Anda di halaman 1dari 32

165/ Teknologi Pangan dan Gizi

USULAN
PENELITIAN DOSEN PEMULA

PENAMBAHAN TEPUNG PISANG GOROHO


(Musa paradisiaca accuminate) PADA PEMBUATAN ILABULO
(Penelitian Laboratorium)

TIM PENGUSUL
DEYVIE XYZQUOLYNA, S.TP, M.Sc NIDN 09 051282 01 (Ketua)
NUR PRATIWI RASYID, S.TP, M.Si NIDN 09 030486 01 (Anggota)

UNIVERSITAS ICHSAN GORONTALO


MEI 2016

1
2
3
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL 1
HALAMAN PENGESAHAN 2
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM 3
DAFTAR ISI 4
DAFTAR TABEL 5
DAFTAR GAMBAR 6
RINGKASAN PENELITIAN 7
BAB I PENDAHULUAN 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10
2.1 Ilabulo 10
2.2 Pisang Goroho 10
2.3 Tepung Sagu 11
2.4 Uji Organoleptik 12
2.4 Kadar Serat 13
2.5 Kadar Abu 14
BAB III METODE PENELITIAN 15
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 15
3.2 Bahan dan Alat 15
3.3 Prosedur Penelitian 15
3.4 Parameter Pengamatan 16
BAB IV BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN 19
4.1 Biaya Penelitian 19
4.2 Jadwal Penelitian 19
DAFTAR PUSTAKA 20
LAMPIRAN- LAMPIRAN 22

4
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Rencana Target Capaian 9
Tabel 2. Formulasi Pembuatan ilabulo dengan
Penambahan Tepung Pisang Goroho 16
Tabel 3. Jadwal Kegiatan 19

5
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Diagram Alir Pembuatan Tepung Pisang Goroho 15

6
RINGKASAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesukaan, kadar serat,


kadar air dan kadar abu dari ilabulo kukus dengan penambahan tepung pisang
goroho yang bervariasi. Tahapan penelitian ini terdiri dari optimasi atau pemilihan
formulasi yang paling disukai berdasarkan metode hedonik yang meliputi warna,
aroma, rasa, tekstur dan kesukaan secara keseluruhan ilabulo kukus. Tahapan
selanjutnya adalah pengujian kadar serat dan kadar air pada ilabulo yang
dihasilkan dari formulasi terpilih. Metode pengujian kadar serat dan kadar air
menggunakan metode gravimetrik dengan satuan persen (%).
Rancangan penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan
faktor penambahan tepung pisang goroho sebanyak 0%, 10 %, 15%, 20%, 25%
dan 30%. Luaran penelitian ini diharapkan dapat dipublikasi di jurnal nasional ber
ISSN, dapat diseminarkan pada temu ilmiah lokal dan nasional.

Kata kunci : ilabulo, tepung pisang goroho, kadar serat.

7
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia terdiri dari bermacam- macam suku, bahasa, adat, dan budaya.
Demikian juga dengan makanan tradisional yang sangat beragam. Di Provinsi
Gorontalo, salah satu makanan tradisional yang banyak digemari masyarakat
adalah ilabulo. Ilabulo pada dasarnya terbuat dari adonan tepung sagu yang
ditambahkan dengan hati ayam, telur, atau daging sebagai proteinnya. Kemudian
dibungkus dengan daun pisang lalu dipanggang atau dikukus. Ilabulo biasanya
dikonsumsi sebagai pendamping lauk pauk, atau ada juga yang menggantikan lauk
pauknya dengan ilabulo.
Ilabulo sebagai produk pangan lokal sudah semestinya dilestarikan,
diaplikasikan dengan sentuhan teknologi pangan agar bertambah nilai
fungsionalnya terhadap kesehatan tubuh. Harmain dan Yusuf (2012) telah
melakukan penelitian ilabulo yang dibuat dengan tepung sagu dan ikan patin. Hal
lain yang dapat dilakukan adalah dengan menggantikan atau menambahkan
tepung sagu dengan tepung lainnya misalnya tepung pisang goroho.
Tepung pisang goroho dapat dibuat melalui proses pengeringan dan
penepungan pisang goroho yang banyak terdapat di daerah Sulawesi Utara dan
Gorontalo. Kanova, dkk (2012) melaporkan bahwa tepung pisang goroho
memiliki keunggulan kandungan gizi dan antioksidan yang tinggi. Kiayi (2011)
melaporkan pisang goroho mengandung vitamin C, vitamin B6, vitamin A,
thiamin, niacin dan riboflavin. Penelitian mengenai pemanfaatan tepung pisang
goroho dalam beberapa produk misalnya oleh Nuralli, dkk (2012) yang membuat
biskuit, Sayangbati, dkk (2013) yang membuat kue roll dari tepung pisang
goroho., Nawai (2015) yang membuat getuk makanan tradisonal dari tepung
pisang goroho. Berdasarkan hal tersebut peneliti berniat untuk meneliti tentang
penambahan tepung pisang goroho dalam pembuatan ilabulo. Luaran penelitian
ini diharapkan dapat dipublikasi dijurnal nasional ber ISSN, dapat diseminarkan
pada temu ilmiah lokal dan nasional (misalnya seminar PATPI). Rencana target
capaian dapat dilihat pada Tabel 1.

