Anda di halaman 1dari 35

1

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah adalah suatu benda alam yang berada di permukaan kulit bumi yang
tersusun atas bahan mineral sebagai hasil pelapukan batuan dan bahan organik
sebagai hasil pelapukan sisa-sisa tumbuhan dan hewan, yang terjadi akibat
pengaruh dari iklim, bahan induk, bahan organik, topografi, dan waktu. Tanah
merupakan faktor yang penting untuk kelangsungan makhluh hidup di permukaan
bumi. Tanah merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari manusia, tumbuhan
dan hewan. Selain itu tanah merupakan tempat hidup bagi manusia dan hewan juga
tempat bagi akar tanaman untuk menopang tubungnya. Tanah memiliki beberapa
sifat yakni sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Dengan melakukan pengujian atas
ketiga fungsi tersebut dapat diketahui ciri-ciri suatu tanah hingga tingkat kesubuan
tanah tersebut.
Pada fieldtrip kali ini praktikan melakukan pengamatan di kawasan hutan
pendidikan UB Forest. Pengamatan dilakukan pada semua aspek tanah yakni sifat
fisik yang meliputi struktur tanah, tekstur tanah, konsistensi, permeabilitas,
drainase, berat isi dan berat jenis, serta erosi. Lalu pengamatan juga dilakukan pada
sifat kimia yaitu indikasi kesehatan tanah. Berikutnya pengamtan dilakukan pada
sifat biologi seperti pengukuran biodiversitas yang meliputi pengamatan vegetasi,
seresah, makroorganisme, dan kascing. Serta pengamatan pedologi dan morfologi
tanah.
Hal di atas dimaksudkan agar setelah mengetahui semua aspek mengenai
sifat fisik, kimia, biologi, pedologi, maupun morfologi dapat diketahui pula
bagaimana tingkat kesuburan tanah di kawasan tersebut. Apabila telah diketahui
tingkat kesuburan tanahnya akan mempermudah menentukan potensi lahan dan
tanaman apa saja yang cocok untuk ditanam di kawasan tersebut. Dengan
melakukan pengamatan pada aspek-aspek tersebut, dapat mempermudah dalam
memberi nutrisi tambahan secara cukup.
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya fieldtrip ini yaitu untuk menerapkan teori yang
telah dipelajari pada praktikum di ruangan. Sehingga praktikan dapat
mengetahui dan mempraktekkan secara langsung bagaimana mengetahui sifat
fisik, kimia, biologi, pedologi, dan morfologi tanah.
2

1.3 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh praktikan setelah melakukan fieldtrip ini yaitu
praktikan dapat lebih mendalami teori-teori tentang tanah dengan mempraktekkan
secara langsung teori yang telah dipelajari. Setelah mendapatkan hasil dari beberapa
aspek yang diamati, praktikan dapat mengetahui potensi dari tanah di kawasan
tersebut sehingga dapat menentukan tanaman apa saja yang cocok di tanam pada
lahan tersebut.
3

II. METODOLOGI
2.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Tempat pelaksanaan : Dusun Tumpangrejo, Desa Ngenep Kecamatan,
Karangploso, Kabupaten Malang.
Waktu pelaksanaan : Pukul 07.00 10.30 WIB
2.2 Alat, Bahan dan Fungsi
2.2.1 Pengamatan Pedologi
Dalam pengamatan Pedologi diperlukan alat alat sebagai berikut:
Tabel 1. Alat Pengamatan Pedologi.
No Nama Alat Fungsi
1 Cangkul Untuk menggali tanah
2 Papras Untuk membuat penampang tanah tegak lurus
3 Pisau Lapang Untuk menusuk-nusuk bidang profil tanah,
membuat garis batas horizon dan untuk
mengambil agregat tanah
4 Buku Munsell Colour Untuk menentukan warna tanah
Chart
5 Meteran 1,5 m Untuk mengukur kedalaman tanah
6 Sabuk profil Untuk membedakan horizon yang satu dengan
yang lain
7 Form Pengamatan Untuk menuliskan hasil pengamatan
8 Botol air Untuk tempat air
9 Papan dada Untuk alas saat menulis
10 Kamera Untuk dokumentasi proses pengamatan

2.2.2 Pengamatan Fisika Tanah


Dalam pengamatan sifat fisika tanah diperlukan alat alat sebagai berikut:
Tabel 2. Alat Pengamatan Sifat Fisika Tanah.
No. Alat Fungsi
1. Cetok Untuk mengambil sampel tanah
2. Kamera Untuk mendokumentasikan pengamatan
3. Alat Tulis Untuk mencatat hasil pengamatan
4

No. Bahan Fungsi


Untuk mengukur erosi dan membasahi
1. Air
tanah
2. Kamera Untuk mendokumentasikan pengamatan

2.2.3 Pengamatan Biologi Tanah


Dalam pengamatan sifat biologi tanah diperlukan alat alat sebagai berikut:
Tabel 3. Alat Pengamatan Sifat Biologi Tanah.
No. Alat dan Bahan Fungsi
1. Frame 50x50 cm Tempat Pengamatan
2. Penggaris Besi Mengukur ketebalan seresah
3. Cetok Menggali tanah
4. Alat tulis Mencatat hasil pengamatan
5. Kamera atau HP Dokumentasi

2.2.4 Pengamatan Kimia Tanah


Dalam pengamatan sifat biologi tanah diperlukan alat alat sebagai berikut:
Tabel 4. Alat Pengamatan Sifat Kimia Tanah.
No. Alat Fungsi

