Anda di halaman 1dari 65

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanah merupakan bahan bangunan pada berbagai macam pekerjaan teknik


sipil, selain itu tanah berfungsi sebagai pendukung pondasi dari bangunan.
Menjadi ahli teknik sipil haruslah mempelajari sifat-sifat dasar dari tanah, seperti
asal usulnya, penyebaran ukuran butiran, kemampuan tanah menyerap air, sifat
pemampatan bila dibebani (compressibility), kekuatan geser, kapasitas daya
dukung terhadap beban dan lain-lain.

Semua yang berhubungan dengan sifat-sifat tanah akan dipelajari dalam ilmu
mekanika tanah. Mekanika Tanah (Soil Mechanics) adalah cabang dari ilmu
pengetahuan yang mempelajari sifat fisik dari tanah dan kelakuan massa tanah
tersebut bila menerima bermacam-macam gaya. Sedangkan ilmu Rekayasa Tanah
(Soil Engineering) merupakan aplikasi dari prinsip-prinsip mekanika tanah dalam
problema-problema praktisnya.

Penulisan laporan ini dilatar belakangi oleh memberikan informasi hasil


praktikum di laboratorium berdasarkan bahan di lapangan, kesesuaian dan
keseragaman dalam memberi materi praktek tanah, untuk mempermudah pada
saat memberikan pelajaran dan evaluasi setelah berakhirnya praktek uji tanah.

Sehingga dengan adanya laporan ini diharapkan dapat memberikan


pemahaman dan penjelasan secara garis besar tentang praktek uji tanah serta
bentuk evaluasi akhir praktek dengan baik.

Karena pentingnya praktikum uji tanah ini dalam mengetahui kondisi tanah
untuk bahan awal dalam suatu analisis pendirian bangunan kedepannya, maka
penelitian tentang tanah ini seharusnya harus dipahami oleh mahasiswa agar dapat
digunakan sebagai bekal nantinya.

1
1.2 Tujuan
1.2.1 Mengetahui kadar air dari tanah sampling
1.2.2 Mengetahui berat isi dari tanah sampling
1.2.3 Mengetahui berat jenis dari tanah sampling
1.2.4 Mengetahui prosentase LL/PL/SL dari tanah sampling
1.2.5 Mengetahui prosentase analisa ayakan dari tanah sampling
1.2.6 Mengetahui prosentase analisa hidrometer dari tanah sampling
1.2.7 Mengetahui derajat kepadatan dari tanah sampling
1.2.8 Mengetahui prosentase CBR dari tanah sampling
1.2.9 Mengetahui prosentase DCP dari tanah sampling
1.2.10 Mengetahui prosentase sandcone dari tanah sampling

1.3 Jenis Pengujian


1.3.1 Laboratorium
1.3.1.1 Pengujian kadar air
1.3.1.2 Pengujian berat isi
1.3.1.2 Pengujian berat jenis
1.3.1.2 Pengujian LL/PL/SL
1.3.1.2 Pengujian analisa ayakan
1.3.1.2 Pengujian analisa hidrometer
1.3.1.2 Pengujian CBR laboratorium
1.3.1.2 Pengujian Pemadatan tanah
1.3.2 Lapangan
1.3.2.1 Pengujian DCP
1.3.2.2 Pengujian Sandcone

1.4 Lokasi Pengujian


1.4.1 Pengujian Laboratorium Mekanika Tanah Politeknik Negeri Malang
1.4.2 Pengujian Lapangan
1.4.2.1 Area gedung Teknik Sipil Politeknik Negeri Malang
1.4.2.2 Desa Sejati, kecamatan Jatirejo, kabupaten Mojokerto

2
BAB II
HASIL PENGUJIAN

2.1. PIT LOG


2.1.1 Tata Cara
Pada pengambilan soil sampling ini langkah-langkah pengujiannya
sebagai berikut: pertama, tentukan lokasi serta bersihkan area tersebut.
Kedua, buat lubang ukuran yang telah ditentukan. Ketiga, ambil tanah
dengan cara menekan ring pada tanah. Keempat, pisahkan tanah yang
disturbed dan undisturbed lalu bungkus dengan alumunium foil dan beri
pelabelan. Kelima, ambil tanah 1kg dan 0,5 kg lalu bungkus dengan
alumunium foil dang beri pelabelan. Keenam, ambil tanah 45kg kedalam
karung. Ketujuh, masukkan sampel tanah yang telah dibungkus dengan
alumunium foil kedalam kotak box.

2.1.1.1 Sumur Uji (Test Pit)

a. Menentukan lokasi yang akan diambil sampel tanah serta bersihkan


per-mukaannya dari rerumputan atau benda-benda lainnya
b. Membuat lubang dengan ukuran (100x100x100)cm atau dengan
ukuran lain sesuai petunjuk instruktur
c. Menyisakan tanah berbentuk kubus dengan ukuran (20x20x20) cmpada
dasar galian mulai dikedalaman 100cm, atau mengambil sampel tanah
asli dengan menggunakan tabung sampel tanah,tiap kelompokminimal 3
(tiga) tabung sampel tanah
d. Membungkus tanah asli tersebut dengan aluminium foil atau
plastik, bila pengambilannya dengan tabung sampel tanah maka
tabung sampel tanah dapat ditutup dengan plastik atau menggunakan
malam/parafin,serta mengambil sampel tanah setiap kedalaman 50cm
atau setiap terdapat perubahan lapisan tanah untuk mengetahui kadar
airnya
e. Memberi label identifikasi agar tidak tertukar bila sampel tanah lebih
dari satu sertamenyimpan sampel tanah tersebut ditempat yang teduh

3
2.1.2 Peralatan
a. Peralatan untuk menggali (cangkul, sekop, ganco, linggis, dll.)
b. Sendok spesi, spatula besar dan alat-alat yang sejenis
c. Rol meter, palu 5kg dan balok kayu berukuran (4x6x60)cm
d. Tabung sampeltanah dengan tutup
e. Cawan (container) untuk penentuan kadar air
f. Tempat untuk sampel tanah terganggu (karung/tas plastik)
g. Kotak yang tebuat dari kayu berukuran (20x20x20)cm serta lembaran
plastik secukupnya untuk pengambilan sampel tanah asli.
2.1.3 Data Pengujian
1. Tanggal Kegiatan :
29 Maret 2015 (Hari Minggu)
2. Tempat Pengujian :
Desa Sejati, kec. Jatirejo, kab. Mojokerto
3. Keadaan cuaca pada saat pelaksanaan :
Diawali mendung dan diakiri dengan hujan.
2.1.4 Hasil Pengujian
Sesuai dengan keadaan geografis tanah yang kita ambil di Desa Sejati,
kec. Jatirejo, kab. Mojokerto, Dimana posisi Mojokerto daerah
pegunungan dan tanahnya banyak mengandung pasir dan batuan. Jadi saat
kita meakukuan pit log pada daerah tersebut secara garis besar dari
kedalaman 50 cm tanah gembur atau gampang pecah tidak gampang
menyatu dan banyak mengandung unsure pasirnya. Pada kedalaman 100
cm kita melakukan penggalian semakin banyak kita mendapatkan butiran
butiran batu dan pasir yang bercampur dengan tanah dan saat kita mencoba
untuk mengambil tanah dengan membuat persegi empat tetapi tanah tetap
gembur dan gampang hancur. Dan untuk warna dalam tanah tersebut pada
kedalaman 50 cm kita mendapatkan warna coklat kemerahan, sampai
dalam 100 cm warna tanah mengalami sedikit oerubahan jadi coklat agak
merah kekuningan. Dan pada intinya tanah didaerah pengujian kita banyak
mengandung pasir halus.

4
2.2. KADAR AIR
2.2.1 Tata Cara
Pada pengujian Kadar Air Tanah (Water Content) ini pengujian
salah satu paramteer tanah yang terpenting untuk menentukan korelasi antara
perilaku tanah dengan sifat-sifat fisiknya, oleh karenanya jenis pengujian ini
merupakan salah satu pengujian yang dilakukan secara rutin dalam
pelaksanaan kegiatan di laboratorium. Pertama, persiapkan semua peralatan
yang akan digunakan. Kedua,ambil tanah yang telah berada di dalam box
sterofoam. Ketiga,ambil beberapa sesuai keperluan yang dibutuhkan pada
pengujian. Keempat,timbang cawan kosong, dan benda uji ditambah cawan.
Kelima, letakkan cawan tersebut kedalam oven suhu (1105)oC minimum 16
jam. Keenam, keluarkan cawan dari oven lalu timbang berat tanah kering dan
cawan.

