Anda di halaman 1dari 22

The Asian Development Bank and the Organisation for Economic Co-operation and Development do not guarantee the

accuracy of this
document and accept no responsibility whatsoever for any consequences of its use. This document was obtained in March 2007.

Indonesia: Extradition Law

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA LAW OF THE REPUBLIC OF INDONESIA


NOMOR 1 TAHUN 1979 NUMBER 1, YEAR 1979
TENTANG ON
EKSTRADISI EXTRADITION

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA LAW OF THE REPUBLIC OF INDONESIA


NOMOR 1 TAHUN 1979 NUMBER 1, YEAR 1979
TENTANG ON
EKSTRADISI EXTRADITION

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WITH THE BLESSINGS FO THE ALMIGHTY GOD

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, THE PRESIDENT OF THE REPUBULIC OF INDONESIA

Menimbang: Considering:
a. bahwa Koninklijk Besluit van 8 Mei 1883 No. 26 a. That the Royal Decree of May 8, 1883, no.26 (State
(Staatsblad 1883-188) tentang "Uitlevering van Gazette 1883 188) on Extradition of Aliens is not
Vreemdelingen" tidak sesuai lagi dengan perkembangan anymore in accordance with the law-system of the
tata hukum di dalam Negara Republik Indoneisa; Republic of Indonesia;
b. bahwa berhubung dengan itu Koninkiijk Besluit van 8 b. That therefore the Royal Decree of May 8, 1983 no.26
Mei 1883 No. 26 (Staatsblad 1883 -188) tersebut perlu (State Gazette 1883 -188) Should be revoked and that,
dicabut dan sebagai gantinya perlu disusun suatu as its substitute, a new Law on extradition should be
Undang-undang baru tentang ekstradisi sesuai dengan drafted in accordance with the law-system and the
tata hukum dan peraturan perundang-undangan legislative provisions of the Republic of Indonesia.
Republik Indonesia;

Mengingat:
1. Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang In view of:
Dasar 1945; 1. Article 5, paragraph (1} and article 20, paragraph (1) of
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik the Constitution of 1945;
Indonesia Nomor IV/MPR/1978 tentang Garis-garis 2. Decree of the Consultative Congress of the Republic of
Besar Haluan Negara; Indonesia, number IV /MPR/ 1978 on Guiding Principles
3. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1961 tentang of State policy;
Ketentuan- ketentuan Pokok Kepolisian Negara 3. Act No.13, year 1961 on Principal Provisions of the State
(Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor 245, Tambahan Police (State Gazette year 1961, no.245, Supplement of
Lembaran Negara Nomor 2289); the State Gazette, no. 2289);
4. Undang-undang Nomor 15 Tahun 1961 tentang 4. Act no.15, year 1961 on Principal Provisions of the Public
Ketentuan- ketentuan Pokok Kejaksaan Republik Prosecutor of the Republic of Indonesia (State Gazette-,
Indonesia (Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor 254, year 1970, no.74, Supplement of the State Gazette,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 2298); no.2298);

ADB/OECD Anti-Corruption Initiative for Asia Pacific March 2007


www.oecd.org/corruption/asiapacific/mla asiapacific@oecd.org
Indonesia Extradition Law 2

5. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang 5. Act no.14, year 1970, on Principal provisions of the
Ketentuan- ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman Judiciary (State Gazette no.2951)
(Lembaran Negara Tahun 1970 Nomo 74, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 2951);

Dengan persetujuan With the approval of

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA The House of Representatives of the Republic of Indonesia

MEMUTUSKAN: HAS DECIDED


Dengan mencabut Koninklijk Besluit van 8 Mei 1883 No. 26 on revoking Royal Decree of May 8, 1883, no. 26 (State
(Staatsblad 1883-188) tentang "Uitlevering van Gazette 1883 188) on Extradition of Aliens
Vreemdelingen".

Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG EKSTRADISI to enact: LAW ON EXTRADITION

BAB I CHAPTER I

KETENTUAN UMUM GENERAL PROVISIONS

Pasal 1 Article 1

Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan Ekstradisi In this Law Extradition means the Surrender by one State to
adalah penyerahan oleh suatu negara kepada negara yang another state which requests the surrender of a person who is
meminta penyerahan seseorang yang disangka atau dipidana accused or convicted on account of the commission of crime
karena melakukan suatu kejahatan di luar wilayah negara outside the territory of the surrendering state and within the
yang menyerahkan dan di dalam yurisdiksi wilayah negara jurisdiction of the territory the state requesting the said
yang meminta penyerahan tersebut, karena berwenang untuk surrender based on its right to try and convict the said person.
mengadili dan memidananya.

BAB II CHAPTER II
AZAS-AZAS EKSTRADISI Principles of Extradition

Pasal 2 Article 2

(1) Ekstradisi dilakukan berdasarkan suatu perjanjian. (1) Extradition shall be granted on the basis of a treaty.
(2) Dalam hal belum ada perjanjian tersebut dalam ayat (2) In the absence of a treaty mentioned in paragraph
(1), maka ekstradisi dapat dilakukan atas dasar (1), extradition may be granted on the basis of good
hubungan baik dan jika kepentingan Negara relationship and if the interest of the State of the
Republik Indonesia menghendakinya. Republic of Indonesia so requires.

Pasal 3 Article 3

(1) Yang dapat diekstradisikan ialah orang yang oleh (1) Extradition may be granted in respect of a person,
pejabat yang berwenang dari negara asing diminta whos surrender is requested by the competent
karena disangka melakukan kejahatan atau untuk authorities of a foreign state on account of his being
menjalani pidana atau perintah penahanan. accused of committing a crime or being wanted for
the carrying out of sentence or a warrant of arrest.
(2) Ekstradisi dapat juga dilakukan terhadap orang yang (2) Extradition may also be granted in respect of a
disangka melakukan atau telah dipidana karena person who is accused or convicted on account of
melakukan pembantuan, percobaan dan abetment, attempt to or conspiracy of committing a
permufakatan jahat untuk melakukan kejahatan crime, mentioned in paragraph (I); in so far as the
tersebut dalam ayat (1), sepanjang pembantuan, said abetment, attempt and conspiracy is punishable
percobaan, dan permufakatan jahat itu dapat according to the law of the Republic of Indonesia
dipidana menurut hukum Negara Republik Indonesia and to the law the state requesting the extradition.
dan menurut hukum negara yang meminta
ekstradisi.

ADB/OECD Anti-Corruption Initiative for Asia Pacific March 2007


www.oecd.org/corruption/asiapacific/mla asiapacific@oecd.org
Indonesia Extradition Law 3

Pasal 4 Article 4

(1) Ekstradisi dilakukan terhadap kejahatan yang (1) Extradition shall be granted in respect of the crimes
tersebut dalam daftar kejahatan terlampir sebagai mentioned in the list of crimes, which is affixed as an
suatu naskah yang tidak terpisahkan dari Inseparable text to the Act.
Undang-undang ini.
(2) Ekstradisi dapat juga dilakukan atas kebijaksanaan (2) Extradition may also be granted at the discretion of
dari negara yang diminta terhadap kejahatan lain the requested state in respect of a crime not
yang tidak disebut dalam daftar kejahatan. mentioned in the list of crimes
(3) Dengan Peraturan Pemerintah, pada daftar (3) By Governmental Regulation other kinds of acts,
kejahatan yang dimaksud dalam ayat (1) dapat which have been fixed as crimes by law, may be
ditambahkan jenis perbuatan lain yang oleh added to the list of crimes, mentioned in paragraph
Undang-undang telah dinyatakan sebagai (1).
kejahatan.

Pasal 5 Article 5

(1) Ekstradisi tidak dilakukan terhadap kejahatan politik. (1) Extradition shall not be granted in respect of a
(2) Kejahatan yang pada hakekatnya lebih merupakan political crime.
kejahatan biasa daripada kejahatan politik, tidak (2) A crime, which is principally more an ordinary crime
dianggap sebagai kejahatan politik. than a political crime, shall not be considered to be a
(3) Terhadap beberapa jenis kejahatan politik tertentu political crime.
pelakunya dapat juga diekstradisikan sepanjang (3) In respect of certain kinds of political crimes the
diperjanjikan antara negara Republik Indonesia perpetrator may also be extradited in so far as it is
dengan negara yang bersangkutan. stipulated in the treaty between the Republic of
Indonesia and the country concerned.
(4) Pembunuhan atau percobaan pembunuhan (4) The taking or attempted taking of the life of a Head
terhadap kepala negara atau anggota keluarganya of State or a member of his family shall not be
tidak dianggap sebagai kejahatan politik. deemed to be a political crime.

Pasal 6 Article 6

Ekstradisi terhadap kejahatan menurut hukum pidana militer Extradition for crimes under military criminal law, which are not
yang bukan kejahatan menurut hukum pidana umum, tidak crimes under ordinary criminal law, shall not be granted,
dilakukan kecuali apabila dalam suatu perjanjian ditentukan unless it is decided otherwise in a treaty.
lain.

Pasal 7 Article 7

(1) Permintaan ekstradisi terhadap warganegara (1) A request for the extradition of a national of the
Republik Indonesia ditolak. Republic of Indonesia shall be refused.
(2) Penyimpangan terhadap ketentuan ayat (1) tersebut (2) A deviation from the provision of paragraph (1)
di atas dapat dilakukan apabila orang yang mentioned above may be made if in view of the
berasangkutan karena keadaan lebih baik diadili di circumstances it would be better if the person
tempat dilakukannya kejahatan. concerned be tried at the place of commission of the
crime.

Pasal 8 Article 8

Permintaan ekstradisi dapat ditolak jika kejahatan yang A request for extradition may be refused if the crime of which
dituduhkan dilakukan seluruhnya atau sebagiannya dalam the person is accused has been committed in whole or in part
wilayah Negara Republik Indonesia. in the territory of the Republic of Indonesia.

Pasal 9 Article 9

Permintaan ekstradisi dapat ditolak jika orang yang diminta A request for extradition may be refused if the person claimed
sedang diproses di Negara Republik Indonesia untuk is being proceeded against in the Republic of Indonesia
kejahatan yang sama. respect of the same crime.