8
Tabel 1. Rencana Target Capaian
No. Jenis Luaran Indikator capaian
1. Publikasi ilmiah di jurnal nasional (ber ISSN). Submitted
2. Pemakalah dalam temu Nasional PATPI
ilmiah Lokal Di tingkat Universitas
Ichsan Gorontalo
3. Bahan ajar Tidak ada
4. Luaran lainnya Produk Ilabulo
5. Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT) Skala 2

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana tingkat kesukaan, kadar serat, kadar air dan kadar abu dari
ilabulo kukus dengan penambahan tepung pisang goroho 0%, 10%, 15%, 20%,
25% dan 30%.

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui kadar serat, kadar air dan kadar abu tepung pisang
goroho.
2. Untuk mengetahui tingkat kesukaan, kadar serat, kadar air dan kadar abu
ilabulo yang dibuat dengan penambahan goroho 0%, 10%, 15%, 20%,
25% dan 30% tepung pisang goroho.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Memberikan informasi tentang kualitas ilabulo dengan penambahan
tepung pisang goroho, terutama kadar seratnya.
2. Memberikan informasi bagi masyarakat untuk memanfaatkan
memanfaatkan pisang goroho menjadi tepung.

9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ilabulo
Makanan khas daerah merupakan jenis makanan yang biasa dinikmati di
berbagai daerah. Setiap daerah memiliki ciri khas makanan dan biasanya
disesuaikan dengan bahan makanan yang digunakan atau dipadukan dengan
teknik memasaknya. Misalnya makanan khas daerah Gorontalo Bindhe biluhuta
dan ilabulo.
Ilabulo biasanya digunakan untuk menemani lauk pauk yang terbuat dari
hati ampela ayam, kulit dan kadang juga ditambahkan telur puyuh, tepung sagu
kering, santan, minyak kelapa, dan bumbu dengan citarasa yang pedas, dibungkus
dengan daun pisang selanjutnya dibakar atau dikukus. Makanan khas daerah
diyakini mempunyai unsur menyehatkan tubuh, menyembuhkan penyakit dan
kegaiban. Pembuatannya dari bahan lokal dan alami, tidak menggunakan bumbu
atau bahan sintetik yang dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti kanker,
mempunyai aroma yang khas dan citarasa yang diharapkan (Napu, 2010).

2.2 Pisang Goroho


Pisang goroho merupakan salah satu jenis pisang lokal yang belum
terkenal di luar Sulawesi Utara seperti halnya pisang kapok, pisang raja dan
pisang tanduk. Pisang ini tidak manis tidak juga tawar jika dikonsumsi, akan
tetapi jika diolah dengan teknik kuliner yang baik maka konsumen bisa ketagihan
dengan rasa pisang ini. Pisang ini pada masyarakat Sulawesi Utara dan sekitarnya
sudah dianjurkan untuk dijadikan sebagai makanan utama penderita diabetes
mellitus. Selain itu diketahui bahwa pisang goroho memiliki kandungan fitokimia
fenolik yang bisa berperan sebagai antioksidan yang tinggi sehingga memiliki
potensi sebagai penangkal radikal bebas DPPH (Suryanto, dkk., 2012).
Klasifikasi pisang goroho menurut Nuralli, dkk., (2012) sebagai berikut :
Kerajaan : plantae
Divisi : magnoliophyta
Kelas : lilopsida
Bangsa : Zingiberales

10
Suku : musaceae
Marga : Musa
Spesies : Musa accuminate
Terdapat 2 jenis pisang goroho yaitu pisang goroho merah dan pisang
goroho putih. Perbedaan kedua pisang ini dapat dilihat secara visual dengan
mudah yaitu untuk pisang goroho merah mempunyai warna kulit kuning hijau tua,
sedangkan pisang goroho putih memiliki warna kulit pisang kuning muda. Akan
tetapi ukuran pisang goroho putih lebih besar dari ukuran pisang goroho merah
(Suryanto, dkk., 2012). Pemanfaatan pisang goroho menjadi tepung merupakan
salah satu cara pengawetan sekaligus memperluas produk olahan dari pisang
goroho.
Pembuatan tepung memerlukan teknik pengeringan baik dengan
menggunakan sinar matahari maupun dengan menggunakan alat pengering
misalnya oven (Histifarina, dkk., 2012). Prinsip pengeringan adalah pengeluaran
air dari makanan. Menurut Adams dalam Histifarina (2012), teknologi
pengeringan merupakan salah satu teknologi pengawetan yang sudah lama pada
pembuatan tepung sehingga memperpanjang masa simpan pisang.
Tepung pisang goroho diawali dengan pemilihan pisang goroho segar,
kemudian diblansing selama 5 menit pada suhu 800C. Kemudian dikupas dan
dipotong kecil- kecil, lalu dikeringkan dengan sinar matahari dilanjutkan dengan
penggunaan oven suhu 500C. Selanjutnya dilakukan dengan penggilingan dan
diayak sampai halus (Nuralli, dkk., 2012).