2.2.2 Peralatan
a. Oven yang dilengkapi dengan pengukur suhu untuk memanasi benda
uji sampai (1105 )C
b. Cawan dengan penutup dan tak berkarat (terbuat dari
gelas/alumunium).
c. Timbangan dengan ketelitian 0,01;0,1;1 gram (lihat Tabel 2.1)
d. Desikator, berisi selica gel
e. Penjepit (Crubicle tongs)

2.2.3 Data
Jumlah benda uji yang dibutuhkan untuk pengujiankadar air
tergantung pada ukuran butir maksimum dari sampeltanah yang diperiksa
dengan ketelitian seperti dibawah ini.

5
Tabel 2.2.1 Saran penggunaan timbangan berdasarkan ukuran
butiran

2.2.4 Contoh Perhitungan


Kadar air dihitung dengan rumus sebagai berikut :
dengan :
Berat cawan + tanah basah = W1 gram
Berat cawan + tanah kering = W2 gram
Berat cawan = W3 gram
Berat air (Ww) = (W1 W2) gram
Berat tanah kering (Ws) = (W2 W3) gram

Contoh perhitungan :
W1= 34,12 gram Ww = 6,21 gram
W2= 27,91 gram Ws = 17,90 gram
W3= 10,01 gram

Pada Benda Uji 1


Jadi, BU1 (w) kadar air = 34,69 %

6
2.2.5 Hasil Pengujian
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kadar air merupakan sebuah nilai
yang menyatakan kandungan air dalam suatu tanah, pada contoh tanah
yang kami ambil dari Desa Sejati, kec. Jatirejo, kab. Mojokertomemiliki
kandungan air sebesar 34,02 % pada kedalamam 50 cm dan 33,70% pada
kedalaman 100 cm.

7
2.3. BERAT ISI TANAH
2.3.1 Tata Cara
Pada pengujian ini berat isi tanah adapun prosedur pengujian nya
sebagai berikut: Pertama, ambil ring yang diberi oleh teknisi kemudian
ukur volume dan beratnya. Kedua, letakkan bagian yang tajam permukaan
tanah dan tekan hingga tanah masuk seluruhnya ke dalam cincin. Ketiga,
ratakan permukaan menggunakan spatula bila ada lubang tambal dengan
tanah yang sama. Keempat, bersihkan sisa sisa tanah yang menempel
pada pada ring lalu timbang ring yang berisi tanah. Kelima, hitung volume
tanah dengan mengukur ukuran dalam cincin dengan ketelitian 0,01 cm

2.3.2 Peralatan
a. Cincin (ring) besar/kecil
b. Jangka sorong
c. Pisau/spatula
d. Timbangan dengan ketelitian 0,01gram

2.3.3 Data
Tabel 2.3.1Berat isi tanah

8
Tabel 2.3.2Diameter dan Ring untuk pemgujian

2.3.4 Contoh Perhitungan


Berat isi tanah dapat dihitung sebagai berikut :
dengan :
Berat Ring = W1 gram
Berat Ring + Tanah = W2 gram
Volume Ring =V cm
Kadar air =w %

Contoh perhitungan :
Pada benda uji 1:
W1 = 36,83gram V =phi.D2.t.1/4 = 27,02 cm
W2 = 76,95 gram t = Wt V = 2,206 gram/cm
D = 3,163 cm dry = t (1 + w) = 1,65 gram/cm
Wt = 40,12 gram w = 34,02 %
T = 1,957 cm

9
2.3.5 Hasil Pengujian
Jadi, dapat disimpulkan bahwa berat isi tanah adalah perbandingan
antara berat total tanah terhadap isi/volume total tanah, pada contoh tanah
ke-1 yang kami ambil dari Desa Sejati, kec. Jatirejo, kab.
Mojokertomemiliki berat isi tanah sebesar 2,28 gram/cm pada kedalamam
50 cm dan 3,04gram/cm pada kedalaman 100 cm.

10
2.4. BERAT JENIS TANAH
2.4.1 Tata Cara
Pada pengujian berat jenis tanah ini dimaksudkan menentukan
berat jenis tanah untuk ukuran butiran tanah yang lolos ayakan No.4
(4.75mm), dengan menggunakan piknometer. Adapun langkah pengujian
sebagai berikut: pertama, ambillah contoh tanah beratnya antara 50-100
gram, kemudian keringkan dalam oven dengan temperatur (11051)oC.
Kedua,setelah kering, contoh tanah di keluarkan dan di dinginkan dalam
desikator. Ketiga, contoh tanah diayak melalui ayakan No.4 (4.75 mm) dan
atau No.10 (200mm).Keempat, Kemudian siapkan benda uji sebanyak
10gram, Apabila menggunakan piknometer 50ml, atau menggunakan
piknometer 50ml, atau 25gram apabila digunakan piknometer 100 ml,
masing-masing sebanyak tiga buah. Keenam,ambil tiga buah piknometer
kapasitas 50ml, cuci dengan air bersih kemudian keringkan dalam oven,
setelah itu keluarkan dan timbang beratnya dan tutup piknometer. Ketujuh,
masukkan contoh tanah yang sudah disiapkakan 10-25gram untuk tiap-
tiap piknometer. Kedelapan, timbang berat piknometer yang berisi benda
uji dan tutup piknometernya. Kesembilan, tambahkan air suling sampai
contoh tanah terendam, kemudian panaskan diatas hotplate, lalu kocok
piknometer dengan hati-hati untuk menghilangkan udara yang terdapat
dalam tanah. Kesepuluh, ambil piknometer dari hotplate bila gelembung
udara sudah tidak nampak lagi. Kesebelas, isikan air suling sampai penuh
kemudian tempatkan pada bak pengatur suhu (constant temperature
constant bath) setelah suhu konstan, tambahkan air suling sampai penuh,
dan tutuplah piknometer tersebut. Keringkan bagian luar dan timbang
beratnya. Keduabelas, bersihkan piknometer, kemudian isi dengan air
suling sampai penuh dan masukkan pada bak pengatur suhu, setelah suhu
konstan, keringkan bagian luar piknometer dan timbang beratnya dan
tutupnya.

11
2.4.2 Peralatan
a. Piknometer dengan kapasitas 50ml dan 100ml
b. Timbangan dengan ketelitian 0,001 dan 0,01gram
c. Desikator
d. Oven dengan pengatur suhu (1105)C
e. Thermometer ukuran 0 50C dengan ketelitian pembacaan1C
f. Ayakan nomor saringan #4, #10, 40#
g. Tungku listrik (hot plate)
h. Bak rendaman dengan pengatur suhu (constant temperature bath)
i. Air suling.

2.4.3 Benda Uji


a. Sampel tanah diambil antara 50 100gram, kemudian dikeringkan
dalam oven dengan temperatur (1105)C
b. Setelah kering, sampel tanah dikeluarkan dan dinginkan dalam
desikator
c. Sampel tanah diayak melalui ayakan No.4 (4,75mm) dan atau No.10
(200mm), kemudian menyiapkan benda uji sebanyak 10gram apabila
menggunakanpiknometer50mlatau25gramapabilamenggunakan
piknometer 100ml, masing-masing sebanyak 3 sampel.