1. Alat tulis Untuk mencatat hasil pengamatan

2. Kamera Untuk mendokumentasikan pengamatan

3. Fialfilm Sebagai tempat sampel tanah

No. Bahan Fungsi

1. Vegetasi Sebagai objek pengamatan


Sampel
2. Sebagai objek pengamatan
tanah
5

2.3 Langkah langkah Pengamatan


2.3.1 Pegamatan Tanah (Pedologi)
a. Mengukur Kemiringan dan Arah Lereng

Menyiapkaan klinometer

Mencari tempat pijakan dengan tanah yang datar

Memilih pohon yang setara dengan mata pengamat

Menggunakan klinometer dan melihat ketinggian

Mencatat hasil pengamatan


6

b. Metode Penentuan Horizon pada Penampang

Menyiapkan alat dan bahan

Mengambil sampel tanah yang akan diamati

Mematahkan agregat tanah yang telah diambil agar dapat


melihat warna asli tanah

Menyiapkan buku Munsell Soil Colour Chart tanah sebagai


pedoman pengamatan warna tanah

Meletakkan agregat tanah dan membandingkan warna tanah


pada buku Munsell Soil Colour Chart

Mencatat kode yang terdapat dalam lembaran buku, yaitu


Hue, Valeu, dan Chroma.

