BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Arteri
Arteri membawa darah dari jantung dan disebarkan ke berbagai jaringan tubuh
melalui cabang-cabangnya. Arteri yang terkecil, diameternya kurang dari 0,1 mm,
dinamakan arteriol. Persatuan cabang-cabang arteri dinamakan anastomosis. Pada arteri
tidak terdapat katup. Dan arteri anatomik merupakan pembuluh darah yang cabang-cabang
terminalnya tidak mengadakan anastomosis dengan cabang-cabang arteri yang
memperdarahi daerah yang berdekatan. End arteri fusngsional adalah pembuluh darah
yang cabang-cabang terminalnya mengadakan anastomosis dengan cabang-cabang
terminal arteri yang berdekatan, tetapi besarnya anastomosis tidak cukup untuk
mempertahankan jaringan tetap hidup bila salah satu arteri tersumbat.
2. Vena
Vena adalah pembuluh darah yang mengalirkan darah kembali ke jantung; banyak
vena mempunyai kutub. Vena yang terkecil dinamakan venula. Vena yang lebih kecil atau
cabang-cabangnya, bersatu membentuk vena yang lebih besar, yang seringkali bersatu satu
sama lain membentuk pleksus vena. Arteri profunda tipe sedang sering diikuti oleh dua
vena masing-masing pada sisi-sisinya, dan dinamakan venae cominantes.
3. Kapiler
ujung-ujung jari dan ibu jari, terdapat hubungan langsung antara arteri dan vena tanpa
diperantai kapiler. Tempat hubungan seperti ini dinamakan anastomosis arteriovenosa.
1. Tunica intima. merupakan lapisan yang kontak langsung dengan darah. Lapisan ini
dibentuk terutama oleh sel endothel.
2. Tunica media. Lapisan yang berada diantara tunika media dan adventitia, disebut juga
lapisan media. Lapisan ini terutama dibentuk oleh sel otot polos dan jaringan elastic.
3. Tunica adventitia. Merupakan Lapisan yang paling luar yang tersusun oleh jaringan ikat.
C. DEFINISI
pembuluh darah perifer ekstremitas inferior dan superior. Penyakit pembuluh darah arteri ini
bersifat segmental pada anggota gerak dan jarang pada alat-alat dalam.
Penyakit Buerger adalah kondisi medis jarang yang ditandai dengan adanya ulkus
pada jari-jari tangan dan jari-jari kaki, yang disertai dengan perasaan nyeri pada tangan dan
kaki. Hal ini merupakan akibat dari peradangan arteri-arteri dan vena-vena pada lengan dan
tungkai yang menyebabkan pembengkakan pembuluh-pembuluh darah pada tempat tersebut.
Penyakit ini sering kali ditemukan pada pria dengan usia antara 20 dan 40 tahun yang juga
merupakan perokok berat.
D. EPIDEMIOLOGI
TAO terdapat di di manapun didunia. Tingkat kejadian TAO lebih besar di Asia
dibandingkan di Amerika atau Eropa utara dan Afrika. Sedangkan India, Indonesia, Korea,
Jepang, mempunyai insiden penyakit yang paling tinggi. Juga sering pada asia selatan dan
asia tengah.
Sering terjadi pada orang yang merokok. Banyak pasien dengan penyakit buerger
adalah perokok berat, tetapi beberapa kasus terjadi pada pasien perokok sedang. Disebutkan
bahwa penyakit ini merupakan reaksi autoimun yang dipacu oleh bahan didalam rokok.
Bagaimanapun faktor resiko kardiovaskuler lain selain rokok juga penting khususnya
intoleransi glukosa. 75-90% terjadi pada pria kurang dari 45 tahun. 10-25% terjadi pada
pasien wanita. Paling sering pada umur 20-40 tahun, jarang di atas 50 tahun, kematian yang
diakibatkan oleh Penyakit Buerger masih jarang, tetapi pada pasien penyakit ini yang terus
merokok, 43% dari penderita harus melakukan satu atau lebih amputasi pada 6-7 tahun
kemudian.
Data terbaru, pada bulan Desember tahun 2004 yang dikeluarkan oleh CDC
publication, sebanyak 2002 kematian dilaporkan di Amerika Serikat berdasarkan penyebab
kematian, bulan, ras dan jenis kelamin (International Classification of Diseases, Tenth
Revision,1992), telah dilaporkan total dari 9 kematian berhubungkan dengan Tromboangitis
Obliterans, dengan perbandingan laki-laki dan perempuan adalah 2:1 dan etnis putih dan
hitam adalah 8:1.
E. ETIOLOGI
Penyebabnya tidak jelas, tetapi biasanya tidak ada faktor familial serta tidak ada
hubungannya dengan penyakit Diabetes Mellitus. Penderita penyakit ini umumnya perokok
berat yang kebanyakan mulai merokok pada usia muda, kadang pada usia sekolah .