2.4.4 Data
Tabel 2.4.1Berat Jenis tanah

12
2.4.5 Contoh Perhitungan

2.4.5.1 Kalibrasi Piknometer

a. Membersihkan, mengeringkan, menimbang dan mencatat


piknometer beserta tutupnya (W1)
b. Mengisi piknometer dengan air suling dan memasukkannya
kedalam bak pengatur suhu (constant temperatur bath) 25C.
Memasang tutup piknometer setelah isi piknometer sudah
mencapai suhu 25, kemudian mengeringkan bagian luar
piknometer sertamenimbang piknometer beserta isinya dan
tutupnya (W25)
c. Menyusun tabel nilai W5 untuk urutan suhu antara 18C sampai
31C dari nilai W25 yang ditentukan

Harga W5dihitung sebagai berikut :


W5 =W25 X k
dengan :
W5 = Berat piknometer + air + tutup setelah dikoreksi
W25 = Berat piknometer + air + tutup pada suhu25C.
K = Faktor koreksi terhadap suhu (Tabel 4.1)

Tabel 2.4.2Faktor koreksi terhadap suhu


T (Suhu) Faktor koreksi T (Suhu) Faktor koreksi
K K
18 1,0016 25 1,0000
19 1,0014 26 0,9997
20 1,0012 27 0,9995
21 1,0010 28 0,9992
22 1,0007 29 0,9989
23 1,0005 30 0,9986
24 1,0003 31 0,9983

13
2.4.5.2 PerhitunganBerat Jenis Tanah

Berikut rumus untuk perhitungan berat jenis tanah :

dengan :
Gs = Berat jenis tanah
GL = Berat jenis cairan yang dipakai
W1 = Berat piknometer + tutup
W2 = Berat piknometer + sampel tanah + tutup
W3 = Berat piknometer + sampel tanah + air + tutup
W5 = Berat piknometer + air + tutup setelah dikoreksi

Contoh Perhitungan :
Pada benda uji 1 :
W1 = 34,20 gram W4 = 89,12 gram
W2 = 44,20 gram K = 1
Wt = W2-W1 = 10,00 gram Co = 25 Co
W3 = 94,67 gram W5 = 89,08 gram

Berikut rumus untuk perhitungan berat jenis tanah :


Gs = (W2-W1) / {(W5 -W1)-(W3 W2)}
= (44,20 34,20) / {(89,08 34,20)-(94,67 44,20)}
= 78,20 / (54,88 50,47)
= 2,43 gr

2.4.5.3 Pengambilan Hasil Rata-RataBerat Jenis Tanah

Mengambil harga rata-rata dari hasil ketigapengujian tersebut


dalam 2 (dua) angka dibelakang koma.
Gs rata-rata = (Gs1 + Gs2 + Gs3) / 3
=( 2,27 + 3,58 + 2,50 ) gr /3
= 2,78333333 = 2,78 gr

14
2.4.6 Hasil Pengujian
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Berat jenis tanah (Gs) adalah
perbandingan antara berat butir tanah (Ws) denganberatair (Ww) yang
mempunyai volume (V) sama pada temperatur tertentu, pada contoh tanah
ke-1 yang kami ambil dari Desa Sejati, kec. Jatirejo, kab.
Mojokertomemiliki berat jenis tanah sebesar 2,45 gram/cm3.

15
2.5. BATAS-BATAS ATTERBERG
2.5.1 Tata Cara

2.5.1.1 Penentuan Batas Cair

Pertama, Mengambil benda uji sebanyak 100gram yang sudah


disiapkan dan meletakkannya pada lempeng kaca. Kedua, Memberi air suling
pada benda uji tersebut sedikit demi sedikit, serta mengaduknya sampai
merata/homogen. Ketiga, Setelah campuran homogen, mengambilbenda uji
tesebut secukupnyadan meletakkan pada mangkok alat uji, kemudian
meratakan permukaannyasedemikian rupa sehingga sejajar dengan dasar alat
uji, dengan ketebalan maksimum 1cm. Keempat, Membuat alur dengan
membagi dua benda uji dalam mangkok dengan menggunakan alat pembuat
alur (grooving tool) melalui garis tengah mangkok secara simetris. Kelima,
Pada waktu membuat alur posisi alat pembuat alur harus tegak lurus
permukaan mangkok. Keenam, Memutar engkol alat uji sehingga mangkok
naik/jatuh setinggi 1cm dengankecepatan 2 putaran perdetik. Permutaran ini
dilakukan terus dengan kecepatan tetap sampai dasar alur benda uji berimpit
sepanjang 1,27cm dan mencatat jumlah pukulan pada waktu berimpit
tersebut. Ketujuh, Mengulangi pekerjaan (3) sampai (6) paling kurang 2
kali sampai diperoleh jumlah pukulan yang sama, dimaksudkanagar
campuran tersebut sudah betul-betul merata kadar airnya. Bila telah diperoleh
jumlah pukulan yang sama, maka mengambil sedikit tanah pada bagian yang
berimpit untuk dicari kadar airnya.Mengembalikan sisa benda uji kelempeng
kaca dan Kedelapan, yang berbeda sehingga diperoleh perbedaan jumlah
pukulan sebesar 810 pukulan.Kesembilann, Melakukan pengujian tersebut
diatas dengan kadar air yang bervariasi sehingga didapat pukulan antara 10
50.

16
2.5.1.2 Penentuan Batas Plastis

Pertama, Benda uji sama dengan yang dipakai batas cair dan
meletakkannya diatas pelat kaca kemudian menambahkan air suling serta
mengaduknya hingga merata. Kedua, Setelah kadar air merata buatlah
bola-bola tanah dengan diameter 1cm seberat 8gram, kemudian memilin
bola-bola tanah diatas plat kaca dengan telapak tangan berkecepatan 80
90 pilinan/menit.Ketiga, Melakukan pemilinan sampai benda uji
berbentuk batang dengan diameter 3mm. Bila ternyata benda uji belum
mencapai diameter 3mm sudah retak-retak maka satukan lagi benda uji
tersebut dan menambahkan lagi sedikit air suling serta mengaduknya lagi
hingga homogen. Jika ternyata hasil memilin mempunyai diameter lebih
kecil dari 3 mm maka benda uji biarkan beberapa saat agar kadar airnya
sedikit berkurang. Keempat, Mengadukan dan memilin diulangi terus
sampai retakan-retakan itu terjadi tepat pada saat hasil pemilinan
mempunyai diameter 3mm serta panjang minimum 2,5 mm. Kelima,
Buatlah batang-batang pengujian sebanyak 5gram, kemudian
memeriksa kadar airnya.

2.5.2 Peralatan
a. Alat batas cair standar (casagrande)
b. Oven yang dilengkapi dengan alat pengatur suhu
c. Alat pembuat alur (grooving tool)
d. Spatula
e. Cawan untuk penentuan kadar air
f. Air suling
g. Timbangan dengan ketelitian 0,01gram
h. Lempeng kaca ukuran 60 x 60 x 1cm

17
2.5.3 Benda Uji
a) Bila sampel tanah diperkirakan mempunyai butiran yang lebih kecil dari
saringan No.40 (0,425mm), maka sampel tanah dapat digunakan
langsung dalam pengujian
b) Bila sampel tanah mempunyai butiran lebih besar dari saringan No.40
(0,425mm), maka sampel tanah dikeringkanterlebih dahulu setelah
itudisaringan dan diambil benda uji yang lolos saringan N0.40
(0,425mm) sebanyak 200gram.

2.5.4 Data
Tabel 2.5.1 Penentuan Batas Cair

Tabel 2.5.1 Penentuan Batas Plastis

18
Tabel 2.5.1 Penentuan Shrinkage Limit

2.5.5 Contoh Perhitungan

2.5.5.1 Penentuan Batas Cair

a. Hasil yang diperoleh berupa jumlah pukulan dan kadar air yang
selanjutnya digambar dalam grafik.Jumlah pukulan digambarkan pada
sumbu mendatar dengan skala logaritmis dan kadar air sebagai sumbu
tegak dengan skala normal
b. Membuat garis lurus melalui titik-titik itu, jika ternyata titik-titik yang
diperoleh tidak terletak satu garis, maka buatlah garis lurus melalui titik
berat dari titik-titik tersebut
c. Menarik garis vertikal pada jumlah pukulan 25 x sampai memotong garis
grafik, kemudian menarik garis mendatar dari titik potong tersebut hingga
memotong sumbu vertikal (sumbu kadar air). Nilai yang diperoleh tersebut
merupakan nilai batas cair (Liquid Limit, LL) dari jenis tanah yang diuji.
d. Jadi saat ditarik garis tersebut pada grafik dibawah menunjukkan angka
43,67 %

19
Grafik 2.5.1 Penentuan LL PL

2.5.5.2 Penentuan Batas Plastis

a. Menentukan kadar air rata-ratanya pada kadar air tersebut (pada prosedur
penentuan batas plastis) merupakan harga batas plastis (Plastic Limit, PL).