ADB/OECD Anti-Corruption Initiative for Asia Pacific March 2007


www.oecd.org/corruption/asiapacific/mla asiapacific@oecd.org
Indonesia Extradition Law 4

Pasal 10 Article 10

Permintaan ekstradisi ditolak, jika putusan yang dijatuhkan A request for extradition shall be refused if the judgment
oleh Pengadilan Republik Indonesia yang berwenang passed by the competent court of the Republic of Indonesia in
mengenai kejahatan yang dimintakan ekstradisinya telah respect of the crime for which extradition is requested has
mempunyai kekuatan hukum yang pasti. become final.

Pasal 11 Article 11

Permintaan ekstradisi ditolak, apabila orang yang dimintakan A request for extradition shall be refused if the person claimed
ekstradisinya telah diadili dan dibebaskan atau telah selesai for extradition has been sentenced and discharged or has
menjalani pidananya di negara lain mengenai kejahatan yang served his sentence in another state in respect of the crime for
dimintakan ekstradisinya. which extraditions is requested

Pasal 12 Article 12

Permintaan ekstradisi ditolak, jika menurut hukum Negara A request for extradition shall be refused if according to the
Republik Indonesia hak untuk menuntut atau hak untuk law of the Republic of Indonesia the right to prosecute or the
melaksanakan putusan pidana telah kedaluwarsa. right to execute a penal sentence has expired by reason of
lapse of time.

Pasal 13 Article 13

Permintaan ekstradisi ditolak, jika kejahatan yang dimintakan A request for extradition shall be refused if the crime for which
ekstradisi, diancam dengan pidana mati menurut hukum extradition is requested is punishable by death under the law
negara peminta sedangkan menurut hukum Negara Republik of the requesting state, while under the law of the Republic of
Indonesia kejahatan itu tidak diancam dengan pidana mati Indonesia such crime is not punishable by death or the death-
atau pidana mati tidak selalu dilaksanakan, kecuali jika negara penalty is not normally carried out, unless the requesting
peminta memberikan jaminan yang cukup meyakinkan, bahwa country sufficiently guarantees that the death-penalty will not
pidana mati tidak akan dilaksanakan. be carried out.

Pasal 14 Article 14

Permintaan ekstradisi ditolak, jika menurut instansi yang A request for extradition shall be refused if according to the
berwenang terdapat sangkaan yang cukup kuat, bahwa orang competent authorities there are substantial grounds for
yang dimintakan ekstradisinya akan dituntut, dipidana, atau believing that the person claimed for extradition will be
dikenakan tindakan lain karena alasan yang bertalian dengan prosecuted, sentenced, or subjected to other measures, on
agamanya, keyakinan politiknya, atau kewarganegaraannya, account of his religion, political opinion or nationality, or
ataupun karena ia termasuk suku bangsa atau golongan because of his belonging to a certain race or group of the
penduduk tertentu. popu1ation.

Pasal 15 Article 15

Permintaan ekstradisi ditolak, jika orang yang dimintakan A request for extradition shall be refused if the person claimed
ekstradisi akan dituntut, dipidana, atau ditahan karena for extradition will be prosecuted, sentenced or detained on
melakukan kejahatan lain daripada kejahatan yang karenanya account of the commission of another crime than that for
ia dimintakan ekstradisinya, kecuali dengan izin Presiden. which extradition has been requested, unless with the
approval of the President.

Pasal 16 Article 16

Permintaan ekstradisi ditolak, jika orang yang dimintakan A request for extradition shall be refused if the person claimed
ekstradisinya akan diserahkan kepada negara ketiga untuk for extradition will be surrendered to a third state in respect of
kejahatan-kejahatan lain yang dilakukan sebelum ia other crimes, committed before the request for extradition.
dimintakan ekstradisi itu.

ADB/OECD Anti-Corruption Initiative for Asia Pacific March 2007


www.oecd.org/corruption/asiapacific/mla asiapacific@oecd.org
Indonesia Extradition Law 5

Pasal 17 Article 17

Permintaan ekstradisi yang telah memenuhi syarat ditunda A request for extradition, which meets the requirement, will be
apabila orang yang akan diminta sedang diperiksa atau diadili postponed if the person claimed is being proceeded against or
atau sedang menjalani pidana untuk kejahatan lain yang sentenced or is serving his sentence in respect of another
dilakukan di Indonesia. crime committed in Indonesia.

BAB III CHAPTER III


SYARAT-SYARAT PENAHANAN REQUIREMENTS FOR ARREST
YANG DIAJUKAN OLEH NEGARA PEMINTA REQUESTED BY THE REQUESTING STATE

Pasal 18 Article 18

(1) Kepala Kepolisian Republik Indonesia atau Jaksa (1) The Head of Police of the Republic of Indonesia or
Agung Republik Indonesia dapat memerintahkan the Attorney General of the Republic of Indonesia
penahanan yang dimintakan oleh Negara lain atas may order the arrest requested by another state in
dasar alasan yang mendesak jika penahanan itu case of urgency provided that the arrest is not
tidak bertentangan dengan hukum Negara Republik contrary to the law of the Republic of Indonesia.
Indonesia. (2) The requesting State shall state in its request for
(2) Dalam permintaan untuk penahanan itu, negara arrest that the documents mentioned in paragraph
peminta harus menerangkan, bahwa dokumen 22 exist and that the said state will send a request
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 22 sudah for extradition immediately within the period
tersedia dan bahwa negara tersebut segera dalam mentioned in article 21.
waktu tersebut dalam Pasal 21 akan menyampaikan
permintaan ekstradisi.

Pasal 19 Article 19

(1) Permintaan untuk penahanan disampaikan oleh (1) The request for arrest shall be sent by the
pejabat yang berwenang dari negara peminta competent authorities of the requesting to state to
kepada Kepala Kepolisian Republik Indonesia atau the Head of Police of the Republic of Indonesia or
Jaksa Agung Republik Indonesia melalui INTERPOL the Attorney General of the Republic of Indonesia
Indonesia atau melalui saluran diplomatik atau through the INTERPOL Indonesia or through the
langsung dengan pos atau telegram. diplomatic channel, or direct by post or telegraph.
(2) Pengeluaran surat perintah untuk menangkap dan (2) The issue of a warrant for the apprehension or the
atau menahan orang yang bersangkutan dilakukan arrest of the person concerned is made according to
berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam Hukum the provisions of the code of criminal procedure of
Acara Pidana Indonesia, kecuali ditentukan lain Indonesia, unless fixed otherwise as regulated in
seperti yang diatur dalam ayat (3). paragraph (3).
(3) Menyimpang dari ketentuan Hukum Acara Pidana (3) Deviating from the provisions of the code of criminal
Indonesia yang berlaku, maka terhadap mereka procedure of Indonesia in case the persons
yang melakukan kejahatan yang dapat committing an extraditable crime according to this
diekstradisikan berdasarkan undang-undang ini Law may be detained.
dapat dilakukan penahanan.

Pasal 20 Article 20

Keputusan atas permintaan penahanan diberitahukan kepada The decision on the request for arrest shall be communicated
negara peminta oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesia to the requesting state by the Head of Police of the Republic of
atau Jaksa Agung Republik Indonesia melalui INTERPOL Indonesia or the Attorney General of the Republic of Indonesia
Indonesia atau saluran diplomatik atau langsung dengan pos through the INTERPOL Indonesia or through the diplomatic
atau telegram. channel or direct by post or telegraph.

Pasal 21 Article 21

Dalam hal terhadap orang yang bersangkutan dilakukan If the person concerned is detained, the said person shall be
penahanan, maka orang tersebut dibebaskan oleh Jaksa released by The Attorney General of the Republic of Indonesia

ADB/OECD Anti-Corruption Initiative for Asia Pacific March 2007


www.oecd.org/corruption/asiapacific/mla asiapacific@oecd.org
Indonesia Extradition Law 6

Agung Republik Indonesia atau Kepala Kepolisian Republik or the Head of Police Indonesia if within a reasonable period
Indonesia jika dalam waktu yang dianggap cukup sejak starting from The date of detention, the President through the
tanggal penahanan, Presiden melalui Menteri Kehakiman Minister of Justice of Republic Indonesia does not receive the
Republik Indonesia tidak menerima permintaan ekstradisi request for extradition accompanied by the documents
beserta dokumen sebagaimana tersebut dalam Pasal 22 dari mentioned in Article 22 from requesting state.
negara peminta.

BAB IV CHAPTER IV
PERMINTAAN EKSTRADISI DAN SYARAT-SYARAT REQUEST FOR EXTRADITION AND REQUIREMENTS
YANG HARUS DIPENUHI OLEH NEGARA PEMINTA TO BE MET BY THE REQUESTING STATE

