I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah adalah suatu benda alam yang berada di permukaan kulit bumi yang
tersusun atas bahan mineral sebagai hasil pelapukan batuan dan bahan organik
sebagai hasil pelapukan sisa-sisa tumbuhan dan hewan, yang terjadi akibat
pengaruh dari iklim, bahan induk, bahan organik, topografi, dan waktu. Tanah
merupakan faktor yang penting untuk kelangsungan makhluh hidup di permukaan
bumi. Tanah merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari manusia, tumbuhan
dan hewan. Selain itu tanah merupakan tempat hidup bagi manusia dan hewan juga
tempat bagi akar tanaman untuk menopang tubungnya. Tanah memiliki beberapa
sifat yakni sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Dengan melakukan pengujian atas
ketiga fungsi tersebut dapat diketahui ciri-ciri suatu tanah hingga tingkat kesubuan
tanah tersebut.
Pada fieldtrip kali ini praktikan melakukan pengamatan di kawasan hutan
pendidikan UB Forest. Pengamatan dilakukan pada semua aspek tanah yakni sifat
fisik yang meliputi struktur tanah, tekstur tanah, konsistensi, permeabilitas,
drainase, berat isi dan berat jenis, serta erosi. Lalu pengamatan juga dilakukan pada
sifat kimia yaitu indikasi kesehatan tanah. Berikutnya pengamtan dilakukan pada
sifat biologi seperti pengukuran biodiversitas yang meliputi pengamatan vegetasi,
seresah, makroorganisme, dan kascing. Serta pengamatan pedologi dan morfologi
tanah.
Hal di atas dimaksudkan agar setelah mengetahui semua aspek mengenai
sifat fisik, kimia, biologi, pedologi, maupun morfologi dapat diketahui pula
bagaimana tingkat kesuburan tanah di kawasan tersebut. Apabila telah diketahui
tingkat kesuburan tanahnya akan mempermudah menentukan potensi lahan dan
tanaman apa saja yang cocok untuk ditanam di kawasan tersebut. Dengan
melakukan pengamatan pada aspek-aspek tersebut, dapat mempermudah dalam
memberi nutrisi tambahan secara cukup.
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya fieldtrip ini yaitu untuk menerapkan teori yang
telah dipelajari pada praktikum di ruangan. Sehingga praktikan dapat
mengetahui dan mempraktekkan secara langsung bagaimana mengetahui sifat
fisik, kimia, biologi, pedologi, dan morfologi tanah.
2
1.3 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh praktikan setelah melakukan fieldtrip ini yaitu
praktikan dapat lebih mendalami teori-teori tentang tanah dengan mempraktekkan
secara langsung teori yang telah dipelajari. Setelah mendapatkan hasil dari beberapa
aspek yang diamati, praktikan dapat mengetahui potensi dari tanah di kawasan
tersebut sehingga dapat menentukan tanaman apa saja yang cocok di tanam pada
lahan tersebut.
3
II. METODOLOGI
2.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Tempat pelaksanaan : Dusun Tumpangrejo, Desa Ngenep Kecamatan,
Karangploso, Kabupaten Malang.
Waktu pelaksanaan : Pukul 07.00 10.30 WIB
2.2 Alat, Bahan dan Fungsi
2.2.1 Pengamatan Pedologi
Dalam pengamatan Pedologi diperlukan alat alat sebagai berikut:
Tabel 1. Alat Pengamatan Pedologi.
No Nama Alat Fungsi
1 Cangkul Untuk menggali tanah
2 Papras Untuk membuat penampang tanah tegak lurus
3 Pisau Lapang Untuk menusuk-nusuk bidang profil tanah,
membuat garis batas horizon dan untuk
mengambil agregat tanah
4 Buku Munsell Colour Untuk menentukan warna tanah
Chart
5 Meteran 1,5 m Untuk mengukur kedalaman tanah
6 Sabuk profil Untuk membedakan horizon yang satu dengan
yang lain
7 Form Pengamatan Untuk menuliskan hasil pengamatan
8 Botol air Untuk tempat air
9 Papan dada Untuk alas saat menulis
10 Kamera Untuk dokumentasi proses pengamatan
Menyiapkaan klinometer
d. Tekstur
Mendokumentasikan
8
e. Struktur
f. Konsistensi
Konsistensi Lembab
Konsistensi Basah
b. Struktur
c. Tekstur
d. Konsistensi
Menyiapkan alat
Siapkan alat
titik 3 jenis penggunaan lahannya adalah tanaman musiman dengan tutupan lahan
berupa tanaman cabai dan tanaman talas, pada lahan tersebut lumayan banyak
seresah yang berasal dari daun mahoni.