Merokok sangat erat kaitannya dengan penyakit Buerger dan sejarah merokok adalah
salah satu kriteria untuk mendiagnosa penyakit. Karena semua perokok tidak
mengembangkan penyakit yang dianggap immunopathologenesis mungkin telah diusulkan di
Jepang bahwa kehadiran sebuah gen terkait dengan beberapa antigen HLA yang dapat
mengendalikan kerentanan terhadap penyakit.
Disebutkan adanya tromboangitis obliterans memiliki peningkatan sensitivitas selular
kolagen tipe I dan III dibandingkan pada pasien dengan aterosklerosis obliterans atau pasien
dengan kontrol normal. Kelainan ini hampir sama dengan penyakit autoimune lainnya,
Tromboangitis Obliterans dapat memiliki sebuah predisposisi genetik tanpa penyebab mutasi
gen secara langsung.
F. PATOFISIOLOGI
Sindrom Buerger disebabkan karena faktor merokok yang dapat menimbulkan
peningkatan asam pada penyakit buerger, sehingga imun meningkat dan tubuh mengalami
hipersensitivitas yang menyebabkan kepekaan selular serta meningkatkan enzim dan serum
anti endothelial. Karena meningkatnya enzim dan serum anti endothelial menyebabkan
vaskuler melemah sehingga terjadilah peningkatan HLA-A9, HLA-A54, dan HLA-B5, dan
akan mengakibatkan disfungsi vaskuler yang menimbulkan peradangan pada arteri dan vena
sehingga terbentuklah ganggren dan akhirnya akan di amputasi.
Rokok
Nikotin
Vasokontriksi vaskuler
injuri jaringan
Tromboangitis Obliterans
(peradangan arteri perifer)
G. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi terdini mungkin klaudikasi (nyeri pada saat berjalan) lengkung kaki yang
patognomonik untuk penyakit Buerger. Klaudikasi kaki merupakan cermin penyakit oklusi
arteri distal yang mengenai arteri plantaris atau tibioperonea. Nyeri istirahat iskemik timbul
progresif dan bisa mengenai tidak hanya jari kaki, tetapi juga jari tangan dan jari yang
terkena bisa memperlihatkan tanda sianosis atau rubor, bila bergantung. Sering terjadi radang
lipatan kuku dan akibatnya paronikia. Infark kulit kecil bisa timbul, terutama pulpa phalang
distal yang bisa berlanjut menjadi gangren atau ulserasi kronis yang nyeri.
Tanda dan gejala lain dari penyakit ini meliputi rasa gatal dan bebal pada tungkai dan
penomena Raynaud ( suatu kondisi dimana ekstremitas distal : jari, tumit, tangan, kaki,
menjadi putih jika terkena suhu dingin). Ulkus dan gangren pada jari kaki sering terjadi pada
penyakit buerger (gambar 4). Sakit mungkin sangat terasa pada daerah yang terkena.
Perubahan kulit seperti pada penyakit sumbatan arteri kronik lainnya kurang
nyata. Pada mulanya kulit hanya tampak memucat ringan terutama di ujung jari. Pada
fase lebih lanjut tampak vasokonstriksi yang ditandai dengan campuran pucat-sianosis-
kemerahan bila mendapat rangsangan dingin. Berbeda dengan penyakit Raynaud,
serangan iskemia disini biasanya unilateral. Pada perabaan, kulit sering terasa dingin.
Selain itu, pulsasi arteri yang rendah atau hilang merupakan tanda (sign) fisik yang
penting.
Gambar 5: merupakan gambar jari pasien penyakit Buerger yang telah terjadi gangren. Kondisi
ini sangat terasa nyeri dan dimana suatu saat dibutuhkan amputasi pada daerah yang tersebut.
Perjalanan penyakit ini khas, yaitu secara bertahap bertambah berat. Penyakit
berkembang secara intermitten, tahap demi tahap, bertambah falang demi falang, jari demi
jari. Datangnya serangan baru dan jari mana yang bakal terserang tidak dapat diramalkan.
Morbus buerger ini mungkin mengenai satu kaki atau tangan, mungkin keduanya. Penderita
biasanya kelelahan dan payah sekali karena tidurnya terganggu oleh nyeri iskemia.