Pasal 22 Article 22

(1) Permintaan ekstradisi hanya akan dipertimbangkan, (1) The request for extradition shall be considered only
apabila memenuhi syarat-syarat seperti tersebut if the requirements mentioned in paragraph (2),
dalam ayat (2), ayat (3), dan ayat (4). paragraph (3), and paragraph (4) have been met.
(2) Surat permintaan ekstradisi harus diajukan secara (2) The request for extradition shall be sent in writing
tertulis melalui saluran diplomatik kepada Menteri through the diplomatic channel to the Minister of
Kehakiman Republik Indonesia untuk diteruskan Justice of the Republic of Indonesia in order to be
kepada Presiden. forwarded to the President.
(3) Surat permintaan ekstradisi bagi orang yang (3) The request for extradition of the person, claimed for
dimintakan ekstradisinya untuk menjalani pidana extradition wanted for the carrying out of a sentence
harus disertai: shall be supported by:
a. Lembaran asli atau salinan otentik dari a. The original or an authenticated copy of the
putusan Pengadilan yang berupa pemindahan sentence of the court, immediately
yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang enforceable;
pasti; b. Statements required for establishing the
b. Keterangan yang diperlukan untuk identity and nationality of the person claimed
menetapkan identitas dan kewarnegaraan for extradition;
orang yang dimintakan ekstradisinya; c. The original or an authenticated copy of the
c. Lembaran asli atau salinan otentik dari surat warrant of arrest issued by the competent
perintah penahanan yang dikeluarkan oleh authorities of the requesting state.
pejabat yang berwenang dari negara peminta.
(4) Surat permintaan ekstradisi bagi orang yang (4) The request for extradition for the person accused of
disangka melakukan kejahatan harus disertai: committing a crime shall be supported by:
a. Lembaran asli atau salinan otentik dari surat a. The original or an authenticated copy of the
perintah penahanan yang dikeluarkan oleh warrant of arrest issued by the competent
pejabat yang berwenang dari negara peminta; authorities of the requesting state;
b. Uraian dari kejahatan yang dimintakan b. A statement of the crime in respect with
ekstradisi, dengan menyebutkan waktu dan extradition is requested, mentioning the time
tempat kejahatan dilakukan dengan disertai and place of its commission, supported by the
bukti tertulis yang diperlukan; required written evidence
c. Teks ketentuan hukum dari negara peminta c. The text of the legal provision of the
yang dilanggar atau jika hal demikian tidak requesting state which has been violated or,
mungkin, isi dari hukum yang diterapkan; where this is not possible, the contents of the
d. Keterangan-keterangan saksi dibawah relevant law;
sumpah mengenai pengetahuannya tentang d. Statement of witness under oath concerning
kejahatan yang dilakukan; their knowledge of the committed crime;
e. Keterangan yang diperlukan untuk e. Statements required for establishing the
menetapkan identitas dan kewarganegaraan identity and nationality of the person claimed
orang yang dimintakan ekstradisinya; for extradition;
f. Permohonan pensitaan barang-barang bukti, f. A request for the seizure of property required
bila ada dan diperlukan. as evidence, if any and if necessary.

Pasal 23 Article 23

Jika menurut pertimbangan Menteri Kehakiman Republik If the Minister of Justice of the Republic of Indonesia is of the
Indonesia surat yang diserahkan itu tidak memenuhi syarat opinion that the documents handed over do not meet the

ADB/OECD Anti-Corruption Initiative for Asia Pacific March 2007


www.oecd.org/corruption/asiapacific/mla asiapacific@oecd.org
Indonesia Extradition Law 7

dalam Pasal 22 atau syarat lain yang ditetapkan dalam requirements of Article 22 or another requirements fixed in the
perjanjian, maka kepada pejabat negara peminta diberikan treaty, the authorities of the requested state are given the
kesempatan untuk melengkapi surat-surat tersebut, dalam opportunity to complete the said document within a period
jangka waktu yang dipandang cukup oleh Menteri Kehakiman considered reasonable by the Minister of Justice of the
Republik Indonesia. Republic of Indonesia.

Pasal 24 Article 24

Setelah syarat-syarat dan surat-surat dimaksud dalam Pasal If the requirements and documents mentioned in article 22 and
22 dan 23 dipenuhi, Menteri Kehakiman Republik Indonesia 23 have been satisfied, the Minister of Justice of the Republic
mengirimkan surat permintaan ekstradisi berserta surat-surat of Indonesia shall sent the request for extradition supported by
lampirannya kepada Kepala Kepolisian Republik Indonesia its appendixes to the Head of Police of the Republic of
dan Jaksa Agung Republik Indonesia untuk mengadakan Indonesia and the Attorney General of the Republic of
pemeriksaan. Indonesia in order to be examined.

BAB V CHAPTER V
PEMERIKSAAN TERHADAP ORANG YANG DIMINTAKAN INVESTIGATION OF PERSONS CLAIMED FOR
EKSTRADISI EXTRADITION

Pasal 25 Article 25

Apabila kejahatan merupakan kejahatan yang dapat If the crime is a crime upon which arrest may be imposed
dikenakan penahanan menurut Hukum Acara Pidana according to the Code of criminal procedure of Indonesia and
Indonesia dan ketentuan-ketentuan yang disebut dalam Pasal the provision mentioned in Article 19 paragraph (2) and (3),
19 ayat (2), dan (3) dan diajukan permintaan penahanan oleh and if request for the arrest has been lodged by the requesting
negara peminta, orang tersebut dikenakan penahanan. state, the said person shall be arrested.

Pasal 26 Article 26

(1) Apabila yang melakukan penahanan tersebut (1) If the said arrest has been ordered by the Police of
Kepolisian Republik Indonesia, maka setelah the Republic of Indonesia, after having received the
menerima surat permintaan ekstradisi, Kepolisian request for extradition, shall investigate the said
Republik Indonesia mengadakan pemeriksaan person on the basis of the statements or evidences
tentang orang tersebut atas dasar keterangan atau given by the requesting state.
bukti dari negara peminta. (2) The result of the investigation shall be registered in
(2) Hasil pemeriksaan dicatat dalam berita acara dan an official report and immediately be sent to the local
segera diserahkan kepada Kejaksaan Republik office of the public prosecutor of the Republic of
Indonesia setempat. Indonesia.

Pasal 27 Article 27

Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah menerima berita Seven days at the latest on receipt of the said official report,
acara tersebut, Kejaksaan dengan mengemukakan alasannya the office of the public prosecutor, while forwarding its grounds
secara tertulis, meminta kepada Pengadilan Negeri di daerah in writing, shall request the District Court of the region in which
tempat ditahannya orang itu untuk memeriksa dan kemudian the said person is detained to institute proceedings and to
menetapkan dapat atau tidaknya orang tersebut decide whether or not the said person may be surrendered.
diekstradisikan.

Pasal 28 Article 28

Perkara-perkara ekstradisi termasuk perkara-perkara yang Cases of extradition fall under priority cases.
didahulukan.

Pasal 29 Article 29

Kejaksaan menyampaikan surat penggilan kepada orang yang The office of the public prosecutor shall summon the person
bersangkutan untuk menghadap Pengadilan pada hari sidang concerned before the court at the day of session and the said
dan surat penggilan tersebut harus sudah diterima oleh orang summons shall be received by the person concerned 3 (three)

ADB/OECD Anti-Corruption Initiative for Asia Pacific March 2007


www.oecd.org/corruption/asiapacific/mla asiapacific@oecd.org
Indonesia Extradition Law 8

yang bersangkutan sekurang-kurangnya 3 (tiga) hari sebelum days at the latest before the day of session.
hari sidang.

Pasal 30 Article 30

Pada hari sidang orang yang bersangkutan harus menghadap At the day of session the person concerned shall appear
ke muka Pengadilan Negeri. before the District Court.

Pasal 31 Article 31

(1) Pemeriksaan oleh Pengadilan Negeri dilakukan (1) The hearing by the District Court shall be held in an
dalam sidang terbuka, kecuali apabila Ketua Sidang open session, unless the chairman of the session
menganggap perlu sidang dilakukan tertutup. deems it necessary to hold a closed session.
(2) Jaksa menghadiri sidang dan memberikan (2) The public prosecutor shall attend the session and
pendapatnya. deliver his opinion.

Pasal 32 Article 32

Dalam sidang terbuka Pengadilan Negeri memeriksa apakah: The District Court shall inquire in an open session whether or
not:
a. identitas dan kewarganegaraan orang yang a. the identity and nationality of the person claimed for
dimintakan ekstradisi itu sesuai dengan keterangan extradition are in conformity with the statement and
dan bukti-bukti yang diajukan oleh negara peminta; evidence forwarded by the requesting country;
b. kejahatan yang dimaksud merupakan kejahatan b. the crime concerned is an extradition crime
yang dapat di ekstradisikan menurut Pasal 4 dan according to paragraph 4 and does not constitute a
bukan merupakan kejahatan politik atau kejahatan political crime or a military crime;
militer; c. the right to prosecute or the right to execute a
c. hak penuntutan atau hak melaksanakan putusan sentence has expired by reason of lapse of time;
Pengadilan sudah atau belum kedaluwarsa; d. in respect of the crime committed by the person
d. terhadap kejahatan yang dilakukan oleh orang yang concerned, a sentence which has become final, has
bersangkutan telah atau belum dijatuhkan putusan been passed by the court;
Pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum yang e. the said crime is punishable by death in the
pasti; requesting country whereas in Indonesia it is not
e. kejahatan tersebut diancam dengan pidana mati di punishable by death;
negara peminta sedangkan di Indonesia tidak; f. the said person is being proceeded in Indonesia in
f. orang tersebut sedang diperiksa di Indonesia atas respect of the same crime.
kejahatan yang sama.

Pasal 33 Article 33

(1) Dari hasil pemeriksaan tersebut pada Pasal 32 (1) From the result of the inquiry in article 32 the court
Pengadilan menetapkan dapat atau tidaknya orang decides whether or not the person concerned will be
tersebut diekstradisikan. extradited.
(2) Penetapan tersebut beserta surat-suratnya yang (2) The said decision together with the documents
berhubungan dengan perkara itu segera diserahkan concerning the said case shall be delivered
kepada Menteri Kehakiman untuk dipakai sebagai immediately to the Minister of Justice in order to be
bahan pertimbangan penyelesaian lebih lanjut. taken into consideration for further disposal.

ADB/OECD Anti-Corruption Initiative for Asia Pacific March 2007


www.oecd.org/corruption/asiapacific/mla asiapacific@oecd.org
Indonesia Extradition Law 9

BAB VI CHAPTER VI
PENCABUTAN DAN PERPANJANGAN PENAHANAN REVOCATION AND PROLONGATION OF ARREST

Pasal 34 Article 34

Penahanan yang diperintahkan berdasarkan Pasal 25 dicabut, The arrest ordered in pursuance to article 25 shall be revoke
jika: if:
a. diperintahkan oleh Pengadilan; a. ordered so by the court;
b. sudah berjalan selama 30 (tiga puluh) hari, kecuali b. 30 (thirty) days have passed, unless prolonged by
jika diperpanjang oleh Pengadilan atas permintaan the court on request of the public prosecutor;
Jaksa; c. the request for extradition has been refused by the
c. permintaan ekstradisi ditolak oleh Presiden. President.

