PROPOSAL PENELITIAN
JAKARTA PUSAT
OLEH :
EVA MELIANA
NPM : 2010727187
3 FEBRUARI 2012
TAHUN 2012
PERYATAAN PERSETUJUAN
Proposal Penelitian ini telah disetujui dan diperiksa oleh Dosen Pembimbing Bapak Muhammad Hadi,
SKM, MKep, dengan judul proposal gambaran epidemiologi Penyakit diare pada anak Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Pembimbing
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan laporan proposal penelitian.
Laporan proposal penelitian ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk
tugas akhir semester pada Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Dalam penulisan proposal penelitian ini penulis memperoleh banyak bimbingan, saran, dan
bantuan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan itu penulis ingin menyampaikan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi - tingginya kepada Muhammad Hadi, SKM, MKep atas segala jerih payah
beliau membimbing penulis selama penulisan hingga selesainya proposal penelitian ini.
Penulis
DAFTARISI
BAB I PENDAHULUAN
B. Perumusan Masalah................................................................ 2
C. Tujuan Penelitian.................................................................... 3
A. Kerangka Konseptual......................................................... 23
B. Definisi Operasional........................................................... 24
A. Jenis Penelitian................................................................... 26
C. Lokasi............................................................................... 27
F. Analisa Data....................................................................... 27
LAMPIRAN ................................................................................................... 30
BABI PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit diare masih merupakan salah satu penyebab utama masalah kesehatan masyarakat
Indonesia, baik ditinjau dari segi angka kesakitan maupun angka kematiannya. Penyakit ini dapat
menyerang semua golongan umur dengan angka kesakitan berkisar 280 per 1000 penduduk dan untuk
balita menderita satu sampai satu setengah kali episode diare setiap tahunnya atau 53% dari semua
kesakitan diare.(Dep.Kes.RI,1998).
Angka kematian diare pada semua umur selama dasawarsa terakhir dapat diturunkan dari 110,1
per 100.000 penduduk (1985) rnenjadi 56 per 100.000 penduduk
( 1995). Sedangkan kematian karena diare pada kelompok balita diturunkan dari 5,7 per seribu balita
menjadi 2,5 per seribu balita pada episode yang sama. (Dep. Kes.RI,1998)
Bedasarkan UU No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan yang ditetapkan bahwa pembangunan
kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi seiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan
kesehatan yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Diare dapat timbul dalam bentuk KLB dengan jumlah penderita dan kematian yang besar. Fasilitas
kasus (CFR) terjadi penurunan yang cukup bermakna dari 35 %
(awal Repelita I) menjadi dibawah 3 % pada akhir Repelita VI. Penurunan CFR yang nyata dikarenakan
makin meningkatnya manajemen penanggulangan KLB. (Dep.Kes. RI, 1998).
Menurut hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 proporsi penyakit infeksi dan
parasit sebagai penyebab kematian adalah 22,7%. Kematian bayi dibawah umur 1 tahun 33,5%
disebabkan oleh gangguan prenatal dan 32,1% oleh penyakit sistem pernapasan. Diare sebagai bagian
dari kelompok penyakit infeksi dan parasit, proporsinya sebesar 9,6 % sebagai penyebab kematian pada
bayi dibawah 1 tahun.
Pada kematian anak balita golongan umur 1-4 tahun, proporsi penyebab kematian paling tinggi
adalah penyakit sistem pernapasan yaitu sebesar 38,8%, kemudian penyakit diare serta infeksi/parasit
lain masing-masing sebesar 14,3%.
Kematian anak pada kelompok umur 1-4 tahun terutama disebabkan oleh penyakit infeksi dan
parasit dengan proporsi sebesar 44,7%, pernapasan 13%. Sedangkan pada kelompok umur 15-34 tahun,
penyakit infeksi dan parasit menduduki peringkat pertama sebagai penyebab kematian yaitu sebesar
36,5%, berturut-turut infeksi dan parasit lain 16,8%, kemudian TBC 13,9%.
Tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare disebabkan oleh beberapa faktor yaitu antara
lain kesehatan lingkungan yang belum memadai, keadaan gizi, kependudukan, pendidikan, faktor musim
dan geografi daerah, keadaan sosial pencegahan pemberantasan penyakit diare tidak akan berhasil baik
tanpa adanya kesadaran yang tinggi dari masyarakat untuk ikut berpartisipasi didalamnya serta kesiapan
petugas kesehatan dilapangan. yang ditandai oleh penduduknya hidup
Gambaran Epidemiologi Penyakit Diare di Pulau laut RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta pusat pada
tahun 2004 menunjukkan bahwa angka kesakitan diare sebanyak 1.066 kasus.