Mencatat warna tanah pada lembar pengamatan


7

c. Penentuan Warna Tanah

Menyiapkan alat dan bahan

Mencari tempat pijakan dengan tanah yang datar

Menusuk-nusuk horizon tanah menggunakan pisau lapang


dengan kekuatan yang konstan

Memberi tanda dengan menggaris horizon pada tingkat


kekerasan horizon yang berbeda

Menggunakan klinometer dan melihat ketinggian

Mencatat hasil pengamatan

d. Tekstur

Mengambil tanah pada tiap-tiap bagian lapisan tanah

Memberi sedikit air pada setiap sampel tanah yang diambil

Merasakan tekstur tanah tersebut dengan menggunakan ibu


jari dan telunjuk tangan

Mencatat hasil pengamatan tekstur pada tiap buku

Mendokumentasikan
8

e. Struktur

Mengambil sampel tanah

Merasakan tekstur tanah tersebut dengan menggunakan


ibujari dan telunjuk tangan

Membandingkan struktur sampel tanah dengan modul

Melakukan pencatatan hasil dan dokumentasi

f. Konsistensi
Konsistensi Lembab

Menyiapkan Alat dan Bahan

Mengambil agregat tanah

Menambahkan air pada agregat tanah samapai lembab

Memijat agregat tanah dan merasakan konsistensi


lembabnya
9

Konsistensi Basah

Menyiapkan Alat dan Bahan

Mengambil sampel tanah

Menambahkan air pada sampel tanah sampai basah

Memijat sampel tanah dengan ibu jari dan telunjuk ,


merasakan kelekatannya dengan menempel dan melepas
ibu jari dan telunjuk

Membuat gulungan pita tanah dengan diameter sekitar


0,5 cm dan panjang 5 cm

2.3.2. Pengamatan Sifat Fisik Tanah


a. Pengamatan Erosi

Mencari titik lokasi untuk pengamatan erosi

Membersihkan titik dari seresah

Mengambil air dan tuangkan secara perlahan

Mengamati tingkat erosi yang terjadi pada titik lokasi

Mencatat hasilnya pengamatan dan dokumentasi


10

b. Struktur

Mengambil segenggam tanah

Merasakan struktur tanah

Mengklasifikasikan tanah sesuai dengan tipe struktur


tanah

Mencatat hasil dan mendokumentasikannya

c. Tekstur

Mengambil sampel tanah yang akan diamati

Merasakan tektur tanah

Mengidentifikasikasi tektur tanah

Mencatat hasil dan mendokumentasikan tekstur yang


tanah yang diamati
11

d. Konsistensi

Mengambil segenggam tanah

Merasakan konsistensi tanah

Mengklasifikasikan keadaan konsistensi tanah

Mencatat hasil dan mendokumentasikannya

Mengambil segenggam tanah

Menambahkan air hingga tanah basah

Merasakan konsistensi tanah

Mengklasifikasikan keadaan konsistensi tanah

e. Drainase dan Permeabilitas

Mencari titik lokasi untuk pengamatan erosi

Membersihkan titik dari seresah

Mengambil air dan tuangkan secara perlahan

Mengamati tingkat drainase dan permeabilitas pada


titik lokasi

Mencatat hasilnya pengamatan dan dokumentasi


12

f. Pengambilan Sampel Tanah Utuh

Menyiapkan alat

Mencari lokasi yang jauh dari banguna, irigasi,


pemakaman dan belum terinjak

Menyingkirkan seresah yang ada

Meletakkan ring sampel

Menekan ringg sampel dengan balok penekan hingga


3/4 bagiannya masuk ke tanah

Memasangkan ring master diatas ring sampel dan


menekan ring master hingga 1/4 bagiannya masuk
kedalam tanah

Menggemburkan tanah disekeliling ring

Menyingkirkan tanah yang sudah digemburkan dari


sekeliling ring

Memisahakan ring master dengan ring sampel

Mengambil ring sampel beserta isinya

Memasukkan sampel dan ring kedalam plastik,


mengikat dan memberikan label nama.
13

2.3.3 Pengamatan Biologi Tanah

Siapkan alat

Memasang frame 50x50 cm di lokasi pengamatan

Mengamati Jenis dan Jumlah vegatasi yang berada


didalam frame

Mengukur tinggi seresah menggunakan pengaris


besi

membersihkan seresah yang ada di dalam frame

mulai mengali tanah didalam frame

mengamati makroorgamisme yang berada di dalam


frame pada saat proses pengalian tanah

Mengais sedikit tanah dan mulai mencari kascing

Mendokumentasi hasil pengamatan

Mencatat dan mengidentifikasi hasil pengamatan


14

2.3.4 Pengamatan Kimia Tanah

a. Pengamatan Defisiensi Hara

Mengamati kondisi tanaman yang berada di lahan,


apakah ditemukan kekurangan unsur hara N/P/K

Membandingkan kenampakan tanaman dengan


modul fielddtrip

Mencatat hasil pengamatan dan


mendokumentasikan

b. Pengambilan Sampel Tanah Tidak Utuh

Menyiapkan alat dan bahan

Menaruh frame pada titik yang di inginkan

Menyingkirkan seresah yang ada di frame

Mengambil sampel tanah menggunakan cetok

Memasukkan sampel tanah kedalam fialfilm


15

III. KONDISI UMUM WILAYAH


3.1 Kondisi Biofisik

3.1.1 Penggunaan Lahan


Hutan Pendidikan Universitas Brawijaya atau UB Forest Malang ditetapkan
oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tanggal 19 September 2016,
dengan luas 544,74 ha. UB Forest, lerletak di lereng Gunung Arjuno tepatnya di
Dusun Tumpangrejo, Desa Ngenep, Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang.
Desa Ngenep secara geografis terletak pada titik koordinat 705335 Lintang
Selatan dan 11205341. Perbatasan desa Ngenep adalah pada sebelah Utara
berbatasan dengan Desa Gentiri, pada sebelah Barat berbatasan dengan Desa
Karang Kebang, pada sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kubung dan pada
sebelah timur dengan Desa Donowarih.
Penggunaan lahan terdiri dari 3 titik dimana lahan pada titik 2.1 adalah
sebagai lahan hutan produksi dengan tanaman naungannya adalah mahoni. Vegetasi
utama pada lahan ini yaitu tanaman talas. Adapula vegetasi pendukung lainnya
seperti pakis dan paku. Pada titik 2.2 merupakan lahan agroforesti dengan tanaman
nauangan yaitu mahoni. Sedangkan vegetasi utama di lahan ini adalah tanaman
kopi. Dan lahan pada titik 2.3 yaitu lahan tanaman semusim.
3.1.2 Tutupan Lahan
Tutupan lahan merupakan garis yang menggambarkan batas penampakan
area tutupan di atas permukaan bumi yang terdiri dari bentang alam dan/atau
bentang buatan, tutupan lahan dapat pula berarti tutupan biofisik pada permukaan
bumi yang dapat diamati dan merupakan hasil pengaturan, aktivitas, dan perlakuan
manusia yang dilakukan pada jenis penutup lahan tertentu untuk melakukan
kegiatan produksi, perubahan, ataupu perawatan pada areal tersebut.
Pada jalur 2 sub titik 1 jenis penggunaan lahannya adalah produksi yang
mempunyai tutupan lahan berupa tanaman talas dan kopi serta terdapat seresah
berupa daun yang berasal dari pohon mahoni. Mikroorganisme yang terdapat pada
titik tersebut ada semut dan kutu tanah. Namun tidak terdapat kascing pada titik 1.
Pada jalur 2 sub titik 2 jenis penggunaan lahannya adalah agroforestry yang
mempunyai tutupan lahan berupa tanaman talas, kopi dan creeping cinderella dan
terdapat banayk seresah berasal dari daun mahoni dan daun kopi. Mikroorganisme
yang terdapat pada titik tersebut ada laba-laba, semut serta rayap.Pada jalur 2 sub
16

titik 3 jenis penggunaan lahannya adalah tanaman musiman dengan tutupan lahan
berupa tanaman cabai dan tanaman talas, pada lahan tersebut lumayan banyak
seresah yang berasal dari daun mahoni.
17

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Fisiografis
Dalam pengamatan fisiologis didapatkan hasil seperti berikut:
Tabel 5. Hasil Pengamatan Fisiografis Tanah
Daerah Survei UB Forest
Pemeta Dekan Rahmat Wahyudi dkk
Tanggal 19 november 2017
Sketsa

Lokasi 500 m kearah selatan di pintu masuk Ub Forest


Dusun Tumpangrejo
Desa Ngenep
Kecamatan Karangploso
Kabupaten Malang
Provinsi Jawa Timur
Stasiun iklim Karangploso
Relief makro Berombak
Relief mikro Bukit Rayap
Lereng Tunggal
Kemiringan 10-20%
Aliran permukaan Cepat
Drainase Alami 0-sangat lambat
Permeabilitas Sangat lambat
Genangan/banjir Tanpa
18

