Anda di halaman 1dari 5

BAB III

PEMBAHASAN

A. Pembinaan Dukun Bayi


Pembinaan dukun adalah suatu pelatihan yang diberikan kepada dukun
bayi oleh tenaga kesehatan yang menitikberatkan pada peningkatan
pengetahuan dukun yang bersangkutan, terutama dalam hal hyegene sanitasi,
yaitu mengenai kebersihan alat-alat persalinan dan perawatan bayi baru lahir,
serta pengetahuan tentang perawatan kehamilan, deteksi dini terhadap resiko
tinggi pada ibu dan bayi, KB, gizi serta pencatatan kelahiran dan kematian.
Pembinaan dukun merupakan salah satu upaya menjalin kemitraan antara
tenaga kesehatan(bidan) dan dukun dengan tujuan menurunkan angka kematian
ibu dan bayi.
Klasisifikasi Materi Pembinaan Dukun
Berikut adalah klasifikasi materi yang diberikan untuk melakukan pembinaan
dukun :
1. Promosi Bidan Siaga
Salah satu cara untuk melakukan promosi bidan siaga, yaitu dengan
melakukan pendekatan dengan dukun bayi yang ada di desa untuk bekerja
sama dalam pertolongan persalinan. Bidan dapat memberikan imbalan jasa
yang sesuai apabila dukun menyerahkan ibu hamil untuk bersalin ketempat
bidan. Dukun bayi dapat dilibatkan dalam perawatan bayi baru lahir.
Apabila cara tersebut dapat dilakukan dengan baik, maka dengan kesadaran,
dukun akan memberitahukan ibu hamil untuk melakukan persalinan di
tenaga kesehatan (bidan). Ibu dan bayi selamat, derajat kesehatan ibu dan
bayi di wilayah tersebut semakin meningkat.
2. Pengenalan Tanda Bahaya Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan Rujukan.
Dukun perlu mendapatkan peningkatan pengetahuan tentang
perawatan pada ibu hamil, sehingga materi tentang pengenalanterhadap ibu
hamil yang beresiko tinggi, tanda bahaya kehamilan, persalinan, nifas, dan
rujukan merupakan materi yang harus diberikan, agar dukun bayi dapat
melakukan deteksi dini kegawatan atau tanda bahaya pada ibu hamil,
bersalin, nifas dan segera mendapatkan rujukan cepat dan tepat. Berikut ini
adalah materi-materi dalam pelaksanaan pembinaan dukun :
a. Pengenalan golongan risiko tinggi.
b. Pengenalan tanda-tanda bahaya kehamilan
c. Pengenalan tanda-tanda bahaya pada persalinan.
d. Pengenaalan tanda-tanda kelainan pada nifas.
3. Pengenalan Dini Tetanus Neonatorum, BBLR, dan Rujukan
a. Tetanus Neonatorum
Tetanus neonatorum adalah salah satu penyakit yang paling beresiko
terhadap kematian bayi baru lahir yang disebabkan oleh basil
Clostridium tetani. Tetanus neonatorum dimasyarakat, kebanyakan
terjadi karena penggunaan alat pemotong tali pusat yang tidak steril.
Dengan diberikan pembekalan materi tetanus neonatorum diharapkan
dukun dapat memperhatikan kebersihan alat persalinan, memotivasi ibu
untuk melakukan imunisasi, dan melakukan persalinan pada tenaga
kesehatan, sehingga dapat menekan angka kejadian tetanus neonatorum.
Tanda-tanda Tetanus Neonatorum :
a) Bayi baru lahir
b) Mulut mencucu seperti mulut ikan.
c) Kejang terutama bila terkena rangsang cahaya, suara dan sentuhan.
d) Kadang-kadang disertai sesak nafas dan wajah bayi membiru.
Penyebab terjadinya Tetanus Neonatorum :
a) Pemotongan tali pusat pada waktu pemotongan tidak bersih.
b) Perawatan tali pusat setelah lahir sampai saat puput tidak bersih atau
diberi bermacam-macam ramuan.
b. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi lahir dengan berat badan
kurang dari 2,5 kg, disertai dengan tanda-tanda kulit keriput, pergerakan
lemah, dan sianosis. Kondisi ini merupakan salah satu factor yang turut
konstribusi terhadap kematian bayi.
Dukun diharapkan dapat segera melakukan rujukan ke puskesmas atau
tenaga kesehatan apabila menemukan tanda-tanda bayi dengan berat
badan lahir rendah, karena bayi dengan berat badan lahir rendah
memerlukan perawatan khusus.
4. Penyuluhan gizi dan KB
Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan harus memberikan
informasi kepada dukun tentang pentingnya makanan bergizi untuk
menjaga kesehatan ibu dan bayi, serta menghindari pantang makan. Selain
masalah gizi, materi KB perlu diberikan juga kepada dukun. Dengan
keikutsertaan dukun dalam menyukseskan program KB, kesejahteraan ibu
dan bayi akan meningkat. Ibu mempunyai banyak waktu untuk menyusui
dan merawat bayi, menjaga kesehatan sendiri, dan mengurus keluarga.
Dukun disini berperan dalam penyuluhan gizi dengan membantu
bidan dalam memberikan penyuluhan kepada ibu hamil, bersalin, dan nifas
untuk menambah porsi makanan baik kalori, protein, maupun mineral dan
makan 1 piring lebih banyak dari biasanya.
Dukun juga berperan dalam penyuluhan KB dengan memberikan
penyuluhan kepada seorang ibu mengenai penjarangan kehamilan atau
mengatur jarak kehamilan tidak terlalu dekat, harus lebih dari 2 tahun dan
hanya mempunyai 2 anak saja. Agar ibu punya waktu untuk menyusui dan
merawat bayi, menjaga kesehatan ibu serta mengurus keluarganya.