Dengan melihat data di atas maka sangat penting sekali untuk dilakukan penelitian tentang
Gambaran Epidemiologi Penyakit Diare berdasarkan tempat, orang dan waktu pemberantasan penyakit
diare di Pulau laut RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta pusat.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dibuat suatu Rumusan
masalah sebagai berikut : bagaimana gambaran epidemiologi dan faktor-faktor yang berhubungan
dengan terjadinya penyakit diare pada anak balita.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan mengetahui gambaran epidemiologi penyakit diare di Pulau laut RSAL Dr. Mintohardjo
Jakarta pusat tahun 2004.
2. Tujuan Khusus
1) Diketahui hubungan antara karakteristik balita (umur, jenis kelamin, status gizi) terhadap penyakit
diare di Pulau laut RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta pusat Tahun 2004.
3) Diketahui hubungan antara faktor lingkungan (sumber air minum, jamban keluarga) terhadap
penyakit diare di Pulau laut RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta pusat Tahun 2004
D. Ruang Lingkup
Mengingat luasnya masalah dan terbatasnya waktu serta kemampuan yang ada pada penulis,
maka penulis membatasi masalah yaitu bagaimanakah gambaran epidemiologi penyakit diare pada anak
balita dengan mewawancarai orang tua sebagai koresponden di Pulau laut RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta
pusat tahun 2004.
E. Manfaat Penelitian
1. Untuk Menambah ilmu pengetahuan tentang program penyakit menular khususnya penyakit diare.
2. Sebagai bahan masukan untuk perencanaan dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit diare
dimasa yang akan datang di Pulau laut RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta pusat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Diare
Penyakit diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi
tinja melembek sampai mencair dan bertambahnya frekwensi gerak lebih dari biasanya, lazimnya tiga
kali atau lebih dalam sehari (Depkes RI, 1993).
Penyebab penyakit diare bisa bermacam-macam yaitu antara lain infeksi, intoxikasi, malabsorbsi,
alergi dan keracunan.
Bakteri, virus dan parasit adalah merupakan penyebab utama diare infeksius. Penyebab diare karena
infeksi dapat disebabkan oleh organisme yang berbeda-beda serta gejalanya sulit dibedakan antara satu
dengan yang lainnya.
a. Bakteri
Ada beberapa jenis bakteri yang merupakan penyebab paling penting penyakit diare terutama
yang menyerang bayi.
b. Vibrio cholera
Vibrio cholera mempunyai 2 biotope yaitu tipe El Tor dan Mask selain itu ada 2 serotipe yaitu
Ogawa dan Inaba. Pada tauhn 1961 biotipe El Tor pernah menyebabkan pandemi ketujuh.
c. Shigella:
Shigella flexneri, adalah kelompok yang paling sering terdapat di Negara berkembang.
Shigella dysentriae tipe 1 adalah penyebab epidemi dengan angka kematian tinggi.
Pada umumnya Shigella hanya ditemukan pada manusia dan beberapa jenis binatang primata.
Penyebarannya melalui kontak langsung antara orang yang satu dengan orang yang lainnya. Dengan
dosis infeksius yang rendah (10 s.d 100 organisma) sudah dapat menyebabkan sakit. Penularan penyakit
terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Depkes RI, 1990).
d. Salmonella
Terdapat lebih dari 2.000 serotipe Salmonella, dimana sekitar 6 s.d 10 diantaranya menyebabkan
gastroenteritis pada manusia. Dalam hal ini binatang seperti misalnya unggas adalah reservoir utama.
Oleh karena itu penularan penyakit oleh Salmonella dapat terjadi apabila mengkonsumsi makanan yang
berasal dari hewan unggas, daging, telur dan susu. Gastroenteritis yang diakibatkan Salmonella yang
menyerang anak kecil relatif jarang terjadi di negara berkembang dibanding dengan daerah industri. Hal
ini dimungkinkan karena di negara berkembang pada umumnya anak kecil jarang diberi makanan dalam
kaleng yang merupakan media bagi salmonella. Gastroenteritis yang diakibatkan Salmonella biasanya
berbentuk diare cair akut dengan diikuti rasa mual, nyeri perut dan demam (Depkes RI, (990).