Pengelolaan air Irigasi


Erosi Alur
Bahaya erosi Cukup
Keadaan Permukaan Seresah
Vegetasi dan Permukaan Hutan Produksi
Lahan
Vegetasi Alami
Dominan Talas , mahoni
Spesifik Mahoni
Lahan Pertanian Tidak ada
Berdasarkan hasil pengamatan dan pemetaan dengan pemeta oleh Dekan
Rahmat Wahyudi dkk yang dilakukan di daerah UB Forest pada hari Minggu, 19
November 2017 dapat diketahui bahwa lokasi pengamatan terletak pada 500 m dari
selatan pintu masuk UB Forest. Alamat lokasi berada di Dusun Tumpangrejo, Desa
Ngenep, Kecamatan Karangploso. Ub Forest merupakan daerah yang memiliki
relief makro berombak dan relief mikronya bukit rayap. Lereng di UB Forest
termasuk lereng tunggal dengan kemiringan 10-20% sehingga alira air yang teradi
pada permukaan tanah juga cepat. Daerah pengamatan juga memiliki erosi alur
dengan bahaya erosi yang cukup. Vegetasi dan penggunaan lahan yang ditemukan
di daerah pengamatan berupa hutan produksi dengan tanaman yang mendominasi
yaitu talas dan mahoni.
4.1.2 Morfologi Tanah
Dalam pengamatan morfologi tanah didapatkan hasil seperti berikut:
Tabel 6. Hasil Pengamatan Morfologi Tanah
Simbol dan
Penampang Kedalaman Deskripsi
Horizon (genetik)
7,5 YR 2.5/3, tekstur
lempung berpasir,
struktur
0-23 cm
grandule,konsistens
lembab: sangat
gembur, konsistensi
19

basah: kelekatan agak


lekat,dan plastisitas
agak plastis

10 R 2.5/1. Tekstur
pasir berlempung,
struktur gumpal
membulat, konsistensi
23-44 cm lembab: gembur.
Konsistensi basah:
kelekatan tidak lekat,
plastisitas agak
plastis.
2,5 Y 2.5/1. Tekstur
lempung liat berpasir.
Struktur gumpal
membulat.,konsistensi
44-54 cm
lembab: gembur
Konsistensi basah:
kelekatan lekat,dan
plastisitas plastis.
Dari hasil pengamatan morfologinya, tanah horizon 0-23cm menunjukkan
warna 7,5 YR 2.5/3 sesuai buku Munsell Soil Color Chart. Teksturnya lempung
berpasir, berstruktur grandule, dengan konsistensi lembab kategori sangat gembur,
serta konsistensi basah dengan kelekatan termasuk agak lekat dan plastisitas
termasuk agak plastis. Pada horizon 23-44 cm menunjukkan warna 10 R 2.5/1
sesuai buku Munsell Soil Color Chart. Teksturnya pasir berlempung, berstruktur
gumpal membulat dengan konsistensi lembab kategori gembur, serta konsistensi
basah dengan kelekatan termasuk tidak lekat dan plastisitas termasuk agak
plastis.Dan pada horizon 44-54cm menunjukkan warna 2,5 Y 2.5/1 sesuai buku
Munsell Soil Color Chart. Teksturnya lempung liat berpasir, berstruktur gumpal
membulat, dengan konsistensi lembab kategori gembur, serta konsistensi basah
dengan kelekatan termasuk lekat dan plastisitas termasuk plastis.
20

4.2 Hasil Pengamatan Sifat Fisik, Biologi dan Kimia Tanah


4.2.1 Pengamatan Fisika Tanah
Dalam pengamatan morfologi tanah didapatkan hasil seperti berikut:
Tabel 7. Hasil Pengamatan Fisika Tanah

Erosi Tingkat Deskripsi dan


Upaya Pengendalian
Sub Titik 2.1 Hutan Produksi Mahoni dan Talas

Alur Sedang Pada lahan Hutan


produksi mahoni dan
talas ditemukan erosi
alur, penyebabnya adalah
air yang mengalir
sehingga tertumpuk pada
suatu cekungan dengan
tingkat sedang. Upaya
pengendalian erosi alur
bisa dilakukan dengan
cara pengolahan tanah
Sub Titik 2.2 Agroforestry Kopi
Alur Tinggi Pada lahan
agroforestry
ditemukan erosi
alur
dengan tingkatan
tinggi
karena pada titik
pengamatan ini terlihat
kemiringan lereng yang
cukup miring sehingga air
mengalir dengan cepat
dan memperbesar erosi
alur.
21

Sub Titik 2.3 Tanaman Musiman


Percik Sedang Pada lahan
Semusim
ditemukan erosi
percikan
dengan tingkatan
sedang. Hal itu
disebabkan karena
terdapat banyak percikan
tanah di belakang daun
ratarata tidak memenuhi
permukaan daun.

Dalam pengamatan fisik tanah didapatkan hasil seperti berikut:


Tabel 8. Hasil Pengamatan Fisika Tanah
No Sifat Fisik
Sub Titik 2.1
1.
Penggunaan Lahan Produksi Mahoni dan Talas
2. Struktur Granular
3. Tekstur Lempung Liat Berpasir
Lembab : Gembur
Konsistensi Basah (kelekatan) : Agak
4. lekat
Basah (plastisitas) : Agak
plastis
5. Permeabilitas Cepat
6. Drainase Baik
7. Berat Isi dan Berat Jenis
Sub Titik 2.2
Penggunaan Lahan Agroforestry Kopi
Struktur
1. Granular
8. Tekstur Lempung Liat Berpasir
22

Konsistensi Lembab : Gembur


Basah (kelekatan) : Agak
9. lekat
Basah (plastisitas) : Agak
plastis
10. Permeabilitas Cepat
11. Drainase Baik
12. Berat Isi dan Berat Jenis
Sub Titik 2.3
Penggunaan Lahan Semusim

Struktur Granular

Tekstur Lempung Liat Berpasir


Konsistensi Lembab : Gembur
Basah (kelekatan) : Agak
lekat
Basah (plastisitas) : Agak
plastis
Permeabilitas Cepat
Drainase Baik
Berat Isi dan Berat Jenis