17
10 R 2.5/1. Tekstur
pasir berlempung,
struktur gumpal
membulat, konsistensi
23-44 cm lembab: gembur.
Konsistensi basah:
kelekatan tidak lekat,
plastisitas agak
plastis.
2,5 Y 2.5/1. Tekstur
lempung liat berpasir.
Struktur gumpal
membulat.,konsistensi
44-54 cm
lembab: gembur
Konsistensi basah:
kelekatan lekat,dan
plastisitas plastis.
Dari hasil pengamatan morfologinya, tanah horizon 0-23cm menunjukkan
warna 7,5 YR 2.5/3 sesuai buku Munsell Soil Color Chart. Teksturnya lempung
berpasir, berstruktur grandule, dengan konsistensi lembab kategori sangat gembur,
serta konsistensi basah dengan kelekatan termasuk agak lekat dan plastisitas
termasuk agak plastis. Pada horizon 23-44 cm menunjukkan warna 10 R 2.5/1
sesuai buku Munsell Soil Color Chart. Teksturnya pasir berlempung, berstruktur
gumpal membulat dengan konsistensi lembab kategori gembur, serta konsistensi
basah dengan kelekatan termasuk tidak lekat dan plastisitas termasuk agak
plastis.Dan pada horizon 44-54cm menunjukkan warna 2,5 Y 2.5/1 sesuai buku
Munsell Soil Color Chart. Teksturnya lempung liat berpasir, berstruktur gumpal
membulat, dengan konsistensi lembab kategori gembur, serta konsistensi basah
dengan kelekatan termasuk lekat dan plastisitas termasuk plastis.
20
Struktur Granular
2 Seresah
Daun Mahoni Banyak Banyak
3 Makro Organisme
Semut Sedikit Tidak ada
Kutu Tanah Sedang Sedang
4 Kascing Tidak ada Tidak ada
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan pada kedua frame didapatkan
hasil bahwa vegetasi pada sub titik 2.1 frame 1 terdapat talas dan temu kunci
dengan jumlah sedikit sedangkan tanaman kopi tidak ada. Sebaliknya pada frame
2, ditemukan kopi dan temu kunci dengan jumlah sedikit dan talas tidak ada.
Seresah yang ditemukan berupa daun mahoni pada kedua frame sama-sama
berjumlah banyak. Sementara makro organisme di kedua frame berupa semut
berjumlah sedikit pada frame 1 dan tidak ada pada frame 2. Mikro organisme
lainnya yaitu kutu tanah yang berjumlah sedang pada kedua frame. Akan tetapi,
pada kedua frame juga tidak ditemukan adanya kascing.
Sub Titik 2.2
Penggunaan Lahan Agroforestry
1 Vegetasi
Kopi Sedang Sedang
Creepping cinderella Sedang Banyak
2 Seresah
Daun Mahoni Banyak Banyak
Daun Kopi Banyak Banyak
3 Makro Organisme
Laba laba Sedikit Sedikit
Semut banyak Tidak ada
Rayap Sedikit Tidak ada
4 Kascing Tidak ada Tidak ada
Pada sub titik 2.2 atau lahan agroforestry ditemukan vegetasi creepping
cinderella yang lebih banyak di frame 2 daripada frame 1. Seresah yang
ditemukan berupa daun mahoni dan daun kopi yang pada frame 1 dan 2 berjumlah
banyak. Sementara ditemukan makro orgnisme yang lebih bnyak pada frame 1
daripada frame 2. Sedangkan kasing tidak ditemukan pada kedua frame.
24
Pengolahan lahan pH
Hasil pengukuran pH tanah atau derajat keasaman tanah pada sub 2.2 sebesar
5,896. Pada sub titik 2.1 sebesar 5,709 dan pada sub titik 2.3 sebesar 5,476. Dari
ketiga sub titik rata-rata pH tanah sebesar 5,693 termasuk pada tanah asam.