Sampai saat ini sudah ditemukan lima kelampok Ecoli yaitu enterotoxigenic (ETEC),
enterohaemorrhagic (EPEC), enteroadherent (EAEC), enteroinvasive (EIEC), dan enterohaemorrhagic
(EHEC).
f. Infeksi Virus
Virus menyebabkan 50 % semua diare pada anak yang datang berobat kesarana kesehatan.
Rotavirus dapat menyerang sel-sel usus, mengubah fungsi dan regenerasinya. Keadaan ini menyebabkan
diare dan gejala umum misalnya malaise dan demam. Penyembuhan terjadi bila permukaan mukosa
telah regenerasi (Depkes RI, 1990).
g. Infeksi Parasit
Menurut Sunoto (1990) ada beberapa golongan protozoa yang dapat menyebabkan diare yaitu :
1. Entamoeba histolytica
Insiden penyakit ini bertambah sesuai dengan pertambahan usia. Infeksi ini sering salah
diagnosiskan sebab menentukan ptotozoa ini tidak mudah dan parasit ini sering dikira leukosit
polimorfonuklear. Penyebaran terjadi melalui makanan dan minuman. Kista E.histolytica sangat kebal
terhadap desinfektan kimia, termasuk klorinasai. (Depkes RI, 1990).
2. Cyptosporidium
Cyptosporidium adalah parasit bentuk kokus yang ada pada awalnya dikenal sebagai penyebab
diare pada binatang. Mula-mula ditemukan sebagai penyebab diare cair pada yang menurun kekebalan
tubuhnya, khususnya penderita AIDS. Di negara berkembang parasit ini menyebabkan 4-11 % kasus diare
pada anak Cryptosporidiasis ditularkan melalui jalur fekal-oral. (Depkes RI, 1990).
3. Giardia lamblia
Giardia lamblia tersebar luas di seluruh dunia, dengan angka prevalensi infeksi sampai 100 %
pada beberapa penduduk. Anak berumur 1-5 tahun paling sering dijangkiti. Infeksi Giardia lamblia
biasanya melalui makanan, minuman atau manular dari orang ke orang. Penularan dari orang ke orang
terjadi terutama pada anak yang tinggal di keluarga yang terlalu padat atau tempat penitipan anak
(Sunoto, 1990).
C. Penyebab Lain
Selain beberapa penyebab di atas, diare juga bisa disebabkan oleh faktor faktor lain misalnya obat,
keadaan karena pembedahan, penyakit lain dan infeksi sistematik serta intoleransi makanan.
lntoleransi makanan karena kekurangan laktase atau alergi terhadap makanan dapat
menyebabkan diare. Tuberkulosis saluran pencernaan. penyakit granulomatosiskronik usus misalnya
penyakit crohn dan beberapa jenis tumor dapat juga menimbulkan diare. (Depkes RI, 1990).
D. Cara Penularan
Agen infeksius yang menyebabkan penyakit diare biasanya ditularkan melalui jalur fecal-oral,
terutama karena (Depkes RI, 1990):
3. Beberapa faktor dikaitkan dengan bertambahnya penularan kuman enteropatogen perut termasuk
(Depkes RI, 1990) :
9. Tindakan penyapihan yang jelek (penghentian ASI yang terlaiu dini, susu botol, pemberian ASI yang
diselang-seling dengan susu botol pada 4-6 bulan pertama).
Beberapa ukuran frekwensi penyakit menurut Azrul Azwar adalah sebagai berikut :
1. Rate
"Rate" ialah perbandingan suatu peristiwa dibagi dengan jumlah penduduk memungkin terkena
peristiwa yang dimaksud (population at risk) dalam waktu yang sama yang dinyatakan dalam persen atau
permil. Runus yang dipergunakan untuk menghitung rate ialah :
Rate
a. Insiden Rate
Insiden rate adalah jumlah penderita baru suatu, penyakit yang ditemukan pada suatu jangka
waktu tertentu (umunnya satu tahun) dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena
penyakit baru tersebut pada pertengahan jangka waktu yang bersangkutan dalam persen atau permil.