4.2.2 Pengamatan Biologi Tanah


Dalam pengamatan biologi tanah didapatkan hasil seperti berikut:
Tabel 9. Hasil Pengamatan Biologi Tanah
No Pengamatan Jumlah
Frame 1 Frame 2
Sub Titik 2.1
Penggunaan lahan Hutan Produksi
1 Vegetasi
Talas Sedikit Tidak ada
Kopi Tidak ada Sedikit
Temu Kunci Sedikit Sedikit
23

2 Seresah
Daun Mahoni Banyak Banyak
3 Makro Organisme
Semut Sedikit Tidak ada
Kutu Tanah Sedang Sedang
4 Kascing Tidak ada Tidak ada
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan pada kedua frame didapatkan
hasil bahwa vegetasi pada sub titik 2.1 frame 1 terdapat talas dan temu kunci
dengan jumlah sedikit sedangkan tanaman kopi tidak ada. Sebaliknya pada frame
2, ditemukan kopi dan temu kunci dengan jumlah sedikit dan talas tidak ada.
Seresah yang ditemukan berupa daun mahoni pada kedua frame sama-sama
berjumlah banyak. Sementara makro organisme di kedua frame berupa semut
berjumlah sedikit pada frame 1 dan tidak ada pada frame 2. Mikro organisme
lainnya yaitu kutu tanah yang berjumlah sedang pada kedua frame. Akan tetapi,
pada kedua frame juga tidak ditemukan adanya kascing.
Sub Titik 2.2
Penggunaan Lahan Agroforestry
1 Vegetasi
Kopi Sedang Sedang
Creepping cinderella Sedang Banyak
2 Seresah
Daun Mahoni Banyak Banyak
Daun Kopi Banyak Banyak
3 Makro Organisme
Laba laba Sedikit Sedikit
Semut banyak Tidak ada
Rayap Sedikit Tidak ada
4 Kascing Tidak ada Tidak ada
Pada sub titik 2.2 atau lahan agroforestry ditemukan vegetasi creepping
cinderella yang lebih banyak di frame 2 daripada frame 1. Seresah yang
ditemukan berupa daun mahoni dan daun kopi yang pada frame 1 dan 2 berjumlah
banyak. Sementara ditemukan makro orgnisme yang lebih bnyak pada frame 1
daripada frame 2. Sedangkan kasing tidak ditemukan pada kedua frame.
24

Sub Titik 2.3


Penggunaan LahanTanaman Musiman
1 Vegetasi
Cabai Banyak Sedikit
Talas Sedikit Sedikit
2 Seresah Banyak Banyak
3 Makro Organisme Sedikit Sedikit
4 Kascing Tidak ada Tidak ada
Pengamatan pada sub titik 2.3 ysng merupakan lahan tanaman musiman
ditemukan vegetasi yaitu tanaman cabai yang lebih banyak pada frame 1 dan
tanaman talas yang ditemukan pada kedua frame berjumlah sedikit. Sementara
seresah yang ditemukan pada kedua frame berjumlah banyak. Makro organisme
ditemukan sedikit pada kedua frame. Sedangkan di kedua frame tidak ditemukan
kascing.
4.2.3 Pengamatan Kimia Tanah
Dalam pengamatan kimia tanah didapatkan hasil seperti berikut:
Tabel 9. Hasil Pengamatan Kimia Tanah

Pengolahan lahan pH

Sub Titik 2.1 5,709

Sub Titik 2.2 5,896


Sub Titik 2.3 5,476

Hasil pengukuran pH tanah atau derajat keasaman tanah pada sub 2.2 sebesar
5,896. Pada sub titik 2.1 sebesar 5,709 dan pada sub titik 2.3 sebesar 5,476. Dari
ketiga sub titik rata-rata pH tanah sebesar 5,693 termasuk pada tanah asam.
25

Kekurangan /
No. Tanaman Gejala
Kelebihan Unsur
Sub Titik 2.2 Penggunaan lahan Agroforestry
Daun berwarna
1. Talas Kekurangan N
kekuningan
Daun muda warnanya
2. Talas Kekurangan P
lebih tua
3. Talas Tanaman tumbuh kerdil Kekurangan P
Daun berwarna
4. Kopi Kekurangan N
kekuningan
5. Pakis Daun berwarna kecoklatan Kekurangan K
Sub Titik 2.1 Penggunaan lahan Hutan Produksi
1. Talas Seperti terbakar Kekurangan K
Daun muda warnanya
2. Talas Kekurangan P
lebih tua
3. Talas Daun berwarna kuning Kekurangan N
4. Pakis Daun berwarna kecoklatan Kekurangan N
5. Kopi Daun berwana kekuningan Kekurangan N
Sub Titik 2.3 Penggunaan lahan Semusim
1. Cabai Daun berwarna hijau tua Kekurangan P
2. Cabai Daun berwarna kecoklatan Kekuranagn N
Daun berwarna kuning
pada
3. Talas Bagian tepi dan ujung Kekurangan K
daun
Dari data yang didapatkan vegetasi yang mengalami defisiensi hara yang
paling dominan adalah talas, pakis dan kopi. Pada ketiga sub titik defisiensi hara
yang paling dominan adalah kekurangan unsur N atau nitrogen dan kekurangan
unsur P atau Fosfat. Gejala yang paling dominan adalah daun berwarna kekuningan
dari bagian pinggir hingga ke bagian tengah.
4.3 Pembahasan
26