Pasal 35 Article 35

(1) Jangka waktu penahanan yang dimaksud dalam (1) The term of arrest mentioned in article 34 sub b may
Pasal 34 huruf b setiapkali dapat diperpanjang be prolonged each time for 30 (thirty) days.
dengan 30 (tiga puluh) hari. (2) Prolongation may only be ordered if:
(2) Perpanjangan hanya dapat dilakukan dalam hal: a. the court has not yet decided on the request for
a. belum adanya penetapan Pengadilan mengenai extradition;
permintaan ekstradisi; b. the information mentioned in article 36
b. diperlukan keterangan oleh Menteri Kehakiman paragraph (3) is requested by the Minister of
seperti dimaksud dalam Pasal 36 ayat (3); Justice;
c. ekstradisi diminta pula oleh negara lain dan c. extradition has also been requested by another
Presiden belum memberikan keputusannya; state and the President has not yet decided
d. permintaan ekstradisi sudah dikabulkan, tetapi on the request;
belum dapat dilaksanakan. d. the request for extradition has been granted but
it can not yet be executed.

BAB VII CHAPTER VII


KEPUTUSAN MENGENAI PERMINTAAN EKSTRADISI DECISION ON THE REQUEST FOR EXTRADITION

Pasal 36 Article 36

(1) Sesudah menerima penetapan Pengadilan yang (1) After having received the decision of the court
dimaksud dalam Pasal 33, Menteri Kehakiman mentioned in article 33, the Minister of Justice shall
segera menyampaikan penetapan tersebut kepada immediately send the said decision together with the
Presiden dengan disertai opinions of the Minister of Justice, the Minister of
pertimbangan-pertimbangan Menteri Kehakiman, Foreign Affairs, the Attorney General, and the Head
Menteri Luar Negeri, Jaksa Agung, dan Kepala of Police of the Republic of Indonesia, to the
Kepolisian Republik Indonesia, untuk memperoleh President, in order to obtain a decree.
keputusan. (2) After having received the decision of the court and
(2) Setelah menerima penetapan Pengadilan beserta the opinion mentioned in paragraph (1), the
pertimbangan- pertimbangan yang dimaksud dalam President orders by decree whether or not the
ayat (1), maka Presiden memutuskan dapat person concerned will be extradited.
tidaknya seseorang diekstradisikan. (3) If pursuant to the decision of the Court the request
(3) Jika menurut penetapan Pengadilan permintaan for extradition may be granted, but if the Minister of
ekstradisi dapat dikabulkan tetapi Menteri Justice of the Republic of Indonesia needs
Kehakiman Republik Indonesia memerlukan supplementary information, the Minister of Justice of
tambahan keterangan, maka Menteri Kehakiman the Republic of Indonesia required the said
Republik Indonesia meminta keterangan dimaksud information from the requesting state within a
kepada negara peminta dalam waktu yang dianggap reasonable period.
cukup. (4) The decree of the "President on the request for
(4) Keputusan Presiden mengenai permintaan extradition shall be communicated by the Minister of
ekstradisi diberitahukan oleh Menteri Kehakiman Justice of the Republic of Indonesia to the
Republik Indonesia kepada negara peminta melalui requesting state through the diplomatic channel.

ADB/OECD Anti-Corruption Initiative for Asia Pacific March 2007


www.oecd.org/corruption/asiapacific/mla asiapacific@oecd.org
Indonesia Extradition Law 10

saluran diplomatik.

Pasal 37 Article 37

Jika 2 (dua) negara atau lebih meminta ekstradisi seseorang, If extradition of a person is requested concurrently by 2 (two)
berkenaan dengan kejahatan yang sama atau yang berlainan or more countries either for the same crime or for different
dalam waktu yang bersamaan, maka dalam menolak atau crimes, in refusing or granting extradition the President shall in
mengabulkan permintaan ekstradisi Presiden dengan the interest of justice, observe the following circumstances:
mempertimbangkan demi kepentingan keadilan a. the seriousness of the crime;
memperhatikan hal-hal sebagai berikut: b. the place of commission of the crime;
a. berat ringannya kejahatan; c. the dates of the requests for extradition;
b. tempat dilakukannya kejahatan; d. the nationality of the person claimed;
c. waktu mengajukan permintaan ekstradisi; e. the possibility of extradition of the person claimed to
d. kewarganegaraan orang yang diminta; another state by the requesting state.
e. kemungkinan diekstradisikannya orang yang diminta
oleh negara peminta kepada negara lainnya.

Pasal 38 Article 38

Keputusan Presiden mengenai permintaan ekstradisi yang The decree of the President on the request for extradition
dimaksud dalam Pasal 36 oleh Menteri Kehakiman segera mentioned in article 36 Shall be sent immediately by the
diberitahukan kepada Menteri Luar Negeri, Jaksa Agung, dan Minister of Justice to the Minister of Foreign affairs the
Kepala Kepolisian Republik Indonesia. Attorney General and the Head of Police of the Republic of
Indonesia.

Pasal 39 Article 39

(1) Dalam hal tidak ada perjanjian ekstradisi antara (1) In the absence of a treaty between the requesting
negara peminta dengan Negara Republik Indonesia, state and the Republic of Indonesia, the request for
maka permintaan ekstradisi diajukan melalui saluran extradition shall be communicated through the
diplomatik, selanjutnya oleh Menteri Luar Negeri diplomatic channel, and sent by the Minister of
Republik Indonesia disampaikan kepada Menteri Foreign Affairs of the Republic of Indonesia to the
Kehakiman Republik Indonesia disertai Minister of Justice of the Republic of Indonesia,
pertimbangan-pertimbangannya. accompanied by its considerations.
(2) Menteri Kehakiman Republik Indonesia setelah (2) The Minister of Justice of the Republic of Indonesia
menerima permintaan dari negara peminta dan shall, after having received the request from the
pertimbangan dari Menteri Luar Negeri Republik requesting state and the considerations of the
Indonesia melaporkan kepada Presiden tentang Minister of Foreign Affairs of the Republic of
permintaan ekstradisi sebagaimana dimaksud ayat Indonesia, report on the request for extradition
(1) mentioned in paragraph (1) to the President.
(3) Setelah mendengar saran dan pertimbangan (3) The President may, after having considered the
Menteri Luar Negeri dan Menteri Kehakiman advise and considerations of the Minister of Foreign
Republik Indonesia mengenai permintaan ekstradisi Affairs and the Minister of Justice of the Republic of
termaksud dalam ayat (1), Presiden dapat Indonesia the request for extradition mentioned in
menyetujui atau tidak menyetujui permintaan paragraph (1), grant or refuse the said request.
tersebut. (4) In case the request for extradition mentioned in
(4) Dalam hal permintaan ekstradisi sebagaimana paragraph (1) has been granted, the President shall
dimaksud dalam ayat (1), disetujui, maka Presiden order Minister of Justice of the Republic of Indonesia
memerintahkan Menteri Kehakiman Republik to proceed in the same manner as if an extradition
Indonesia memproses lebih lanjut seperti halnya ada treaty exists between the requested state and the
perjanjian ekstradisi antara negara peminta dengan Republic of Indonesia.
Negara Republik Indonesia. (5) In case the request for extradition mentioned in
(5) Dalam hal permintaan ekstradisi sebagaimana paragraph (1) has been refused, the President shall
dimaksud dalam ayat (1) tidak disetujui, maka communicate the refusal to the Minister of Justice so
Presiden memberitahukan kepada Menteri that it will be transmitted to the Minister of Foreign
Kehakiman, untuk diteruskan kepada Menteri Luar Affairs, who shall inform it to the requested state.
Negeri yang memberitahukan hal itu kepada negara
peminta.

ADB/OECD Anti-Corruption Initiative for Asia Pacific March 2007


www.oecd.org/corruption/asiapacific/mla asiapacific@oecd.org
Indonesia Extradition Law 11

BAB VIII CHAPTER VII


PENYERAHAN ORANG YANG DIMINTAKAN EKSTRADISI SURRENDER OF THE PERSON CLAIMED FOR
EXTRADITION

Pasal 40 Article 40

(1) Jika permintaan ekstradisi disetujui, orang yang (1) If the request for extradition has been granted, the
dimintakan ekstradisi segera diserahkan kepada person claimed for extradition shall immediately be
pejabat yang bersangkutan dari negara peminta, di surrendered to the authorities concerned of the
tempat dan pada waktu yang ditetapkan oleh requesting state at the place and on the date fixed
Menteri Kehakiman Republik Indonesia. by the Minister of Justice of the Republic of
(2) Jika orang yang dimintakan ekstradisinya tidak Indonesia.
diambil pada tanggal yang ditentukan, maka ia (2) If the person claimed for extradition has not been
dapat dilepaskan sesudah lampau 15 (lima belas) taken over on the appointed date, he may be
hari dan bagaimanapun juga ia wajib dilepaskan released after the expiry of 15 (fifteen) days and
sesudah lampau 30 (tiga puluh) hari. shall in any case be released after the expiry of 30
(3) Permintaan ekstradisi berikutnya terhadap kejahatan (thirty) days.
yang sama, setelah dilampauinya waktu 30 (tiga (3) The following request for extradition for the same
puluh) hari tersebut, dapat ditolak oleh Presiden. crime, after the expiry of the said 30 (thirty) days
may be refused by the President.

Pasal 41 Article 41

(1) Jika keadaan di luar kemampuan kedua negara baik (1) If circumstances beyond the control of both states
negara peminta untuk mengambil maupun negara prevent the requesting state from taking over, or the
yang diminta untuk menyerahkan orang yang requested state from surrendering the person
bersangkutan, negara dimaksud wajib claimed, the state concerned shall notify the other
memberitahukan kepada negara lainnya dan kedua state and the two states shall agree on anew date
negara akan memutuskan bersama tanggal yang for the said taking over or surrender.
lain untuk pengambilan atau menyerahkan yang (2) In this case the provisions of article 40 paragraph
dimaksud. (3) shall apply, its period being calculated from the
(2) Dalam hal demikian berlaku ketentuan-ketentuan date mentioned in the said paragraph.
dalam Pasal 40 ayat (3) yang waktunya dihitung
sejak tanggal ditetapkan sebagaimana dimaksudkan
dalam ayat tersebut.

