Anda di halaman 1dari 33

Tugas Makalah :

WAWASAN KEMARITIMAN

Upaya Negara Indonesia dalam Menangani Masalah Illegal Fishing di ZEE


(Zona Ekonomi Eksklusif) Indonesia

Oleh :

RISMIATI
NIM. G2A1 16 004

Makalah disusun untuk memenuhi syarat mengikuti kuliah


Wawasan Kemaritiman

Dosen Pengampu :

Prof. Ir. H. Sahta Ginting, M.gr. Sc., Ph.D.

PROGRAM STUDI AGRONOMI

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS HALU OLEO

2017
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah, puji syukur Penulis hanturkan atas kemurahan Allah SWT
yang telah memberi Rahmat dan Karunia yang tiada terputus serta yang telah
memberi inspirasi kepada Penulis, sehingga makalah Wawasan Kemaritiman yang
berjudul Upaya Negara Indonesia dalam Menangani Masalah Illegal Fishing di
ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) terselesaikan. Shalawat dan salam tak lupa penulis
sampaikan kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW.
Dalam Penulisan makalah ini Penulis merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki Penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Penulis
juga mengucapkan permohonan maaf atas segala kekurangan dalam penulisan
makalah ini.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Kendari, 04 April 2017

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................... i
KATA PENGANTAR......................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................ iii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1


1.2. Identifikasi Masalah.................................................................... 3
1.3. Pembatasan Masalah................................................................... 4
1.4. Perumusan Masalah.................................................................... 4
1.5. Tujuan......................................................................................... 4
1.6. Manfaat....................................................................................... 4
1.7. Sasaran........................................................................................ 5

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

2.1. Potensi Kelautan Indonesia......................................................... 6


2.2. Definisi Illegal Fishing................................................................ 7
2.3. Definisi Zona Ekonomi Ekslutif................................................. 7
2.4. Undang - Undang Illegal Fishing............................................... 9
2.5. Tindak Pidana............................................................................. 9
2.6. Komitmen Pemerintah................................................................ 10

BAB III. PEMBAHASAN

3.1. IUU Fishing................................................................................ 11


3.2. Kerugian Akibat dari IUU Fishing............................................. 13
3.3. Faktor Penyebab Terjadinya Illegal Fishing.............................. 13
3.4. Dampak dari Kegiatan Illegal Fishing di Indonesia................... 15
3.5. Upaya pemerintah Indonesia dalam Menangani Illegal Fishing
di ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) Indonesia........................... 17

BAB IV. PENUTUP

4.1. Kesimpulan..................................................................................... 22
4.2. Saran............................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pada mulanya orang berfikir bahwa dengan melihat luasnya lautan, maka

semua hasil buangan sampah dan sisa-sisa industri yang berasal dari aktifitas

manusia di daratan seluruhnya dapat di tampung oleh lautan tanpa menimbulkan

suatu akibat yang membahayakan. Bahan pencemar yang masuk ke dalam lautan

akan diencerkan dan kekuatan mencemarnya secara perlahan-lahan akan

diperlemah sehingga membuat mereka menjadi tidak berbahaya. Dengan makin

cepatnya pertumbuhan penduduk dunia dan makin meningkatnya lingkungan

industri mengakibatkan makin banyak bahan-bahan yang bersifat racun yang

dibuang ke laut dalam jumlah yang sulit untuk dapat dikontrol secara tepat.

Air laut adalah suatu komponen yang berinteraksi dengan lingkungan

daratan, di mana buangan limbah dari daratan akan bermuara ke laut. Selain itu air

laut juga sebagai tempat penerimaan polutan (bahan cemar) yang jatuh dari

atmosfir. Limbah tersebut yang mengandung polutan kemudian masuk ke dalam

ekosistem perairan pantai dan laut. Sebagian larut dalam air, sebagian tenggelam

ke dasar dan terkonsentrasi ke sedimen, dan sebagian masuk ke dalam jaringan

tubuh organisme laut (termasuk fitoplankton, ikan, udang, cumi-cumi, kerang,

rumput laut dan lain-lain).