4.3.1 Perbandingan Sifat Fisik Tanah Pada Masing-Masing Pengunaan


Lahan

Berdasarkan fieldtrip yang telah dilakukan diperoleh data yaitu pada subtitik
satu adalah lahan hutan produksi, subtitik dua adalah lahan agroforestry, dan
subtitik tiga adalah lahan semusim. Pada setiap sub titik memiliki sifat fisik yang
sama pada setiap lahan. Berdarkan hasil pengamatan bahwa sifat fisik tanah pada
ketiga sebu titik yang diamati adalah sama. Pada sub titik 1, sub titik 2, dan sub titik
tiga memiliki struktur granular. Tekstur tanah pada ketiga sub titik lahan yang
berbeda adalah lempung liat berpasir. Pengukuran konsistensi menggunakan dua
indikator yaitu konsistensi lembab dan basah. Konsistensi lembab pada ketiga sub
titik tersebut adalah gembur. Pengukuran konsistensi basah menggunakan dua
indikator yaitu kelekatan dan plastisitas. Pada pengukuran konsistensi basah,
kelekatan pada ketiga sub titik yaitu agak lekat sedangkan pengukuran konsistensi
basah bagian plastisitas pada ketiga seub titik tersebut adalah agak plastis.
Permeabilitas pada sub titik 1, sub titik 2 dan sub titik 3 adalah cepat serta drainase
pada ketiga sub titik tersebut adalah baik. Berat isi dan berat jenis pada subtitik 2.2
adalah
Pada ketiga sampel tanah tersebut memiliki struktur tanah granular. Tanah
granular memiliki sifat penyerapan air yang cepat. Hal ini sesuai dengan pendapat
Dewi et al. (2012) yang menyatakan bahwa struktur tanah granular memiliki
tingkat keporousan yang tinggi sehingga meningkatkan infiltrasi dalam tanah yang
menybebabkan air dapat mengalir dengan cepat.
Sampel tanah pada setiap subtitik yang diamati memiliki tekstur yang sama
yaitu lempung liat berpasir. Lempung liat berpasir memiliki ciri-ciri yaitu pada saat
merasakan tekstur tanah maka yang dirasakan adalah tanah terasa halus dan ada
beberapa bagian yang kasar. Hal tersebut sesuai dengan Fiantis (2007) yang
menyatakan bahwa lempung liat berpasir terasa halus dengan sedikit bagian yang
agak kasar.
Menurut Fiantis, (2007) Konsistensi tanah juga merupakan salah satu sifat
fisika tanah akibat terjadinya daya tarik menarik (kohesi) antara butir-butir tanah
atau tarik menarik (adhesi) butir tanah dengan benda lain, serta ketahanan tanah
terhadap gaya dari luar atau terhadap perubahan bentuk. Sehingga pada ketiga
sampel tanah tersebut memiliki konsistensi yang sama yaitu pada kondisi lembab
27

konsistensinya gembur. Pada keadaan basah ketiga sampel tanah memiliki tingkat
kelekatan agak lekat. Kemudian untuk plastisitas, ketiga sampel tersebut memiliki
tingkat agak plastis.
Menurut Nurwidyanto, et al (2006) menyatakan bahwa permeabilitas adalah
kemampuan medium berpori untuk meluluskan/mengalirkan fluida. Pada ketiga
sampel tanah tersebut memiliki permeabilitas cepat. Air yang jatuh ke permukaan
tanah tersebut akan langsung ke bawah dengan sangat cepat.
Hasil pengamatan berat jenis dan berat isi pada jalur dua titik dua pada hutan
produksi adalah berat jenis tanah adalah 1,73 gram dan berat isi tanah adalah 0,27
g/cm3. Hasil berat jenis tanah dengan data 1,73 gram termasuk dalam berat jenis
yang rendah yang berarti tanah organik yang berarti semakin banyak bahan organik
yang ada didalam tanah maka berat jenisnya semakin rendah. Hal ini didukung oleh
Zulkarnin et al. (2013) yang menyatakan bahwa semakin tinggi kandungan bahan
organik yang diberikan didalam tanah maka berat jenisnya akan semakin
berkurang. Bahan organik memiliki padatan lebih ringan dibanding padatan
mineral tanah sehingga berpengaruh pada berat jenis tanah.
Hasil berat isi tanah adalah 0,27 g/cm3 yang berarti bahwa tanah ini memiliki
berat isi yang rendah atau ringan sehingga tanah memiliki porositas yang tinggi
karena didalam tanah terkandung bahan organik yang banyak. Hal ini didukung
oleh Baskoro (2010) yang menyatakan bahwa peningka tkan bahan organik atau
semakin banyak tersedianya bahan organik yang ada didalam tanah menyebabkan
porositas tanah akan meningkat dan berat isi tanah akan menurun.