BAB IX CHAPTER IX
BARANG-BARANG BUKTI EVIDENCE

Pasal 42 Article 42

(1) Barang-barang yang diperlukan sebagai bukti yang (1) Property, which may be required as evidence, found
terdapat pada orang yang dimintakan ekstradisinya in the possession of the person, claimed for
dapat disita atas permintaan pejabat yang extradition may be seized at the request of the
berwenang dari negara peminta. competent authorities of the requesting state.
(2) Dalam hal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), (2) In the case mentioned in paragraph (1) the provision
berlaku ketentuan- ketentuan dalam Hukum Pidana of the Penal Code of Indonesia and the Code of
Indonesia dan Hukum Acara Pidana Indonesia Penal Procedure of Indonesia on the seizure of
mengenai penyitaan barang-barang bukti. property, as evidence shall apply.

Pasal 43 Article 43

(1) Dalam penetapannya mengenai permintaan (1) In its decision concerning the request for extradition
ekstradisi Pengadilan Negeri menetapkan pula the District Court shall also stipulate property which
barang-barang yang diserahkan kepada negara be handed over to the requesting state and which
peminta dan yang dikembalikan kepada orang yang will be returned to the person concerned.

ADB/OECD Anti-Corruption Initiative for Asia Pacific March 2007


www.oecd.org/corruption/asiapacific/mla asiapacific@oecd.org
Indonesia Extradition Law 12

bersangkutan.

(2) Pengadilan Negeri dapat menetapkan bahwa (2) The district court may stipulate that certain property
barang-barang tertentu hanya diserahkan kepada shall only be handed over to he requesting state on
negara peminta dengan syarat bahwa condition that the said property will be returned as
barang-barang tersebut segera akan dikembalikan soon as it had been used.
sesudah selesai digunakan.

BAB X CHAPTER X
PERMINTAAN EKSTRADISI OLEH PEMERINTAH REQUEST FOR EXTRADITION BY THE GOVERNMENT OF
INDONESIA INDONESIA

Pasal 44 Article 44

Apabila seseorang disangka melakukan sesuatu kejahatan If a person is accused of committing a crime or has to serve a
atau harus menjalani pidana karena melakukan sesuatu sentence on account of the commission of a crime which is
kejahatan yang dapat diekstradisikan di dalam yurisdiksi extraditable within the jurisdiction of the Republic of Indonesia
Negara Republik Indonesia dan diduga berada di negara and is suspected of being in an foreign state, the Minister of
asing, maka atas permintaan Jaksa Agung Republik Indonesia Justice of the Republic of Indonesia may on behalf of the
atau Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Menteri President, at the request of the Attorney General of the
Kehakiman Republik Indonesia atas nama Presiden dapat Republic of Indonesia or the Head of the Police of the
meminta ekstradisi orang tersebut yang diajukannya melalui Republic of Indonesia, request the extradition of the said
saluran diplomatik. person through the diplomatic channel.

Pasal 45 Article 45

Apabila orang yang dimintakan ekstradisinya tersebut dalam If the person claimed for extradition mentioned in article 44
Pasal 44 telah diserahkan oleh negara asing, orang tersebut has been surrendered by the foreign state the said person
dibawa ke Indonesia dan diserahkan kepada instansi yang shall be brought to Indonesia and be surrendered to the
berwenang. competent authorities.

Pasal 46 Article 46

Tatacara permintaan penyerahan dan penerimaan orang yang The procedure with regard to the request for extradition and
diserahkan diatur dengan Peraturan Pemerintah. the taking over of the person surrendered shall be regulated
by Governmental Regulation.

BAB XI CHAPTER XI
KETENTUAN PERALIHAN TRANSITIONAL PROVISION

Pasal 47 Article 47

Pada saat mulai berlakunya Undang-undang ini semua On the coming into force of this Law all Extradition treaties,
perjanjian ekstradisi yang telah disahkan sebelumnya adalah which have been ratified, previously shall be the extradition
perjanjian ekstradisi sebagaimana yang dimaksud dalam treaties as mentioned in this Law.
Undang-undang ini.

ADB/OECD Anti-Corruption Initiative for Asia Pacific March 2007


www.oecd.org/corruption/asiapacific/mla asiapacific@oecd.org
Indonesia Extradition Law 13

BAB XII CHAPTER XII


KETENTUAN PENUTUP CLOSING PROVISION

Pasal 48 Article 48

Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. This Law shall come into force on the date of its promulgation.

Agar supaya setiap orang mengetahuinya, memerintahkan In order that everyone may take cognizance, it is here by
pengundangan Undang-undang ini dengan penempatannya ordered that this Law be promulgated by inserting it in the
dalam lembaran Negara Republik Indonesia. State Gazette of the Republic of Indonesia.

Disahkan di Jakarta Enacted at Jakarta


pada tanggal 18 Januari 1979 On the 18th of January 1979
PRESIDEN REPUBLIK The President of the Republic
INDONESIA, of Indonesia
SOEHARTO SOEHARTO

Diundangkan di Jakarta Promulgated at Jakarta


pada tanggal 18 Januari 1979 On the 18th of January 1979
MENTERI/SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA, The Minister/Secretary of State of the Republic of Indonesia,
SUDHARMONO, SH. SUDHARMONO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN STATE GAZETTE OF THE REPUBLIC OF INDONESIA,
1979 NOMOR 2 YEAR 1979 NUMBER 2

PENJELASAN ELUCIDATION
ATAS OF
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA LAW OF THE REPUBLIC OF INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 1979 NUMBER 1, YEAR 1979
TENTANG ON
EKSTRADISI EXTRADITION

A. UMUM GENERAL
Peraturan perundang-undangan tentang ekstradisi yang The now existing legislative provisions on extradition i.e.
sekarang ada, ialah Koninklijk Besluit van 8 Mei 1883 No. 26 the Royal Decree of 8th May 1883 no.26 (State Gazette 1883 -
(Staatsblad 1883-188) tentang "Uitlevering van 188) on Extradition of Aliens, are still considered to be valid
Vreemdelingen", dianggap masih berlaku berdasarkan Pasal based on Article II of the Transitional Provision of the
11 Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar 1945. Mengingat Constitution of 1945. Considering that the said Royal Decree
Peraturan itu adalah hak legislatif dari Pemerintah Belanda is a legislative product of the Dutch government in the past
pada waktu yang lampau dan ditetapkan lebih dari 90 and has been issued more than 90 (ninety) years ago, it is
(sembilan puluh) tahun yang lalu, sudah barang tentu obvious that the said Royal Decree is not in accordance any
peraturan tersebut tidak sesuai lagi dengan tata hukum dan more with the law system and development of the independent
dengan perkembangan Negara Republik Indonesia yang Republic of Indonesia.
merdeka.
Oleh sebab itu peraturan tersebut perlu dicabut dan Therefore the said regulation should be revoked and a
disusun suatu Undang-undang Nasional yang mengatur national Law should be drafted regulating the extradition of
tentang Ekstradisi orang-orang yang disangka telah persons accused on account of committing a crime abroad
melakukan kejahatan di luar negeri melarikan diri ke and escaping to Indonesia, or for carrying out a; sentence
Indonesia, ataupun untuk menjalani pidana yang telah passed by a court.
dijatuhkan dengan putusan Pengadilan.
Undang-undang ini dimaksudkan untuk memberikan Besides, this Act should regulate the procedure of the
dasar hukum bagi pembuatan perjanjian dengan request for extradition of the Government of Indonesia to
negara-negara asing maupun untuk menyerahkan seseorang foreign state.
tanpa adanya perjanjian.
Selain dari itu dalam Undang-undang ini perlu diatur In this Law general principles known in the field of
tatacara permintaan ekstradisi oleh Pemerintah Indonesia extradition are regulated, among others:

ADB/OECD Anti-Corruption Initiative for Asia Pacific March 2007


www.oecd.org/corruption/asiapacific/mla asiapacific@oecd.org
Indonesia Extradition Law 14

kepada negara asing.


Di dalam Undang-undang ini diatur azas umum yang
dikenal dalam bidang ekstradisi, antara lain :
a. Azas kejahatan rangkap (double Criminality), yaitu a. The principle of Double Criminality, i.e. the act committed
bahwa perbuatan yang dilakukan baik oleh negara should be considered as a crime by the requesting state
peminta maupun oleh negara yang diminta dianggap as well as by the requested state. This principle is
sebagai kejahatan. Azas ini tercantum di dalam daftar mentioned in the list of the extraditable crimes affixed as
kejahatan yang dapat diekstradisikan sebagai lampiran an appendix of this Law (Article 4);
dari Undang-undang ini. (pasal 4); b. The principle, that if a certain crime is regarded by the
b. Azas jika suatu kejahatan tertentu oleh negara yang requested state as a political crime, the request for
diminta dianggap sebagai kejahatan politik maka extradition will be refused (Article5);
permintaan ekstradisi ditolak (pasal 5); c. The principle, that the requested state has the right to
c. Azas bahwa negara yang diminta mempunyai hak untuk refuse to surrender its nationals (Article 7);
tidak menyerahkan warganegaranya sendiri. (Pasal 7); d. The principle, that if the crime has been committed in
d. Azas bahwa suatu kejahatan yang telah dilakukan whole or in Part in the territory falling or is considered to
seluruhnya atau sebagian di wilayah yang termasuk atau be falling under the jurisdiction of the requested state,
tidak dianggap termasuk dalam jurisdiksi negara yang this state may refuse the request for extradition (Article
diminta, maka negara ini dapat menolak permintaan 8);
ekstradisi. (Pasal 8); e. The principle that a request for extradition may be
e. Azas bahwa suatu permintaan ekstradisi dapat ditolak refused if the Competent authorities of the requested
jika pejabat yang berwenang dari negara yang diminta state are proceeding against the person concerned in
sedang mengadakan pemeriksaan terhadap orang yang respect of the crime for which extradition has been
bersangkutan mengenai kejahatan yang dimintakan requested (Article 9);
penyerahannya. (Pasal 9); f. The principle that if in respect of a certain crime, the
f. Azas bahwa apabila terhadap suatu kejahatan tertentu, judgment passed by the competent court of the
suatu keputusan yang telah mempunyai kekuatan pasti requested state has become final, the request for
telah dijatuhkan oleh Pengadilan yang berwenang dari extradition will be refused (Article 10);
negara yang diminta, permintaan ekstradisi ditolak (non g. The principle that a person shall not be surrendered if
bis in idem). (Pasal 10); the right to prosecute or the right to execute a penal
g. Azas bahwa seseorang tidak diserahkan karena hak sentence has expired by reason of lapse of time
untuk menuntut atau hak untuk melaksanakan putusan (Article12);
pidana telah kedaluwarsa.(Pasal 12); h. The principle that the extradited person shall not be
h. Azas bahwa seseorang yang diserahkan tidak akan prosecuted, sentenced or detained on account of any
dituntut, dipidana atau ditahan untuk kejahatan apapun other crime committed prior to the extradition, than for
yang dilakukan sebelum yang bersangkutan the crime for which he has been surrendered, unless the
diekstradisikan selain dari pada untuk kejahatan untuk state requested to surrender the said person approves to
mana ia diserahkan, kecuali bila negara yang diminta it (Article 15).
untuk menyerahkan orang itu menyetujuinya. (Pasal 15).