2.3 Tepung Sagu


Komponen yang paling banyak terdapat pada tepung sagu adalah pati. Pati
merupakan penyusun makanan yang memiliki peran penting terhadap sifat
makanan seperti yang diharapkan, misalnya untuk mengawetkan pudding, saos
dan pasta. Pati sagu diperoleh dari proses ekstraksi inti batang sagu (empulur
batang). Menurut Flach (1983), empulur batang sagu mengandung 20,2 29%
pati, 50- 66% air dan 13,8 -21,3% bahan lain atau ampas. Dihitung dari berat
kering, empulur batang sagu mengandung 54- 60% pati dan 40- 46% ampas.

11
Menurut Flach (1983) juga, pati sagu mengandung amilosa 27% dan
amilopektin 73%. Wirakartakusumah, dkk (1984) mengemukakan bahwa pati
sagu mengandung amilosa 27,4% dan amilopektin 72,6%. Perbandingan amilosa
dan amilopektin akan mempengaruhi sifat kelarutan dan derajat gelatinisasi pati.
Semakin besar kandungan amilopektin maka pati akan lebih basah, lengket dan
cenderung sedikit menyerap air.
Amilosa mempunyai struktur lurus dengan ikatan (1,4) glukosa,
sedangkan amilopektin mempunyai ikatan (1,4) glukosa dengan cabang yang
ikatannya (1,6) glukosa. Jumlah unit glukosa yang berada dalam amilosa
berkisar antara 500 1000 unit, sebanding dengan berat molekul antara 80.000
240.000. Sedangkan glukosa yang terdapat dalam amilopektin jumlahnya jauh
lebih besar, yaitu antara 5.000 40.000 unit, sebanding dengan berat molekul
800.000 sampai jutaan (Haryanto dan Pangloli, 1992).

2.4 Uji Organoleptik


Evaluasi organoleptik atau sensori merupakan suatu metode ilmiah yang
digunakan untuk mengukur, menganalisis dan menginterpretasikan respon
terhadap suatu produk berdasarkan yang ditangkap oleh indera manusia seperti
penglihatan, penciuman, perasa, peraba dan pendengaran (Lawless dan Heymann
1999). Tiga jenis metode yang terdapat pada evaluasi organoleptik yaitu uji
diskriminatif (pembedaan), uji deskriptif dan uji afektif.
Penggunaan uji diskriminatif salah satunya uji rating intensitas dilakukan
sebelum uji penerimaan (uji hedonik). Uji rating intensitas bertujuan untuk
menentukan karakteristik atribut sensori tertentu seperti kategori tekstur, warna,
aroma dan rasa yang bervariasi dari sejumlah sampel (3-6 sampel) (Meilgaard,
dkk., 1999). Panelis yang digunakan pada uji rating intensitas dapat berupa
panelis terlatih sebanyak 8-12 orang dan panelis tidak terlatih minimum 30 orang
(Lawless dan Heymann, 1999).
Menurut BSN (2006) panelis terlatih yang digunakan dalam uji sensori
adalah sebanyak 6 orang dan panelis tidak terlatih sebanyak 30 orang.
Selanjutnya, syarat syarat panelis adalah tertarik terhadap uji sensori, konsisten

12
dalam mengambil keputusan, berbadan sehat, bebas dari penyakit THT (Telinga
Hidung Tenggorokan), tidak buta warna serta gangguan psikologis, tidak menolak
makanan yang akan diuji (tidak alergi), tidak melakukan uji 1 jam sebelum makan
dan menunggu minimal 20 menit setelah merokok, makan permen karet, makanan
dan minuman ringan.
Uji afektif adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui produk mana yang
disukai dan yang tidak disukai oleh panelis. Salah satu uji ini adalah uji hedonik
dengan menggunakan panelis yang terlatih atau tidak terlatih. Skala yang tersedia
pada uji hedonik adalah mulai dari sangat tidak suka sampai sangat suka terhadap
sampel yang diberikan. Panelis diminta untuk mengevaluasi setiap sampel produk
dan menentukan skala kesukaannya terhadap sampel produk tersebut (Lawless
dan Heymann 1999). Panelis yang digunakan pada uji tidak terlatih adalah
sebanyak 30 orang (BSN 2006). Uji afektif salah satunya adalah uji secara
kuantitatif yang terdiri dari uji pemilihan (preference) dan uji penerimaan
(acceptance) (Meilgaard,dkk., 1999).
Uji penerimaan (acceptance) digunakan untuk mengukur tingkat kesukaan
panelis terhadap suatu produk, sedangkan uji preferensi menunjukkan ekspresi
dipilihnya satu produk yang menonjol dibandingkan dengan produk yang lain. Uji
preferensi dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Uji secara
langsung dilakukan dengan cara memberikan instruksi pada responden untuk
membandingkan dua atau lebih produk secara langsung dan memilih satu yang
paling disukai. Uji secara tidak langsung ditentukan berdasarkan skor hasil uji dan
produk yang memiliki skor tertinggi adalah produk yang paling disukai bila
dibandingkan dengan produk yang lain (Stone dan Sidel, 2004).