Kemudian, polutan tersebut yang masuk ke air diserap langsung oleh

fitoplankton. Fitoplankton adalah produsen dan sebagai tropik level pertama dalam

rantai makanan. Kemudian fitoplankton dimakan zooplankton. Konsentrasi polutan


dalam tubuh zooplankton lebih tinggi dibanding dalam tubuh fitoplankton karena

zooplankton memangsa fitoplankton sebanyak-banyaknya. Fitoplankton dan

zooplankton dimakan oleh ikan-ikan planktivores (pemakan plankton) sebagai

tropik level kedua. Ikan planktivores dimangsa oleh ikan karnivores (pemakan ikan

atau hewan) sebagai tropik level ketiga, selanjutnya dimangsa oleh ikan predator

sebagai tropik level tertinggi.

Ikan predator dan ikan yang berumur panjang mengandung konsentrasi

polutan dalam tubuhnya paling tinggi di antara seluruh organisme laut. Kerang juga

mengandung logam berat yang tinggi karena cara makannya dengan menyaring air

masuk ke dalam insangnya setiap saat dan fitoplankton ikut tertelan. Polutan ikut

masuk ke dalam tubuhnya dan terakumulasi terus-menerus dan bahkan bisa

melebihi konsentrasi yang di air.

Polutan tersebut mengikuti rantai makanan mulai dari fitoplankton sampai

ikan predator dan pada akhirnya sampai ke manusia. Bila polutan ini berada dalam

jaringan tubuh organisme laut tersebut dalam konsentrasi yang tinggi, kemudian

dijadikan sebagai bahan makanan maka akan berbahaya bagi kesehatan manusia.

Karena kesehatan manusia sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan.

Makanan yang berasal dari daerah tercemar kemungkinan besar juga tercemar.

Demikian juga makanan laut (seafood) yang berasal dari pantai dan laut yang

tercemar juga mengandung bahan polutan yang tinggi.

Salah satu polutan yang paling berbahaya bagi kesehatan manusia adalah

logam berat. WHO (World Health Organization) atau Organisasi Kesehatan Dunia

dan FAO (Food Agriculture Organization) atau Organisasi Pangan Dunia


merekomendasikan untuk tidak mengonsumsi makanan laut (seafood) yang

tercemar logam berat. Logam berat telah lama dikenal sebagai suatu elemen yang

mempunyai daya racun yang sangat potensil dan memiliki kemampuan

terakumulasi dalam organ tubuh manusia. Bahkan tidak sedikit yang menyebabkan

kematian.

Pencemaran laut merupakan suatu ancaman yang benar-benar harus

ditangani secara sungguh-sungguh. Untuk itu, kita perlu mengetahui apa itu

pencemaran laut, bagaimana terjadinya pencemaran laut, serta apa yang solusi yang

tepat untuk menangani pencemaran laut tersebut.

1.2. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang telah ditulis, kami memberikan identifikasi


masalah yang akan dijadikan pembahasan dalam makalah ini yaitu sebagai berikut:
1.2.1. Permasalahan pencemaran air laut.
1.2.2. Kurangnya kesadaran masyarakat
1.2.3. Belum maksimalnya upaya yang dilakukan oleh Indonesia dalam
menangani masalah illegal fishing di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia.
1.2.4. Lemahnya penegakan hukum dan pengawasan akibat rendahnya integritas
moral serta kurangnya sarana dan prasarana yang memadai.
1.3. Pembatasan Masalah

