Anda di halaman 1dari 24

REFERAT BUERGER DISEASES

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebenarnya Penyakit Buerger (Tromboangitis Obliterans) merupakan penyakit oklusi


pembuluh darah perifer yang lebih sering terjadi di Asia dibandingkan di Negara-negara
barat. Penyakit ini merupakan penyakit idiopatik, kemungkinan merupakan kelainan
pembuluh darah karena autoimmune, panangitis yang hasil akhirnya menyebabkan stenosis
dan oklusi pada pembuluh darah.

Laporan pertama Tromboangitis Obliterans telah dijelaskan di Jerman oleh von


Winiwarter pada tahun 1879 dalam artikel yang berjudul A strange form of endarteritis and
endophlebitis with gangrene of the feet. Kurang lebih sekitar seperempat abad kemudian, di
Brookline New York, Leo Buerger mempublikasikan penjelasan yang lebih lengkap tentang
penyakit ini dimana ia lebih memfokuskan pada gambaran klinis dari Tromboangitis
Obliterans sebagai presenile spontaneous gangrene.

Hampir 100% kasus Tromboangitis Obliterans (kadang disebut Tromboarteritis


Obliterans) atau penyakit Winiwarter Buerger menyerang perokok pada usia dewasa muda.
Penyakit ini banyak terdapat di Korea, Jepang, Indonesia, India dan Negara lain di Asia
Selatan, Asia tenggara dan Asia Timur.

Prevalensi penyakit Buerger di Amerika Serikat telah menurun selama separuh


dekade terakhir, hal ini tentunya disebabkan menurunnya jumlah perokok, dan juga
dikarenakan kriteria diagnosis yang lebih baik. Pada tahun 1947, prevalensi penyakit ini di
Amerika serikat sebanyak 104 kasus dari 100 ribu populasi manusia. Data terbaru, prevalensi
pada penyakit ini diperkirakan mencapai 12,6 20% kasus per 100.000 populasi. Kematian
yang diakibatkan oleh Penyakit Buerger masih jarang, tetapi pada pasien penyakit ini yang
terus merokok, 43% dari penderita harus melakukan satu atau lebih amputasi pada 6-7 tahun
kemudian. Data terbaru, pada bulan Desember tahun 2004 yang dikeluarkan oleh CDC

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah


Fakultas Kedokteran Unmal
Rumah Sakit Umum Kabanjahe 1
REFERAT BUERGER DISEASES

publication, sebanyak 2002 kematian dilaporkan di Amerika Serikat berdasarkan penyebab


kematian, bulan, ras dan jenis kelamin (International Classification of Diseases, Tenth
Revision, 1992), telah dilaporkan total dari 9 kematian berhubungkan dengan Tromboangitis
Obliterans, dengan perbandingan laki-laki dan perempuan adalah 2:1 dan etnis putih dan
hitam adalah 8:1.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah


Fakultas Kedokteran Unmal
Rumah Sakit Umum Kabanjahe 2
REFERAT BUERGER DISEASES

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI PEMBULUH DARAH

Pembuluh darah terdiri atas 3 jenis : arteri, vena, dan kapiler.

1. Arteri

Arteri membawa darah dari jantung dan disebarkan ke berbagai jaringan tubuh
melalui cabang-cabangnya. Arteri yang terkecil, diameternya kurang dari 0,1 mm,
dinamakan arteriol. Persatuan cabang-cabang arteri dinamakan anastomosis. Pada arteri
tidak terdapat katup. Dan arteri anatomik merupakan pembuluh darah yang cabang-cabang
terminalnya tidak mengadakan anastomosis dengan cabang-cabang arteri yang
memperdarahi daerah yang berdekatan. End arteri fusngsional adalah pembuluh darah
yang cabang-cabang terminalnya mengadakan anastomosis dengan cabang-cabang
terminal arteri yang berdekatan, tetapi besarnya anastomosis tidak cukup untuk
mempertahankan jaringan tetap hidup bila salah satu arteri tersumbat.

2. Vena

Vena adalah pembuluh darah yang mengalirkan darah kembali ke jantung; banyak
vena mempunyai kutub. Vena yang terkecil dinamakan venula. Vena yang lebih kecil atau
cabang-cabangnya, bersatu membentuk vena yang lebih besar, yang seringkali bersatu satu
sama lain membentuk pleksus vena. Arteri profunda tipe sedang sering diikuti oleh dua
vena masing-masing pada sisi-sisinya, dan dinamakan venae cominantes.