2.5 Kadar Serat Makanan


Serat makanan merupakan komponen dari jaringan tanaman yang tahan
terhadap proses hidrolisis oleh enzim dalam lambung dan usus kecil. Serat-serat
tersebut banyak berasal dari dinding sel berbagai sayuran dan buah-buahan. Serat
pada umunya merupakan karbohidrat atau polisakarida (Winarno, 1992). Berbagai
jenis pangan nabati pada umumnya banyak mengandung serat makanan. Dari hasil

13
analisis diperoleh bahwa tepung sagu memiliki total serat makanan sebesar
10,79 % bk. Menurut Ruddle, dkk (1987) kandungan serat dalam pati sagu adalah
0.41 % bk, dan menurut Djoefrie (1996) kandungan serat dalam pati sagu adalah
0.23 % bk.

2.6 Kadar Abu


Menurut Winarno (1992) kadar abu atau zat anorganik yang terkandung
dalam suatu bahan pangan jumlahnya sangat kecil jika dibandingkan dengan
komponen organik dan air. Zat anorganik tidak dapat terbakar dalam proses
pembakaran sehingga disebut abu. Abu tersebut tersusun dari unsure mineral,
unsur mineral tersebut terdiri dari mineral makro dan mineral mikro. Mineral
makro adalah mineral yang terdapat dalam tubuh dalam jumlah yang cukup besar,
sedangkan mineral mikro adalah mineral yang sedikit dibutuhkan oleh tubuh.

14
BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan selama 6 bulan mulai bulan Februari
Juli 2017, bertempat di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Universitas
Ichsan Gorontalo, Laboratorium Kimia Fakultas MIPA Universitas Negeri
Gorontalo.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah pisang goroho dengan umur panen 90 hari
diperoleh dari hasil perkebunan masyarakat di Kabupaten Bolaang Mongondow,
tepung sagu, ampela ayam, NaOH, H2SO4, K2SO4. Alat yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu oven, erlenmeyer, kertas saring, botol timbang, desikator,
cawan porselen, blender, ayakan 80 mesh, timbangan analitik, pisau steinless
steel, kompor, wajan, sendok, alat tulis- menulis.
3.3 Prosedur Penelitian
1. Pembuatan Tepung Pisang Goroho
Pembuatan tepung pisang goroho dilakukan berdasarkan metode yang
dikemukakan oleh Nuralli, dkk (2012) dapat dilihat pada Gambar 1.

Pisang Goroho segar Blansing pada suhu Pengupasan dari


80 0C, 5 menit kulitnya

Pengeringan dengan sinar Pemotongan dengan


matahari selama 2 hari slicer 0,2 cm

Diblender dan diayak


dengan ukuran 80 mesh

Tepung pisang goroho Analisa: Kadar Air, Kadar


Abu, Kadar serat

Gambar 1. Diagram Alir Pembuatan Tepung Pisang Goroho

15
2. Pembuatan Ilabulo
Pertama tama ampela ayam dicuci bersih untuk menghilangkan kotoran
yang melengket. Kemudian dicampur dengan adonan yang terdiri dari tepung
pisang goroho dan tepung sagu sesuai perlakuan. Formulasi tepung pisang goroho
dan tepung sagu dapat dilihat pada Tabel 2. Kemudian ditambahkan air
secukupnya dan terus dilakukan pencampuran sampai bahan dan tepung menyatu.
Lalu ditambahkan bumbu dan diaduk sampai rata. Dibungkus dengan daun pisang
kemudian dimasukkan kewajan untuk dikukus sampai matang kemudian diangkat
dan didinginkan.
Tabel 2. Formulasi Pembuatan Ilabulo dengan Penambahan Tepung Pisang
Goroho
Penambahan Tepung
No. Bahan
0% 10 % 15 % 20 % 25 % 30 %
1. Tepung sagu (g) 150 150 150 150 150 150
2. Tepung Pisang 0 15 22,5 30 37,5 45
goroho (g)
3. Ampela ayam 2 2 2 2 2 2
Sumber : Nawai, 2015 yang dimodifikasi.
Selanjutnya dilakukan pengujian organoleptik dengan 15 orang panelis.
Ilabulo dengan formulasi penambahan tepung pisang goroho yang paling disukai
dilakukan pengujian kadar air, kadar serat dan, kadar abu.

