Anda di halaman 1dari 21

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI Laporan Kasus

FAKULTAS KEDOKTERAN September 2017


UNIVERSITAS HALU OLEO

G3P2A0 gravid Aterm Belum Inpartu Letak Sungsang Janin Tunggal Hidup
Panggul kesan Cukup KU ibu dan Janin Baik

OLEH :

Baptista Apriyana, S.Ked


K1A1 11 003

PEMBIMBING

dr. Lianawati, M.Kes, Sp.OG

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2017

1
BAB I
LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : Ny. F
Umur : 30 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. HEA Mokodompit, Lrg. Salangga
Suku : Bugis
Pekerjaan : IRT
Tanggal masuk : 14 Agustus 2017
No. Rekam Medik : 50 86 07

B. Anamnesis
Autoanamnesa pada 14/8/2017
1. Keluhan utama
Letak sungsang
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien G3P2A0 Gravid aterm datang dari poli Kandungan
dengan letak sungsang. Keluhan keluar darah (+) 2 hari SMRS, lendir
(-), air-air (-). Keluhan lain pusing (-), mual (-), muntah (-), nyeri
perut tembus belakang (-), BAB dan BAK lancar seperti biasa.
Riwayat ANC di Puskesmas setiap bulan selama kehamilan, dan
riwayat USG di praktek dokter bulan Juli 2017 letak sungsang.
Riwayat imunisasi TT 2 kali. Riwayat Operasi (-). Riwayat
pendarahan selama hamil (-). Riwayat penyakit Hipertensi (-), DM (-),
Asma (-), Alergi (-). Riwayat menggunakan KB (-). Riwayat haid :
Pasien haid tiap bulan dengan interval waktu 28-30 hari dengan lama
4-5 hari. HPHT: ?/11/2016. TP : ?/8/2017.

2
3. Riwayat obstetric : G3P2A0
I/2009/Aterm/Bidan/Normal/PKM/Laki-laki/2800gr
II/2013/Aterm/Bidan/Normal/PKM/Perempuan/2700gr
III/2017/Kehamilan sekarang
C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : pasien sadar, sakit sedang, status gizi normal.
Tanda vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 82x/menit
Pernafasan : 24x/menit
Suhu : 36,7o c
Pemeriksaan Fisik :
Kepala Normosefal, deformitas (-)
Mata Konjungtiva anemis (-)/(-)
Sklera ikterik (-)/(-)
Leher Pembesaran kelenjar (-), JVP dalam batas normal
Thorax 1. Inspeksi : simetris kiri = kanan, deformitas (-)
2. Palpasi : nyeri tekan (-), massa (-), vocal fremitus
dalam batas normal
3. Perkusi : sonor kiri = kanan
4. Auskultasi : bunyi nafas vesikuler, Rhonki (-)/(-),
wheezing (-)/(-)
Jantung 1. Inspeksi : ictus kordis tidak tampak, deformitas (-)
2. Palpasi : nyeri tekan (-), massa (-), ictus kordis tidak
teraba, thrill (-)
3. Perkusi : pekak, batas jantung kesan normal
4. Auskultasi : BJ I/II murni regular, bising (-)
Abdomen 1. Inspeksi : cembung, ikut gerak nafas, deformitas (-)
2. Auskultasi : peristaltic (+), bruit (-)
3. Palpasi : nyeri tekan (-), defans (-), massa (-)

3
4. Perkusi : pekak hepar (+), timpani
Extremitas Dalam batas normal
Status Obstetrik
1. Pemeriksaan 1. TFU 2 Jari dibawah procesus xypoideus
luar 2. Punggung janin berada disebelah kiri
3. Bagian terendah janin adalah bokong
4. Bagian terendah janin belum masuk PAP
His (-)
DJJ 154 x/menit
Gerakan janin (+) dirasakan ibu, anak kesan tunggal,
TBJ 3720 gr.
2. Genitalia Vulva = DBN
interna Vagina = DBN
(pemeriksaan Porsio = lunak, tebal
dalam vagina) Pembukaan = belum ada
Ketuban = (+)
Bagian terdepan = sdn
UUK = (-) Tidak teraba
Penurunan = Hodge 1
Panggul = cukup
Pelepasan = darah

E. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Darah Rutin
Parameter Hasil Rujukan
WBC 6,44 x 103/uL 3,6 - 11
RBC 4,64 x 106/uL 4,5 5,1
HGB 12,2 g/dL 12,3 15,3
PLT 246 x 103/uL 150 - 440

4
2) USG

Gravid tunggal, letak bokong, 36w6d, AFI : 5,2


F. Resume
Pasien G3P2A0 Gravid aterm datang dari poli Kandungan dengan
letak sungsang. Keluhan keluar darah (+) 2 hari SMRS, lendir (-), air-air (-
). Keluhan lain pusing (-), mual (-), muntah (-), nyeri perut tembus
belakang (-), BAB dan BAK lancar seperti biasa.
Riwayat ANC di Puskesmas setiap bulan selama kehamilan, dan
riwayat USG di praktek dokter bulan Juli 2017 letak sungsang. Riwayat
imunisasi TT 2 kali. Riwayat penyakit Hipertensi (-), DM (-), Asma (-),
Alergi (-). Riwayat menggunakan KB (-). Riwayat haid : Pasien haid tiap
bulan dengan interval waktu 28-30 hari dengan lama 4-5 hari. HPHT:
?/11/2016. TP : ?/8/2017.
Pasien sadar, sakit sedang, status gizi normal. Tekanan darah
o
110/80 mmHg, Nadi 82 x/menit, Pernafasan 24x/menit, Suhu 36,7 c.
Pemeriksaan luar, L1 = TFU 2 Jari dibawah procesus xypoideus, kepala,
L2 = punggung kiri, L3 = bagian terendah bokong, L4 = belum masuk
PAP, His (-), DJJ 154 x/menit, gerakan janin (+) dirasakan ibu, anak kesan
tunggal, TBJ 3720 gr. Pada pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan (-),
pelepasan darah

5
G. Diagnosa Kerja
G3P2A0 gravid aterm, belum inpartu, letak sungsang, janin tunggal hidup,
panggul kesan cukup, KU ibu dan Janin baik
H. Perencanaan
- Observasi tanda-tanda vital
- Observasi DJJ dan HIS
- Rencana persalinan sectio cesaria
I. Follow Up
Hari / Tgl Perjalanan Penyakit Rencana Terapi
Senin,14/8/2017 S : KU baik Observasi TTV
O : TD : 110/80 mmHg Observasi DJJ
N : 82 x/ menit Informed Consent
P : 24 x / menit Rencana Sc
S : 36,7C
DJJ : 154x / menit
His : (-)
PDV :
Vulva = DBN
Vagina = DBN
Porsio = lunak, tebal
Pembukaan = belum ada
Ketuban = (+)
Bagian terdepan = sdn
UUK = (-) Tidak teraba
Penurunan = Hodge 1
Panggul = cukup
Pelepasan = darah
A : G3P2A0 gravid aterm, belum
inpartu, letak bokong, janin
tunggal hidup, panggul kesan
cukup, KU ibu dan Janin baik
Selasa, Bayi lahir melalui persalinan Instruksi post SC
15/8/ 2017 sectio cesaria dengan presentasi Awasi tanda vital
bokong, langsung menangis IVFD RL 28 tpm
kuat, dan tidak cacat. Apgar Drips oksitosin 2
skor 8/10, Jenis kelamin ampul