Isidenrate
contoh : pada suatu daerah dengan jumlah penduduk pada tanggal 30 Juli 1999 sebanyak seratus ribu
orang yang semuanya rentang terhadap penyakit, ditemukan laporan penderita baru sebagai berikut :
Bulan Januari 50 orang, Maret 100 orang, Juni 150 orang, September 10 orang dan bulan Desember 90
orang.
b. Prevalen
Prevalen ialah gambaran tentang frekwensi penderita lama dan baru yang ditemukan pada suatu jangka
tertentu ,disekelompok masyarakat tertentu. Dengan perkataan lain pada perhitungan nilai prvalen
dipergunakan jumlah seluruh penduduk. Ditinjau dari sudut ini, jelas bahwa angka prevalen sebenamya
bukan suatu rate yang murni, karena mereka yang tidak mungkin terkena penyakit, juga dimasukkan
dalam perhitungan. Secara umum pervalen ini dibedakan atas dua macam yakni:
Rumus yang dipergunakan untuk menghitung nilai period prevalen rate ialah:
Contoh : satu Fakultas Kesehatan Masyarakat dengan mahasiswa sebanyak 100 orang, kemarin 5
orang mahasiswa menderita penyakit diare, dan hari ini 5 orang lainnya menderita penyakit diare. Maka
jawabnya
c. Atteck Rate
Rate
Contoh Dari 500 orang mahasiswa yang tercatat pacta FKM X temyata 100 mahasiswa tiba-
tiba menderita muntah berak setelah makan gado-gado dikantin kampus. Maka jawabnya
Atteck Rate =
Atteck Rate atau angka serangan sebetulnya adalah suatu angka insiden tetapi ada angka serangan resiko
seseorang untuk mendapatkan penyakit eriangsung dalam waktu singkat, ini mungkin karena faktor
penyebab penyakit tersebut hanya bereaksi dalam tempo yang singkat misalnya keracunan makanan
atau wabah (Azrnl Azwar 1999).
CFR =
Angka fatalitas biasa digunakan untuk melihat keganasan suatu penyakit dan dapat pula melihat
keberhasilan pelayanan kesehatan pada suatu daerah atau
e. Ratio
"Ratio" merupakan suatu perbandingan yang pada umumnya dinyatakan sebagai berikut :
Ratio =
Misalnya sex ratio, yaitu perbandingan antara jumlah penduduk perempuan. Ratio biasanya digunakan
untuk melihat kecenderungan ratio jumlah laki-laki terhadap jumlah perempuan pada tahun tertentu,
apakah lebih sedikit atau lebih banyak (Azrul Azwar, 1999).
f. Porsi
Proporsi" merupakan suatu perbandingan yang pada umumnya dinyatakan sebagai berikut :
Proporsi =
Misalnya, "proporsi penyakit diare di Rumah sakit A tahuan 1999 adalah 10 berarti jumlah kejadian
penyakit diare di Rumah sakit A tahun 1999 adalah dari seluruh kasus penyakit yang ada di wilayah
Rumah sakit A. Proporsi biasanya digunakan untuk mengukur angka suatu penyakit terhadap penyakit
lainnya. Semakin tinggi angka proporsi ini berarti semakin banyak kejadian penyakit tersebut
dibandingkan dengan penyakit lainnya dalam suatu wilayah dan waktu tertentu (Azrul Azwar 1999).
F. Epidemiologi Diare
Epidemiologi diare dapat diartikan sehagai suatu study menganai kejadian diare,
penyebarannya dan faktor-faktor yang menentukan terjadinya diare pada kelompok penduduk.
Penyakit diare lebih banyak menyerang golongan umur anak balita pada daerah endemis,
sedangkan pada waktu terjadinya kejadian luar biasa (KLB) dapat menyerang semua golongan semua
umur. Kejadian diare di Indonesia diperkirakan 40-50 per 100 penduduk per tahun, dimana 70 % - 80 %
dari padanya terjadi pada golongan umur balita. Insiden tertinggi terdapat pada usia dibawah 2 tahun
(Sunoto, 1979 ; dalam Asnil dkk, 1982).
Penyebaran diare di suatu ternpat dengan tempat lainnya berbeda. Perbedaan tersebut
disebabkan oleh beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kejadian diare itu diataranya keadaan
geografis, kebiasaan penduduk, kepadatan penduduk dan pelayanan kesehatan. (Depkes'RI, 1990).
Secara teoritis diketahui bahwa penularan diare dipengaruhi oleh sanitasi dan hygiene perorangan,
namun adanya perbedaan insiden di suatu tempat juga dipengaruhi oleh spesifikasi tempat tersebut.
Misalnya tempat pemukiman kumuh dengan jumlah penduduk yang padat akan lebih mudah terjadi
penularan secara cepat bila dibandingkan dengan pemukiman lain yang tidak padat.
3. Penyebaran Diare Menurut Waktu
Penyebaran diare dapat berada dalam frekwensi dan waktu tertentu. Variasi kajadian diare
rnenurnt waktu berbeda antara daerah satu dengan yang lainnya. WHO pemah mengadakan penelitian
dimana diketahui bahwa insiden diare dipengaruhi oleh iklim (WHO, 1985).