H. KRITERIA DIAGNOSIS
a. Kriteria Shionoya
Yang termasuk kriteria ini yaitu riwayat merokok, usia bekum 50 tahun, memiliki
penyakit oklusi arteri infrapopliteal, flebitis migrans pada salah satu ekstremitas atas dan
tidak ada factor resiko aterosklerosis selain merokok. Seluruh criteria ini harus terpenuhi
untuk menegakkan diagnosis.
b. Kriteria Ollin
Sindrom Raynaud adalah penurunan aliran darah sebagai aakibat spasme arteriola
perifer sebagai respon terhadap kondisi stress atau dingin. Sindrom ini paling sering dilihat di
tangan, atau juga dapat di hidung, telinga dan lidah dalam bentuk trifasik yaitu:
1. Pucat karena vasokontriksi arterio perikapiler
2. Sianosis karena vena terisi penuh oleh darah terdeoksigenasi
3. Eritema karena reaksi hiperemi
Melibatkan ekstremitas atas
Klaudikasio saat berjalan
Diagnosis pasti penyakit Tromboangitis Obliterans sering sulit jika kondisi penyakit
ini sudah sangat parah. Ada beberapa kriteria yang dapat dijadikan kriteria diagnosis
walaupun kriteria tersebut kadang-kadang berbeda antara penulis yang satu dengan yang
lainnya.
Beberapa hal di bawah ini dapat dijadikan dasar untuk mendiagnosis penyakit
Buerger, yaitu:
3. Perokok berat
Sebagian besar pasien (70-80%) yang menderita penyakit Buerger mengalami nyeri
iskemik bagian distal saat istirahat dan atau ulkus iskemik pada tumit, kaki atau jari-jari kaki.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah
Fakultas Kedokteran Unmal
Rumah Sakit Umum Kabanjahe 13
REFERAT BUERGER DISEASES
Gambar 6. Kaki dari penderita dengan penyakit Buerger. Ulkus iskemik pada jari kaki pertama,
kedua dan kelima. Walaupun kaki kanan penderita ini kelihatan normal, dengan angiographi
aliran darah terlihat terhambat pada kedua kakinya.
Gambar 7. Tromboplebitis superficial jempol kaki pada penderita dengan penyakit buerger.
Penyakit Buergers juga harus dicurigai pada penderita dengan satu atau lebih tanda
klinis berikut ini :
a. Jari iskemik yang nyeri pada ekstremitas atas dan bawah pada laki-laki dewasa muda
dengan riwayat merokok yang berat.
b. Klaudikasi kaki
d. Sindrom Raynaud (jari kaki yang dingin, jari tangan yang dingin, mati rasa dan kesemutan
di daerah yang terkena, dan perubahan warna kulit menjadi putih lalu kemudian menjadi
biru)
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Angiogram pada ekstremitas atas dan bawah dapat membantu dalam mendiagnosis
penyakit Buerger. Pada angiografii tersebut ditemukan gambaran corkscrew dari arteri
yang terjadi akibat dari kerusakan vaskular, bagian kecil arteri tersebut pada bagian
pergelangan tangan dan kaki. Angiografi juga dapat menunjukkan oklusi (hambatan) atau
stenosis (kekakuan) pada berbagai daerah dari tangan dan kaki.
Gambar 8. Sebelah kiri merupakan angiogram normal. Gambar sebelah kanan merupakan
angiogram abnormal dari arteri tangan yang ditunjukkan dengan adanya gambaran khas
corkscrew pada daerah lengan. Perubahannya terjadi pada bagian kecil dari pembuluh darah
lengan kanan bawah pada gambar (distribusi arteri ulna).
Penurunan aliran darah (iskemi) pada tangan dapat dilihat pada angiogram. Keadaan
ini akan memgawali terjadinya ulkus pada tangan dan rasa nyeri.
Meskipun iskemik (berkurangannya aliran darah) pada penyakit Buerger terus terjadi
pada ekstrimitas distal yang terjadi, penyakit ini tidak menyebar ke organ lainnya, tidak
seperti penyakit vaskulitis lainnya. Saat terjadi ulkus dan gangren pada jari, organ lain sperti
paru-paru, ginjal, otak, dan traktus gastrointestinal tidak terpengaruh. Penyebab hal ini terjadi
belum diketahui.
Pemeriksaan dengan Doppler dapat juga membantu dalam mendiagnosis penyakit ini,
yaitu dengan mengetahui kecepatan aliran darah dalam pembuluh darah.
1. Fase akut
Terjadi oklusi oleh terbentuknya trombus berupa proliferasi endotelium tunika
intima dengan infiltrasi sel-sel lekosit.
2. Fase subakut (intermediate)
Trombus yang mulai organisasi dengan tanda-tanda peradangan ringan.
3. Fase kronis
Transformasi trombus menjadi fibrosis intraluminal serta pembentukan fibrosis
pada dinding pembuluh darah dan perivaskuler.
Metode penggambaran secara modern, seperti computerize tomography (CT) dan
Magnetic resonance imaging (MRI) dalam diagnosis dan diagnosis banding dari penyakit
Buerger masih belum dapat menjadi acuan utama. Pada pasien dengan ulkus kaki yang
dicurigai Tromboangitis Obliterans, Allen test sebaiknya dilakukan untuk mengetahui
sirkulasi darah pada tangan dan kaki.