4.3.2 Perbandingan Sifat Biologi Tanah Pada Masing-Masing Pengunaan


Lahan
Dalam fieldtrip ini, sifat biologi yang diamati ada tiga lahan, yaitu lahan hutan
produksi, lahan agroforestri dan lahan tanaman semusim. Adapun data yang diamati
berupa adanya vegetasi, seresah, makroorganisme dan kascing. Dari hasil fieldtrip
didapat bahwa adanya perbedaan jumlah dan keragaman vegetasi, jumlah seresah,
jumlah makroorganisme dan ada tidaknya kascing pada ketiga lahan.
Pada penggunaan lahan hutan produksi diketahui bahwa di lahan tersebut
vegetasi frame 1 ditumbuhi oleh tumbuhan talas dan temu kunci yang berjumlah
sedikit dengan naungan pohon mahoni, sedangkan di frame 2 terdapat tumbuhan
temu kunci yang jumlahnya sedikit. Pada seresah kedua frame didominasi oleh
28

daun dan ranting dari pohon mahoni. Lalu makroorganisme di lahan hutan produksi
di frame 1 terdapat semut yang jumlahnya sedikit dan pada frame 2
makroorganisme ditemukan kutu tanah yang jumlanya relatif sedang. Sedangkan
pada kedua frame tidak terdapat kascing di lahan hutan produksi.
Hasil pengamatan penggunaan lahan agroforestri diketahui bahwa di lahan
tersebut terdapat vegetasi utama berupa tanaman kopi dan rumput liar berjenis
Creepping Cinderella. Pada seresah banyak didominasi oleh daun mahoni dan kopi.
Makroorganisme pada frame didominasi oleh semut serta laba-laba dan rayap
jumlahnya relatif sedikit, sedangkan di frame 2 terdapat makroorganisme berupa
laba-laba yang jumlahnya sedikit. Pada kedua frame tidak terdapat kascing.
Penanaman kopi cocok tumbuh di daerah terdapat naungan, seperti lahan
agroforestri. Hal ini sependapat dengan Hairiah et al (2003) bahwa agroforestri
sistem penanamannya menggunakan sistem multistrata, dimana sistem ini
merupakan sistem pertanian dengan tajuk bertingkat, sehingga tidak menimbulkan
persaingan dalam mendapatkan sumber makanan. Tanaman tertentu seperti kopi
dan cokelat memerlukan sedikit naungan, namun apabila terlalu banyak dinaungi
pertumbuhan dan produksinya akan terganggu.
Pada penggunaan lahan tanaman semusim, vegetasi di frame 1 didominasi
oleh tanaman cabai serta talas yang relatif sedikit, sedangkan di frame 2 terdapat
vegetasi cabai dan talas memiliki jumlah sedikit. Pada seresah frame 1 dan frame 2
keduanya banyak terdapat seresah. Makroorganisme dikedua frame berjumlah
sedikit dan kedua frame tidak terdapat kascing. Tanaman semusim termasuk dalam
siklus hara terbuka, hal ini sependapat dengan Hairiah et al (2002) sistem pertanian
memiliki siklus hara yang terbuka karena memiliki jumlah kehilangan hara yang
besar. Sehingga berdasarkan pernyataan tersebut menyebabkan aktivitas
makroorganisme terganggu atau berkurang. Hal ini sependapat dengan Purwanto
(2012) bahwa keterbukaan lahan menyebabkan hilangnya sumber energi dan
kondisi ekologi pada ekosistem tanah terganggu. Sehingga secara langsung
berdampak pada jumlah dan aktivitas organisme tanah.
Dari data-data di atas dapat disimpulkan bahwa vegetasi di lahan
agroforestri lebih banyak dibandingkan dengan lahan hutan produksi dan lahan
tanaman semusim. Untuk seresah, semua lahan, baik hutan produksi, agroforestri
dan tanaman semusim, memiliki jumlah seresah yang banyak, dengan sumber
seresah pada tiap lahan berbeda-beda. Untuk makroorganisme, lahan agroforestri
29

lebih banyak makroorganisme dibandingkan dengan keduan lahan yang lain.


Untuk kascing, semua lahan tidak terdapat kascing.
4.3.3 Perbandingan Sifat Kimia Tanah Pada Masing-Masing Pengunaan
Lahan
Penggunaan lahan hutan produksi memiliki pH sebesar 5,476. Dari hasil pH
tersebut, bahwa tanah tersebut dalam kondisi masam. Menurut Sugandi (2015) pH
optimum untuk pertumbuhan tanaman talas adalah 5,5-7,5. Untuk mengatasi
kekurangan tersebut dapat dilakukan pengapuran. Pengapuran mempengaruhi
ketersediaan unsur Ca dan Mg yang berperan dalam pertumbuhan tanaman itu
sendiri. Di lahan hutan produksi ditemukan gejala-gejala kekurangan unsur N, Pdan
K dengan defisiensi yang paling dominan adalah kekurangan unsur N. Gejala
kekurangan unsur N ditandai dengan daun berwarna kekuningan dan terdapat pada
daun yang sudah tua. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Fahmi, et al (2010)
bahwa gejala-gejala kekurangan unsur N ditunjukkan dengan kuning keunguan
pada daun sebagai akibat dari gejala difisiensi.
Penggunanan lahan agroforestri mengalami gejala yang menunjukkan
vegetasi tersebut mengalami kekurangan unsur hara. Tanaman menunjukkan gejala
kekurangan unsur P, K dan N. Kekurangan unsur P karena adanya unsur hara Fe
yang mengikat unsur P sehingga tanaman kekurangan unsur P. Hal ini sesuai
dengan pernyataan dari Yamani (2010) bahwa tanah dengan pH masam dapat
meningkatkan kadar ion Al, Fe dan Mn dalam tanah yang mengikat P sehingga
mengakibatkan tanaman tidak dapat menyerapnya. Tanaman yang kekurangan
unsur N mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi tidak optimal dan
menurunkan produktifitasnya (Rahmi et al., 2014). Unsur N yang berupa nitrat
lebih mudah hilang karena terikat air hujan. Hujan dengan intensitas tinggi
mengakibatkan unsur N terus menerus menghilang sehingga tanaman kekurangan
unsur tersebut.
N, P dan K berada pada kondisi yang minimum atau tersedia sangat rendah
sampai rendah. Kandungan unsur hara tanah semusim yang berada pada kondisi
sangat rendah sampai rendah. Kondisi hara tanah semusim tersebut sangat
ditentukan faktor bahan induknya. Hardjowigeno (2003) mengemukakan bahwa
mineral dalam batuan tersebut akan merupakan mineral utama dalam tanah bila
batuan yang bersangkutan melapuk dan membentuk tanah. Mineral-mineral akan
melapuk dan akan melepaskan unsur-unsur yang dikandungnya yang sebagian
30