6
perempuan, BBL 3100gr, PBL Inj. Ketorolac 1 amp/8
47cm jam/IV
Inj. Ranitidin 1 amp/8
jam/IV
Rabu, S : Nyeri luka operasi IVFD RL 28 tpm
16/8/2017 O : TD : 100/60 mmHg Inj. Ketorolac 1 amp/8
N : 72x/menit jam/IV
P : 18x/menit Inj. Ranitidin 1 amp/8
S : 36,5oC jam/IV
TFU sejajar pusat, Lokia (+)
rubra sedang, ASI (-/-), verban
kering.
A : POH1 + P3A0
Kamis, S : Keluhan tidak ada AFF Infus
17/8/2017 O : TD : 120/80 mmHg AFF Kateter
N : 80x/menit Lanjut terapi oral
P : 18x/menit Asam mefenamat
S : 36,5oC 3x500 mg
TFU 1 jari di bawah pusat, Amoxicilin 3x500 mg
Lokia (+) rubra minimal, ASI
(+/+), verban kering
A : POH2 + P3A0
Jumat, S : Keluhan tidak ada Asam Mefenamat
18/8/2017 O : TD: 110/70 mmHg 3x500 mg
N : 80x/menit Amoxicilin 3x500 mg
P : 18x/menit Ganti verban
o
S : 36,7 C Pasien boleh pulang
TFU 2 jari bawah pusat, Lokia
(+) minimal, ASI (+/+), verban
kering
A : POH3 +P3A0

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendahuluan
Presentase bokong adalah ketika bayi berada pada posisi logitudinal dan
bokong bayi terletak pada segmen bawah uterus ibu.1,2 Letak Sungsang
merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala difundus
uteri dan bokong dibagian bawah kavum uteri. Letak sungsang terjadi dalam 3-4%
dari persalinan yang ada. Terjadinya letak sungsang berkurang dengan
bertambahnya umur kehamilan. Letak sungsang terjadi pada 25% dari persalinan
yang terjadi sebelum umur kehamilan 28 minggu, terjadi pada 7% persalinan yang
terjadi pada minggu ke-32 dan 1-3% pada persalinan yang terjadi pada kehamilan
aterm. Sebagai contoh, 3,5% dari 136.256 persalinan tunggal dari tahun 1990
sampai 1999 di Parkland Hospital merupakan letak sungsang.3,4

B. Definisi Persalinan Sungsang


Persalinan sungsang adalah persalinan untuk melahirkan janin yang
membujur dalam uterus dengan bokong atau kaki pada bagian bawah dimana
bokong atau kaki akan dilahirkan terlebih dahulu daripada anggota badan lainnya.
Terdapat tiga tipe letak sungsang yaitu: Frank breech (50-70%) yaitu kedua
tungkai fleksi ; Complete breech (5-10%) yaitu tungkai atas lurus keatas, tungkai
bawah ekstensi ; Footling (10-30%) yaitu satu atau kedua tungkai atas ekstensi,
presentasi kaki.7,8

8
Gambar 1 : Klasifikasi letak sungsang

C. Insiden dan Faktor Risiko


Insiden presentasi sungsang menurun dari sekitar 20% pada 28 minggu
kehamilan, karena kebanyakan bayi berubah secara spontan dengan presentasi
kepala. Hal ini tampaknya menjadi proses aktif dimana bayi biasanya terbentuk
dan aktif untuk mencari posisi 'paling cocok' dalam ruang intrauterin normal.
Presentasi sungsang persisten mungkin berhubungan dengan kelainan bayi,
volume cairan ketuban, lokalisasi plasenta atau rahim.7 Sungsang 2-4% dari
seluruh persalinan dianggap sebagai kehamilan berisiko tinggi karena 2-5%
peningkatan risiko morbiditas dan mortalitas perinatal dalam hal komplikasi.9

D. Etiologi
Ada beberapa penyebab yang memegang peranan dalam terjadinya letak
sungsang diantaranya adalah:

Plasenta previa
Keadaan air ketuban : Hidramnion, oligohidramnion
Keadaan kehamilan : Gemeli (kehamilan ganda)
Keadaan janin : hidrocephalus, anencephalus, makrosemia
Keadaan uterus : uterus arkuatus, plasenta dengan implantasi pada kornu
Keadaan dinding abdomen : rileks akibat grandemultipara
Keadaan tali pusat : pendek, terdapat lilitan tali pusat pada leher
Idiopatik