Sedangkan menurut Winardi Bambang (1982) diperkirakan sekitar 10 % dari kunjungan ke Rumah
Sakit, Balai Pengobatan, Puskesmas, berdasarkan laporan dari seluruh Indonesia adalah penderita
penyaklit diare serta terlihat pula adanya variasi musim hujan (September - Januari).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare antara lain faktor gizi. kepadatan penduduk,
sosial ekonomi, perilaku, dan kesehatan lingkungan (Sutoto.1992 ).
1. Faktor Gizi
Beratnya dan lamanya diare sangat dipengaruhi oleh status gizi penderita. Pada penelitian yang
cermat insiden diare pada anak bergizi kurang ternyata saran dengan anak yang gizinya baik. Namun
anak yang gizinya menderita diare lebih berat dan keluaran tinja lebih banyak sehingga dehidrasi lebih
berat. Juga diare pada anak bergizi kurang berlangsung lebih lama, sebagian karena penyembuhan dan
perbaikan kerusakan usus akibat infeksi lebih lambat terjadi pada anak yang gizinya kurang (Depkes RI.
1990).
Jadi proses diare dan gizi kurang merupakan lingkaran setan. Diare mendorong anak ke arah gizi
kurang, dan gizi kurang mendorong anak ke arah diare yang lebih berat. Bila lingkaran ini tidak diputus
pada waktunya mungkin dapat amat berat atau karena infeksi lain menimbulkan kematian, karena diare
yang misalnya penemonia. (Depkes RI, 1990).
Jumlah penduduk yang padat dapat memudahkan terjadinya penularan diare. Kelompok usia di
bawah lima tahun merupakan kelompok umur yang paling banyak menderita diare. Penelitian tentang
hubungan pengetahuan, sikap dengan kejadian diare pada anak balita yang tinggal bersama ibu dan
jumlah anggota keluarga banyak mempunyai hubungan yang bermakna. (Tandiyo, 1984).
Selain itu rumah tinggal dengan kepadatan 10 meter persegi atau lebih untuk tiap orang, didapati
kejadian diare anak balita 10,3 % di kota dan 9,7 % di desa. Sedangkan kepadatan kurang dari 10 meter
persegi tiap orang 11,8 % dan 13,5 %.
Rumah tinggal merupakan kebutuhan pokok disamping sandang dan pangan. Demi kenyamanan
tinggal di rumah maha seharusnya rumah memenuhi kebutuhan kondisi tempat tinggal yang sehat.
Rumah yang sehat dengan memenuhi tata ruang yang memenuhi syarat dapat menghindari terjadinya
dan menularnya penyakit. Kepadatan hunian adalah satu unsure kenyamanan tinggal di rumah, perlu
dipikirkan dan diupayakan 10 meter persegi atau lebih tiap orang, mengingat kepadatan hunian
termasuk factor yang mempunyai pengaruh dominan terhadap kejadian diare anak balita. Dalam analisis
ini hampir 60,% anak balita tinggal di rumah dengan kepadatan kurang dari 10 meter persegi tiap orang.
Anilisis faktor ini menunjukkan anak-anak balita yang tinggal di rumah dengan kepadatan kurang dari 10
meter persegi tiap orang mempunyai resiko menderita diare 1,37 kali dibanding anak balita yang tinggal
di rumah dengan kepadatan 10 meter persegi atau lebih tiap orang. Risiko ini mengingat menjadi 1,85
setelah kepadatan hunian berinteraksi dengan faktor sosial demografi dan lingkungan yang lain (Joko
Iriantc dkk ; Analisis Lanjut SDKI, 1994).
Sosial ekonomi masyarakat yang rendah dapat mempengaruhi tingkat partisipasi aktif dalam
melaksanakan upaya pelayanan kesehatan masyarakat, misalnya meningkatkan fasilitas kesehatan,
meningkatkan status gizi masyarakat. Hal ini merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian diare
di masyarakat. Selain itu masyarakat yang berpenghasilan rendah pada umumnya mempunyai keadaan
sanitasi dan hygiene perorangan yang buruk (Tandiyo, 1984).
Kebiasaan yang berhubungan dengan keberhasilan. adalah bagian terpenting dalam penularan
kuman diare, mengubah kebiasaan tertentu seperti mencuci tangan dapat memutuskan penularan.