B. Hambatan-hambatan dan Solusi Pembinaan Dukun Bayi


Hambatan hambatan yang sering di jumpai dalam melakukan
pembinaan dukun di masyarakat di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Sikap Dukun yang Kurang Kooperatif
Faktor yang menyebabkan sikap dukun tidak kooperatif adalah
adanya perasaan malu apabila di latih oleh bidan, dukun merasa tersaingi
oleh bidan, dan dukun terlalu idealis dengan cara
pertolongan persalinan yang di lakukan.
Solusi :
Informasikan dan tekankan kepada dukun bahwa pembinaan yang di
lakukan bukan untuk melakukan perubahan metode atau kebiasaan yang di
lakukan oleh dukun dalam melakukan pertolongan persalinan atau untuk
bersaing. Akan tetapi, pembinaan yang di lakukan bertujuan untuk
memberikan suatu pemahaman baru dalam pelayanan
kebidanan. Bidan harus mengajak dukun untuk bekerja sama dengan cara
memberikan imbalan sebagai ucapan terima kasih. Libatkan dukun dalam
perawatan bayi baru lahir, misalnya memandikan bayi.
2. Kultur yang Kuat
Sosial budaya mengenai dukun yang merupakan hambatan dalam
upaya pembinaan dukun adalah sebagai berikut :
a. Dukun bayi biasanya adalah orang yang di kenal masyarakat setempat.
b. Kepercayaan masyarakat terhadap dukun di peroleh secara turun
temurun.
c. Dukun bayi masih memiliki peranan penting bagi perempuan di
pedesaan.
d. Biaya pertolongan persalinan dukun jauh lebih murah daripada tenaga
kesehatan.
e. Pelayanan dukun di lakukan sampai ibu selesai masa nifas.
f. Masyarakat masih terbiasa dengan cara cara tradisional.
Solusi :
Lakukan berbagai metode pendekatan dengan tokoh tokoh
masyarakat, misalnya pamong desa, para petua petua desa, tokoh agama
yang sangat berpengaruh pada pola pikir masyarakat dengan memberikan
penjelasan pentingnya pembinaan dukun, sehingga tokoh tokoh
masyarakat dapat melakukan advokasi kepada masyarakat, dan dapat
memperbaiki kebudayaan yang melekat pada diri masyarakat yang dapat
merugikan kesehatan terutama kesehatan ibu dan bayi.
3. Sosial Ekonomi
Masyarakat denagn sosial ekonomi rendah atau miskin dengan
pendidikan yang rendah cenderung mencari pertolongan persalinan pada
dukun. Masyarakat yang demikian beranggapan bahwa dukun adalah
seorang pahlawan, karena melahirkan di dukun lebih murah, dukun bersedia
di bayar dengan barang, dan pembayarannya dapat di angsur.
Solusi :
Sosialisasikan atau apabila di butuhkan musyawarahkan dengan
masyarakat tentang biaya persalinan di tenaga kesehatan
(bidan). Bidan harus dapat bekerja sama dengan masyarakat
mengenai persalinan, berdayakan masyarakat dalam upaya meningkatkan
kesehatan ibu dan bayi dengan pertolongan persalinan di tenaga
kesehatan. Bidan dapat bekerja sama dengan masyarakat untuk melakukan
pemetaan ibu hamil, membentuk tabungan ibu bersalin (Tabulin), donor
darah berjalan, dan ambulans desa.
4. Tingkat pendidikan
Kebanyakan di masyarakat, dukun adalah orang tua yang harus di
hormati dan mempunyai latar belakang pendidikan rendah. Oleh karena
dukun memliki latar belakang pendidikan rendah, sehingga tidak jarang
dukun sulit untuk menerima pemahaman dan pengetahuan baru.
Solusi :
Bidan harus memiliki ketrampilan komunikasi interpersonal dan
memahami tradisi setempat untuk melakukan pendekatan dan pembinaan ke
dukun dukun. Lakukan pendekatan sesuai dengan tingkat pendidikan
dukun, sehingga mereka dapat memahami dan menerima pengetahuan serta
pemahaman baru khususnya mengenai kahamilan, persalinan, nifas, dan
bayi baru lahir.(Rita Yulifah, Tri Johan Agus Y. 2009 : 136 - 138).
Diharapkan bahwa sudah tidak ada lagi bibit penerus dukun bayi, dan untuk
dukun bayi yang sudah lama ditargetkan bahwa seluruhnya sudah dilakukan
pembinaan dan kemitraan.

Anda mungkin juga menyukai