Rumus untuk mencari kadar air ialah :


w= x 100%

W1 = 11,70 gram Ww = 0,60 gram


W2 = 11,10 gram K = 0,9986
W3 = 10,10 gram W5 = 89,08 gram

Ww = W1 W2
= 11,70 11,10
0,60 gr

20
Ws = W2 W3
= 11,10 10,10
= 1,00 gr


w = x 100%

0,60
=1,00 x 100%

=60%

2.5.5.3 Penentuan Shrinkage Limit

a. Setelah mengikuti beberapa prosedur tersebut kita mendapatkan data-data


unutk mnegetahui nilai Shrinkage Limit yaitu mengetahui perubahan dari
tanah tersebut yaitu panjang dan atau diameter benda uji tersebut

Benda uji Tanah Basah sebe;um di oven = 55,50 gr


Panjang Benda Uji Sebelum di oven = 13,46 gr
Diameter Benda Uji Sebelum di Oven = 2,04 cm

Setelah dilakukan pengovenan atau kering oven

Benda uji Tanah Basah Sesudah di oven = 37,90 gr


Panjang Benda Uji Sesudah di oven = 13,00 gr
Diameter Benda Uji Sesudah di Oven = 1,50cm

Besar Perubahan yang Terjadi

Perubahan Berat Benda uji Tanah = 17,60 gr


Perubahan Panjang Benda Uji = 0,46 gr
Perubahan Diameter Benda Uji = 0,50 cm

21
2.5.6 Hasil Pengujian
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Batas cair adalah nilai kadar air
tanah dalam kondisi tanah antara cair dan plastis. Batas plastis adalah nilai
kadar air tanah dalam kondisi antara plastis dan semi padat. Batas
susut/kerut adalah nilai kadar air tanah dalam kondisi antara semi padat
dan padat., pada contoh tanah yang kami ambil dari Desa Sejati, kec.
Jatirejo, kab. Mojokerto memiliki LL = 43,67%, PL = 40,00 %, IP = 3,67
%

22
2.6. ANALISA UKURAN BUTIRAN
2.6.1 Tata Cara
Pada pengujian analisa ayak kali ini untuk menentukan pembagian
ukuran butir suatu contoh tanah. Aadapun langkah pengujian antara lain :
Pertama, benda uji dikeringkan dalam oven. Kedua, saring benda uji lewat
susunan saringan dengan ukuran saringan palingan besar ditempatkan diatas.
Ketiga, susunan saringan digetarkan 15 menit di vibrator ayak. Keempat,
timbang benda uji yang bertahan pada masing-masing saringan.

2.6.2 Peralatan
a. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2 % dari benda uji
b. Satu set saringan dengan ukuran : 3/8; No 4; No 10; No 20; No. 40;
No.100; No.200
c. Oven dengan pengatur suhu sampai 110C
d. Mesin penggetar saringan
e. Talam
f. Kuas, sikat kuningan, sendok dan alat-alat lainnya.

2.6.3 Data
Tabel 2.6.1 Hasil Uji Analisa Ayak

23
2.6.4 Perhitungan
a. Menghitung jumlah berat tertahan untuk masing-masing ukuran
saringan secara kumulatif.
b. Menghitung jumlah prosentase berat benda uji tertahan dihitung
terhadap berat total secara komulatif.
c. Menghitung jumlah prosentase berat benda uji yang melalui masing-
masing saringan dihitung.

Pengklasifikasian USCS
1. Tanah lolos saringan no. 200 sebanyak 10,60%, sehingga termasuk
tanah berbutir kasar dengan ketentuan kurang dari 50% lolos saringan
no. 200
2. Tanah lolos no. 4 sebanyak 100%, sehingga termasuk tanah berbutir
kasar (pasir) dengan ketentuan lebih dari 50 % lolos saringan no. 4
3. Lolos saringan no 200 = 10,60 % jadi tergolong pada pasir sesuai
dengan criteria bila masuk dalam rentang 5%-12% maka memiliki
symbol dobel.
4. Symbol pertama ialah SM dikarenakan batas-batas Atterberg di bawah
garis A atau PI > 4

Symbol kedua dicari dengan cara berikut.


a. Menentukan nilai D60, D30, D 10.
84,460
D60 = 0,85-{84,447,20 (0,85 0,425)}

= 0,572
47,2030
D30 = 0,425-{47,2020,30 (0,425 0,15)}

= 0,25
20,3010
D10 = 0,15-{ 20,300 (0,15 0,075)}

= 0,07
b. Setelah dapat nilai dari point a, tentukan nilai Cu dan Cc.
60
Cu =10

24
0,572
= 0,07

= 8,171
302
Cc = 60 10
0,252
= 0,5720,07

= 1,561
Simbol kedua ialah SW karena dalam perhitungan Cu memenuhi
syarat diatas 6 yaitu 8,171 dan Cc juga memenuhi syarat antara 1-3
yaitu 1,561

Pengklasifikasian AASHTO
1. Tanah tertahan saringan no. 200 sebanyak 89,40%, batas cair
sebanyak 43.67%, indeks plstisitas sebesar 3,67%
2. Menentukan nilai Group Index
GI = (F-35){0,2 + 0,05 (LL-40)}+0,01(F-15) x (PI-10)
= (10,60-35){0,2 + 0,05 (43.67-40)}+0,01(10,60-15) x (3,67-10)
= -24,2 + 0,27852
= - 23,92148
Dikarenakan nilai GI adalah negatif maka di dapatkan bahwa GI = 0
3. Dari data tersebut dapat ditentukan jenis tanah, sehingga tanah
yang diuji masuk kedalam kelompok A-2-5 (Kerikil dan pasir
berlanau atau berlempung)

2.6.5 Hasil Pengujian


Jadi, dapat disimpulkan bahwa pada analisis ayakan contoh tanah
yang kami ambil dari Desa Sejati, kec. Jatirejo, kab. Mojokertomemiliki
presentasi butiran halus lolos saringan no. 200 sama dengan 10,60 % maka
memiliki 2 simbol atau symbol dobel,yaitu SW dan SP, dan memiliki
symbol A-2-5 pada sistem klasifikasi AASHTO. Yang secara umum
dinyaakan bahwa tanah yang diuji ialah kerikil berlanau atau berlempung
dan pasir.

25
2.7. ANALISA HIDROMETER
2.7.1 Tata Cara
Pada pengujian analisa hidrometer ini untuk menentukan
pembagian ukuran butir dari tanah yang lewat saringan no.200. Analisa
hidrometer didasarkan pada prinsip sedimentasi (pengendapan) butir-butir
tanah dalam air. Adapun langkah pengujian antara lain: pertama, pada
jenis tanah yang mengandung batu dan butiran yang hampir sama dan
lebih halus dari saringan # 10 (2mm). Kedua, dalam hal ini benda uji tidak
perlu dikeringkan dan diayak pada ayakan # 10 tetapi periksa kadar airnya.
Ketiga, pada jenis tanah yang banyak mengandung butiran yang lebih
besar dari saringan #10 (2mm), maka keringkan dan ditumbuk kemudian
diayak menggunakan saringan #10. Keempat, buat campuran antara
sodium Hexametaphosat dengan air suling dengan komposisi 40 gram : 1
liter dipakai sebagai bahan difloculatingagent. Kelima, ambil contoh tanah
yang akan diuji baik kering maupun tidak, kemudian jadikan satu dengan
larutan dalam glass beaker dan aduk sebentar serta simpan 24 jam.
Keenam, setelah direndam pindahkan semua campuran ke dalam mangkok
mixer serta tambahkan air suling dari hasil pencucian glass beaker, dan
aduk selama 5 menit. Ketujuh, tutup gelas ukur dan kocoklah berulang-
ulang 1 menit. Perhatikan sewaktu mengocok jangan sampai ada
campuran yang tumpah atau melekat pada dasar tabung. Kedelapan,
letakkan diatas meja serta masukkan hidrometer

2.7.2 Peralatan
1. Ayakan # 10 (2mm) 8. Stop watch
2. Hidrometer 9. Timbangan
3. Termometer 0 50 C 10. Gelas ukur 1000 ml
4. Mixer 11. Air suling
5. Sodium hexamethaphosphat 12. Glass/string rod
6. Oven 13. Glass beaker
7. Evaporating dish

26
2.7.3 Benda Uji
a. Pada jenis tanah yang mengandung batu dan butirannya hampir sama
atau lebih halus dari saringan # 10 (2,0 mm). Dalam hal ini, benda uji
tidak perlu dikeringkan dan diayak pada ayakan # 10 tetapi periksalah
kadar airnya
b. Pada jenis tanah yang banyak mengandung butiran yang lebih besar dari
saringan # 10 (2,0 mm),maka keringkan dan ditumbuk kemudian diayak
menggunakan saringan # 10
c. Buatlah campuran antara sodium hexametaphosphat dengan air suling,
komposisi 40gram 1liter dipakai sebagai bahan difloculating agent
d. Mengambil sampel tanah yang akan diuji baik kering maupun tidak,
kemudian jadikan satu dengan larutan (3) dalam glass beaker dan
mengaduk sebentar serta menyimpannya selama 24 jam.