3.4 Parameter Pengamatan


1. Pengujian Organoleptik
Uji organoleptik yang dilakukan meliputi warna, aroma, rasa, tekstur dan
secara keseluruhan dari ilabulo dengan penambahan tepung pisang goroho yang
disajikan. Metode pengujian yang dilakukan metode hedonik (uji kesukaan).
Sampel disajikan secara acak pada panelis, kemudian panelis diminta untuk
memberikan nilai menurut tingkat kesukaan. Skala hedonik yang digunakan yaitu
sebagai berikut:
1 = Sangat tidak suka
2 = Tidak suka

16
3 = Agak suka
4 = Suka
5 = Sangat suka
2. Analisa Kadar Serat (Sudarmadji, dkk., 1997)
Untuk uji serat kasar, bahan dihaluskan sehingga dapat melalui ayakan
dengan diameter 1 mm dan dicampur dengan baik. Jika bahan tak dapat
dihaluskan, sedapat mungkin bahan dihancurkan. Bahan kering ditimbang
sebanyak 2 g dan ekstraksi lemak dengan soxhlet. Bahan dipindahkan ke dalam
erlenmeyer 600 ml dan ditambah 200 ml larutan 0,255 N H 2SO4 yang telah
dididihkan dan tutuplah dengan pendingin, lalu didihkan selama 30 menit dengan
digoyang- goyangkan. Suspensi kemudian disaring melalui kertas saring dan
residu yang tertinggal dalam Erlenmeyer dicuci dengan aquades yang telah
dididihkan. Residu dalam kertas saring dicuci sampai air cucian tidak bersifat
asam lagi (diuji dengan kertas lakmus). Residu dari kertas saring dipindahkan
secara kuantitatif ke dalam Erlenmeyer kembali dengan spatula dan sisanya dicuci
dengan larutan 0,313 N NaOH mendidih sebanyak 200 ml sampai semua residu
masuk ke dalam erlenmeyer. Hasilnya dididihkan dengan pendingin sambil
digoyang- goyang selama 30 menit dan disaring melalui kertas saring yang
diketahui beratnya, sambil dicuci dengan larutan K2SO4 10%. Cuci lagi residu
dengan aquades mendidih dan kemudian dengan lebih kurang 15 ml alkohol 95%.
Bahan dikeringkan dengan kertas saring atau kurs dengan isinya pada 110 0C
sampai berat konstan (1-2 jam), dinginkan dalam desikator dan ditimbang. Berat
residu = berat serat kasar.

3. Analisa Kadar Air (Sudarmadji, dkk., 1997)


Sampel dihaluskan dan ditimbang sebanyak 2 gram botol timbang
yang telah diketahui beratnya. Kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 100 -
1050C selama 3-5 jam. Kemudian didinginkan didalam desikator selam 15 menit
dan ditimbang. Selanjutnya dipanaskan kembali selama 30 menit, didinginkan
kembali didalam desikator dan ditimbang. Perlakuan ini diulangi sampai tercapai

17
berat konstan (selisih penimbangan berturut- turut 0,2 mg). Pengurangan berat
merupakan banyaknya air yang diuapkan dari bahan, dengan perhitungan :

% = x 100 %

4. Analisa Kadar Abu (Sudarmadji, dkk., 1997)


Disiapkan cawan untuk melakukan pengabuan, kemudian dikeringkan
dalam oven selama 15 menit. Lalu didinginkan dalam desikator dan ditimbang.
Sampel ditimbang sebanyak 3 gram di dalam cawan porselen. Kemudian
dilakukan pengabuan di dalam tanur listrik pada suhu 400 600 0C selama 4 6
jam sampai terbentuk abu dan memiliki berat yang tetap. Sampel beserta cawan
didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang. Perhitungan :
()
% = 100 %
()

18
BAB IV. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN

4.1 Biaya Penelitian


Anggaran yang direncanakan akan digunakan pada penelitian ini adalah
Rp 25.000.000,. Adapun rincian dana yang akan digunakan dapat dilihat pada
lampiran.

4.2 Jadwal Penelitian


Penelitian ini rencananya akan dilaksanakan selama 6 (enam) bulan mulai
bulan Februari Juli 2017. Adapun rincian jadwal kegiatannya dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3. Jadwal Penelitian
Bulan ke-
Kegiatan
Feb Mar Apr Mei Jun Jul
Penyusunan rencana kerja dan persiapan
Penelitian
Analisis data
Penyusunan draft laporan
Finalisasi laporan akhir
publikasi

19
DAFTAR PUSTAKA

BSN. 2006. Petunjuk Pengujian Organoleptik dan atau Sensori. Jakarta.