Agar isi makalah ini lebih fokus dan tidak meluas dari pembahasan yang
dimaksud, maka penulis menetapkan batasan - batasan sebagai berikut :
1.3.1. Tindak pidana bagi pelaku illegal fishing di Indonesia.
1.3.2. Perlunya penegakan hukum dan peningkatan keamanan di laut Indonesia
dan Zona Ekonomi Eksklusif.
1.3.3. Diperlukan kerja sama, gerakan serentak dan serius dalam menangani kasus
illegal fishing.
1.3.4. Penambahan sarana dan prasarana untuk menangani kasus illegal fishing.
1.4. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam

makalah ini yaitu sebagai berikut :

1.4.1. Apa yang dimaksud dengan pencemaran laut ?

1.4.2. Apa yang menjadi sumber dan bahan pencemaran laut ?

1.4.3. Apa saja dampak dari pencemaran laut ?

1.4.4. Apa saja kasus Pencemaran Laut yang pernah terjadi di Indonesia dan di

dunia ?

1.4.5. Bagaimana cara mencegah dan menanggulangi terjadinya pencemaran laut

dan kebijakan untuk menangani perihal tersebut ?

1.5. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui semua informasi

tentang pencemaran laut mulai dari definisinya, sumber, serta bahan-bahan yang

mencemari laut, dampak pencemaran laut , cara penanggulangan dan kebijakan

yang diterapkan untuk mengatasi perihal pencemaran laut dan kasus-kasus

pencemaran laut yang pernah terjadi di Indonesia dan di dunia

1.6. Manfaat
Dari hasil penyusunan makalah ini, diharapkan dapat memberikan :
1.6.1. Manfaat Teoritis
a. Menambah bahan pustaka dalam ilmu hukum, khususnya Hukum Laut
Internasional mengenai masalah illegal fishing.
b. Memberi masukan bagi peneliti selanjutnya.
1.6.2. Manfaat Praktis
a. Memberi masukan bagi pemerintah Indonesia untuk lebih berperan
aktif dalam penanganan kasus illegal fishing di wilayah ZEE Indonesia.
b. Memberikan gambaran kepada masyarakat di Indonesia tentang hukum
laut internasional.
1.7. Sasaran

Sasaran dalam penulisan makalah ini yaitu terlaksananya upaya pemerintah


Indonesia dalam menangani illegal fishing di ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif)
Indonesia
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Pencemaran Laut

Pencemaran laut didefinisikan sebagai peristiwa masuknya partikel kimia,

limbah industri, pertanian dan perumahan, kebisingan, atau penyebaran organisme

invasif (asing) ke dalam laut, yang berpotensi memberi efek berbahaya.

Dalam sebuah kasus pencemaran, banyak bahan kimia yang berbahaya

berbentuk partikel kecil yang kemudian diambil oleh plankton dan binatang dasar,

yang sebagian besar adalah pengurai ataupun filter feeder (menyaring air). Dengan

cara ini, racun yang terkonsentrasi dalam laut masuk ke dalam rantai makanan,

semakin panjang rantai yang terkontaminasi, kemungkinan semakin besar pula

kadar racun yang tersimpan. Pada banyak kasus lainnya, banyak dari partikel

kimiawi ini bereaksi dengan oksigen, menyebabkan perairan menjadi anoxic.

Sebagian besar sumber pencemaran laut berasal dari daratan, baik tertiup angin,

terhanyut maupun melalui tumpahan.

2.2. Penyebab Pencemaran Laut

2.2.1. Pencemaran oleh minyak

Saat ini industri minyak dunia telah berkembang pesat, sehingga kecelakaan

kecelakaan yang mengakibatkan tercecernya minyak dilautan hampirtidak bias

dielakkan.Kapal tanker mengangkut minyak mentah dalam jumlah besar tiap

tahun. Apabila terjadi pencemaran miyak dilautan, ini akan mengakibatkan minyak

mengapung diatas permukaan laut yang akhirnya terbawa arus dan terbawa ke

pantai.
Contoh kecelakaan kapal yang pernah terjadi :