25
Kekurangan /
No. Tanaman Gejala
Kelebihan Unsur
Sub Titik 2.2 Penggunaan lahan Agroforestry
Daun berwarna
1. Talas Kekurangan N
kekuningan
Daun muda warnanya
2. Talas Kekurangan P
lebih tua
3. Talas Tanaman tumbuh kerdil Kekurangan P
Daun berwarna
4. Kopi Kekurangan N
kekuningan
5. Pakis Daun berwarna kecoklatan Kekurangan K
Sub Titik 2.1 Penggunaan lahan Hutan Produksi
1. Talas Seperti terbakar Kekurangan K
Daun muda warnanya
2. Talas Kekurangan P
lebih tua
3. Talas Daun berwarna kuning Kekurangan N
4. Pakis Daun berwarna kecoklatan Kekurangan N
5. Kopi Daun berwana kekuningan Kekurangan N
Sub Titik 2.3 Penggunaan lahan Semusim
1. Cabai Daun berwarna hijau tua Kekurangan P
2. Cabai Daun berwarna kecoklatan Kekuranagn N
Daun berwarna kuning
pada
3. Talas Bagian tepi dan ujung Kekurangan K
daun
Dari data yang didapatkan vegetasi yang mengalami defisiensi hara yang
paling dominan adalah talas, pakis dan kopi. Pada ketiga sub titik defisiensi hara
yang paling dominan adalah kekurangan unsur N atau nitrogen dan kekurangan
unsur P atau Fosfat. Gejala yang paling dominan adalah daun berwarna kekuningan
dari bagian pinggir hingga ke bagian tengah.
4.3 Pembahasan
26
Berdasarkan fieldtrip yang telah dilakukan diperoleh data yaitu pada subtitik
satu adalah lahan hutan produksi, subtitik dua adalah lahan agroforestry, dan
subtitik tiga adalah lahan semusim. Pada setiap sub titik memiliki sifat fisik yang
sama pada setiap lahan. Berdarkan hasil pengamatan bahwa sifat fisik tanah pada
ketiga sebu titik yang diamati adalah sama. Pada sub titik 1, sub titik 2, dan sub titik
tiga memiliki struktur granular. Tekstur tanah pada ketiga sub titik lahan yang
berbeda adalah lempung liat berpasir. Pengukuran konsistensi menggunakan dua
indikator yaitu konsistensi lembab dan basah. Konsistensi lembab pada ketiga sub
titik tersebut adalah gembur. Pengukuran konsistensi basah menggunakan dua
indikator yaitu kelekatan dan plastisitas. Pada pengukuran konsistensi basah,
kelekatan pada ketiga sub titik yaitu agak lekat sedangkan pengukuran konsistensi
basah bagian plastisitas pada ketiga seub titik tersebut adalah agak plastis.
Permeabilitas pada sub titik 1, sub titik 2 dan sub titik 3 adalah cepat serta drainase
pada ketiga sub titik tersebut adalah baik. Berat isi dan berat jenis pada subtitik 2.2
adalah
Pada ketiga sampel tanah tersebut memiliki struktur tanah granular. Tanah
granular memiliki sifat penyerapan air yang cepat. Hal ini sesuai dengan pendapat
Dewi et al. (2012) yang menyatakan bahwa struktur tanah granular memiliki
tingkat keporousan yang tinggi sehingga meningkatkan infiltrasi dalam tanah yang
menybebabkan air dapat mengalir dengan cepat.
Sampel tanah pada setiap subtitik yang diamati memiliki tekstur yang sama
yaitu lempung liat berpasir. Lempung liat berpasir memiliki ciri-ciri yaitu pada saat
merasakan tekstur tanah maka yang dirasakan adalah tanah terasa halus dan ada
beberapa bagian yang kasar. Hal tersebut sesuai dengan Fiantis (2007) yang
menyatakan bahwa lempung liat berpasir terasa halus dengan sedikit bagian yang
agak kasar.
Menurut Fiantis, (2007) Konsistensi tanah juga merupakan salah satu sifat
fisika tanah akibat terjadinya daya tarik menarik (kohesi) antara butir-butir tanah
atau tarik menarik (adhesi) butir tanah dengan benda lain, serta ketahanan tanah
terhadap gaya dari luar atau terhadap perubahan bentuk. Sehingga pada ketiga
sampel tanah tersebut memiliki konsistensi yang sama yaitu pada kondisi lembab
27
konsistensinya gembur. Pada keadaan basah ketiga sampel tanah memiliki tingkat
kelekatan agak lekat. Kemudian untuk plastisitas, ketiga sampel tersebut memiliki
tingkat agak plastis.
Menurut Nurwidyanto, et al (2006) menyatakan bahwa permeabilitas adalah
kemampuan medium berpori untuk meluluskan/mengalirkan fluida. Pada ketiga
sampel tanah tersebut memiliki permeabilitas cepat. Air yang jatuh ke permukaan
tanah tersebut akan langsung ke bawah dengan sangat cepat.