Keputusan tentang permintaan ekstradisi adalah bukan The decision concerning request for extradition is not a
keputusan badan judikatif tapi merupakan keputusan badan decision of the judicial body but is a decision of the executive
eksekutif, oleh sebab itu pada taraf terakhir terletak dalam body, therefore as a last instance the decision lies in the
tangan Presiden, setelah mendapat nasehat juridis dari hands of the President after having received a judicial advice
Menteri Kehakiman berdasarkan penetapan Pengadilan. from the Minister of Justice based on an order of the court.
Permintaan ekstradisi diajukan kepada Presiden melalui The request for extradition is communicated to the
Menteri Kehakiman oleh Pejabat yang berwenang di negara President through the Minister of Justice by the competent
asing dengan melalui saluran diplomatik. Permintaan authorities of the alien state through the diplomatic channel.
ekstradisi tersebut harus disertai dengan dokumen yang The said request for "extradition shall be supported by the
diperlukan antara lain mengenai identitas, kewarganegaraan, required documents, among others concerning identity,
uraian tentang tindak pidana yang dituduhkan, surat nationality, statement of the crime for the commission of which
permintaan penahanan. Bagi orang yang dicari karena harus he has been accused, the request for provisional arrest.
menjalani pidananya disertai lembaran asli atau salinan If the person sought is wanted to carry out a sentence
otentik dari putusan Pengadilan dan surat permintaan the request for extradition shall be accompanied by the
penahanan. Dokumen tersebut disertai dengan bukti-bukti original or an authenticated copy of the sentence of the court
tertulis yang sah yang diperlukan. and the warrant of arrest. The said documents shall be
Apabila ada alasan-alasan yang mendesak, sebelum supported by legal written evidence.
permintaan ekstradisi diajukan, pejabat yang berwenang di In case of urgency, before the request for extradition is
Indonesia dapat menahan sementara orang yang dicari sent, the competent authorities in Indonesia may put the said
tersebut atas permintaan negara peminta. wanted person under provisional arrest on the request of the
requesting country.

ADB/OECD Anti-Corruption Initiative for Asia Pacific March 2007


www.oecd.org/corruption/asiapacific/mla asiapacific@oecd.org
Indonesia Extradition Law 15

Mengenai penahanan itu berlaku ketentuan dalam As for the said provisional arrest the provisions of the
Hukum Acara Pidana Indonesia. Apabila dalam waktu yang code of Criminal Procedure of Indonesia shall apply. If within a
cukup pantas permintaan ekstradisi tidak diajukan, maka reasonable time the request for extradition is not sent, the said
orang tersebut dibebaskan. Seperti telah diterangkan di atas person shall be released.
untuk menentukan dapat tidaknya orang itu diserahkan As it is mentioned above the decision whether or not to
Presiden mendapat nasehat yuridis dari Menteri Kehakiman surrender said person is taken by the President after having
yang didasarkan pada penetapan Pengadilan. obtained juridical advice from the Minister of Justice based on
Cara pemeriksaan di Pengadilan ini tidak merupakan a decision of the Court. The hearing in the court is not a trial
pemeriksaan peradilan seperti peradilan biasa, tetapi before the court like in a general court proceeding, but the
Pengadilan mendasarkan pemeriksaannya kepada Court bases its findings on written statements and evidences
keterangan tertulis beserta bukti-buktinya dari negara peminta from the requesting state, forwarded by the public prosecutor
yang diajukan oleh Jaksa dengan disertai pendapatnya. together with his opinion.
Setelah memeriksa keterangan-keterangan serta After having investigated the statements and juridical
syarat-syarat yuridis yang diperlukan untuk ekstradisi maka requirements for extradition, the Court decides whether the
Pengadilan menetapkan apakah orang yang bersangkutan said person may be extradited or not.
dapat diekstradisikan atau tidak.

B.PASAL DEMI PASAL B.ARTICLE BY ARTICLE.

Pasal 1 Article 1
Yang dimaksud dengan wilayah dalam pasal ini termasuk juga Territory in this article also includes places considered
tempat-tempat yang dianggap sebagai wilayah as a territory pursuant to legislative provisions, such as
berdasar peraturan perundang-undangan misalnya buildings of the embassy consulate.
gedung-gedung kedutaan/perwakilan.

Pasal 2 Article 2
Ayat (1) Paragraph (1)
Yang dimaksud dengan perjanjian dalam ayat ini, ialah Treaty in this article means a treaty concluded between
perjanjian ("treaty") yang diadakan oleh Negara Republik the Republic of Indonesia and another state, which has
Indonesia dengan negara lain dan yang ratifikasinya been ratified by Law.
dilakukan dengan Undang- undang.
Ayat (2) Paragraph (2)
Cukup jelas. Sufficiently clear

Pasal 3 Article 3
Ayat (1) Paragraph (1)
Yang dimaksud dengan melakukan kejahatan termasuk Committing a crime also includes a person who
juga orang yang ikut serta melakukan kejahatan, orang participates in committing a crime, a person who induces
yang menyuruh melakukan kejahatan, dan orang yang another person to commit a crime and a person who
menganjurkan untuk melakukan kejahatan. instigates to commit a crime.
Ayat (2) Paragraph (2)
Cukup jelas. Sufficiently clear

Pasal 4 Article 4
Ayat (1) Paragraph (1)
Pada umumnya kejahatan yang dapat diekstradisikan itu Generally extraditable crimes are serious crimes.
adalah kejahatan-kejahatan berat. Jadi tidak semua Therefore not all crimes may be extradited but it is
kejahatan dapat diekstradisikan, tapi terbatas pada limited to crimes mentioned in the list of crimes affixed to
kejahatan yang daftarnya terlampir dalam this Act.
Undang-undang ini.
Ayat (2) Paragraph (2)
Cukup jelas. Sufficiently clear
Ayat (3) Paragraph (3)
Mengingat perkembangan keadaan maka daftar Considering the changing situation the said list of crimes
kejahatan tersebut tidak selalu mencukupi kebutuhan, will not always meet our needs, so additions are
maka diadakan kemungkinan penambahan. Karena possible.
yang ditambahkan itu adalah perbuatan- perbuatan yang
telah dinyatakan sebagai kejahatan oleh Undang-
undang maka penambahan ini cukup dilakukan dengan
Peraturan Pemerintah.

ADB/OECD Anti-Corruption Initiative for Asia Pacific March 2007


www.oecd.org/corruption/asiapacific/mla asiapacific@oecd.org
Indonesia Extradition Law 16

Pasal 5 Article 5
Tidak diserahkannya seseorang pelaku kejahatan politik The refusal to surrender a person who has committed a
adalah berhubung dengan hak negara untuk memberi political crime is connected with the right of the state to
suaka politik kepada pelarian politik. Karena pengertian grant asylum to political refugees. Because of the broad
kejahatan politik itu adalah terlalu luas, maka diadakan meaning of a political crime a limitation as mentioned in
pembatasan seperti yang dimaksudkan dalam ayat (2). paragraph (2) is made.

Kejahatan yang diatur dalam ayat(4) itu sebetulnya The crime mentioned in paragraph (4) is in fact a pure
merupakan suatu kejahatan politik yang murni, tetapi political crime, but since that crime is considered to
karena kejahatan tersebut dianggap sangat dapat cause instability to the community and the state, in the
menggoyahkan masyarakat dan negara, maka untuk interest of extradition the said crime is not considered to
kepentingan ekstradisi dianggap tidak merupakan be a political crime.
kejahatan politik.
Hal ini merupakan "Attentat-clause" yang dianut pula This provision forms the Attentatclause, which is also
oleh Indonesia. followed by Indonesia.

Pasal 6 Article 6
Cukup jelas Sufficiently clear

Pasal 7 Article 7
Demi kepentingan perlindungan warganegara sendiri For the protection of one's own nationals it is deemed
maka dianggap lebih baik, apabila yang bersangkutan better if the person concerned will be tried in his own
diadili dinegaranya sendiri. Walaupun demikian ada state. However it is possible that the said person may
kemungkinan bahwa orang tersebut akan lebih baik better be tried in the other state (in the requesting state)
diadili di Negara lain (di negara peminta) mengingat due to considerations in the interest of the state, law and
pertimbangan-pertimbangan demi kepentingan negara, justice.
hukum dan keadilan. Pelaksanaan penyerahan tersebut The execution of the surrender is based on the principle
didasarkan pada azas timbal balik (resiprositas). of reciprocity.

Pasal 8 Article 8
Cukup jelas. Sufficiently clear

Pasal 9 Article 9
Yang dimaksud dengan diproses dalam pasal ini ialah "Being proceeded against" in this Article, means the
dimulai dari tingkat pemeriksaan pendahuluan, proceeding starts from the preliminary investigation, to
penuntutan dan pemeriksaan di Pengadilan. the prosecution and the trial before the court.

Pasal 10 Article 10
Ketentuan ini dimaksudkan untuk menjamin bahwa This provision is meant to guarantee a person not to be
seseorang tidak akan diadili untuk kedua kalinya untuk tried twice for the same crime (non bis in idem).
kejahatan yang sama (non bis in idem).