9
Faktor lain yang menjadi predisposisi terjadinya letak sungsang selain
umur kehamilan termasuk diantaranya relaksasi uterus berkaitan dengan
multiparitas, multi fetus, persalinan sungsang sebelumnya, kelainan uterus dan
tumor pelvis. Plasenta yang terletak di daerah kornu fundus uteri dapat pula
menyebabkan letak sungsang, karena plasenta mengurangi luas ruangan di daerah
fundus. Fianu dan Vaclavinkova (1978) menemukan prevalensi lebih tinggi pada
implantasi plasenta di daerah kornual-fundal pada letak lintang (7%) dari
presentasi vertex (5%) dengan sonografi. Frekuensi terjadinya letak sungsang juga
meningkat dengan adanya plesenta previa, tetapi hanya sejumlah kecil letak
sungsang yang berhubungan dengan plasenta previa. Tidak ada hubungan yang
kuat antara letak sungsang dengan pelvis yang menyempit (panggul sempit). 1,7,8

E. Patofisologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air
ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan
leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala,
letak sungsang atau letak lintang.Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh
dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan
kedua tungkai terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk
menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada
diruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat
dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang
lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar
ditemukan dalam presentasi kepala.9

10
F. Diagnosis
1. Anamnesis
Anamnesis paling sering ditemukan adalah terasa sesak pada abdomen
bagian atas akibat sering didorongnya kepala karena gerakan kaki
janin.Biasanya ibu merasa adanya gerakan terasa lebih banyak di bagian
bawah.1
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah1 :
a. Leopold
Leopold I difundus akan teraba bagian bulat dan keras yakni
kepala
Leopold II teraba punggung dan bagian kecil pada sisi samping
perut ibu
Leopold III-IV teraba bokong di segmen bawah rahim.

Gambar 2 : Pemeriksaan leopold


Bunyi jantung terdengar pada punggung janin setinggi pusat. Bokong
harus dibedakan dengan muka jika caput succedenum besar, muka
dapat disangka bokong karena kedua tulang pipi dapat menyerupai
tuberossis ischia, dagu menyerupai ujung os sacrum, sedangkan mulut
disangka anus. Yang menentukan adalah os sacrum yang mempunyai
deretan prosesus spinosus yang disebut krista sakralis media.10

11
b. Pemeriksaan Dalam
Dari pemeriksaan dalam akan teraba bokong atau dengan kaki
disampingnya, akan teraba os sakrum, kedua tuberosis iskii dan anus,
kadang kadang kaki (pada letak kaki).
Bedakan antara :
Anus : lubang kecil, tulang (-), isap (-), mekonium (+)
Kaki : tumit, sudut 90, rata jari jari, popliteal, patella
Mulut : menghisap, rahang, lidah
Tangan siku : jari panjang, tidak rata, patella (-)
3. Pemeriksaan penunjang
a. Ultrasonografi
Peranan utrasonografi penting dalam diagnosis dan penilaian risiko pada
presentasi bokong. Jenis presentasi bokong, taksiran berat janin, penilaian
volume air ketuban, konfirmasi letak plasenta, jenis presentase bokong,
keadaan hiperekstensi kepala, kelainan kongenital, dan pekrkembangan
janin dapat diperiksa.11
b. Foto Rontgen
Terdapat bayangan kepala di fundus.

G. Penatalaksanaan10,11
1. Dalam kehamilan
Mengingat bahayanya, sebaiknya persalinan dalam letak sungsang
dihindari. Pada waktu pemeriksaan antenatal dijumpai letak sungsang,
terutama pada primigravida, hendaknya diusahakan melakukan versi luar
menjadi presentasi kepala. Bila syarat syarat versi luar terpenuhi dan tidak
ada indikasi kontra versi luar. Syarat versi luar yaitu :
Janin dapat lahir per vaginam atau tidak ada kontraindikasi lahir
per vaginam
Bagian terendah janin masih dapat dikeluarkan dari PAP