2.7.4 Data
Tabel 2.7.1 Analisa Hidrometer

27
Grafik 2.7.1 Grafik semilog

2.7.5 Perhitungan

Rumus-rumus yang digunakan :


a. Rc = Ra Zc + Ct
dengan :
Rc = Bacaan hidrometer terkoreksi
Ra = Bacaan hidrometer saat pengujian
Zc = Koreksi terhadap nol hidrometer
Ct = Koreksi terhadap temperatur (lihat Tabel 6.1)

28
Sampel perhitungan pada bacaan pertama, selang waktu 0,5 s,
temperature 25oC , bacaan hydrometer sama dengan 17.

Rc = Ra Zc + Ct
= 17 (-2,5) +1,30
= 20,80


b. % lolos = %

dengan :
Rc = Bacaan hidrometer terkoreksi
a = koreksi terhadap Gs = 2,65 (lihat Tabel 2.7.2)
Ws = Berat benda uji kering

Rc x a
% lolos = x 100 %
Ws

20,80 x {((0,2167)x2,45+1,5758)}
= x 100 %
50

= 43,37 %

c. R = Ra + 1
dengan :
R = Bacaan hidrometer hanya terkoreksi oleh meniskus
Ra = Bacaan hidrometer saat pengujian

R = Ra + 1
= 17 + 1
=18


d. v =

dengan :
v = Kecepatan butiran mengendap
D = Diameter butiran
L = Jarak yang ditempuh butiran (lihat Tabel 2.7.3)

29
t = waktu pengamatan
K = koreksi terhadap temperatur dan Gs (lihat Tabel 2.7.4)

L
v = t
13,30
= 0,5

= 26,60

30
Tabel 2.7.2Koreksi Ct terhadap temperatur Tabel 2.7.3Koreksi (a) terhadap (Gs)

Berat Jenis
Faktor koreksi
Temperatur(C) Ct Tanah
(a)
(Gs)
15 -1,10 2,85 0,96
16 -0,90 2,80 0,97
17 -0,70 2,75 0,98
18 -0,50 2,70 0,99
19 -0,30 2,65 1,00
20 0,00 2,60 1,01
21 0,20 2,55 1,02
22 0,40 2,50 1,04
23 0,70
24 1,00
25 1,30
26 1,65
27 2,00
28 2,50
29 3,05
30 3,80

31
Tabel 2.7.4 Perbandingan bacaan hidrometer terkoreksi oleh meniskus (R)
dengan jara yang ditempuh oleh butiran (L, effective depth)

R L R L
0 16,3 Lanjutan........
1 16,1 31 11,2
2 16,0 32 11,1
3 15,8 33 10,9
4 15,6 34 10,7
5 15,5 35 10,5
6 15,3 36 10,4
7 15,2 37 10,2
8 15,0 38 10,1
9 14,8 39 9,9
10 14,7 40 9,7
11 14,5 41 9,6
12 14,3 42 9,4
13 14,2 43 9,2
14 14,0 44 9,1
15 13,8 45 8,9
16 13,7 46 8,8
17 13,5 47 8,6
18 13,3 48 8,4
19 13,2 49 8,3
20 13,0 50 8,1
11 12,9 51 7,9
12 12,7 52 7,8
13 12,5 53 7,6
14 12,4 54 7,4
15 12,2 55 7,3
16 12,0 56 7,1
17 11,9 57 7,0
18 11,7 58 6,8
19 11,5 59 6,6
30 11,4 60 6,5

32
Tabel 2.7.5 Nilai koreksi (K) terhadap temperatur dan Gs

Temp. K
C 2,50 2,55 2,60 2,65 2,70 2,75 2,80 2,85
16 0,0151 0,0148 0,0146 0,0144 0,0141 0,0139 0,0137 0,0136
17 0,0149 0,0146 0,0144 0,0142 0,0140 0,0138 0,0136 0,0134
18 0,0148 0,0144 0,0142 0,0140 0,0138 0,0136 0,0134 0,0132
19 0,0145 0,0143 0,0140 0,0138 0,0136 0,0134 0,0132 0,0131
20 0,0143 0,0141 0,0139 0,0137 0,0134 0,0133 0,0131 0,0129
21 0,0141 0,0139 0,0137 0,0135 0,0133 0,0131 0,0129 0,0127
22 0,0140 0,0137 0,0135 0,0133 0,0131 0,0129 0,0128 0,0126
23 0,0138 0,0136 0,0134 0,0132 0,0130 0,0128 0,0126 0,0124
24 0,0137 0,0134 0,0132 0,0130 0,0128 0,0126 0,0125 0,0123
25 0,0135 0,0133 0,0131 0,0129 0,0127 0,0125 0,0123 0,0122
26 0,0133 0,0131 0,0129 0,0127 0,0125 0,0124 0,0122 0,0120
27 0,0132 0,0130 0,0128 0,0126 0,0124 0,0122 0,0120 0,0119
28 0,0130 0,0128 0,0126 0,0124 0,0123 0,0121 0,0119 0,0117
29 0,0129 0,0127 0,0125 0,0123 0,0121 0,0120 0,0118 0,0116
30 0,0128 0,0126 0,0124 0,0122 0,0120 0,0118 0,0117 0,0115

33
Pengklasifikasian USCS
1. Tanah lolos saringan no. 200 sebanyak 55,32%, sehingga termasuk
tanah berbutir halus dengan ketentuan lebih dari 50% lolos saringan
no. 200
2. Batas cair sebesar 43,67%, sehingga masuk kedalam kategori lanau
dan lempung batas cair 50 % atau kurang.
3. Memiliki nilai batas cair 43,67%, indeks plastisitas 3,67%, dengan
Diagram Plastisitas(ASTM, Casagrande) dapat disimpulkan tanah
tersebut termasuk ML.

Jadi disimpulkan symbol tanah tersebut ialah ML.

Pengklasifikasian AASHTO
1. Tanah lolos saringan no. 200 sebanyak 55,32%, batas cair
sebanyak 43,67%, indeks plstisitas sebesar 3,67%, sehingga masuk
kedalam kelompok A-5 (Tanah berlanau).

34
2.7.6 Hasil Pengujian
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pada analisis ayakan contoh tanah
yang kami ambil dari DesaSejati, kec. Jatirejo, kab. Mojokertobersimbol
ML dalam sistem klasifikasi USCS, dan memiliki symbol A-5 pada
sistem klasifikasi AASHTO.

35
2.8. PEMADATAN TANAH
2.8.1 Tata Cara
Pertama, Menimbang cetakan dalam keadaan bersih dengan/tanpa
alas W1[gram] dan mengukur tinggi dan diameter cetakan serta menghitung
volumenya V [cm]. Kedua, Memberi oli secukupnya pada cetakan, alas dan
leher penyambung di bagian dalamnya untuk memudahkan proses
pengeluaran sampel tanah. Ketiga, Mengambil salah satu bendauji,
memasukkan sebagian kedalam cetakan yang diletakkan diatas landasan yang
kokoh, kemudian menumbuknya sebanyak 25 atau 56 kali.Hasil tumbukan
mendapatkan tinggi 1/3 atau 1/5 tinggi cetakan. Keempat, Memberi toleransi
ketebalan untuk masing-masing lapisan 0,5cm, terkecuali untuk lapisan yang
terakhir dengan toleransi +0,5 cm. Kelima, Sebelum menambahkan tanah
untuk pemadatan lapis berikutnya, muka tanah hasil pemadatan sebelumnya
harus dikasarkan dengan pisau/spatula. Keenam, Melepas leher penyambung
dan memotong kelebihan tanah dengan pisau perata (straight edge.) Ketujuh,
Membersihkan bagian luar dan timbang dengan/tanpa alas (W2) [gram].
Kedelapan,Mengeluarkan tanah yang ada didalam cetakan dengan alat
pengeluar sampel tanah (extruder). Kesembilan, Membelah benda uji
lalumengambil tanah secukupnya pada tiga bagian (atas, tengah dan bawah)
untuk mencari kadar airnya. Kesepuluh, Mengulangi tahap (3) s/d (9) untuk
keseluruhan benda uji yang disiapkan.