Mencuci tangan dengan sabun terutama sesudah buang air besar dan sebelum menyiapkan makanan
atau makan, telah dibuktikan mempunyai dampak dalam kejadian diare dan harus menjadi sasaran
utama dalam pendidikan kebersihan, Sebagai contoh rotavirus dapat terdeteksi dalam air mencuci
tangan dari 79 % perawat pasien yang datang dan dirawat di sebuah rumah sakit di Banglades karena
diare (Akral, 1990).
Menurut Sunoto (1990) penurunan 14-48 % kejadian diare dapat diharapkan sebagai hasil
pendidikan tentang kebersihan dan perbaikan kebiasaan.
Kebiasaan adat istiadat dapat mempeugaruhi kesenatan individu. Oleh sebab itu faktor kebiasaan
merupakan faktor yang penting dalam penyebaran terjadinya penyakit diare antara lain penyiapan dan
penyimpanan makanan yang tidak saniter. Tindakan penyapihan yang jelek (penghentian ASI yang terlalu
dini, susu botol 4-6 bulan pertama) serta kebersihan perorangan (Depkes Rl; Ajar Diare, 1990).
Kesehatan lingkungan rnerupakan faktor yang dominan dalam mempengaruhi kejadian diare di
masyarakat. Keadaan kesehatan lingkungan yang berkaitan erat dengan diare adalah pengadaan air
bersih dan jamban keluarga.
Menurut Warsito Sidik (1986) tidak rnereukupinya kebutuhan air bersih akan menyebabkan
masyarakat menggunakan air yang tidak memenuhi syarat kesehatan untuk kebutuhan rumah tangga
sehari-hari. Hal ini dapat memudahkan masuknya kuman penyakit dan terkontaminasinya rnakanan yang
akan dikonsumsi masyarakat. penggunaan jamban yang tidak saniter akan semudahkan cara penularan
penyakit diare. Berdasarkan penelitian Sidik Wasito di Sumedang menunjukkan bahwa pada kelompak
keluarga yang membuang kotoran secara saniter mempunyai angka terkena penyakit diare lebih rendah
dibandingkan dengan keluarga yang membuang kotoran yang tidak saniter.
Angka kejadian penyakit diare ternyata dipengaruhi pula oleh kwalitas persediaan air bersih
(minum) Sutrisno Eram (1977) meingatakan bahwa kejadian tersangka kolera ternyata lebih tinggi di
wilayah air dangkal (Kabupaten Sleman, Bantul dan Kodya Yogyakarta). Sedangkan Sumantri dkb: (1979)
mendapatkan dari 68 keluarga di pinggiran kota Semarang, sebanyak 17,65 % mempergunakan air
minum "baik" dan 82,35 % air minum kotor (rakteri E. Col' positif) dengan kejadian yang berbeda
bermakna (ignatius SP; 1980).
Selain itu penggunaan jamban yang benar dapat mengurangi risiko diare lebih baik dari pada
perbaikan sumber air, walaupun dampak yang paling tinggi dapat diharapkan dari gabungan kebersihan
dan perbaikan sumber air. Hasil penelitian dampak proyek sumber air dan kebersihan 28 negara
menunjukkan penurunan angka kesakitan diare 22-27 % dan penurunan angka kematian diare 21-30 %
(Sunoto, 1990).
6. Faktor Musim
Penyakit diare adakalanya dipengaruhi oleh musim. Pada daerah yang bermusim tropis, diare oleh
bakteri cenderung terjadi lebih sering pada musim panas. Sedangkan diare oleh virus terutama oleh
rotavirus cenderung terjadi Sepanjang tahun dengan peningkatan kekerapan sepanjang bulan musim
kemarau. Sedangkan diare oleh bakteri cenderung memuncak pada musim hujan (Depkes KL.Ajar Diare,
1990).