Djoefrie, M. H. B. 1999. Pemberdayaan Tanaman Sagu Sebagai Penghasil Bahan
Pangan Alternatif dan Bahan Baku Agroindustri Potensial Dalam Rangka
Ketahanan Pangan Nasional. Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.
Flach, M. 1983. The Sago Palm: Domestication Exploitation and Products. Food
and Agriculture Organization of the United Nations. Rome.
Harmain, R.M. dan Yusuf, N. 2012. Formulasi Produk Ilabulo Ikan Patin
(Pangasius sp). Laporan Penelitian Jurusan Teknologi Perikanan Fakultas
Ilmu- ilmu Pertanian UNG. Gorontalo.
Haryanto, B. dan P. Pangloli. 1992. Potensi dan Pemanfaatan Sagu. Kanisius,
Yogyakarta.
Histifarina, D., Rachman, A., Rahadian, D., Sukmaya, S. 2012. Teknologi
Pengolahan Tepung dari Berbagai Jenis Pisang menggunakan Cara
Pengeringan Matahari dan Mesin Pengering. Jurnal Agrin Vol. 16 No. 2.
Kanova, U.I., Momuat, IL., Suryanto, E. 2012. Aktivitas Tepung Pisang Goroho
yang Direndam dengan Beberapa Rempah- Rempah. Jurusan Kimia
FMIPA Unsrat Online Volume 1(1).
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmuo. diakses 27 Mei 2016.
Kiayi, N., Suryanto, E., Mamahit, L. 2011. Efek Lama Perendaman Ekstrak
Kalamansi (Citrus microcarpa) terhadap Aktivitas Antioksidan Tepung
Pisang Goroho. Indonesian Scientific Journal Database LIPI Vol. 4 No.1.
Jakarta.
Lawless, H.T dan Heymann, H. 1999. Sensory Evaluation of Food: Principles and
Practices. Maryland. USA: Aspen Publisher, Inc. Gaithersburg.
Meilgaard, M., Civille, G.V., Carr, B.T. 1999. Sensory Technique Evaluation.
3ed. LLC. Florida. USA: CRC Press Ltd.
Napu, A. 2010. Penerapan Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah
Menyehatkan dan Melestarikan Budaya Bangsa: Pembelajaran tentang
Gizi, Kesehatan dan Kepemilikan Budaya. Jurnal Ilmiah Agropolitan Vol.3
No.2. Bogor.
Nuralli, E., Sumual, M.F., Lalujan, L. 2012. The Potential of Goroho Plantain As
A Source of Functional Food. USAID: Texas A and M University- Sam
Ratulangi University.
Ruddle, K., D. Johnson, P. K. Townsend dan J. D. Rees. 1978. Palm Sago A
Tropical Starch from Marginal Lands. An East-West Center Book,
Honolulu.

20
Sayangbati, F., Nuralli, E.J., Mandey, L. Lelemboto, M.B. 2013. Karakteristik
Fisikokimia Biskuit Berbahan Baku Tepung Pisang Goroho.
Ejournal.unsrat.ac.id. diakses 27 Mei 2016.
Sudarmadji, S., Haryono, ., Suhardi. 1997. Prosedur Analisa untuk Bahan
Makanan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta.
Suryanto, E., Momuat, L.I., Taroreh, M., Wehantoouw, F. 2012. Potensi Senyawa
Polifenol Antioksidan dari Pisang Goroho. Jurnal Agritech Fakultas
Teknologi Pertanian UGM Vol. 31. No. 4.
Stone, H dan Sidel, J.L. 2004. Sensory Evaluation Practices. Third Edition. New
York. Academic Press.
Winarno, F. G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Wirakartakusumah, M. A., Eriyatno, S. Fardiaz, M. Thenawidjaja, D. Muchtadi,
B. S. L. Jenie, dan Machfud. 1984. Studi Tentang Ekstraksi, Sifat-
SifatFisiko Kimia Pati Sagu dan Pengkajian Enzima. Dirjen Dikti,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

21
LAMPIRAN LAMPIRAN

22
Lampiran 1. Rekapitulasi Anggaran Penelitian

1. Anggaran untuk Honor Tim Peneliti


No. Honor Jumlah Biaya Satuan (Rp) Biaya (Rp)
1. Ketua peneliti 1 orang 4.000.000 4.000.000
2. Anggota Peneliti 1 orang 3.500.000 3.500.000
Jumlah anggaran untuk honor tim peneliti 7.500.000

2. Anggaran untuk Bahan dan Peralatan


Harga
No. Bahan dan peralatan Satuan Vol. Biaya (Rp)
Satuan (Rp)
1. Pisang goroho Sisir 10 30.000 300.000
2. Tepung sagu Kg 2 40.000 80.000
3 Ampela ayam 100.000
4. Bumbu- bumbu Paket 1 115.000 115.000
5. Tabung gas 3 kg Tabung 1 100.000 100.000
6. Air Mineral Gelon 3 25.000 75.000
7. Kenang- kenangan untuk Paket 2 150.000 300.000
panelis organoleptik
Jumlah anggaran untuk bahan dan peralatan penelitian 1.070.000