Pasal 11 Article 11
Yang dimaksud dengan negara lain adalah negara Another State means a third State.
ketiga.

Pasal 12 Article 12
Cukup jelas. Sufficiently clear

Pasal 13 Article 13
Meskipun hukum di negara Republik Indonesia masih Although the Republic of Indonesia recognizes the death
mengenal pidana mati dalam Kitab Undang-undang penalty in its Criminal Code, yet it is very seldom
Hukum Pidananya namun pelaksanaannya jarang sekali executed. Therefore if the crime is punishable by the
dilakukan. Oleh karena itu apabila kejahatan tersebut death penalty in the requesting State, while it is not so in
diancam dengan pidana mati di negara peminta, Indonesia it is considered to be rightful if the person
sedangkan di Indonesia tidak, dirasakan lebih adil claimed will not be extradited.
apabila orang yang diminta tidak diekstradisikan.

Pasal 14 Article 14

ADB/OECD Anti-Corruption Initiative for Asia Pacific March 2007


www.oecd.org/corruption/asiapacific/mla asiapacific@oecd.org
Indonesia Extradition Law 17

Azas ini menjamin hak-hak kebebasan manusia untuk This principle guarantees the human rights to adhere to
menganut agama dan politik, selain itu juga menghapus one's own religion and political opinion; moreover it
perbedaan kewarganegaraan, suku bangsa, dan abolishes differences of nationality, rack and group of the
golongan penduduk. population.

Pasal 15 Article 15
Pasal ini menganut azas kekhususan (rule of speciality) This principle states the rule of specialty that the
bahwa orang yang diminta hanya akan diadili atas requested person will only be judged on account of the
kejahatan yang diminta ekstradisinya, kecuali ditentukan commission of a crime for which extradition has been
lain oleh negara yang diminta. requested, unless it is decided otherwise by the
requested state.

Pasal 16 Article 16
Cukup jelas. Sufficiently clear

Pasal 17 Article 17
Cukup jelas. Sufficiently clear

Pasal 18 Article 18
Ayat (1) Paragraph (1)
Yang dimaksud dengan alasan mendesak ialah misalnya "In case of urgency" means amongst others if the wanted
orang yang dicari tersebut dikhawatirkan akan melarikan person feared to escape.
diri.
Ayat (2) Paragraph (2)
Cukup jelas, Sufficiently clear

Pasal 19 Article 19
Ayat (1) Paragraph (1)
INTERPOL Indonesia adalah Badan Kerjasama INTERPOL Indonesia is a mutual cooperative body of
Kepolisian Internasional untuk Indonesia yang dibentuk the International Police for Indonesia, which was founded
dengan Keputusan Perdana Menteri Republik Indonesia by Decree of the Prime Minister of the Republic of
Nomor 245/PM/1954, tanggal 5 Oktober 1954. Sedang Indonesia, Number 245/PM/1954, dated October 5,
yang dimaksud dengan telegram khusus adalah 1954. While telegraph means a telegrams, which the
telegram yang jelas diketahui identitas dari pengirim identity of its sender is known clearly.
telegram.
Ayat (2) Paragraph (2)
Cukup jelas. Sufficiently clear
Ayat (3) Paragraph (3)
Cukup jelas. Sufficiently clear

Pasal 20 Article 20
Cukup jelas Sufficiently clear

Pasal 21 Article 21
Waktu yang dianggap cukup akan ditentukan dalam The reasonable period will be fixed in the treaty with
perjanjian dengan sesuatu negara. another state.

Pasal 22 Article 22
Ayat (1) Paragraph (1)
Cukup jelas. Sufficiently clear
Ayat (2) Paragraph (2)
Cukup jelas. Sufficiently clear
Ayat (3) Paragraph (3)
Surat-surat dan keterangan yang dimaksudkan oleh The letters and statements mentioned in the paragraph
ayat-ayat ini adalah untuk kepentingan pemeriksaan di are for the benefit of the hearing before the Court.
Pengadilan.
Ayat (4) Paragraph (4)
Yang dimaksud dengan bukti tertulis ialah "Written evidence" means documents closely related to
dokumen-dokumen yang erat hubungannya dengan the said crime, for instance a deed of property, or if the
kejahatan tersebut, misalnya surat hak milik, atau said evidence consists of a tool, a substance or a

ADB/OECD Anti-Corruption Initiative for Asia Pacific March 2007


www.oecd.org/corruption/asiapacific/mla asiapacific@oecd.org
Indonesia Extradition Law 18

apabila bukti-bukti tersebut berupa alat, benda atau weapon, photographs of the said goods will suffice, or
senjata, cukup dengan foto-foto dari barang-barang also called copier collation. This is made with the
tersebut atau apa yang dinamakan "copie collatione". consideration that the hearing by the court in this
Hal ini mengingat bahwa pemeriksaan oleh Pengadilan extradition case is only to confirm if the said persons,
dalam hal ekstradisi ini hanya untuk menetapkan apakah based on the existing evidence may stand trial before the
orang-orang tersebut berdasarkan bukti-bukti yang ada, court. It is not to decide whether the said person is guilty
dapat diajukan ke Pengadilan, tidak memutuskan salah or not.
atau tidaknya orang tersebut.

Pasal 23 Article 23
Kesempatan untuk melengkapi surat-surat tersebut yang The opportunity to complete the documents demanded
diminta oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia by the Minister of Justice of the Republic of Indonesia is
diberikan dalam waktu yang dipandang cukup mengingat given within a period, which is considered reasonable,
jarak dan luasnya negara yang minta ekstradisi. Maka taking into account the distance, and extent of the
untuk pembatasan waktu dapat ditentukan dalam requesting state. The limitation of time may be fixed in
perjanjian yang diadakan antara Republik Indonesia the treaty made between the Republic of Indonesia and
dengan negara yang meminta ekstradisi. the requesting state.

Pasal 24 Article 24
Cukup jelas. Sufficiently clear

Pasal 25 Article 25
Cukup jelas. Sufficiently clear

Pasal 26 Article 26
Ayat (1) Paragraph (1)
Cukup jelas. Sufficiently clear
Ayat (2) Paragraph (2)
Cukup jelas Sufficiently clear

Pasal 27 Article 27
Jangka waktu 7 (tujuh) hari dianggap cukup untuk The period of 7 (seven) days is considered to be
pemeriksaan yang diperlukan oleh Kejaksaan. sufficient for the investigation required by the public
prosecutor.
Pasal 28
Perkara ekstradisi didahulukan mengingat bahwa Article 28
pemeriksaan di Pengadilan tidak dilakukan seperti Cases of extradition should be given priority given
Pengadilan biasa. because the hearing before the court is not like a
common trial.

Pasal 29 Article 29
Penentuan minimum jangka waktu 3 (tiga) hari adalah The minimum period of 3 (three) days is meant to give
dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada orang the opportunity to the person concerned to take the
yang bersangkutan untuk mengadakan necessary preparations.
persiapan-persiapan seperlunya.

Pasal 30 Article 30
Cukup jelas Sufficiently clear

Pasal 31 Article 31
Ayat (1) Paragraph (1)
Maksud dari ayat ini adalah untuk menunjukkan adanya This paragraph is to show the principle of the
azas peradilan yang bebas. independent administration of justice
Ayat (2) Paragraph (2)
Cukup jelas. Sufficiently clear

Pasal 32 Article 32
Sub a, 6, c, d, e, dan f adalah untuk melindungi hak Sub a, b, c, d, e and f are meant to protect the human
azasi manusia dalam masalah ekstradisi. Yang rights in case of extradition, Military crime in this article
dimaksud dengan kejahatan militer dalam pasal ini means a crime according to the Military Criminal Code,

ADB/OECD Anti-Corruption Initiative for Asia Pacific March 2007


www.oecd.org/corruption/asiapacific/mla asiapacific@oecd.org
Indonesia Extradition Law 19

adalah kejahatan menurut hukum pidana tentara not a crime regulated in the general Criminal Code.
(KUHPT) tetapi bukan kejahatan yang diatur di dalam
Kitab Undang-undang Hukum Pidana Umum (KUHP).

Pasal 33 Article 33
Ayat (1) Paragraph (1)
Cukup jelas. Sufficiently clear
Ayat (2) Paragraph (2)
Penetapan yang dimaksud di sini adalah merupakan The decision mentioned here is the form of a statement
bentuk dari apa yang dinyatakan oleh Pengadilan, of the court of which the contents is the opinion of the
sedang isinya adalah merupakan pernyataan dan atau court.
pendapat. Yang dimaksud dengan perkara dalam pasal "Case" in this article means problems concerning an
ini adalah masalah-masalah yang berhubungan dengan extradition.
permintaan ekstradisi.

Pasal 34 Article 34
Penahanan selama 30 (tiga puluh) hari yang dimaksud b. The arrest during 30 (thirty) days mentioned in sub b
dalam sub b meliputi penahanan oleh Kepolisian includes the arrest by the Police of the Republic of
Republik Indonesia dan penahanan oleh Kejaksaan Indonesia and the arrest by the prosecutor according to
sesuai dengan Hukum Acara Pidana Indonesia. Apabila the Code of Criminal Procedure of Indonesia. If
diperlukan, Jaksa dapat meminta perpanjangan kepada necessary the general prosecutor may apply for a
Pengadilan. Hal ini merupakan pengecualian dari Hukum prolongation to the Court.
Acara Pidana (lex specialis), mengingat bahwa masalah This is an exception of the Code of Criminal Procedure
ekstradisi harus diselesaikan dengan cepat. (lex specialis), since the extradition case has to be
settled quickly.