12
Dinding perut ibu cukup tipis dan lentur sehingga bagian bagian
tubuh janin dapat dikenali (terutama kepala) dan dapat dirasakan
dari luar dengan baik
Selaput ketuban masih utuh
Pada pasien belum inpartu kehamilan primigravida usia kehamilan
34 36 minggu dan multigravida usia kehamilan lebih 38 minggu.
Umunya versi luar sudah di coba pada minggu ke 28, pada nulipara versi
luar dilakukan pada umur kehamilan 34 36 minggu, sedangkan pada
multipara dilakukan pada umur kehamilan 36 38 minggu. Versi luar masih
dapat di usahakan pada penderita inpartu dengan syarat :
pembukaan kurang 3 4 cm
ketuban masih utuh
bokong anak masih dapat dibebaskan
Kontraindikasi dilakukan versi luar :
panggul sempit
perdarahan antepartum
hipertensi
hamil kembar
plasenta previa.
Pada panggul sempit tidak ada gunanya melakukan versi luar, karena
meskipun berhasil menjadi presentasi kepala, akhirnya perlu dilakukan seksio
sesarea. Tetapi bila kesempitan panggul hanya ringan, versi luar harus
diusahakan karena kalau berhasil akan memungkinkan dilakukan partus
percobaan. Versi luar pada perdarahan antepartum tidak boleh dilakukan,
karena dapat menambah perdarahan akibat lepasnya plasenta. Pada penderita
hipertensi, usaha versi luar dapat menyebabkan solusio plasenta; sedangkan
pada kehamilan kembar, selain janin yang lain dapat menghalangi usaha versi
luar tersebut, yang lebih berbahaya ialah bila janin berada dalam satu kantong
amnion kemungkinan tali pusat kedua janin akan saling melilit. Kalau versi
luar gagal karena penderita menegangkan otot-otot dinding perut, penggunaan

13
narkosis dapat dipertimbangkan. Kerugian penggunaan narkosis untuk versi
luar antara lain: narkosis harus dalam, sebab dengan narkosis ringan versi luar
jauh lebih sulit dibandingkan bila penderita tetap dalam keadaan sadar.
Disamping itu, karena penderita tidak merasakan sakit ada bahaya
kemungkinan digunakan tenaga berlebihan dan dapat mengakibatkan
lepasnya plasenta. Mengingat bahayanya, sebaiknya tidak melakukan versi
luar dengan menggunakan narkosis.
Versi luar dilakukan dengan cara hati hati tanpa anastesi. Setelah versi
luar dilakukan pemantauan kesejahteraan janin dengan USG dan Fetal Heart
monitoring. Persiapan teknik versi luar, yaitu :
kandung kemih kosong
pasien tidur terlentang
bunyi jantung janin diperiksa dahulu (jika BJJ buruk versi
dibatalkan)
kaki dibengkokkan pada lutut dan pangkal paha supaya dinding
perut kendor
Langkah langkah melakukan versi luar adalah :
Mobilisasi = bokong dibebaskan terlebih dahulu
Sentralisasi = kepala dan bokong janin dipegang dan didekatkan
satu sama lain hingga badan janin membulat sehingga lebih mudah
diputar
Versi = janin diputar sehingga kepala janin terdapat
dibawah.
Arah pemutaran hendaknya kearah yang mudah yang paling sedikit
tahananya. Jika ada pilihan, diputar ke arah perut janin supaya tidak terjadi
defleksi dan tidak menunggangi tali pusat.

14
Gambar 3 : Versi luar
Keberhasilan versi luar 35-86 % (rata-rata 58 %). Peningkatan
keberhasilan terjadi pada multiparitas, usia kehamilan, frank breech, letak
lintang. Newman membuat prediksi keberhasilan versi luar berdasarkan
penilaian seperti Bhisop skor (Bhisop-like score).

Tabel 1 : Bishop Like Score

Skor 0 1 2 3
Pembukaan serviks 0 1-2 3-4 5+
Panjang serviks (cm) 3 2 1 0
Station -3 -2 -1 +1,+2
Konsistensi Kaku Sedang Lunak
Position Posterior Mild Anterior
Interpretasi : Keberhasilan 0% jika nilai <2 dan 100% jika nilai >9