3. Anggaran untuk Perjalanan


No. Uraian Jumlah Biaya Satuan Biaya (Rp)
(Rp)
1. Transportasi selama 3 bulan/ 2 600.000 3.600.000
penelitian orang peneliti
2. Konsumsi selama 3 bulan/ 2 480.000 2.280.000
penelitian orang peneliti
Jumlah anggaran untuk perjalanan 5.880.000

4. Anggaran untuk Lain- lain


Biaya Satuan
No. Uraian Jumlah Biaya (Rp)
(Rp)
1. Biaya Analisis tepung
pisang goroho :
- Kadar air tepung 3 sampel 175.000 525.000
- Kadar abu 3 sampel 200.000 600.000
- Kadar serat 3 sampel 250.000 750.000
2. Biaya Analisis ilabulo :
- Kadar air 3 sampel 175.000 525.000
- Kadar abu 3 sampel 200.000 600.000
- Kadar serat 3 sampel 250.000 750.000
3. Biaya sewa laboratorium 2 kali 500.000 1.000.000

23
untuk analisa
4. Biaya instruktur lab 2 orang 300.000 600.000
5. Biaya penyusunan laporan 4 50.000 200.000
kemajuan dan laporan eksemplar
akhir
6. Internet untuk penelusuran 3 bulan 100.000 300.000
pustaka
7. Biaya publikasi jurnal 1 kali 500.000 500.000
8. Biaya pengiriman naskah 2 kali 100.000 200.000
laporan penelitian ke
kopertis IX
9. Biaya seminar dan 1 kali 4.000.000 4.000.000
perjalanan
Jumlah anggaran untuk dana lain-lain 10.550.000

Rekapitulasi
Biaya yang Diusulkan
No. Jenis Pengeluaran
(Rp)
1. Anggaran untuk honor tim 7.500.000,-
peneliti
2. Anggaran untuk bahan dan 1.070.000,-
peralatan
Anggaran untuk perjalanan 5.880.000,-
3. Anggaran untuk dana lain- lain 10.550.000,-
TOTAL 25.000.000,-

24
Lampiran 2. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas
Instansi Bidang Alokasi Uraian
No. Nama
Asal Ilmu Waktu Tugas
1. Deyvie Xyzquolyna, Universitas Rekayasa 8 jam/ Menganalisa
S.TP, M.Sc Ichsan dan minggu produk, dan
Gorontalo Pengolahan membuat
Pangan pelaporan
2. Nur Pratiwi Rasyid, Universitas Ilmu 8 jam/ Menganalisa
S.TP, M.Si Ichsan Pangan minggu Data,
Gorontalo membuat
pelaporan

25
Lampiran 3. Biodata Ketua dan Anggota Pengusul
I. Biodata Ketua Pengusul
1. Identitas Diri
1. Nama Lengkap Deyvie Xyzquolyna, S.TP, M.Sc
2. Jenis Kelamin Perempuan
3. Jabatan Fungsional Asisten Ahli
4. NIK 01 2009 0049
5. NIDN 09 051282 01
6. Tempat dan Tanggal Lahir Gorontalo, 5 Desember 1982
7. E-mail deyvie_xyz@yahoo.com
8. Nomor Telepon/ HP 081326609907
9. Alamat kantor Jalan Raden Saleh No. 17 Kota Gorontalo
10. Nomor telepon/ Faks (0435) 829976
11. Lulusan yang telah dihasilkan
Teknologi Fermentasi
12. Mata Kuliah yang diampuh Mikrobiologi umum
Teknologi Pengolahan dan Pengawetan

2. Riwayat Pendidikan
S1 S2
Nama Perguruan Tinggi Universitas Sam Universitas Gadjah Mada
Ratulangi
Bidang Ilmu Teknologi Hasil Ilmu danTeknologi
Pertanian Pangan
Tahun Masuk-Lulus 2000-2007 2010-2103
Judul Pengaruh Suhu dan Fraksinasi Hidrolisat
Skripsi/Tesis/Disertasi Lama Pengeringan Protein Bungkil Wijen
Terhadap Perubahan (Sesamum indicum L.)
Sifat Fisik Kimia Sangrai menggunakan
Cabe Kering Ultrafiltrasi
Nama Pembimbing/ Ir. Tineke Langi, M.Si Dr. Pudji Hastuti
Promotor Dr. Chusnul Hidayat

3. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir


Pendanaan
Tahun Judul Penelitian Jumlah
Sumber*
(Rp)

Pengujian Beberapa Indikator Mutu Susu


2014 Dikti 14.000.000
Kambing Peranakan Etawa (C. aegagrus)
Segar
Penggunaan Asap Cair terhadap Masa
2015 Dikti 14.000.000
Simpan Ikan Cakalang