3. Kapiler

Kapiler adalah pembuluh mikroskopik yang membentuk jalinan yang


menghubungkan arteriol dengan venula. Pada beberapa daerah tubuh, terutama pada

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah


Fakultas Kedokteran Unmal
Rumah Sakit Umum Kabanjahe 3
REFERAT BUERGER DISEASES

ujung-ujung jari dan ibu jari, terdapat hubungan langsung antara arteri dan vena tanpa
diperantai kapiler. Tempat hubungan seperti ini dinamakan anastomosis arteriovenosa.

Gambar 1. Anatomi pembuluh darah


B. HISTOLOGI STRUKTUR PEMBULUH DARAH SECARA UMUM

1. Tunica intima. merupakan lapisan yang kontak langsung dengan darah. Lapisan ini
dibentuk terutama oleh sel endothel.
2. Tunica media. Lapisan yang berada diantara tunika media dan adventitia, disebut juga
lapisan media. Lapisan ini terutama dibentuk oleh sel otot polos dan jaringan elastic.
3. Tunica adventitia. Merupakan Lapisan yang paling luar yang tersusun oleh jaringan ikat.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah


Fakultas Kedokteran Unmal
Rumah Sakit Umum Kabanjahe 4
REFERAT BUERGER DISEASES

Gambar 2. Histologi pembuluh darah

C. DEFINISI

Penyakit Buerger atau Tromboangitis Obliterans (TAO) adalah penyakit oklusi


kronis pembuluh darah arteri yang berukuran kecil sampai sedang. Terutama mengenai

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah


Fakultas Kedokteran Unmal
Rumah Sakit Umum Kabanjahe 5
REFERAT BUERGER DISEASES

pembuluh darah perifer ekstremitas inferior dan superior. Penyakit pembuluh darah arteri ini
bersifat segmental pada anggota gerak dan jarang pada alat-alat dalam.

Penyakit Tromboangitis Obliterans merupakan kelainan yang mengawali terjadinya


obstruksi pada pembuluh darah tangan dan kaki. Pembuluh darah mengalami konstriksi atau
obstruksi sebagian yang dikarenakan oleh inflamasi dan bekuan sehingga mengurangi aliran
darah ke jaringan.

Penyakit Buerger adalah kondisi medis jarang yang ditandai dengan adanya ulkus
pada jari-jari tangan dan jari-jari kaki, yang disertai dengan perasaan nyeri pada tangan dan
kaki. Hal ini merupakan akibat dari peradangan arteri-arteri dan vena-vena pada lengan dan
tungkai yang menyebabkan pembengkakan pembuluh-pembuluh darah pada tempat tersebut.
Penyakit ini sering kali ditemukan pada pria dengan usia antara 20 dan 40 tahun yang juga
merupakan perokok berat.

Gambar 3. Buerger Disease

D. EPIDEMIOLOGI

TAO terdapat di di manapun didunia. Tingkat kejadian TAO lebih besar di Asia
dibandingkan di Amerika atau Eropa utara dan Afrika. Sedangkan India, Indonesia, Korea,
Jepang, mempunyai insiden penyakit yang paling tinggi. Juga sering pada asia selatan dan
asia tengah.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah


Fakultas Kedokteran Unmal
Rumah Sakit Umum Kabanjahe 6
REFERAT BUERGER DISEASES

Sering terjadi pada orang yang merokok. Banyak pasien dengan penyakit buerger
adalah perokok berat, tetapi beberapa kasus terjadi pada pasien perokok sedang. Disebutkan
bahwa penyakit ini merupakan reaksi autoimun yang dipacu oleh bahan didalam rokok.
Bagaimanapun faktor resiko kardiovaskuler lain selain rokok juga penting khususnya
intoleransi glukosa. 75-90% terjadi pada pria kurang dari 45 tahun. 10-25% terjadi pada
pasien wanita. Paling sering pada umur 20-40 tahun, jarang di atas 50 tahun, kematian yang
diakibatkan oleh Penyakit Buerger masih jarang, tetapi pada pasien penyakit ini yang terus
merokok, 43% dari penderita harus melakukan satu atau lebih amputasi pada 6-7 tahun
kemudian.

Data terbaru, pada bulan Desember tahun 2004 yang dikeluarkan oleh CDC
publication, sebanyak 2002 kematian dilaporkan di Amerika Serikat berdasarkan penyebab
kematian, bulan, ras dan jenis kelamin (International Classification of Diseases, Tenth
Revision,1992), telah dilaporkan total dari 9 kematian berhubungkan dengan Tromboangitis
Obliterans, dengan perbandingan laki-laki dan perempuan adalah 2:1 dan etnis putih dan
hitam adalah 8:1.