Hasil pengamatan berat jenis dan berat isi pada jalur dua titik dua pada hutan
produksi adalah berat jenis tanah adalah 1,73 gram dan berat isi tanah adalah 0,27
g/cm3. Hasil berat jenis tanah dengan data 1,73 gram termasuk dalam berat jenis
yang rendah yang berarti tanah organik yang berarti semakin banyak bahan organik
yang ada didalam tanah maka berat jenisnya semakin rendah. Hal ini didukung oleh
Zulkarnin et al. (2013) yang menyatakan bahwa semakin tinggi kandungan bahan
organik yang diberikan didalam tanah maka berat jenisnya akan semakin
berkurang. Bahan organik memiliki padatan lebih ringan dibanding padatan
mineral tanah sehingga berpengaruh pada berat jenis tanah.
Hasil berat isi tanah adalah 0,27 g/cm3 yang berarti bahwa tanah ini memiliki
berat isi yang rendah atau ringan sehingga tanah memiliki porositas yang tinggi
karena didalam tanah terkandung bahan organik yang banyak. Hal ini didukung
oleh Baskoro (2010) yang menyatakan bahwa peningka tkan bahan organik atau
semakin banyak tersedianya bahan organik yang ada didalam tanah menyebabkan
porositas tanah akan meningkat dan berat isi tanah akan menurun.
daun dan ranting dari pohon mahoni. Lalu makroorganisme di lahan hutan produksi
di frame 1 terdapat semut yang jumlahnya sedikit dan pada frame 2
makroorganisme ditemukan kutu tanah yang jumlanya relatif sedang. Sedangkan
pada kedua frame tidak terdapat kascing di lahan hutan produksi.
Hasil pengamatan penggunaan lahan agroforestri diketahui bahwa di lahan
tersebut terdapat vegetasi utama berupa tanaman kopi dan rumput liar berjenis
Creepping Cinderella. Pada seresah banyak didominasi oleh daun mahoni dan kopi.
Makroorganisme pada frame didominasi oleh semut serta laba-laba dan rayap
jumlahnya relatif sedikit, sedangkan di frame 2 terdapat makroorganisme berupa
laba-laba yang jumlahnya sedikit. Pada kedua frame tidak terdapat kascing.
Penanaman kopi cocok tumbuh di daerah terdapat naungan, seperti lahan
agroforestri. Hal ini sependapat dengan Hairiah et al (2003) bahwa agroforestri
sistem penanamannya menggunakan sistem multistrata, dimana sistem ini
merupakan sistem pertanian dengan tajuk bertingkat, sehingga tidak menimbulkan
persaingan dalam mendapatkan sumber makanan. Tanaman tertentu seperti kopi
dan cokelat memerlukan sedikit naungan, namun apabila terlalu banyak dinaungi
pertumbuhan dan produksinya akan terganggu.
Pada penggunaan lahan tanaman semusim, vegetasi di frame 1 didominasi
oleh tanaman cabai serta talas yang relatif sedikit, sedangkan di frame 2 terdapat
vegetasi cabai dan talas memiliki jumlah sedikit. Pada seresah frame 1 dan frame 2
keduanya banyak terdapat seresah. Makroorganisme dikedua frame berjumlah
sedikit dan kedua frame tidak terdapat kascing. Tanaman semusim termasuk dalam
siklus hara terbuka, hal ini sependapat dengan Hairiah et al (2002) sistem pertanian
memiliki siklus hara yang terbuka karena memiliki jumlah kehilangan hara yang
besar. Sehingga berdasarkan pernyataan tersebut menyebabkan aktivitas
makroorganisme terganggu atau berkurang. Hal ini sependapat dengan Purwanto
(2012) bahwa keterbukaan lahan menyebabkan hilangnya sumber energi dan
kondisi ekologi pada ekosistem tanah terganggu. Sehingga secara langsung
berdampak pada jumlah dan aktivitas organisme tanah.