Pasal 35 Article 35
Ayat (1) Paragraph (1)
Cukup jelas. Sufficiently clear
Ayat (2) Paragraph (2)
Cukup jelas. Sufficiently clear

Pasal 36 Article 36
Ayat (1) Paragraph (1)
Dalam memutuskan untuk mengabulkan atau menolak In deciding to grand or to refuse an application the
permohonan, Presiden mendapat President receives opinions of officials mentioned in this
pertimbangan-pertimbangan dari pejabat-pejabat yang paragraph, each according to their importance.
tersebut dalam ayat ini, satu dan lain menurut Paragraph (2)
kepentingannya. Sufficiently clear
Ayat (2) Paragraph (3)
Cukup jelas. The classification of "the reasonable period" is the same
Ayat (3) as classification of Article 23.
Mengenai waktu yang dianggap cukup penjelasannya Paragraph (4)
sama dengan penjelasan Pasal 23. Considering the tight time limit of the request for
Ayat (4) extradition, the said Presidential Decree is taken within a
Mengingat batas waktu yang sangat ketat dalam short time.
permintaan suatu ekstradisi, maka Keputusan Presiden
tersebut diambil dalam waktu yang singkat.

Pasal 37 Article 37
Demi kepentingan keadilan maka untuk penyerahan For the sake of justice the surrender of a requested
seseorang yang diminta perlu diperhatikan syarat-syarat person the requirements mentioned in this article .sub a
sebagaimana tercantum dalam pasal ini sub a sampai up to and including sub e should be observed.
dengan e.

Pasal 38 Article 38
Mengingat hubungan diplomatik dengan negara peminta, Considering the diplomatic relations with the requesting
maka Menteri Luar Negeri Republik Indonesia state the Minister of Foreign Affairs of the Republic of
diberitahukan mengenai Keputusan Presiden tersebut. Indonesia should be informed of the said Presidential
Demikian juga Jaksa Agung dan Kepala Kepolisian Decree.

ADB/OECD Anti-Corruption Initiative for Asia Pacific March 2007


www.oecd.org/corruption/asiapacific/mla asiapacific@oecd.org
Indonesia Extradition Law 20

Republik Indonesia diberitahukan mengenai Keputusan The Attorney General and the Head of Police of the
Presiden dimaksud, mengingat instansi Kejaksaan dan Republic of Indonesia are also informed of the said
Kepolisian sejak semula telah terlibat dalam masalah Presidential Decree, since the office of the public
tersebut, yaitu dalam proses penahanan dan prosecutor and the Police are involved from the
pemeriksaan selanjutnya atas orang yang diminta untuk beginning in the said process, i.e. in the arrest and
diekstrasikan. further investigation procedures of the person requested
for extradition.

Pasal 39 Article 39
Menteri Luar Negeri Republik Indonesia perlu diminta The Minister of Foreign Affairs of the Republic of
pertimbangannya dalam hal tidak ada perjanjian Indonesia should be asked for his opinion in case there
ekstradisi, karena masalah ekstradisi tanpa adanya is no extradition treaty, because an extradition-prior to
perjanjian terlebih dahulu perlu didasarkan atas the existence of an extradition treaty should be based on
hubungan timbal balik antara negara-negara yang a reciprocal relationship between the states concerned.
bersangkutan.

Pasal 40 Article 40
Ayat (1) Paragraph (1)
Cukup jelas. Sufficiently clear
Ayat (2) Paragraph (2)
Cukup jelas. Sufficiently clear
Ayat (3) Paragraph (3)
Ketentuan-ketentuan ini dimaksudkan untuk melindungi These provisions are meant to protect the human rights
hak azasi orang yang bersangkutan. Yang dimaksud of the person concerned. The same crime in this
dengan kejahatan yang sama dalam ayat ini adalah paragraph means the crime for which extradition is
kejahatan yang dimintakan ekstradisinya dalam requested in the proceeding paragraph. The period of 30
ayat-ayat sebelumnya. Waktu 30 (tiga puluh) hari dalam (thirty) days in this paragraph is the period mentioned
ayat ini adalah waktu yang dimaksud dalam ayat (2). paragraph (2).

Pasal 41 Article 41
Cukup jelas. Sufficiently clear

Pasal 42 Article 42
Ayat (1) Paragraph (1)
Cukup jelas. Sufficiently clear
Ayat (2) Paragraph (2)
Cukup jelas. Sufficiently clear

Pasal 43 Article 43
Ayat (1) Paragraph (1)
Cukup jelas Sufficiently clear
Ayat (2) Paragraph (2)
Cukup jelas. Sufficiently clear

Pasal 44 Article 44
Pasal ini mengatur permintaan penyerahan kepada This article regulates the request for surrender to an
negara asing atas seorang yang disangka melakukan alien state of a person accused to commit a crime, for
kejahatan yang terhadapnya Negara Republik Indonesia which the Republic of Indonesia has the authority to
mempunyai wewenang mengadili menurut ketentuan judge according to the provisions on the validity of the
berlakunya Hukum Pidana Indonesia atau untuk Criminal Code of Indonesia or for serving a sentence
menjalani pidana yang dijatuhkan kepadanya oleh imposed upon him by a court in Indonesia. Foreign
Pengadilan di Indonesia. Yang dimaksud dengan negara country in this article also includes places considered to
asing dalam pasal ini termasuk juga tempat-tempat yang be a territory of the said foreign state (see further
dianggap sebagai wilayah negara asing tersebut (lihat elucidation of Article (1).
selanjutnya penjelasan Pasal 1).

Pasal 45 Article 45
Cukup jelas Sufficiently clear

Pasal 46 Article 46

ADB/OECD Anti-Corruption Initiative for Asia Pacific March 2007


www.oecd.org/corruption/asiapacific/mla asiapacific@oecd.org
Indonesia Extradition Law 21

Cukup jelas. Sufficiently clear

Pasal 47 Article 47
Perjanjian-perjanjian ekstradisi yang dimaksud dalam The extradition treaties mentioned in this article are
pasal ini ialah perjanjian-perjanjian yang dibuat antara treaties made between the government of the Republic
Pemerintah Republik Indonesia dengan Pemerintah of Indonesia and the government of Malaysia, between
Malaysia, antara Pemerintah Republik Indonesia dengan the government of the Republic of Indonesia and the
Pemerintah Republik Philippina, dan antara Pemerintah government of the Republic of the Philippines, and
Republik Indonesia dengan pemerintah Kerajaan between the government of the Republic of Indonesia
Thailand. and the Kingdom of Thailand;

Pasal 48 Article 48
Cukup jelas. Sufficiently clear.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA SUPPLEMENT OF THE STATE GAZETTE


REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3130 OF THE REPUBLIC OF INDONESIA NUMBER 3130

rooseno@kpk.go.id rooseno@kpk.go.id
LAMPIRAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 1979
TENTANG EKSTRADISI

DAFTAR KEJAHATAN YANG PELAKUNYA DAPAT


DIEKSTRADISIKAN
1.Pembunuhan.
2.Pembunuhan yang direncanakan.
3.Penganiayaan yang berakibat luka-luka berat atau matinya
orang, penganiayaan yang direncanakan dan
penganiayaan berat.
4.Perkosaan, perbuatan cabul dengan kekerasan.
5.Persetubuhan dengan seorang wanita di luar perkawinan
atau perbuatan-perbuatan cabul dengan seseorang
padahal diketahui, bahwa orang itu pingsan atau tak
berdaya atau orang itu belum berumur 15 tahun
atau belum mapu dikawin.
6.Perbuatan cabul yang dilakukan oleh orang yang cukup
umur dengan orang lain sama kelamin yang belum
cukup umur.
7.Memberikan atau mempergunakan obat-obat dan atau
alat-alat dengan maksud menyebabkan gugur atau
mati kandungan seorang wanita.
8.Melarikan wanita dengan kekerasan, ancaman kekerasan
atau tipu muslihat, dengan sengaja melarikan
seseorang yang belum cukup umur.
9.Perdagangan wanita dan perdagangan anak laki-laki yang
belum cukup umur.
10.Penculikan dan penahanan melawan hukum.
11. Perbudakan.
12.Pemerasan dan pengancaman.
13.Meniru atau memalsukan mata uang atau uang kertas
negeri atau uang kertas bank atau mengedarkan
mata uang kertas negeri atau kertas bank yang ditiru
atau dipalsukan.
14.Menyimpan atau memasukkan uang ke Indonesia yang
telah ditiru atau dipalsukan.
15.Pemalsuan dan kejahatan yang bersangkutan dengan
pemalsuan.
16.Sumpah palsu.

ADB/OECD Anti-Corruption Initiative for Asia Pacific March 2007


www.oecd.org/corruption/asiapacific/mla asiapacific@oecd.org
Indonesia Extradition Law 22

17.Penipuan.
18.Tindak pidana-tindak pidana berhubung dengan
kebangkrutan. 19. Penggelapan.
20.Pencurian, perampokan.
21.Pembakaran dengan sengaja.
22.Pengrusakan barang atau bangunan dengan sengaja.
23.Penyelundupan.
24.Setiap tindak kesengajaan yang dilakukan dengan maksud
membahayakan keselamatan kereta api, kapal laut
atau kapal terbang dengan penumpang-
penumpangnya.
25.Menenggelamkan atau merusak kapal di tengah laut.
26.Penganiayaan di atas kapal di tengah laut dengan maksud
menghilangkan nyawa atau menyebabkan luka
berat.
27.Pemberontakan atau permufakatan untuk memberontak
oleh 2 (dua) orang atau lebih di atas kapal di tengah
laut menentang kuasa nakhoda, penghasutan untuk
memberontak.
28.Pembajakan laut.
29.Pembajakan udara, kejahatan penerbangan dan kejahatan
terhadap sarana/ prasarana penerbangan.
30.Tindak Pidana Korupsi.
31.Tindak Pidana Narkotika dan obat-obat berbahaya lainnya.
32.Perbuatan-perbuatan yang melanggar Undang-undang
Senjata Api, bahan- bahan peledak dan
bahan-bahan yang menimbulkan kebakaran.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 3130

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1979


Tentang Ekstradisi (disahkan dan diundangkan pada tanggal
18 Januari 1979 melalui Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1979 Nomor 2, dan Penjelasannya dimuat dalam
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3130)

-------------------------- Akhir Dokumen --------------------------

rooseno@kpk.go.id

ADB/OECD Anti-Corruption Initiative for Asia Pacific March 2007


www.oecd.org/corruption/asiapacific/mla asiapacific@oecd.org

Anda mungkin juga menyukai