E. ETIOLOGI
Penyebabnya tidak jelas, tetapi biasanya tidak ada faktor familial serta tidak ada
hubungannya dengan penyakit Diabetes Mellitus. Penderita penyakit ini umumnya perokok
berat yang kebanyakan mulai merokok pada usia muda, kadang pada usia sekolah .
Merokok sangat erat kaitannya dengan penyakit Buerger dan sejarah merokok adalah
salah satu kriteria untuk mendiagnosa penyakit. Karena semua perokok tidak
mengembangkan penyakit yang dianggap immunopathologenesis mungkin telah diusulkan di
Jepang bahwa kehadiran sebuah gen terkait dengan beberapa antigen HLA yang dapat
mengendalikan kerentanan terhadap penyakit.
Disebutkan adanya tromboangitis obliterans memiliki peningkatan sensitivitas selular
kolagen tipe I dan III dibandingkan pada pasien dengan aterosklerosis obliterans atau pasien
dengan kontrol normal. Kelainan ini hampir sama dengan penyakit autoimune lainnya,

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah


Fakultas Kedokteran Unmal
Rumah Sakit Umum Kabanjahe 7
REFERAT BUERGER DISEASES

Tromboangitis Obliterans dapat memiliki sebuah predisposisi genetik tanpa penyebab mutasi
gen secara langsung.

F. PATOFISIOLOGI
Sindrom Buerger disebabkan karena faktor merokok yang dapat menimbulkan
peningkatan asam pada penyakit buerger, sehingga imun meningkat dan tubuh mengalami
hipersensitivitas yang menyebabkan kepekaan selular serta meningkatkan enzim dan serum
anti endothelial. Karena meningkatnya enzim dan serum anti endothelial menyebabkan
vaskuler melemah sehingga terjadilah peningkatan HLA-A9, HLA-A54, dan HLA-B5, dan
akan mengakibatkan disfungsi vaskuler yang menimbulkan peradangan pada arteri dan vena
sehingga terbentuklah ganggren dan akhirnya akan di amputasi.

Rokok

Nikotin

Peningkatan pH asam darah

Reaksi imunologi tubuh

Hipersensitivitas seluler kolagen tipe I dan tipe II

Serum antiendotelHLA-A9, HLA-A54, dan HLA-B5

Proliferasi sel otot polos

Vasokontriksi vaskuler

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah


Fakultas Kedokteran Unmal
Rumah Sakit Umum Kabanjahe 8
REFERAT BUERGER DISEASES

Obstruksi vaskuler kurang suplai darah & O2

Peradangan arteri dan vena sianosis

injuri jaringan

Tromboangitis Obliterans
(peradangan arteri perifer)

G. MANIFESTASI KLINIS

Gambaran klinis Tromboangitis Obliterans terutama disebabkan oleh iskemia. Gejala


(symptom) yang paling sering dan utama adalah nyeri yang bermacam-macam tingkatnya.
Pengelompokan Fontaine tidak dapat digunakan disini karena nyeri terjadi justru waktu
istirahat. Nyerinya bertambah pada waktu malam dan keadaan dingin, dan akan berkurang
bila ekstremitas dalam keadaan tergantung. Serangan nyeri juga dapat bersifat paroksimal
dan sering mirip dengan gambaran penyakit Raynaud. Pada keadaan lebih lanjut, ketika telah
ada tukak atau gangren, maka nyeri sangat hebat dan menetap.

Manifestasi terdini mungkin klaudikasi (nyeri pada saat berjalan) lengkung kaki yang
patognomonik untuk penyakit Buerger. Klaudikasi kaki merupakan cermin penyakit oklusi
arteri distal yang mengenai arteri plantaris atau tibioperonea. Nyeri istirahat iskemik timbul
progresif dan bisa mengenai tidak hanya jari kaki, tetapi juga jari tangan dan jari yang
terkena bisa memperlihatkan tanda sianosis atau rubor, bila bergantung. Sering terjadi radang
lipatan kuku dan akibatnya paronikia. Infark kulit kecil bisa timbul, terutama pulpa phalang
distal yang bisa berlanjut menjadi gangren atau ulserasi kronis yang nyeri.