Dari data-data di atas dapat disimpulkan bahwa vegetasi di lahan
agroforestri lebih banyak dibandingkan dengan lahan hutan produksi dan lahan
tanaman semusim. Untuk seresah, semua lahan, baik hutan produksi, agroforestri
dan tanaman semusim, memiliki jumlah seresah yang banyak, dengan sumber
seresah pada tiap lahan berbeda-beda. Untuk makroorganisme, lahan agroforestri
29
merupakan sumber unsur hara tanaman. Kandungan hara N, P dan K pada tanah
semusim berada pada kisaran sangat rendah sampai rendah, ini menunjukkan bahwa
apabila tanah semusim akan digunakan sebagai media tanam diperlukan input
pemupukan N, P dan K guna meningkatkan kesuburan tanah semusim sehingga bisa
digunakan bagi pertumbuhan tanaman cabai. Unsur hara N, P dan K diperlukan bagi
tanaman karena unsur N diperlukan tanaman untuk memperbaiki pertumbuhan
vegetatif dan pembentukan protein. P diperlukan tanaman untuk pembentukan
bunga, buah dan biji, mempercepat pematangan dan memperkuat batang juga
perkembangan akar. K diperlukan tanaman untuk pembentukan pati dan
mempengaruhi penyerapan hara, serta mempertinggi daya tahan terhadap
kekeringan (Hardjowigeno, 2003). Kondisi kemasaman tanah semusim yang berada
pada kisaran agak masam masih dapat ditumbuhi oleh tanaman cabai. Reaksi tanah
penting artinya ditinjau dari segi kesuburan tanah terutama dalam hal ketersediaan
unsur hara seperti P.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Dokumentasi Pengamatan Fisika Tanah
Proses Proses
Frame yang terpasang
pengamatan pemasangan frame
makro organisme
tanah
DAFTAR PUSAKA
Baskoro, Dwi Putro Tejo. 2010. Pengaruh Pemberian Bahan Humat dan Kompos
Sisa Tanaman Terhadap Sifat Fisik Tanah dan Produksi Ubi Kayu. Jurnal
Tanah dan Lingkungan12(1): 9-14
Dewi, I Gusti Ayu Surya Utami, Ni Made Trigunasih dan Tatiek Kusmawati. 2012.
Prediksi Erosi dan Perencanaan Konservasi Tanah dan Air pada Daerah
Aliran Sungai Saba. E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika 1(1):12-23
Fahmi, A. et al. 2010. Pengaruh Interaksi Hara Nitrogen dan Fosfor Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea Mays L) pada Tanah Regosol dan
Latosol. Jurnal Ilmu-Ilmu Hayati 10(3):300
Fiantis, D. 2007. Morfologi dan Klasifikasi Tanah.Sumatera Barat. Universitas
Andalas
Hairiah, Kurniatun , Sri Rahayu Utami, Betha Lusiana dan Meine van Noordwijk.
2002. Neraca Hara Dan Karbon Dalam Sistem Agroforestri.
https://www.worldagroforestry.org/downloads/WaNuLCAS/LectureNotes/L
ectureNote6.pdf
Hairiah, Kurniatun, M. A. Sardjono, S. Sabarnurdin. 2003. Sistem Agroforestri.
Bogor. ICRAF
Hardjowigeno. 2007. Kriteria Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Departemen
Pertanian
Nurwidyanto, M. Irham, Meida Yustiana dan Sugeng Widada. 2006. Pengaru
Ukuran Butir Terhadap Porositas dan Permeabilitas pada Batu Pasir. Jurnal
Berkala Fisika 9(4):191-195
Purwanto, Mohamad Eko. 2012. Perbandingan Sifat Kimia Dan Biologi Tanah
Akibat Keterbukaan Lahan Pada Hutan Reboisasi Pinus Di Kecamatan
Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan Sumatera Utara. Bogor. Institut
Pertanian Bogor
Rahmi, Siti. Yusran. Husain Umar. 2014. Sifat Kimia Tanah pada Berbagai Tipe
Penggunaan Lahan di Desa Bobo Kecamatan Palolo Kabupaten Sigi. Jurnal
Warta Rimba 2(1): 88-95
Sugandi, D. 2015. Budidaya Tanaman Umbi-Umbian. Bengkulu: Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu
Yamani, Ahmad. 2010. Analisis Kadar Hara Makro dalam Tanah pada Tanaman
Agroforestri di Desa Tambun Raya Kalimantan Tengah. Jurnal Analisis
Kadar Hara 11(30): 37-46
Zulkarnain, Maulana, Budi Prasetya, dan Soemarno.2013. Pengaruh Kompos,
Pupuk Kandang, dan Custom-Bio terhadap Sifat Tanah , Pertumbuhan dan
Hasil Tebu (Saccharum officinarum L.) pada Entisol di Kebun Ngrangkah-
Pawon, Kediri). Indonesian Green Technology Journal 2(1):46-52
33
34
35