26
4. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 tahun
Terakhir
Pendanaan
Tahun Judul Penelitian Jumlah
Sumber*
(Rp)

5. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal 5 Tahun Terakhir


No. Judul Artikel Ilmiah Volume/Nomor Nama Jurnal
1. Rendemen, Kadar Air, dan Sifat Volume 9 Nomor Inovasi
Organoleptik Virgin Coconut Oil 2, Agustus 2014
Gorontalo
(VCO) dari Jenis Kelapa yang
Berbeda
2. Analisis Vitamin C, pH, dan Volume 2, Nomor Agropolitan
Kekentalan Saus Tomat 3, Juli 2015
(Licopersicum esculentum M.)
dengan Ubi Jalar sebagai Bahan
Pengental
3. Substitusi Tepung Terigu dengan Volume 2, Nomor Agropolitan
Tepung Pisang Raja (Musa 4, Oktober 2015
paradisiacal) pada Pembuatan
Cake Bolu Gulung

6. Pengalaman Penulisan Buku


No. Judul Buku Tahun Jumlah Penerbit
Halaman

7. Pengalaman Perolehan HKI


No. Judul/ Tema HKI Tahun Jenis Nomor
Pendaftaran/
Sertifikat

27
28
II. Biodata Anggota Pengusul
1. Identitas Diri
1.1. Nama lengkap (dengan gelar) Nur Pratiwi Rasyid, S.TP., M.Si
1.2. Jabatan Fungsional Asisten Ahli
1.3. Jabatan Struktural -
1.3. NIP/NIK/No. Identitas lainnya 0120100087
1.4. NIDN 0903048601
1.5. Tempat danTanggal Lahir Ujung pandang, 03 April 1986
1.6. Alamat Rumah Jl. Hos Cokroaminoto No. 122 Kota
Gorontalo
1.7. Nomor Telepon/Fax -
1.8. Nomor HP 085299363660
1.9. Alamat Kantor Jl. Achmad Najamuddin No. 17 Kota
Gorontalo
1.10. Nomor Telepon/Fax 0435-829975
1.11 Alamat e-mail nurpratiwi.rasyid@gmail.com
1.12 Mata Kuliah yang diampu 1. Pengantar Teknologi Pertanian
2. Teknologi Penyimpanan dan
Penggudangan

2. Riwayat Pendidikan
No. Program S1 S2

2.1. NamaPT UNHAS IPB

2.2. Bidang Ilmu Teknologi Hasil Teknologi Pascapanen


Pertanian
2.3. Tahun Masuk 2004 2012

2.4. Tahun Lulus 2009 2015

2.5. Judul Skripsi/Tesis Analisis histamin pada Aplikasi microwave untuk


berbagai produk disinfestasi Tribolium
perikanan kering asin castaneum (Herbst.) serta
di Kota Makassar pengaruhnya terhadap
karakteristik warna dan
amilographi tepung terigu

2.6. Nama Pembimbing 1. Prof. Dr. Ir. Meta 1. Dr. Ir. Edy
Mahendradatta Hartulistiyoso, M.Sc
2. Prof. Dr. Ir. Elly 2. Prof. Dr. Ir. Dedi
Ishak, M.Si Fardiaz, M.Sc

29
3. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir (Bukan
Skripsi,Tesis,maupun Disertasi)
Pendanaan
No Tahun Judul Penelitian Jumlah
Sumber*
(Juta Rp)
1 2014 Profil Senyawa Kimia dan Bioaktif DIKTI (PDP) 15
pada Buah Selama Perkembangan
Buah dan Korela

4. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam 5 Tahun Terakhir


Pendanaan
No Tahun Judul Penelitian Jumlah
Sumber
(Juta Rp)

5. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah Dalam Jurnal 5 Tahun Terakhir


No. Judul Artikel Ilmiah Volume/Nomor Nama Jurnal

1. Kajian Kandungan Histamin pada Volume 11 No. (2) Buletin Penelitian


Produk Perikanan Laut Hasil September 2011 LP2M Unhas seri
Pengolahan dengan Penggaraman dan Ilmu Hayati
Pengeringan

2. Analisa Histamin pada produk ikan Vol. 1 Edisi 1 Jurnal


layang (Decapterus ruselli sp.) dan 2012 ISSN No. Agropolitan
ikan kembung (Restrellinger sp.) 2252-9527 2012
dengan menggunakan metode
penggaraman basah

3. Aplikasi Microwave untuk Disinfestasi Accepted Publish FTP AGRITECH


Tribolium Castaneum (Herbst.) Serta Vol. 37 No. 2, Mei UGM
Pengaruhnya Terhadap Warna Dan 2017
Karakteristik Amilografi Terigu

30
31
32

Anda mungkin juga menyukai