2. Dalam Persalinan
a. Jenis persalinan
Untuk memilih jenis persalinan pada letak sungsang Zachtuchni dan
Andros telah membuat suatu indeks prognosis untuk menilai apakah
persalinan dapat dilahirkan pervaginam atau perabdominan. Jika nilai
kurang atau sama dengan 3 dilakukan persalinan perabdominan, jika nilai 4
dilakukan evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat badan janin; bila
nilai tetap dapat dilahirkan pervaginam, dan jika nilai lebih dari 5 dilahirkan
pervaginam.
ALARM (Advanced in Labour and Risk Management) International
memberikan kriteria seleksi untuk partus pervaginam yaitu jenis letak
sungsang adalah frank atau bokong komplit, kepala fetus tidak hiperekstensi

15
dan taksiran berat janin 25003600 gram serta tindakan augmentasi dan
induksi persalinan diperbolehkan pada janin letak sungsang.
Tabel 2 : Skor Zachtuchni Andros
Skor Zachtuchni Andros
Parameter Nilai
0 1 2
Paritis Primi Multi -
Pernah letak sungsang Tidak 1 kali 2 kali
TBJ > 3650 gr 3649-3176 gr < 3176 gr
Usia kehamilan > 39 minggu 38 minggu < 37 minggu
Station <-3 -2 -1 atau >
Pembukaan serviks 2 cm 3 cm 4 cm

H. Komplikasi

Persalinan sungsang dengan tarikan sampai pada lahirnya umbilikus dan tali
pusat menyentuh pelvis akan menekan tali pusat. Oleh karena itu, sekali letak
sungsang melewati introitus vagina, abdomen, thoraks, lengan dan kepala harus
lahir secara tepat. Ini melibatkan persalinan yang sedikit cepat dapat menekan
bagian-bagian janin. Pada kehamilan aterm, beberapa pergerakan kepala mungkin
sukses melewati jalan lahir. Pada keadaan yang tidak menguntungkan ini, pilihan
persalinan pervaginam keduanya tidak memuaskan:

Persalinan mungkin tertunda beberapa menit ketika melahirkan kepala


yang menyusul melewati pelvis ibu, tetapi hipoksia dan asidemia
bertambah berat; atau
Persalinan mungkin dipaksakan, menyebabkan trauma dari penekanan,
tarikan atau keduanya.

Pada fetus preterm, perbedaan antara ukuran kepala dan bokong biasanya
lebih besar daripada fetus yang lebih tua. Saat itu, bokong dan ekstremitas
bawah fetus preterm akan melewati serviks dan dilahirkan, dan serviks belum
berdilatasi cukup untuk melahirkan kepala tanpa trauma. Pada keadaan ini, insisi
Duhrssen pada serviks mugkin dapat dilakukan. Walaupun demikian, trauma pada
fetus dan ibu mungkin dapat dinilai, dan fetal hipoksia mungkin berbahaya..
16
Masalah lain pada mekanisme letak sungsang adalah terperangkapnya lengan di
belakang leher. Komplikasi lengan menunjuk (nuchal arm) sampai 6 persen dari
persalinan sungsang pervaginam dan dihubungkan dengan peningkatan mortalitas
neonatal.

Frekuensi prolaps tali pusat meningkat apabila fetus berukuran kecil atau bila
sungsang tidak dalam posisi bokong murni. Dalam laporan Collea dan kawan-
kawan (1978), insiden pada posisi frank breech sekitar 0,5%, yang sesuai dengan
0,4% pada presentasi kepala (Barrett,1991). Sedangkan, insiden prolaps tali pusat
pada presentasi kaki adalah 15%, dan 5% pada letak bokong murni.Panjang tali
pusat umbilikus lebih pendek pada letak sungsang dari keterliban letak kepala
secara signifikan dan tali pusat yang melingkar-lingkar pada fetus lebih umum
pada letak sungsang. Abnormalitas tali pusat ini sepertinya memainkan peran
dalam perkembangan janin letak sungsang seperti insiden yang relatif tinggi pola
denyut jantung janin yang mencemaskan pada persalinan.