merupakan sumber unsur hara tanaman. Kandungan hara N, P dan K pada tanah
semusim berada pada kisaran sangat rendah sampai rendah, ini menunjukkan bahwa
apabila tanah semusim akan digunakan sebagai media tanam diperlukan input
pemupukan N, P dan K guna meningkatkan kesuburan tanah semusim sehingga bisa
digunakan bagi pertumbuhan tanaman cabai. Unsur hara N, P dan K diperlukan bagi
tanaman karena unsur N diperlukan tanaman untuk memperbaiki pertumbuhan
vegetatif dan pembentukan protein. P diperlukan tanaman untuk pembentukan
bunga, buah dan biji, mempercepat pematangan dan memperkuat batang juga
perkembangan akar. K diperlukan tanaman untuk pembentukan pati dan
mempengaruhi penyerapan hara, serta mempertinggi daya tahan terhadap
kekeringan (Hardjowigeno, 2003). Kondisi kemasaman tanah semusim yang berada
pada kisaran agak masam masih dapat ditumbuhi oleh tanaman cabai. Reaksi tanah
penting artinya ditinjau dari segi kesuburan tanah terutama dalam hal ketersediaan
unsur hara seperti P.

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
1. Dokumentasi Pengamatan Fisika Tanah

Proses Proses Proses penentuan


pengamatan pengamatan erosi tekstrur dan
sampel tanah tanah struktur tanah
31

2. Dokumentasi Pengamatan Biologi Tanah

Proses Proses
Frame yang terpasang
pengamatan pemasangan frame
makro organisme
tanah

3. Dokumentasi Pengamatan Kimia Tanah

Pengamatan gejala Gejala defisiensi Gejala defisiensi


defisiensi unsur unsur hara unsur hara
hara

4. Hasil Deskripsi Morfologi Tanah


32

DAFTAR PUSAKA
Baskoro, Dwi Putro Tejo. 2010. Pengaruh Pemberian Bahan Humat dan Kompos
Sisa Tanaman Terhadap Sifat Fisik Tanah dan Produksi Ubi Kayu. Jurnal
Tanah dan Lingkungan12(1): 9-14
Dewi, I Gusti Ayu Surya Utami, Ni Made Trigunasih dan Tatiek Kusmawati. 2012.
Prediksi Erosi dan Perencanaan Konservasi Tanah dan Air pada Daerah
Aliran Sungai Saba. E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika 1(1):12-23
Fahmi, A. et al. 2010. Pengaruh Interaksi Hara Nitrogen dan Fosfor Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea Mays L) pada Tanah Regosol dan
Latosol. Jurnal Ilmu-Ilmu Hayati 10(3):300
Fiantis, D. 2007. Morfologi dan Klasifikasi Tanah.Sumatera Barat. Universitas
Andalas
Hairiah, Kurniatun , Sri Rahayu Utami, Betha Lusiana dan Meine van Noordwijk.
2002. Neraca Hara Dan Karbon Dalam Sistem Agroforestri.
https://www.worldagroforestry.org/downloads/WaNuLCAS/LectureNotes/L
ectureNote6.pdf
Hairiah, Kurniatun, M. A. Sardjono, S. Sabarnurdin. 2003. Sistem Agroforestri.
Bogor. ICRAF
Hardjowigeno. 2007. Kriteria Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Departemen
Pertanian
Nurwidyanto, M. Irham, Meida Yustiana dan Sugeng Widada. 2006. Pengaru
Ukuran Butir Terhadap Porositas dan Permeabilitas pada Batu Pasir. Jurnal
Berkala Fisika 9(4):191-195
Purwanto, Mohamad Eko. 2012. Perbandingan Sifat Kimia Dan Biologi Tanah
Akibat Keterbukaan Lahan Pada Hutan Reboisasi Pinus Di Kecamatan
Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan Sumatera Utara. Bogor. Institut
Pertanian Bogor
Rahmi, Siti. Yusran. Husain Umar. 2014. Sifat Kimia Tanah pada Berbagai Tipe
Penggunaan Lahan di Desa Bobo Kecamatan Palolo Kabupaten Sigi. Jurnal
Warta Rimba 2(1): 88-95
Sugandi, D. 2015. Budidaya Tanaman Umbi-Umbian. Bengkulu: Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu
Yamani, Ahmad. 2010. Analisis Kadar Hara Makro dalam Tanah pada Tanaman
Agroforestri di Desa Tambun Raya Kalimantan Tengah. Jurnal Analisis
Kadar Hara 11(30): 37-46
Zulkarnain, Maulana, Budi Prasetya, dan Soemarno.2013. Pengaruh Kompos,
Pupuk Kandang, dan Custom-Bio terhadap Sifat Tanah , Pertumbuhan dan
Hasil Tebu (Saccharum officinarum L.) pada Entisol di Kebun Ngrangkah-
Pawon, Kediri). Indonesian Green Technology Journal 2(1):46-52
33
34
35

Anda mungkin juga menyukai