Faktor-faktor yang mempengaruhi diare kejadian diare pada masyarakat telah dirumuskan oleh
Direktorat Jenderal PPM & PLP Departemen Kesehatan Republik Indonesia sebagai berikut :
1. Umur
2. Syatus gizi
3. Kepadatan penduduk
4. Perilaku masyarakat
5. Sosial ekonomi
Kejadian Diare
Text Box: Faktor Lingkungan
1. Musim
2. Kepadatan Rumah
4. Jamban Keluarga
5. Kel urahan/Desa
6. Kualitas Pemukiman
1. Bulan
2. Tahun
Sumber Depkes RI Ditjen PPM & PLP, Diare dan Upaya Pemberantasannya, 1981
BAB III
A. Kerangka Konseptual
Sesuai dengan masalah yang dibahas maka penulis mencoba menuangkan kerangka konsep atau
kerangka berpikir, dengan menggunakan hubungan yang paling dasar yaitu hubungan antar dua Variabel
yaitu variabel pengaruh (indevenden variabel ) atau variabel bebas dengan variabel terpengaruh
(deveneden variabel ) atau variabel terikat ( Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, 1987 ). Untuk
kerangka konsep penelitian sebagai berikut :
Umur
Jenis kelamin
Sosial ekonomi
Kejadian Diare
Petugas Kesehatan
Bidan Desa
Kader posyandu
Jamban keluarga
B. Definisi Operasional
1. Definisi Diare
Kejadian diare adalah buang air besar, lembek cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih
sering dari biasanya (biasanya 3 kali atau lebih dalam sehari)
2. Umur
1 - 4 tahun
> 5 tahun
Definisi Operasional
No
Nama Variabel
Definisi Operasional
Ketegori
Skala
A. Variabel Dependen
Buang air besar pada balita lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi encer/lebek bahkan daoat beruoa
air saia
1=bukan diare
2=diare
Ordinal
B. Variabel Independen
1.
Umur ibu
Usia responden pada saat pengumpulan data dihitoog berdasarkan tahoo kelahiran
1= >20 Tahun
2=21 30 Tahun
3= 31 tahun keatas
Ordinal
2.
Jenis kelamin
Status gender penderita yang dapat diketahui dari penampilan fisik yang bersangkutan
1= laki-laki
2= perempuan
Norminal
3.
Tingkat pendidikan
1= rendah
2= sedang
3= tinggi
Ordinal
4.
Pekerjaan ibu
1= bekerja
2= tak bekerja
Ordinal
5.
Pengetahuna ibu
1 = rendah
Ordinal
ASPEK TATALAKSANA
6.
1 = tidak dilaksanakan
2 = dilaksanakan
Ordinal
7.
Perilaku responden dalam pemberian obat dirumah setelah dari pelayanan kesehatan
1 = tidak diberikan
2 =diberikan
Ordinal
ASPEK PERILAKU
8.
Perilaku ibu dalam pemberian ASI atau susu botol saat anak diare
1 = tidak
2 = ya
Ordinal
9.
Pemberian makanan
Pemberian makanan saat anak diare oleh ibu apakah ditingkatkan atau dipuasakan
1 = kurang
2 = tidak
Ordinal
10.
Higiene perorangan
1 = buruk
2 = baik
Ordinal
11.
1 = buruk
2 = baik
Ordinal
ASPEK PENCEGAHAN
12.
1 = tidak
2 = ya
Ordinal
13.
1 = buruk
2 = baik
Ordinal
14.
1 = buruk
2 = baik
Ordinal
15.
Higiene sanitasi
1 = buruk
2 = baik
Ordinal
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat diskriptif analistik dengan menggunakan pendekatan desain cross sectional untuk
mengetahi masalah kesehatan khususnya penyakit diare yang menimpa pada masyarakat yang bertujuan
untuk. Mengetahui gambaran tentang pola dan kecenderungan diare pada anak balita di Pulau laut RSAL
Dr. Mintohardjo Jakarta pusat Tahun 2004 dan memperkirakan adannya hubungan antara variabel
dependen dan variabel independen
1. Populasi
Populasi datam penetitian ini adalah 1066 penderita diare yang berada dalam di Pulau laut RSAL Dr.
Mintohardjo Jakarta pusat selama tahun 2004.
2. Sampel
Sampel datam penelitian ini adalah 10% dari 1066 populasi kasus diare yang tercatat dalam laporan di
Pulau laut RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta pusat Tahun 2004 yaitu 107 anak balita
C. Lokasi
Pulau laut RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta pusat alasan pemilihan lokasi ini
D. Instrumen Penelitian
lnstrumen yang dipakai adalah data sekunder berupa arsip laporan bulanan program P2 diare. Dan data
penunjang seperti W2 (Laporan Mingguan Wabah), laporan bulanan sistem survailans terpadu, serta
kasus diare yang dilaporkan oleh bidan desa dan kader diare petugas puskesmas pembantu.
E. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang dipakai adalah primer (observasi langsung kelapangan dengan melihat dan
membagi kuesioner) dan data sekunder yang tercatat di Pulau laut RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta pusat
serta kasus yang dilaporkan oleh Bidan Desa, petugas puskesmas pembantu, serta kader diare dari tahun
2004 yang ada di puskesmas Ciracas Jakarta Timur
F. Analisa Data
Data dikumpulkan dan dianalisa serta secara manual dengan membuat tabal, distribusi dan grafik dari
tabel dan grafik itu dilakukan analisa dan interprestasi :
a. Analisa univariat
Untuk mengetahui gambaran penyakit diare dan distribusi berdasarkan karakteristik penderita penyakit
diare.
b. Analisa Bivariat
Untuk mengetahui hubungan antara 2 variabel dependen dan variabel independen dengan
menggunakan rumus Chi Square
Rumus =
= Jumlah
Tanggal : .
Pewawancara : .
LEMBAR PERTANYAAN
IDENTITAS RESPONDEN
Alamat : ...
Petunjuk Pengisian :
2. lsilah kotak kosong yang disediakan disamping pertanyaan dengan' memberi tanda ceklis (v) dcngan
mcnggunakan Bolpoint tinta warn a hitam
3. Sebagai contoh : apabila ibu mengetahui ten tang penyakit diare isilah kolom sebelah kanan dengan
memberi tanda ceklis (v) yang anda anggap benar ? Contoh :
1) Tidak [v]
2) Ya [ ]
1. Tidak tamat SD [ ]
2. SD [ ]
3. SLTP [ ]
4. SLTA [ ]
5. Perguruan Tinggi [ ]
2. Pekerjaan :
1. PNS [ ]
2. Karyawan Swasta [ ]
3. Pedagang [ ]
4. Petani [ ]
5. Buruh [ ]
3. Jenis Kelamin :
1) Laki-laki [ ]
2) Perempuan [ ]
4. Status gizi :
1) Baik [ ]
2) Sedang [ ]
3) Buruk [ ]
pcnyakit diare ?
1. Pernah [ ]
2. Tidak Pemah [ ]
3. Tidak tahu [ ]
1. Tidak tahu [ ]
2. Padat [ ]
3. Bercampur darah [ ]
4. Cair/encer [ ]
8. Bila seorang anak menderita diare/mencret, berapa kali sehari ia buang air besar?
1) 1 kali [ ]
2) 2 kali [ ]
3) 3 kali [ ]
4) > 3 kali [ ]
1) Tidak tahu [ ]
2) Masuk angin [ ]
3) Cacingan [ ]
10. Menurut ibu, apakah anak yang diare dapat menularkan penyakitnya pada orang lain?
1) Tidak tahu [ ]
2) Dari tangan langsung kemulut [ ]
1) Tidak tahu [ ]
12. Bila bayi ibu menderita diare, apakah ASlnya masih boleh diteruskan ?
1) Tidak [ ]
2) Ya [ ]
13. Mcnurul ibu bagaimana cara mcncuci peralalan makanan yang benar?
1) Tidak tahu [ ]
14. Menurut anda, apa tindakan yang dilakukan petugas kesehatan di Puskesmas I Klinik
terhadap diare ?
1. Diberi oralit [ ]
3. Di infuse [ ]
4. Pertolongan lambat [ ]
5. Dipersulit / tidak ditangani [ ]
15. Setelah diberi obat dari Puskesmas, apakah obat tersebut diberikan sesuai instruksi
dokter ?
1. Ya, diberikan [ ]
2. Kadang-kadangjika ingat [ ]
16. Menurut anda, berapa meter jarak yang benar antara We ke sumur ?
1. 1m3m [ ]
2. 4m6m [ ]
3. 7 m 10 m [ ]
17. Menurut anda, sumber air minum yang baik berasal dari mana?
1. Air pam [ ]
2. Sumur gali [ ]
4. Air sungai [ ]
18. Jika anda tidak setuju, apa yang anda lakukan dalam pemberian makanan terhada
penyakit diare ?
1. Setuju [ ]
2. Tidak setuju [ ]
19. Jika anda tidak setuju, apa yang anda lakukan dalam pemberian makanan terhadap
1. Ditingkatkan [ ]
2. Biasa saja [ ]
3. Dikurangi [ ]
1. WC [ ]
2. Empang [ ]
4. Kebun / sawah [ ]
5. Sungai /se\okan [ ]
***** Terima Kasih Atas Kerjasama Ibu Dalam Mengisi Kuesioner Ini
Share
7 comments:
@fafaynafJanuary 18, 2014 at 10:40 PM
Reply
Reply
kaka maaf menganggu boleh minta data proporsalnya, ini email saya Yhealth_D@yahoo.co.id.
trimakasih.
Reply
Reply
Reply
UnknownMay 14, 2016 at 8:42 PM
Reply
Reply
Home
About Me
My photo
Eva Meliana
Powered by Blogger.