Tanda dan gejala lain dari penyakit ini meliputi rasa gatal dan bebal pada tungkai dan
penomena Raynaud ( suatu kondisi dimana ekstremitas distal : jari, tumit, tangan, kaki,

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah


Fakultas Kedokteran Unmal
Rumah Sakit Umum Kabanjahe 9
REFERAT BUERGER DISEASES

menjadi putih jika terkena suhu dingin). Ulkus dan gangren pada jari kaki sering terjadi pada
penyakit buerger (gambar 4). Sakit mungkin sangat terasa pada daerah yang terkena.

Gambar 4. Manifestasi Klinis Buerger Disease

Perubahan kulit seperti pada penyakit sumbatan arteri kronik lainnya kurang
nyata. Pada mulanya kulit hanya tampak memucat ringan terutama di ujung jari. Pada
fase lebih lanjut tampak vasokonstriksi yang ditandai dengan campuran pucat-sianosis-
kemerahan bila mendapat rangsangan dingin. Berbeda dengan penyakit Raynaud,
serangan iskemia disini biasanya unilateral. Pada perabaan, kulit sering terasa dingin.
Selain itu, pulsasi arteri yang rendah atau hilang merupakan tanda (sign) fisik yang
penting.

Tromboflebitis migran superfisialis dapat terjadi beberapa bulan atau tahun


sebelum tampaknya gejala sumbatan penyakit Buerger. Fase akut menunjukkan kulit
kemerahan, sedikit nyeri, dan vena teraba sebagai saluran yang mengeras sepanjang
beberapa milimeter sampai sentimeter di bawah kulit. Kelainan ini sering muncul di
beberapa tempat pada ekstremitas tersebut dan berlangsung selama beberapa
minggu.Setelah itu tampak bekas yang berbenjol-benjol. Tanda ini tidak terjadi pada
penyakit arteri oklusif, maka ini hampir patognomonik untuk tromboangitis obliterans.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah


Fakultas Kedokteran Unmal
Rumah Sakit Umum Kabanjahe 10
REFERAT BUERGER DISEASES

Gejala klinis Tromboangitis Obliterans sebenarnya cukup beragam. Ulkus dan


gangren terjadi pada fase yang lebih lanjut dan sering didahului dengan udem dan
dicetuskan oleh trauma. Daerah iskemia ini sering berbatas tegas yaitu pada ujung jari
kaki sebatas kuku. Batas ini akan mengabur bila ada infeksi sekunder mulai dari
kemerahan sampai ke tanda selulitis.

Gambar 5: merupakan gambar jari pasien penyakit Buerger yang telah terjadi gangren. Kondisi
ini sangat terasa nyeri dan dimana suatu saat dibutuhkan amputasi pada daerah yang tersebut.

Perjalanan penyakit ini khas, yaitu secara bertahap bertambah berat. Penyakit
berkembang secara intermitten, tahap demi tahap, bertambah falang demi falang, jari demi
jari. Datangnya serangan baru dan jari mana yang bakal terserang tidak dapat diramalkan.
Morbus buerger ini mungkin mengenai satu kaki atau tangan, mungkin keduanya. Penderita
biasanya kelelahan dan payah sekali karena tidurnya terganggu oleh nyeri iskemia.

H. KRITERIA DIAGNOSIS
a. Kriteria Shionoya
Yang termasuk kriteria ini yaitu riwayat merokok, usia bekum 50 tahun, memiliki
penyakit oklusi arteri infrapopliteal, flebitis migrans pada salah satu ekstremitas atas dan
tidak ada factor resiko aterosklerosis selain merokok. Seluruh criteria ini harus terpenuhi
untuk menegakkan diagnosis.
b. Kriteria Ollin

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah


Fakultas Kedokteran Unmal
Rumah Sakit Umum Kabanjahe 11
REFERAT BUERGER DISEASES

Yang termasuk kriteria ini adalah sebagai berikut :