2.8.2 Peralatan
a. Cetakan (mould) dengan diameter 102mm dan 152mm
b. Alat penumbuk (hammer) dengan berat 2,5kg dan 4,54kg
c. Ayakan No.4 (# 4,75 mm) atau 3/4" (# 19mm)
d. Timbangan dengan ketelitian 1,0gram
e. Jangka sorong (caliper)
f. Extruder (alat pengeluar sampel tanah)
g. Oven dengan pengatur suhu dan peralatan penentuan kadar air

36
h. Alat perata (straight edge), talam, mistar, palu karet dan tempat
sampel

2.8.3 Benda Uji


a. Bila sampel tanah dari lapangan masih dalam keadaan lembab, maka
perlu proses pengeringan dengan cara dianginkan (kering udara) atau
dioven dengan suhu maksimum 60C. Kemudian memisahkan
gumpalan-gumpalan tanah dengan cara menumbuk dengan palu karet
b. Mengayak tanah hasil tumbukan (1) dengan ayakan No.4
(#4,75mm) atau 3/4" (# 19 mm)
c. Menimbang hasil ayakan masing-masing sebanyak 2,5kg atau 5kg,
masing-masing sejumlah 6 buah atau sesuai petunjuk instruktur
d. Mencampur tanah hasil timbangan(3) dengan airsedikit demi sedikit,
kemudian mengaduknya sampai merata lalu diperam/disimpan selama
24jam dalam ember yang telah diberi label.
e. Penambahan air diusahakan agar didapatkan kadar air:
- 3 benda uji dengan kadar air dibawah kadar air optimum
- 3 benda uji dengan kadar air diatas kadar air optimum.
2.8.4 Data
Tabel 2.8.1 Pemadatan Tanah

37
2.8.5 Perhitungan
Rumus-rumus yang digunakan :
1. Berat isi tanah basah :
21
wet =

2. Berat isi tanah kering :



dry wet
=1+

dengan :
wet = berat isi basah
dry = berat isi kering Gs = berat jenis tanah
w = berat isi air V = volume cetakan
W = kadar air benda uji
W1 = berat cetakan dengan/tanpa
alas

Contoh Perhitungan
Pada benda uji 1 :
W1 = 41,83 gram Ww = W1 - W2= 4,25gram
W2 = 37,58 gram WS = W2 - W3= 27,7 gram
W3 =9,88gram W = Ww/Ws x 100%
=15,34

Berat isi tanah basah


Wavg = 15,38 %
WA = 4841 gram
WB = 3585 gram
Wt = WA WB
= 1256 gram
21
wet =
1256
=947,47

= 1,325

38
Berat isi tanah kering :

dry wet
=1+
1,325
= 1+(15,38/100)

=1,148

3. Menggambarkan grafik hubungan antara berat isi kering tanah ( dry) dan
kadar air (w) kemudian mendapatkan nilai berat isi kering tanah
maksimum (MDD, dry maks) dan kadar air optimum (OMC, wopt) dari
grafik tersebut

Grafik 2.8.1 Pemadatan Tanah

2.8.6 Hasil Pengujian


Jadi, dapat disimpulkan bahwa pemadatan adalah proses merapatkan
butiran tanah secara mekanisyang menyebabkan keluarnya udara dari ruang
pori sehingga meningkatkan kepadatan tanah, pada contoh tanah yang kami
ambil dari DesaSejati, kec. Jatirejo, kab. Mojokertomemiliki nilai kadar air
optimum sebesar 30,8 % dan memiliki kepadatan kering maksimum sebesar
1,365 gr/cm3

39
2.9.CALIFORNIA BEARING RATIO (CBR)
2.9.1 Tata Cara
Pertama, Meletakkan keping beban seberat 4,0kg atau sesuai
dengan perkiraan beban perkerasan diatas benda uji. Kedua, Untuk benda
uji yang direndam (soaked) beban harus sama dengan beban yang dipakai
pada saat perendaman. Mengatur piston/torak penetrasi agar menyentuh
permukaan benda uji. Ketiga, Memberi beban awal sebesar 4,0 kg untuk
menjamin bahwa permukaan piston/torak benar-benar menyentuh
permukaan benda uji. Kemudian mengatur arloji beban dan penetrasi pada
posisi nol. Keempat, Memberi beban dengan menggunakan engkol
teratur sehingga kecepatan penetrasi mendekati 1,27mm (0,05
inch)/menit. Mencatatan bacaan dial beban pada penetrasi sebesar: 0,5mm;
1,0mm; 1,5mm;2,0mm; 2,5mm; 3,0mm; 3,5mm; 4,0mm; 4,5mm; 5,0mm;
7,5 mm; 10,0mm; 12,5mm. Kelima, Mencatat pembacaan,bila beban
maksimum (kapasitas cincin beban) telah tercapai sebelum penetrasi
12,5mm. Keenam, Melepaskan benda uji dari mesin beban, kemudian
memasang piringan pemisahpada permukaan benda uji dan menutup
dengan alas cetakannya. Ketujuh, Membalikkan benda uji, kemudian
lakukan pengujian langkah (1) sampai dengan (5) untuk sisi yang lainnya.
Kedelapan, Setelah selesai melakukan pengujian dilanjutkan
mengeluarkan benda uji dari cetakan dan mengambil sampel tanah pada 3
(tiga) tempat yang mewakili untuk dicari kadar airnya

2.9.2 Peralatan
a. Mesin beban (load frame) yang dilengkapi dengan cincin beban (load
ring) dan arloji pengukur deformasi (dial gauge)
b. Cetakan dengan diameter 15,2cm dan tinggi 12,6cm termasuk leher
penyambung dan keping alas serta piringan pemisah
c. Alat penumbuk seberat 4,54kg dengan tinggi jatuh 45,7cm
d. Piston/torak penetrasi dengan diameter 4,49cm
e. Keping beban seberat 4,0 kg

40
f.Timbangan dengan ketelitian 1gram
g. Alat perata (straight edge), talam dan lain-lain
h. Peralatan untuk penentuan kadar air.

2.9.3 Benda Uji


a. Mengambil sampel tanah seberat 5kg kering udara kemudian
tambahkan air sehingga mendekati kadar air optimum (wopt, OMC)
atau kadar air yang dikehendaki
b. Merangkai cetakan, keping alas, leher penyambung dan memasukkan
piringan pemisah sertamemberi kertas saring diatasnya
c. Memadatkan tanah benda benda uji tersebut dengan cara yang
disesuaikan dengan cara yang digunankan pada pengujian pemadatan
tanah. Bila benda uji akan direndam, carilah dulu kadar airnya
sebelum dipadatkan, bila tidak direndam, kadar airnya dapat dicari
setelah benda uji tersebut dikeluarkan dari cetakannya
d. Membuka leher penyambung, meratakan permukaan dengan alat
perata, jika terdapat lubang-lubang dapat menambalnya dengan bahan
yang halus lalumenimbangnya
e. Melepaskan alas cetakan dan mengeluarkan piringan pemisah,
memasang alas cetakan pada sisi lainnya, kemudian membalik benda
uji yang masih terdapat dalam cetakan, memberi kertas saring lalu
memasang keping beban
f.Untuk CBR yang tanpa rendaman (unsoaked), benda uji telah siap untuk
ditekan pada mesin beban.