J. DIAGNOSIS BANDING
Penyakit Buerger harus dibedakan dari penyakit oklusi arteri kronik aterosklerotik.
Keadaan terakhir ini jarang mengenai ekstremitas atas. Penyakit oklusi aterosklerotik diabetes
timbul dalam distribusi yang sama seperti Tromboangitis Obliterans, tetapi neuropati penyerta
biasanya menghalangi perkembangan klaudikasi kaki.
1. Atherosclerosis obliteran
2. Takayasus arteritis
3. Diabetes Melitus
Adalah penyakit yang mempengaruhi gula darah, hal ini terjadi karena
glukosa (gula sederhana) di dalam darah terlalu tinggi.
K.TERAPI (TREATMENT)
A. Terapi secara umum
Prinsip :
Terapi gen dengan vascular endothelial growth factor (VEGF) : penyembuhan ulkus
akibat iskemi
Terapi stem cell (terapi autolog whole bone marrow stem cell (WBMSC) ) :
penyembuhan ulkus, menghilangkan nyeri iskemik, rekanalisasi arteri & me risiko
amputasi tungkai.
Spinal Cord Stimulation : menghilangkan nyeri dan penyembuhan ulkus
C. Terapi Bedah
bagi jari atau ekstremitas, dan kadang-kadang simpatektomi lumbalis bagi telapak tangan
atau simpatetomi jari walaupun kadang jarang bermanfaat
1. Revaskularisasi Arteri
Revaskularisasi arteri pada pasien ini juga tidak mungkin dilakukan sampai terjadi
penyembuhan pada bagian yang sakit. Keuntungan dari bedah langsung (bypass) pada
arteri distal juga msih menjadi hal yang kontroversial karena angka kegagalan
pencangkokan tinggi. Bagaimanapun juga, jika pasien memiliki bebrapa iskemik pada
pembuluh darah distal, bedah bypass dengan pengunaan vena autolog sebaiknya
dipertimbangkan.
2. Simpatektomi
Dikatakan simpaktektomi dapat mencegah amputasi. Simpatektomi dapat
dilakukan untuk menurunkan spasma arteri pada pasien penyakit Buerger. Melalui
simpatektomi dapat mengurangi nyeri pada daerah tertentu dan penyembuhan luka
ulkus pada pasien penyakit buerger tersebut, tetapi untuk jangka waktu yang lama
keuntungannya belum dapat dipastikan.
Simpatektomi lumbal dilakukan dengan cara mengangkat paling sedikit 3 buah
ganglion simpatik, yaitu Th12, L1 dan L2. Dengan ini efek vasokonstriksi akan
dihilangkan dan pembuluh darah yang masih elastis akan melebar sehingga kaki atau
tangan dirasakan lebih hangat.
3. Amputasi
Terapi bedah terakhir untuk pasien penyakit Buerger (yaitu pada pasien yang terus
mengkonsumsi tembakau) adalah amputasi tungkai tanpa penyembuhan ulcers, gangrene
yang progresif, atau nyeri yang terus-menerus serta simpatektomi dan penanganan
lainnya gagal. Hidarilah amputasi jika memungkinkan, tetapi, jika dibutuhkan,
lakukanlah operasi dengan cara menyelamatkan tungkai kaki sebanyak mungkin.
4. Penyisipan kawat Kirschner intramedulla.
Pada beberapa pasien dapat merangsang angiogenesis, penyembuhan ulkus
tungkai dan meredakan nyyeri saat istirahat.
L. KOMPLIKASI
1. Gangren
Gangren adalah kematian bagian jaringan tubuh. Gangrene biasanya disebabkan
oleh suplai darah tidak adekuat, tetapi kadang kala disebabkan oleh cedera langsung
(gangrene traumatic) atau infeksi (gas gangren).
Pada pasien yang berhenti merokok, 94% pasien tidak perlu mengalami amputasi,
apalagi pada pasien yang berhenti merokok sebelum terjadi gangren, angka kejadian
amputasi mendekati 0%. Hal ini tentunya sangat berbeda sekali dengan pasien yang tetap
merokok, sekitar 43% dari mereka berpeluang harus diamputasi selama periode waktu 7
sampai 8 tahun kemudian, bahkan pada mereka harus dilakukan multiple amputasi. Pada
pasien ini selain umumnya dibutuhkan amputasi tungkai, pasien juga terus merasakan
klaudikasi (nyeri pada saat berjalan) atau fenomena raynauds walaupun sudah benar-benar
berhenti mengkonsumi tembakau.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat.R, Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu bedah, Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta, 2005.
4. Doherty GM. Current Surgical Diagnosis and Treatment. USA : McGraw Hill.2006.