1. Torrey canyon dilepas pantai Inggris 1967 mengakibatkan 100.000 burung mati

2. Showa maru di selat Malaka pada tahun 1975

3. Amoco Cadiz di lepas pantai Perancis 1978

Pencemaran minyak mempunyai pengaruh luas terhadap hewan dan tumbuh

tumbuhan yang hidup disuatu daerah. Minyak yang mengapung berbahaya bagi

kehidupan burung laut yang suka berenang diatas permukaan air. Tubuh burung

akan tertutup minyak. Untuk membersihkannya, mereka menjilatinya. Akibatnya

mereka banyak minum minyak dan mencemari diri sendiri. Selain itu, mangrove

dan daerah air payau juga rusak. Mikroorganisme yang terkena pencemaran akan

segera menghancurkan ikatan organik minyak, sehingga banyak daerah pantai yang

terkena ceceran minyak secara berat telah bersih kembali hanya dalam waktu 1 atau

2 tahun.

Gambar 1. Tumpahan minyak di laut

2.2.2. Pencemaran oleh logam berat

Logam berat ialah benda padat atau cair yang mempunyai berat 5 gram atau

lebih untuk setiap cm3, sedangkan logam yang beratnya kurang dari 5 gram adalah

logam ringan.
Logam berat, seperti merkuri (Hg), timbal (Pb), arsenik (As), kadmium

(Cd), kromium (Cr), seng (Zn), dan nikel (Ni), merupakan salah satu bentuk materi

anorganik yang sering menimbulkan berbagai permasalahan yang cukup serius

pada perairan. Penyebab terjadinya pencemaran logam berat pada perairan biasanya

berasal dari masukan air yang terkontaminasi oleh limbah buangan industri dan

pertambangan.

Jenis-Jenis Industri Pembuang Limbah yang Mengandung Logam Berat :

Kertas : Cr, Cu, Hg, Pb, Ni, Zn

Petro-chemical : Cd, Cr, Hg, Pb, Sn, Zn

Pengelantang : Cd, Cr, Hg, Pb, Sn, Zn

Pupuk : Cd, Cr, Cu, Hg, Pb, Ni, Zn

Kilang minyak : Cd, Cr, Cu, Pb, Ni, Zn

Baja : Cd, Cr, Cu, Hg, Pb, Ni, Sn, Zn

Logam bukan besi : Cr, Cu, Hg, Pb, Zn

Kendaraan bermotor : Cd, Cr, Cu, Hg, Pb, Sn, Zn

Semen, keramik : Cr

Tekstil : Cr

Industri kulit : Cr

Pembangkit listrik tenaga uap : Cr, Zn

Logam berat memiliki densitas yang lebih dari 5 gram/cm3 dan logam berat

bersifat tahan urai. Sifat tahan urai inilah yang menyebabkan logam berat semakin

terakumulasi di dalam perairan. Logam berat yang berada di dalam air dapat masuk

ke dalam tubuh manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Logam berat
di dalam air dapat masuk secara langsung ke dalam tubuh manusia apabila air yang

mengandung logam berat diminum, sedangkan secara tidak langsung apabila

memakan bahan makanan yang berasal dari air tersebut. Di dalam tubuh manusia,

logam berat juga dapat terakumulasi dan menimbulkan berbagai bahaya terhadap

kesehatan.

Gambar 2. Laut tercemar logam berat

1. Contoh kasus pencemaran akibat logam berat di Indonesia

Teluk Buyat, terletak di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, adalah lokasi

pembuangan limbah tailing (lumpur sisa penghancuran batu tambang) milik PT.

Newmont Minahasa Raya (NMR). Sejak tahun 1996, perusahaan asal Denver, AS,

tersebut membuang sebanyak 2.000 ton limbah tailing ke dasar perairan Teluk

Buyat setiap harinya. Sejumlah ikan ditemui memiliki benjolan semacam tumor dan

mengandung cairan kental berwarna hitam dan lendir berwarna kuning keemasan.