Bila yang dilakukan adalah CBR rendaman (soaked), ikuti


langkah-langkah berikut ini:
f.1 Mengganti alas cetakan yang dipakai pada langkah (5) diatas
dengan alas cetakan yang berlubang, jangan lupa untuk
memasang kertas saring

41
f.2 Memasang alas pengembangan lubang diatas permukaan benda
uji, serta memberi keping beban seberat 4,00kg atau sesuai
keadaan beban perkerasan
f.3 Memasang tripod serta arloji untuk mengukur pengembangan dan
atur pembacaannya pada posisi nol
f.4 Merendam benda uji dengan permukaan air berada 2,5cm diatas
permukaan benda uji. Lama perendaman benda uji disesuaikan
dengan jenis tanah, untuk tanah yang berbutir lebih halus
diperlukan waktuyang lebih lama. Sebagai pedoman perendaman
dapat dihenti-kan apabila pembacaan pengembangan sudah relatif
sangat kecil
f.5 Mencatat tgl/bln/thn dan waktu memulai dan selesainya
perendam-an serta membaca besarnya pengembangan
f.6 Melepaskan tripod beserta arloji pengembangan, mengeluarkan
benda uji kemudian mentiriskan dengan cara memiringkan benda
uji selama 15menit
f.7 Membersihkan cetakan dari air yang tersisa, kemudian
menimbangnya, lalu benda uji telah siap untuk ditekan pada
mesin beban.

42
2.9.4 Data
Tabel 2.9.1 CBR Laboratorium Tanpa Perendaman

43
Tabel 2.9.2CBR Laboratorium dengan Perendaman

44
2.9.5 Perhitungan

a. Untuk benda uji yang direndam (soaked), menghitung besarnya nilai


pengembangan (swelling). Swellingadalah perbandingan antara perubahan
tinggi selama perendaman terhadap tinggi benda uji semula yang dinyatakan
dalam prosen (%).
b. Mengkonversi bacaan beban dari bacaan divisi kedalam satuan gaya dan
menggambarkan grafik hubungan beban terhadap penetrasi (lihat Gambar
8.1). Melakukan koreksi pembacaan nol terhadap kurva yang berbentuk
cekung pada pembacaan-pembacaan awal akibat ketidak aturan permukaan
dan atau sebab-sebab lain
c. Dengan menggunakan grafik yang telah dikoreksi dapat ditentukan besar nilai
CBR Laboratorium untuk penetrasi tertentu. Nilai CBR Laboratorium benda
uji adalah nilai CBR untuk penetrasi 2,50mm, bila nilai CBR pada penetrasi
5,00 mm lebih besar dari nilai CBR pada penetrai 2,50mm,maka pengujian
harus diulangi. Apabila pada pengujian ulangan, nilai CBR pada penetrasi
5,00mm lebih besar dari nilai CBR pada penetrasi 2,50mm maka yang
diambil sebagai nilai CBR Laboratorium adalah nilai CBR pada penetrasi
5,00mm.
d. Bila beban maksimum terjadi sebelum 5,00 mm maka nilai CBR didapat dari
perbandingan beban maksimum tersebut terhadap beban standar yang sesuai.

45
2.9.6 Hasil Pengujian
Jadi, dapat disimpulkan bahwa CBR (California Bearing Ratio)
merupakan perbandingan antara beban penetrasi dari bahan tertentu,
terhadap beban standar, untuk kedalaman dan kecepatan penetrasi tertentu,
pada contoh tanah yang kami ambil dari Desa Sejati, kec. Jatirejo, kab.
Mojokerto memiliki nilai CBR2,5mm sebesar 4,89, dan CBR5,0mm sebesar
5,75 pada keadaaan tanpa perendaman. CBR2,5mm sebesar 5,73 , dan
CBR5,0mm sebesar 5,20 pada keadaan rendaman.

46
2.10. PENESTRASI KERUCUT DINAMIS
2.10.1 Tata Cara
Pertama, Menggali permukaan tanah pada lokasi pengujian, sampai
pada kedalaman dimana pengukuran awal nilai CBR akan dievaluasi.
Kedua, Menyingkirkan semua bahan perkerasan yang adajika pengujian
dilakukan pada badan jalan dengan perkerasan. Ketiga, Meletakkan alat
DCP secara vertikal, memberikan tumbukan awal secukupnya (seating
blows) untuk menanamkan ujung kerucut sampai garis tengahnya yang
terbesar terletak pada permukaan tanah yang akan diuji. Keempat,
Selanjutnya memasang alat ukur (penggaris/meteran) dalam posisi vertikal,
bersebelahan dengan batang penetrasi dipermukaan tanahnya dengan
menggunakan batas landasan pemukul sebagai datum pengukuran. Kelima,
Melakukan penumbukan dengan palu yang dijatuhkan bebas, mengukur dan
mencatat kedalaman penetrasi untuk setiap tumbukan. Pekerjaan ini harus
dilakukan minimal oleh 2 (dua) orang. Keenam, Memberikan serangkaian
tumbukan (5 atau 10 kali), apabila jenis tanah yang diuji sangat keras
(penetrasi kurang dari kira-kira 0,2cm/tumbukan), lalumengukur kedalaman
penetrasi yang terjadi. Ketujuh,. Menghentikan pengujian apabila
telah tercapai keadaan berikut ini:
- Tidak terdapat penurunan yang berarti untuk 10 tumbukan terakhir
berturut-turut
- Kedalaman penetrasi telah mencapai kedalaman/ketebalan lapisan
yang hendak dievaluai
- Batang penetrometer telah masuk seluruhnya kedalam tanah.
Kedelapan, Mengeluarkan alat dari dalam tanah dengan jalan memukulkan
palu dengan arah keatas pada baut pembatas tinggi jatuh (stop nut).
Kesembilan, Akibat dari langkah (8) yang dilakukan secara berulang-ulang,
dapat menyebabkan pemanjangan yang nyata dari batang peluncur,
sehingga diperlukan pengecekan setiap kali akan melakukan pengujian,
dengan mengatur baut pembatas tinggi jatuh pada posisi yang tepat.

47
2.10.2 Peralatan
Peralatan utama terdiri atas:
a. Penumbuk seberat 9,07kg (20lb) yang dapat dijatuhkan bebas setinggi
50,8cm (20 inch) melalui sebuah batang peluncur bergaris tengah
16mm (5/8 inch), dilengkapi dengan landasan pemukul (anvil)
b. Batang penetrasi terdiri dari besi/baja bulat bergaris tengah 16mm (5/8
inch) sepanjang 90cm, dilengkapi kerucut pada ujungnya
c. Kerucut (konus) terbuat dari baja keras dengan sudut puncak 30, serta
diameter terbesarnya adalah 2cm (luas = 1,61cm).
d. Alat ukur (penggaris/rol meter), panjang 100cm dengan skala 0,50cm
e. Peralatan pengukuran kadar air, jika diperlukan.

2.10.3 Data

Tabel 2.10.1 Penestrasi Kerucut Dinamis

2.10.4 Perhitungan
Rumus-rumus yang digunakan :
Nilai CBR untuk tiap lapisan dengan rumus :
Log CBR =1,352 1,125 log (D) (sudut puncak kerucut 30)
Log CBR =1,635 1,290 log (D) (sudut puncak kerucut 60)

Hitung nilai CBRrata-rata untuk keseluruhan tebal lapisan dengan


rumus :

48
dengan :
D = kedalaman penetrasi untuk 1 (satu) tumbukan
h1 = ketebalan lapisan tanah ke-1 = D1
hn = ketebalan lapisan tanah ke-n = Dn

Catatan:
Rumus (diatas) dapat disesuaikan/dirubah, sesuai dengan informasi
dari hasil-hasil penelitian selanjutnya/terbaru.

