Pasal 1
mengatur segala hal yg berkaitan dgn seseorang baik sebelum,selama
dan setelah bekerja.
Pasal 1 (2)
tenaga kerja adalah setiap orang yg memiliki kemampuan U/ melakukan
suatu pekerjaan U/ menghasilkan barang & atau jasa U/ memenuhi
kebutuhannya sendiri maupun masyarakat.
Pasal 1 (3)
pekerja /buruh adalah setiap oarng yg bekerja U/ mendapatkan upah /
imbalan dalam bentuk lain
Hakikat
Secara yuridis
majikan dan buruh mempunyai kedudukan yg sama.
Pasal 27 : setiap warga Negara bersamaan kedudukannya didalam
hukum & pemerintahan & wajib menjunjung hukum
dan pemerintahan itu tanpa terkecuali.
Secara sosiologis
tidak sama antara majikan & buru, ketika seseorang memutuskan
bekerja pada orang lain ia terikat oleh aturan-aturan.
C. ruang lingkup
Ruang lingkup ketenagakerjaan meliputi : pra kerja, masa dalam
hubungan kerja, masa purna kerja ( post employment)
Jangkauan hokum ketenagakerjaan lebih luas bila dibandingkan dengan
hokum perdata sebagaimana di atur dalam buku III title 7A yang lebih
menitik beratkan pada aktivitas tenaga kerja dalam hubungan kerja
D. pelaksanaan hubungan kerja di Indonesia
Pasal 1 angka 15 UU no.13 th. 2003 disebutkan bahwa :
Perjanjian Kerja
Pasal 1313 KUHPerdata yang berbunyi perjanjian adalah suatu
perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
terhadap satu orang atau lebih lainnya.
dalam KUHPerdata , pasal 1601 titel VII A buku III tentang perjanjian
untuk melakuakn pekerjaan yang menyatakan bahwa :
selain perjanjian-perjanjian untuk melakukan sementara jasa-jasa yang
diatur oleh ketentuan yang khusus untuk itu dan untuk syarat-syarat
yang di perjanjikan dan jika itu tidak ada , oleh karena kebiasaan , maka
ada dua macam perjanjian dengan mana pihak yang lain dengan
menerima upah, perjanjian perburuhan dan pemborong pekerjaan.
1.
o Pekerja meninggal dunia
o Berakhir karena jangka waktu dalam perjanjian
o Adanya putusan pengadilan dan atau putusan atau
penetapan lembaga penyelsaian perselisihan hubungan
industrial
o Adanya keadaan atau kejadian yang di cantumkan dalam
perjanjian kerja
o Pemutusan hubungan kerja
1.
o pemutusan hubungan kerja ini terjadi pada saat
1. perjanjian kerja pada waktu tertentu, (pasal 1.1 Kep. Men tenaga
kerja & transmigrasi no: Kep.100/Men/ V/2004 tentang keterangan
pelaksanaan perjanjian kerja , waktu tertentu )
2. pekerja meninggal dunia
1.
o pemutusan hubungan kerja oleh pekerja
1. masa percobaan
2. meninggalnya pengusaha
3. perjanjian kerja untuk waktu tidak tentu
4. pekerja dapat memutuskan hubungan kerja sewaktu-waktu
1.
o pemutusan hubungan kerja oleh pengusaha
1. menurut sifatnya
1. perselisihan kolektif
2. perselisihan perseorangan
2. menurut jenisnya
1.
1. peselisihan jenisnya
2. perselisihan kepentingan
system pengupahan
Di pandang dari sudut nilainya upah dibedakan antara upah nominal
dengan upah riil
a.upah nominal adalah jumlah yang berupa uang
b.upah riil adalah banyaknya barang yang dapat dibeli oleh jumlah uang
itu
menurut cara menetapkan upah dibagi kedalam system-sistem
pengupahan ,sebagai berikut :
MEMUTUSKAN :
Pasal 1
Pasal 2
(1) Perjanjian perburuhan harus dibuat dengan surat resmi atau surat
yang ditanda tangani oleh kedua belah pihak.
Pasal 3
Pasal 4
Pasal 5
Pasal 6
Pasal 7
Pasal 8
Pasal 9
(1) Sesuatu aturan didalam perjanjian kerja antara seorang buruh dan
seorang majikan yang bertentangan dengan perjanjian perburuhan yang
mengikat kedua mereka itu, tidak sah; didalam hal itu aturan-aturan
perjanjian perburuhan yang berlaku.
(2) Hal-hal yang tidak sah itu selalu dapat diajukan oleh tiap-tiap pihak
dalam perjanjian perburuhan.
Pasal 10
Pasal 12
Pasal 13
Pasal 14
Bilamana kerugian itu tidak mungkin dinyatakan dengan uang, maka
pengganti kerugian itu, ditetapkan berupa sejumlah uang atas dasar
keadilan.
Pasal 15
(2) Aturan denda ini dapat diubah oleh pengadilan, bilamana kewajiban
yang dikenakan hukuman itu untuk sebagian telah dipenuhi.
Pasal 16
(2) Waktu itu dapat diperpanjang dengan paling lama 1 tahun lagi.
Pasal 17
Pasal 18
Pasal 19
Pernyataan mengakhiri perjanjian perburuhan harus disampaikan
kepada semua pihak dalam perjanjian itu dan hanya dapat dilakukan
dengan surat tercatat.
Pasal 20
Pasal 21
Pasal 22
Pasal 23
SUKARNO
S.M. ABIDIN
MENTERI KEHAKIMAN
DJODY GONDOKUSUMO