAN
2 HSI 4 HIS 6 HIS 8 HSI
Kontrol 15b 42,50d 51,25d 70d
KM 10 0a 17,50b 17,50b 21,25b
KM 20 0a 15,00b 17,50b 17,50ab
KM 30 0a 6,25a 8,70a 10,00a
Bs 0a 11,25ab 12,50ab 16,25ab
Pf 0a 12,5ab 13,75ab 17,00b
Tdr 0a 10ab 10,00ab 11,25ab
Fgs 0a 27,50c 31,25c 41,25c
Keterangan: Data ditransformasi ke Arc Sin + 0,5 untuk keperluan analisis statistik.Angka yang diikuti
huruf yang sama pada kolom pengamatan yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan
taraf 5%.

Tabel 4.Rerata Persentase Efikasi Mikroba Antagonisdalam Menekan Penyakit Rebah


Semai pada Tanaman Kedelai
Rerata efikasi mikroba antagonis terhadap serangan penyakit
PERLAKUAN rebah semai (%)
2 HSI 4 HSI 6 HSI 8 HSI
Kontrol 0 0 0 0
KM 10 100 55.99 65.94 69.55
KM 20 100 63.82 65.08 74.92
KM 30 100 81.59 81.38 85.16
Bs 100 70.29 74.18 76.33
Pf 100 66.47 71.7 74.92
Tdr 100 76.35 80.32 84.02
Fgs 100 32.38 37.35 41.3

Berdasarkan hasil perhitungan mengemukakan bahwa syarat agens


persentase efikasi menunjukkan bahwa pengendalian hayati adalah kompatibel
perlakuan konsorsium mikroba dengan dengan agens hayati lain serta aktif
konsentrasi 30ml/l lebih efektif menekan berkoloni pada lingkungan yang cocok
penyakit rebah semai yang disebabkan untuk patogen.
oleh S. rolfsii bila dibandingkan dengan Hasil pengujian penekanan
perlakuan lain (Tabel 4). Hasil tersebut penyakit rebah semai yang disebabkan
dapat disimpulkan bahwa konsorsium oleh S. rolfsiipada tanaman kedelai juga
mikroba dapat bekerja secara sinergis menunjukkan bahwa aplikasi mikroba
dalam mengendalikan serangan penyakit antagonis baik secara tunggal maupun
rebah semai dan jumlah populasi dalam bentuk konsorsium lebih efektif
mikroba dalam konsorsium berpengaruh dalam menekan penyakit rebah
pada efektifvitas penekanan penyakit semai.Hal ini mengindikasikan bahwa
rebah semai.Hal ini didukung oleh mikroba antagonis baik secara tunggal
pernyataan Baker dan Scher (1987) yang maupun konsorsium berpotensi

105
Silaban et al., Pengujian konsorsium mikroba antagonis untuk...

menggantikan penggunaan fungisida DAFTAR PUSTAKA


berbahan aktif pyraclostrobin dalam
mengendalikan penyakit rebah semai Abadi, A.L. 1987. Biologi Ganoderma
yang disebabkan oleh S. rolfsiipada Boninense; Patogen Pada Kelapa
tanaman kedelai. Sawit dan Pengaruh Beberapa
Efektivitas pengendalian oleh Mikroba Tanah Antagonistik
mikroba antagonis ditentukan oleh jenis Terhadap Pertumbuhannya.
mikrobanya.Menurut Supriadi (2006) Fakultas Pasca Sarjana Institut
isolat Bacillus sp. diketahui Pertanian Bogor. Disertasi. 147
menghasilkan beberapa jenis senyawa Hal
antimikroba seperti basitrasin, basilin, Baker R and Scher F M. 1987 Enhancing
basilomisin B, difisidin, oksidifisidin, the activity of biological control
lestinase dan subtilisin. Pseudomonas sp angents, In Innovative
diketahui menghasilkan senyawa Approaches to Plant Disease
antibiotik pyuloteorin, oomycin, Control. Ed. 1 Chet. Pp 1-17.
phenazine 1-carboxylic acid/ 2,4- JhonWiley dan Sons. New York
diphloroglucinol.Trichoderma sp Cesnik HB, A Gregorcic, SV Bolta, V
dilaporkan oleh Talanca et al (1998) Kmecl. 2006. Monitoring Of
dapat memproduksi banyak jenis enzim Pesticide Residues In Apples,
seperti selulase yang berfungsi Lettuce And Potato Of The
mendegradasi selulose dan khitinase Slovene Origin, 2001-04. Food
yang mampu mendegradasi khitin. Additives and Contaminants
23(2) Hal 164 -173
KESIMPULAN Hardaningsih S. 1993. Penyakit-penyakit
Berdasarkan hasil penelitian dapat yang disebabkan jamur pada
disimpulkan bahwa: kacang tanah dan cara
1. Perlakuan konsorsium mikroba yang pengendaliannya. Di dalam: Kasno
merupakan penggabungan antara A, Winarto A, Sunardi (ed).
Bacillussp., Pseudomonas sp., dan Monograf Balittan Malang.No. 12.
Trichoderma sp. secara nyata mampu Malang: Departemen Pertanian.
menghambat pertumbuhan jamur Hal 171-191.
patogen S. rolfsii secara in vitro. Papuangan, N. 2009. Aktivitas
2. Konsorsium mikroba antagonis Penghambatan Senyawa
maupun isolat tunggal B. subtilis, P. Antimikrob Streptomyces spp.
fluorecens dan T. asperellum mampu Terhadap Mikroba Patogen Tular
menekan kejadian penyakit rebah Tanah Secara In Vitro dan In
semai yang disebabkan oleh S. Planta. Tesis.IPB. Bogor Hal : 22
rolfsiipada tanaman kedelai Rachmawati, D., dan Handoko. 2007.
Pengujian Lapangan Efikasi
Insektisida Profenofos 500 g/l Ter.
hadap Hama Ulat Grayak
Spodoptera exigua Hbn. Pada

106
Jurnal HPT Volume 3 Nomor 2 April 2015

Tanaman Bawang Merah. Balai


Pengkajian Teknologi Pertanian
Jawa Timur Hal : 303 - 308
Rifai, M. N., M. Lacko-Bartosova, and
V. Puskarova. 1996. Weed Control
For Organic Vegetable Farming.
Rostlinna Vyroba (42) Hal 463
466
Supriadi. A.H. Soenartiningsih dan
Wakman, W., 1998.Daya Hambat
Cendawan Trichoderma sp. Pada
Beberapa Jenis Cendawan
Patogen. Risalah Seminar Ilmiah
dan Pertemuan Tahunan XI PEI,
PFI dan HPTI Sul-sel, Maros 5
Desember 1998. Hal: 317-322.
Tindaon H. 2008. Pengaruh Jamur
Antagonis Trichoderma harzianum
dan Pupuk Organik Untuk
Mengendalikan Patogen Tular
Tanah Sclerotium rolfsii
Sacc.Pada Tanaman Kedelai
(Glycine max L) di Rumah Kaca.
Departemen Hama dan Penyakit
Tumbuhan. Fakultas Pertanian.
Universitas Sumatera Utara. Hal
12-19

107

Anda mungkin juga menyukai