Berumur antara 20 40 tahun
Merokok atau memiliki riwayat merokok
Ditemukan iskemik ekstremitas distal, ulkus iskemik atau gangrene, dan di
dokumentasikan oleh tes pembuluh darah non-invasif
Telah menyingkirkan penyakut autoimun lain, kondisi hiperkoagulasi, dan
diabetes mellitus dengan oemeriksaan laboraturium
Telah menyingkirkan emboli berasal dari bagian proksimal yang diketahui dari
ekhokardiografi dan arteriografi
Penemuan arteriografi yang konsisten dengan kondisi klinik pada ekstremitas
yang terlibat dan tidak terlibat
c. Kriteria Mills dan Poter
Kriteria eksklusi :
Sumber emboli proksimal
Trauma dan lesi local
Penyakit autoimun
Keadaan hiperkoagulasi
Atherosclerosis : diabetes mellitus, hiperlipidemia, hipertensi, gagal ginjal
Kriteria mayor :
Onset gejala iskemik ekstremitas distal sebelum usia 45 tahun
Pecandu rokok
Tidak ada penyakit arteri proksimal pada poplitea atau tingkat distal brakial
Dokumentasi objektif penyakit oklusi distal seperti : Doppler arteri
segmental, dan plestimografi 4 tungkai, arteriografi, dan histopatologi
Kriteria minor :
Flebitis superficial migrans
Episode berulang thrombosis local vena pada ekstremitas dan badan
Sindrom Raynaud atau Fenomena Raynaud

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah


Fakultas Kedokteran Unmal
Rumah Sakit Umum Kabanjahe 12
REFERAT BUERGER DISEASES

Sindrom Raynaud adalah penurunan aliran darah sebagai aakibat spasme arteriola
perifer sebagai respon terhadap kondisi stress atau dingin. Sindrom ini paling sering dilihat di
tangan, atau juga dapat di hidung, telinga dan lidah dalam bentuk trifasik yaitu:
1. Pucat karena vasokontriksi arterio perikapiler
2. Sianosis karena vena terisi penuh oleh darah terdeoksigenasi
3. Eritema karena reaksi hiperemi
Melibatkan ekstremitas atas
Klaudikasio saat berjalan

Diagnosis pasti penyakit Tromboangitis Obliterans sering sulit jika kondisi penyakit
ini sudah sangat parah. Ada beberapa kriteria yang dapat dijadikan kriteria diagnosis
walaupun kriteria tersebut kadang-kadang berbeda antara penulis yang satu dengan yang
lainnya.

Beberapa hal di bawah ini dapat dijadikan dasar untuk mendiagnosis penyakit
Buerger, yaitu:

1. Adanya tanda insufisiensi arteri

2. Umumnya pria dewasa muda

3. Perokok berat

4. Adanya gangren yang sukar sembuh

5. Riwayat tromboflebitis yang berpindah

6. Tidak ada tanda arterosklerosis di tempat lain

7. Yang terkena biasanya ekstremitas bawah

8. Diagnosis pasti dengan patologi anatomi

Sebagian besar pasien (70-80%) yang menderita penyakit Buerger mengalami nyeri
iskemik bagian distal saat istirahat dan atau ulkus iskemik pada tumit, kaki atau jari-jari kaki.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah
Fakultas Kedokteran Unmal
Rumah Sakit Umum Kabanjahe 13
REFERAT BUERGER DISEASES

Gambar 6. Kaki dari penderita dengan penyakit Buerger. Ulkus iskemik pada jari kaki pertama,
kedua dan kelima. Walaupun kaki kanan penderita ini kelihatan normal, dengan angiographi
aliran darah terlihat terhambat pada kedua kakinya.

Gambar 7. Tromboplebitis superficial jempol kaki pada penderita dengan penyakit buerger.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah


Fakultas Kedokteran Unmal
Rumah Sakit Umum Kabanjahe 14
REFERAT BUERGER DISEASES

Penyakit Buergers juga harus dicurigai pada penderita dengan satu atau lebih tanda
klinis berikut ini :

a. Jari iskemik yang nyeri pada ekstremitas atas dan bawah pada laki-laki dewasa muda
dengan riwayat merokok yang berat.

b. Klaudikasi kaki

c. Tromboflebitis superfisialis berulang

d. Sindrom Raynaud (jari kaki yang dingin, jari tangan yang dingin, mati rasa dan kesemutan
di daerah yang terkena, dan perubahan warna kulit menjadi putih lalu kemudian menjadi
biru)

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak terdapat pemeriksaan laboratorium yang spesifik untuk mendiagnosis penyakit


Buerger. Tidak seperti penyakit vaskulitis lainnya, reaksi fase akut (seperti angka sedimen
eritrosit dan level protein C reaktif) pasien penyakit Buerger adalah normal.