Tabel 2.10.2 Tabel hasil pengujian penetrasi kerucut (DCP)

Contoh perhitungan
1. Selisih Penurunan
D = h1 h2
D = 97cm 92cm
= 5cm
2. D = D x n
D = 4cm x 2
= 2cm
3. Nilai CBR

49
Sudutpuncak kerucut 60

Log CBR = 1,635 1,29 x Log D


CBR = 10 (1,635 1,29 x Log D)
CBR = 10 (1,635 1,29 x Log 2)
CBR = 10,31 kN

4. Nilai D CBR033
D CBR033 =D x CBR1/3
D CBR033 = 4 x 10,311/3
D CBR033 = 13,75 kN

5. Nilai CBRavg
3 3 3 3
1 1+ 2+. ..
CBRavg =[ ]3
1 +2 +

CBRavg = 1,95 kN

2.10.5 Hasil Pengujian


Jadi, dapat disimpulkan bahwa Penetrasi Kerucut Dinamis (DCP)
merupakan salah satu jenis pengujian yang dilakukan dilapangan, yang
secara tidak langsung dapat menentukan nilai CBR lapangan, pada contoh
tanah yang kami ambil dari DesaSejati, kec. Jatirejo, kab.
Mojokertomemiliki nilai CBR lapangan sebesar 1,95 kN

50
2.11. KERUCUT PASIR
2.11.1 Tata Cara
Pertama, Membersihkan lokasi pengujian selebar pelat dasar.
Kedua, Meratakan permukan tanah kemudianmeletakkan pelat dasar
diatasnya. Ketiga, Membuat lubang dengan diameter sebesar lubang pada
pelat dasar dengan kedalaman kurang lebih sama dengan diameter lubang.
Keempat, Mengumpulkan tanah hasil galian danmemasukkan kedalam
kantungplastik kemudian menimbangnya (W7) serta menggunakan sebagian
tanah tersebut untuk mencari kadar airnya dilaboratorium. Kelima,
Menyiapkan silinder yang telah berisi pasir uji sebanyak 2/3 tingginya,
kemudian menimbangnya (W8). Keenam, Meletakkan silinder (5) tepat
diatas lubang, kemudian membuka keran. Ketujuh, Setelah lubang galian
di tanah dan kerucut penuh dengan pasir uji, menutup keran kemudian
mengangkat dan menimbangnya (W9). Kedelapan,Mengembalikan pasir uji
yang terisi dalam lubang ketempat semula.

2.11.2 Peralatan
a. Peralatan utama terdiri dari:
b. Tabung kalibrasi pasir uji
c. Silinder tempat pasir uji
d. Kerucut yang dilengkapi dengan keran
e. Pelat dasar yang berlubang
f. Sekop kecil, linggis, palu, perata, dll.
g. Timbangan dengan ketelitian 1,0gram (dibawa kelapangan)
h. Pasir uji (Ottawa sand)
i. Kantung plastik, cawan untuk penentuan kadar air

51
2.11.3 Data

Tabel 2.11.1 Sand Cone

Tabel 2.11.2Penentuan Kadar Air

Tabel 2.11.3 Kalibrasi Pasir Uji dan Alat

52
2.11.4 Perhitungan

2.11.4.1 Data Dari Laboratorium Pada Proses Kalibrasi :

1. Berat isi pasir uji


sand = (W2W1)/((W3W1)
sand = (3090 gram2009 gram)/((3176 gram 2009 gram)
sand = 1,44 gram/cm3
2. Berat pasir dalam kerucut
(W6) = (W4W5)
(W6) = (5783 gram5415 gram)
(W6) = 368 gram

2.11.4.2 Data Dari Lapangan:

1 Berat tanah hasil galian


(W7) = 1228 gram
2. Berat botol/silinder + pasir uji sebelum pengujian
(W8) = 5783 gram
3. Berat botol/silinder + pasir uji setelah pengujian
(W9) = 4376 gram
4. Kadar air tanah hasil galian melalui pengujian di laboratorium
(w) = 18,66 %

2.11.4.3 Pengolahan Data :

1. Berat pasir dalam lubang dan kerucut


(W10) = (W8W9)
(W10) = (5783 gram 4376 gram)
(W10) = 1407 gram

53
2. Berat pasir dalam lubang
(W11) = (W10W6)
(W11) = (1407 gram 368 gram)
(W11) = 954 gram

3. Volume lubang
Vh = (W11)/sand
Vh = 662,3 cm3

4. Berat isi tanah basah


wet = W7/Vh
wet= 1,83 gram/cm3

5. Berat isi tanah kering


dry = wet /(1+w)
dry= 1,56 grm/cm3
6. Derajat kepadatan di lapangan
D = dry lab. / dry lap. X 100%
D = 1,43/1,56x 100%
= 91,515 %

2.11.5 Hasil Pengujian


Jadi, dapat disimpulkan bahwa kerucut pasir merupakan salah satu
jebis pengujian yang dilakukan dilapangan, untuk menentukan berat isi
kering (kepadatan) tanah asli maupun hasil asli suatu pekerjaan
pemadatan, pada contoh tanah yang kami ambil dari DesaSejati, kec.
Jatirejo, kab. Mojokertomemiliki berat isi kering lapangan sebesar 1,56
gram/cm3 sehingga nilai derajat kepadatannya sebesar 91,515 %.

54
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Nama Percobaan Hasil


H 0,5m : 34,02%
Kadar air
H 1m : 33,70%
H 0,5m : 2,28%
Berat isi
H 1m : 3,04%
Berat Jenis 2,45%
LL : 43,67%
Batas cair dan batas plastis PL : 40,00%
PI : 3,67%
Analisis ayak Angka kehalusan : 3,38%
Analisis hidrometer Lolos ayakan no 200 : 68,38%
MDD : 1,365%
Pemadatan
OMC : 30,8%
DPC CBRavrg : 1,95%
Sandcone Derajat kepadatan di lapangan : 1,282%
CBR2,5mm = 4,89, dan CBR5,0mm = 5,75
CBR (unsoaked)
CBR2,5mm = 5,73 , dan CBR5,0mm = 5,20 (soaked)

Jadi, Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa Tanah yang kami ambil
dari DesaSejati, kec. Jatirejo, kab. Mojokertobersimbol ML atau OL dalam
sistem klasifikasi USCS, dan memiliki symbol A-5 pada sistem klasifikasi
AASHTO. Dan memiliki nilai CBR lapangan sebesar 1,95 kN

55
3.2 Saran

Dalam melakukan keseluruhan praktek ini diharapkan bisa menjaga kerja


dalam anggota kelompok.selain itu juga mengerjakan praktek bersama
sama,karena semua anggota kelompok diharapkan bisa memahami dan melakukan
praktek tersebut.Selain melakukan Praktek ini juga mahasiswa diharapkan dapat
menyusun laporah hasil praktek.

56
3.3 Lampiran

3.3.1 Dokumentasi

Gambar 1. Penghalusan tanah

Gambar 2. Pengayakan tanah

Gambar 3. Menimbang sampel tanah

Gambar 4. Tanah kering

57
Gambar 5. Pengujian berat jenis tanah

Gambar 6. Pengujian berat jenis tanah, memasukkan

Tanah ke piknometer

Gambar 7.Sampel pengujian tanah untuk uji berat jenis

Gambar 8. Tanah yang sudah terendam air untuk uji berat jenis

58
Gambar 9. Pemanasan benda uji berat jenis

Gambar 10. Hasil pemanasan

Gambar 11. Proses pemanasan

Gambar 12. Pengemixan tanah untuk uji hidrometer

59
Gambar 13. Penamnangan air untuk mix tanah uji hidrometer

Gambar 14. Proses pemixeran

Gambar 15. Penambahan air

Gambar 16. Pengisian tabung dengan air murni

60
Gambar 17. Penuangan hasil mixer ke tabung uji hidrometer

Gambar 18. Penentuan nilai koreksi hidrometer

Gambar 19. Pengocokan benda uji

Gambar 20.Perngecekan nilai terbaca

61
Gambar 21. Proses survey tanah

Gambar 22. Proses pengukuran kedalaman 1

Gambar 23. Proses pengukuran 2

Gambar 24. Proses penggalian tanah

62
Gambar 25. Proses penumbukkan lapis 1

Gambar 26. Setelah penumbukkan lapis 2

Gambar 27. Pengukuran serta pesiapan menumbuk lapis 3

63
Gambar 28. Memasukkan tanah untuk penumbukkan lapis 3

Gambar 29. Proses penumbukkan lapis 3

Gambar 30. Meratakan setelah ditumbuk

64
Gambar 31. Penimbangan tanah hasil penumbukan

Gambar 32. Hasil penumbukan dari mould

Gambar 33. Pengambilan sampel tanah untuk uji kadar air penumbukan

65

Anda mungkin juga menyukai