I. Prognosis

Baik ibu maupun janin dengan letak sungsang memiliki risiko yang lebih
besar dibandingkan dengan letak kepala. Pada persalinan sungsang yang sulit
terdapat peningkatan risiko maternal. Manipulasi secara manual dalam jalan lahir
akan memperbesar risiko infeksi pada ibu. Berbagai perasat intra uteri, khususnya
dengan segmen bawah uterus yang sudah tipis, atau persalinan after coming head
lewat serviks yang belum berdilatasi lengkap, dapat mengakibatkan ruptura uteri,
laserasi serviks ataupun keduanya. Tindakan manipulasi tersebut dapat pula
menyebabkan pelebaran luka episiotomi dan robekan perineum yang dalam.
Anestesi yang memadai untuk menimbulkan relaksasi uterus yang nyata dapat
pula mengakibatkan atonia uteri yang selanjutnya diikuti oleh perdarahan
postpartum dari tempat implantasi plasenta.

Meskipun demikian, secara umum prognosis bagi ibu yang bayinya


dilahirkan dengan ekstraksi bokong bagaimanapun juga lebih baik bila
dibandingkan pada tindakan seksio sesarea. Bagi janin, prognosisnya kurang
17
menguntungkan dan akan semakin serius dengan semakin tingginya bagian
presentasi pada awal dilakukannya ekstraksi bokong. Di samping peningkatan
risiko terjadinya ruptura tentorium dan perdarahan intraserebral, yang menyertai
persalinan sungsang, angka mortalitas perinatal juga meningkat akibat semakin
besarnya kemungkinan terjadinya trauma lain pada saat dilakukan ekstraksi. Lebih
lanjut, prolapsus funikuli pada presentasi bokong tak lengkap jauh lebih sering
dijumpai bila dibandingkan pada presentasi verteks, dan komplikasi ini
selanjutnya akan memperburuk prognosis bagi bayi.

Angka kematian bayi pada persalinan letak sungsang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan letak kepala. Di RS Karjadi Semarang, RS Umum Dr.
Pringadi Medan dan RS Hasan Sadikin Bandung didapatkan angka kematian
perinatal masing-masing 38,5%, 29,4% dan 16,8%. Eastmen melaporkan angka
kematian perinatal antara 12 14%. Sebab kematian perinatal yang terpenting
akibat terjepitnya tali pusat antara kepala dan panggul pada waktu kepala
memasuki rongga panggul serta akibat retraksi uterus yang dapat menyebabkan
lepasnya plasenta sebelum kepala lahir. Kelahiran kepala janin yang lebih lama
dari 8 menit umbilikus dilahirkan akan membahayakan kehidupan janin. Selain itu
bila janin bernafas sebelum hidung dan mulut lahir dapat membahayakan karena
mucus yang terhisap dapat menyumbat jalan nafas. Bahaya asfiksia janin juga
terjadi akibat tali pusat menumbung, hal ini sering dijumpai pada presentasi
bokong kaki sempurna atau bokong kaki tidak sempurna, tetapi jarang dijumpai
pada presentasi bokong.

18
BAB 3
ANALISA KASUS

Pasien 30 tahun datang dari poli Kandungan dengan letak sungsang.