Pengujian yang direkomendasikan untuk mendiagnosis penyebab terjadinya vaskulitis


termasuk didalamnya adalah pemeriksaaan darah lengkap; uji fungsi hati; determinasi
konsentrasi serum kreatinin, peningkatan kadar gula darah dan angka sedimen, pengujian
antibody antinuclear, faktor rematoid, tanda-tanda serologi pada CREST (calcinosis cutis,
Raynaud phenomenon, sklerodaktili and telangiektasis) sindrom dan scleroderma dan
screening untuk hiperkoagulasi, screening ini meliputi pemeriksaan antibodi antifosfolipid
dan homocystein pada pasien buerger sangat dianjurkan.

Angiogram pada ekstremitas atas dan bawah dapat membantu dalam mendiagnosis
penyakit Buerger. Pada angiografii tersebut ditemukan gambaran corkscrew dari arteri
yang terjadi akibat dari kerusakan vaskular, bagian kecil arteri tersebut pada bagian
pergelangan tangan dan kaki. Angiografi juga dapat menunjukkan oklusi (hambatan) atau
stenosis (kekakuan) pada berbagai daerah dari tangan dan kaki.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah


Fakultas Kedokteran Unmal
Rumah Sakit Umum Kabanjahe 15
REFERAT BUERGER DISEASES

Gambar 8. Sebelah kiri merupakan angiogram normal. Gambar sebelah kanan merupakan
angiogram abnormal dari arteri tangan yang ditunjukkan dengan adanya gambaran khas
corkscrew pada daerah lengan. Perubahannya terjadi pada bagian kecil dari pembuluh darah
lengan kanan bawah pada gambar (distribusi arteri ulna).

Penurunan aliran darah (iskemi) pada tangan dapat dilihat pada angiogram. Keadaan
ini akan memgawali terjadinya ulkus pada tangan dan rasa nyeri.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah


Fakultas Kedokteran Unmal
Rumah Sakit Umum Kabanjahe 16
REFERAT BUERGER DISEASES

Gambar 9. hasil angiogram abnormal dari tangan

Meskipun iskemik (berkurangannya aliran darah) pada penyakit Buerger terus terjadi
pada ekstrimitas distal yang terjadi, penyakit ini tidak menyebar ke organ lainnya, tidak
seperti penyakit vaskulitis lainnya. Saat terjadi ulkus dan gangren pada jari, organ lain sperti
paru-paru, ginjal, otak, dan traktus gastrointestinal tidak terpengaruh. Penyebab hal ini terjadi
belum diketahui.

Pemeriksaan dengan Doppler dapat juga membantu dalam mendiagnosis penyakit ini,
yaitu dengan mengetahui kecepatan aliran darah dalam pembuluh darah.

Pada pemeriksaan histopatologis, lesi dini memperlihatkan oklusi pembuluh darah


oleh trombus yang mengandung PMN dan mikroabses; penebalan dinding pembuluh darah
secara difus. LCsi yang lanjut biasanya memperlihatkan infiltrasi limfosit dengan rekanalisasi.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah


Fakultas Kedokteran Unmal
Rumah Sakit Umum Kabanjahe 17
REFERAT BUERGER DISEASES

Gambar 10. Hitopatologik Buerger Disease

1. Fase akut
Terjadi oklusi oleh terbentuknya trombus berupa proliferasi endotelium tunika
intima dengan infiltrasi sel-sel lekosit.
2. Fase subakut (intermediate)
Trombus yang mulai organisasi dengan tanda-tanda peradangan ringan.
3. Fase kronis
Transformasi trombus menjadi fibrosis intraluminal serta pembentukan fibrosis
pada dinding pembuluh darah dan perivaskuler.
Metode penggambaran secara modern, seperti computerize tomography (CT) dan
Magnetic resonance imaging (MRI) dalam diagnosis dan diagnosis banding dari penyakit
Buerger masih belum dapat menjadi acuan utama. Pada pasien dengan ulkus kaki yang
dicurigai Tromboangitis Obliterans, Allen test sebaiknya dilakukan untuk mengetahui
sirkulasi darah pada tangan dan kaki.

J. DIAGNOSIS BANDING

Penyakit Buerger harus dibedakan dari penyakit oklusi arteri kronik aterosklerotik.
Keadaan terakhir ini jarang mengenai ekstremitas atas. Penyakit oklusi aterosklerotik diabetes
timbul dalam distribusi yang sama seperti Tromboangitis Obliterans, tetapi neuropati penyerta
biasanya menghalangi perkembangan klaudikasi kaki.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah


Fakultas Kedokteran Unmal
Rumah Sakit Umum Kabanjahe 18
REFERAT BUERGER DISEASES

1. Atherosclerosis obliteran

Adalah proses bertahap pengerasan dan hilangnya fleksibilitas dari arteri


sebagai akibat dari pengendapan kolesterol dan lemak di dalam lumen.

2. Takayasus arteritis

Kondisi medis yang ditandai dengan peradangan pada arteri-arteri terbesar


pada tubuh dan cabang-cabang utamanya(aorta) yang menghantarkan darah kaya
akan oksigen dari jantung ke seluruh tubuh.

3. Diabetes Melitus

Adalah penyakit yang mempengaruhi gula darah, hal ini terjadi karena
glukosa (gula sederhana) di dalam darah terlalu tinggi.

K.TERAPI (TREATMENT)
A. Terapi secara umum

Pasien dengan penyakit buerger dianjurkan untuk berhenti merokok secepatnya


dan total. Ini cukup efektif sebagai terapi. Selain itu terapi lain belum disetujui sebagai
konsesus sebagi pilihan terapi. Tujuan terapi untuk memperbaiki kualitas hidup.

Prinsip :

- menghindari dan menghentikan faktor yang memperburuk penyakit

- memperbaiki aliran darah menuju tungkai atau ekstremitas

- mengurangi rasa sakit akibat iskemi, mengobati tromboflebitis

- memperbaiki penyembuhan luka atau ulkus.

Terapi suportif antara lain, meliputi:

Pemijatan lembut dan penghangatan untuk meningkatkan sirkulasi,

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah


Fakultas Kedokteran Unmal
Rumah Sakit Umum Kabanjahe 19
REFERAT BUERGER DISEASES

Menghindari kondisi yang mengurangi sirkulasi perifer, seperti kondisi dingin,


Menghidari duduk atau berdiri pada satu posisi dalam waktu lama,
Gunakanlah alas kaki yang dapat melindungi untuk menghindari trauma kaki dan panas
atau juga luka karena kimia lainnya,
Menghindari pakaian yang ketat, dan
Lakukanlah perawatan lebih awal dan secara agresif pada lula-luka ektremis untuk
menghindari infeksi.
B. Terapi medikametosa
Aspirin dosis rendah dan obat iloprost (analog prostasiklin)
Cilostazol (PDE III inhibitor)
Naftidrofuryl (Serotonin antagonis)
Antibiotic diindikasikan untuk infeksi sekunder.
Masih dalam tahap penelitian penggunaan stem sel terapi untuk mengobati gejala yang
berhubungan dengan iskemik yang mana terapi konvensional gagal.

Pengobatan lain yang diusulkan meliputi: bosentan (endotelin antagonis)

Calcium-channel blockers, steroid, antikoagulan dan obat antiplatelet lain dikatakan
kurang efektif

Siklofosfamid : obat ini dapat meningkatkan 20 kali lipat jarak klaudikasio &
menghilangkan nyeri pada saat istirahat


Terapi gen dengan vascular endothelial growth factor (VEGF) : penyembuhan ulkus
akibat iskemi


Terapi stem cell (terapi autolog whole bone marrow stem cell (WBMSC) ) :
penyembuhan ulkus, menghilangkan nyeri iskemik, rekanalisasi arteri & me risiko
amputasi tungkai.


Spinal Cord Stimulation : menghilangkan nyeri dan penyembuhan ulkus

C. Terapi Bedah

Terapi bedah untuk penderita buerger meliputi debridement konservatif jaringan


nekrotik atau gangrenosa , amputasi konservatif dengan perlindungan panjang maksimum
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah
Fakultas Kedokteran Unmal
Rumah Sakit Umum Kabanjahe 20
REFERAT BUERGER DISEASES

bagi jari atau ekstremitas, dan kadang-kadang simpatektomi lumbalis bagi telapak tangan
atau simpatetomi jari walaupun kadang jarang bermanfaat