Keluhan keluar darah (+) 2 hari SMRS, lendir (-), air-air (-). Keluhan lain pusing
(-), mual (-), muntah (-), nyeri perut tembus belakang (-), BAB dan BAK lancar
seperti biasa. Riwayat imunisasi TT 2 kali. Riwayat haid : Pasien haid tiap bulan
dengan interval waktu 28-30 hari dengan lama 4-5 hari. HPHT: ?/11/2016. TP :
?/8/2017. Riw. Kehamilan ibu selalu merasakan gerakan di daerah pusat kebawah
dan merasa sesak. . Riwayat USG di praktek dokter bulan Juli 2017 dengan letak
sungsang. Berdasarkan teori, anamnesis yang paling sering ditemukan adalah
biasanya ibu merasa adanya gerakan terasa lebih banyak di bagian bawah. Faktor
risiko presentasi sungsang persisten berhubungan dengan kelainan bayi, volume
cairan ketuban, lokalisasi plasenta atau rahim. Peranan ultrasonografi penting
dalam diagnosis dan penilaian risiko pada presentasi bokong. Jenis presentasi
bokong, taksiran berat janin, penilaian volume air ketuban, konfirmasi letak
plasenta, keadaan hiperekstensi kepala, kelainan kongenital, dan perkembangan
janin dapat diperiksa.
Pada pemfis ditemukan pemeriksaan luar, L1 = TFU 2 Jari dibawah
procesus xypoideus, kepala, L2 = punggung kiri, L3 = bagian terendah bokong,
L4 = bagian terendah belum masuk PAP, His (-), DJJ 154 x/menit, gerakan janin
(+) dirasakan ibu, anak kesan tunggal, TBJ 22856 gr. Berdasarkan teori, pada
pemeriksaan luar ditemukan Leopold I di fundus akan teraba bagian bulat dan
keras yakni kepala, Leopold II teraba punggung dan bagian kecil pada sisi
samping perut ibu, Leopold III dan IV teraba bokong di segmen bawah rahim.
Gerakan janin dan DJJ sering ditemukan di daerah perut bagian bawah.
Penatalaksaan pada pasien ini adalah persalinan perabdominal. Pada kasus
didapatkan skor Berdasarkan teori, untuk memilih jenis persalinan pada letak
sungsang Zachtuchni dan Andors telah membuat suatu indeks prognosis untuk
menilai apakah persalinan dapat dilahirkan pervaginam atau perabdominal. Jika
nilai 3 dilakukan persalinan perabdominal, jika nilai 4 dilakukan evaluasi
19
kembali secara cermat, khususnya berat badan janin; bila nilai tetap dapat
dilahirkan pervaginam, dan jika nilai >5 dilahirkan pervaginam. Pada kasus
didapatkan skor Zachtuni-Andors pasien adalah 3, sehingga memenuhi indikasi
untuk dilakukan persalinan perabdominal.

20
DAFTAR PUSTAKA
1. Manuaba, Manuaba C, Manuaba F.Persalinan Distosia. Dalam Pengantar
Kuliah Obstetri. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC. 2007. Page. 736
757
2. Chapman V, Charles C. Kelahiran Sungsang. Dalam Persalinan dan
kelahiran. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC. 2013. Page 213 223
3. Edward K. Breech Presentation. Obstetrics & Midwifery. Australia :
Goverment of Western Australia North Metropolitan Health Service Women
and Newborn Health Service. 2017 : Page. 1 6
4. Hofmeyr. The Management of Breech Presentation. Royal College of
Obstetricians and Gynaecologists. RCOG Guideline No. 20b. London :
Oxford. 2006 : Page. 1 13
5. Leveno J, et al. Pelahiran bokong. Dalam Obstetri Williams. Jakarta :
Penerbit buku kedoktern EGC. 2012. Page 229 245
6. Putri MR, Serudji J, Efrida. Gambaran Kejadian Persalinan Disfungsional
pada Pasien Anemia dalam Kehamilan di RSUP Dr. M. Djamil Periode 2010
2012. Jurnal Kesehatan Andalas. 2015 : 540 544
7. Mochtar R. Perdarahan Postpartum. Dalam sinopsis Obstetri. Jakarta :
Penerbit Buku EGC. 2013. Page 206 242, 243 250
8. Sari NK. Hubungan Tingkat Paritas dengan Kejadian Letak Sungsang Pada
Ibu Bersalin di RSUD dr. R. Koesma Tuban Tahun 2008. Jurnal Stikes NU
Tuban. 2008 : 1 - 3
9. Fischer R. Breech Presentations. 2016 (diunduh 31 Mei 2017). Tersedia dari
URL: http://emedicine.medscape.com/article/262159-overview.
10. Nez S. Vaginal Breech Delivery; Still a safe mode of delivery to reduce the
rate of caesarean section. The Professional Medical Journal. Karachi,
Pakistan. 2015 : Page. 1024 1028 Tersedia dari URL:
www.theprofesional.com
11. Ranzcog. Management of breech presentation at term. The Royal Australian
and New Zealand College of Obstetricions and Gynecologists. 2016 : Page. 1
1
21

Anda mungkin juga menyukai