1. Revaskularisasi Arteri
Revaskularisasi arteri pada pasien ini juga tidak mungkin dilakukan sampai terjadi
penyembuhan pada bagian yang sakit. Keuntungan dari bedah langsung (bypass) pada
arteri distal juga msih menjadi hal yang kontroversial karena angka kegagalan
pencangkokan tinggi. Bagaimanapun juga, jika pasien memiliki bebrapa iskemik pada
pembuluh darah distal, bedah bypass dengan pengunaan vena autolog sebaiknya
dipertimbangkan.
2. Simpatektomi
Dikatakan simpaktektomi dapat mencegah amputasi. Simpatektomi dapat
dilakukan untuk menurunkan spasma arteri pada pasien penyakit Buerger. Melalui
simpatektomi dapat mengurangi nyeri pada daerah tertentu dan penyembuhan luka
ulkus pada pasien penyakit buerger tersebut, tetapi untuk jangka waktu yang lama
keuntungannya belum dapat dipastikan.
Simpatektomi lumbal dilakukan dengan cara mengangkat paling sedikit 3 buah
ganglion simpatik, yaitu Th12, L1 dan L2. Dengan ini efek vasokonstriksi akan
dihilangkan dan pembuluh darah yang masih elastis akan melebar sehingga kaki atau
tangan dirasakan lebih hangat.
3. Amputasi
Terapi bedah terakhir untuk pasien penyakit Buerger (yaitu pada pasien yang terus
mengkonsumsi tembakau) adalah amputasi tungkai tanpa penyembuhan ulcers, gangrene
yang progresif, atau nyeri yang terus-menerus serta simpatektomi dan penanganan
lainnya gagal. Hidarilah amputasi jika memungkinkan, tetapi, jika dibutuhkan,
lakukanlah operasi dengan cara menyelamatkan tungkai kaki sebanyak mungkin.
4. Penyisipan kawat Kirschner intramedulla.
Pada beberapa pasien dapat merangsang angiogenesis, penyembuhan ulkus
tungkai dan meredakan nyyeri saat istirahat.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah


Fakultas Kedokteran Unmal
Rumah Sakit Umum Kabanjahe 21
REFERAT BUERGER DISEASES

L. KOMPLIKASI
1. Gangren
Gangren adalah kematian bagian jaringan tubuh. Gangrene biasanya disebabkan
oleh suplai darah tidak adekuat, tetapi kadang kala disebabkan oleh cedera langsung
(gangrene traumatic) atau infeksi (gas gangren).

Suplai darah yang buruk dapat disebabkan oleh:


a. Penekanan pada pembuluh darah (misalnya: tunikuet, balutan yang terlalu
ketat, dan pembengkakan ekstremitas)
b. Obstruksi di dalam pembuluh darah yang sehat (misalnya: emboli arteri,
kerusakan jaringan akibat suhu rendah, jika kapiler menjadi tersumbat)
c. Spasme dinding pembuluh darah (misalnya: toksisitas ergot)
d. Thrombosis yang disebabkan oleh penyakit dinding pembuluh darah
(misalnya: arteriosklerosis pada arteri flebitis pada vena)
Gangrene kering jika terjadi aliran darah dari area yang terkena menjadi hitam
dan emasiasi. Gangrene lembab terjadi jika aliran vena tidak adekuat, sehingga jaringan
mengalami pembengkakan akibat cairan.
2. Ulkus
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir dan ulkus
adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasive kuman saprofit. Adanya kuman
saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau. Ulkus diabetikum juga merupakan salah
satu gejala klinik dan perjalanan penyakit DM dengan neuropati perifer.
M. PROGNOSIS

Pada pasien yang berhenti merokok, 94% pasien tidak perlu mengalami amputasi,
apalagi pada pasien yang berhenti merokok sebelum terjadi gangren, angka kejadian
amputasi mendekati 0%. Hal ini tentunya sangat berbeda sekali dengan pasien yang tetap
merokok, sekitar 43% dari mereka berpeluang harus diamputasi selama periode waktu 7
sampai 8 tahun kemudian, bahkan pada mereka harus dilakukan multiple amputasi. Pada
pasien ini selain umumnya dibutuhkan amputasi tungkai, pasien juga terus merasakan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah


Fakultas Kedokteran Unmal
Rumah Sakit Umum Kabanjahe 22
REFERAT BUERGER DISEASES

klaudikasi (nyeri pada saat berjalan) atau fenomena raynauds walaupun sudah benar-benar
berhenti mengkonsumi tembakau.

DAFTAR PUSTAKA

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah


Fakultas Kedokteran Unmal
Rumah Sakit Umum Kabanjahe 23
REFERAT BUERGER DISEASES

1. Sjamsuhidajat.R, Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu bedah, Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta, 2005.

2. Schwartz, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah , Penerbit Buku Kedokteran EGC,


Jakarta,2000.

3. Reksoprodjo Soelarto, Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas


Indonesia Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, 1994.

4. Doherty GM. Current Surgical Diagnosis and Treatment. USA : McGraw Hill.2006.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah


Fakultas Kedokteran Unmal
Rumah Sakit Umum Kabanjahe 24

Anda mungkin juga menyukai