Fenomena serupa ditemukan pula pada sejumlah penduduk Buyat, dimana mereka

memiliki benjol-benjol di leher, payudara, betis, pergelangan, pantat dan kepala.

2. Contoh kasus pencemaran akibat logam berat di Jepang

Kasus minamata yang terjadi dari tahun 1953 sampai 1975 telah

menyebabkan ribuan orang meninggal dunia akibat pencemaran mercury di Teluk

Minamata Jepang. Industri Kimia Chisso menggunakan mercury khlorida (HgCl2)


sebagai katalisator dalam memproduksi acetaldehyde sintesis di mana setiap

memproduksi satu ton acetaldehyde menghasilkan limbah antara 30-100 gr mercury

dalam bentuk methyl mercury (CH3Hg) yang dibuang ke laut Teluk Minamata.

Methyl mercury ini masuk ke dalam tubuh organisme laut baik secara

langsung dari air maupun mengikuti rantai makanan. Kemudian mencapai

konsentrasi yang tinggi pada daging kerang-kerangan, crustacea dan ikan yang

merupakan konsumsi sehari-hari bagi masyarakat Minamata. Konsentrasi atau

kandungan mercury dalam rambut beberapa pasien di rumah sakit Minamata

mencapai lebih 500 ppm. Masyarakat Minamata yang mengonsumsi makanan laut

yang tercemar tersebut dalam jumlah banyak telah terserang penyakit syaraf,

lumpuh, kehilangan indera perasa dan bahkan banyak yang meninggal dunia.

2.2.3. Pencemaran oleh sampah

Plastik telah menjadi masalah global. Sampah plastik yang dibuang,

terapung dan terendap di lautan. 80% (delapan puluh persen) dari sampah di laut

adalah plastik, sebuah komponen yang telah dengan cepat terakumulasi sejak akhir

Perang Dunia II. Massa plastik di lautan diperkirakan yang menumpuk hingga

seratus juta metrik ton.

Plastik dan turunan lain dari limbah plastik yang terdapat di laut berbahaya

untuk satwa liar dan perikanan. Organisme perairan dapat terancam akibat terbelit,

sesak napas, maupun termakan.

Jaring ikan yang terbuat dari bahan plastik, kadang dibiarkan atau hilang di

laut. Jaring ini dikenal sebagai hantu jala sangat membahayakan lumba-lumba,

penyu, hiu, dugong, burung laut, kepiting, dan makhluk lainnya. Plastik yang
membelit membatasi gerakan, menyebabkan luka dan infeksi, dan menghalangi

hewan yang perlu untuk kembali ke permukaan untuk bernapas.

Sampah yang mengandung kotoran minyak juga dibuang kelaut melalui

sistem daerah aliran sungai (DAS). Sampah-sampah ini kemungkinan mengandung

logam berat dengan konsentrasi yang tinggi. Tetapi umumnya mereka kaya akan

bahan-bahan organik, sehingga akan memperkaya kandungan zat-zat makanan pada

suatu daerah yang tercemar yang membuat kondisi lingkungan menjadi lebih baik

bagi pertumbuhan mikroorganisme.

Aktifitas pernafasan dari organisme ini membuat makin menipisnya

kandungan oksigen khususnya pada daerah estuarin. Hal tersebut akan berpengaruh

besar pada kehidupan tumbuh-tumbuhan dan hewan yang hidup di daerah tersebut.

Pada keadaan yang paling ekstrim, jumlah spesies yang ada didaerah itu akan

berkurang secara drastis dan dapat mengakibatkan bagian dasar dari estuarin

kehabisan oksigen. Sehingga mikrofauna yang dapat hidup disitu hanya dari

golongan cacing saja. Jenis-jenis sampah kebanyakan termasuk golongan yang

mudah hancur dengan cepat, sehingga pencemaran yang disebabkannya tidak

merupakan suatu masalah besar diperairan terbuka.

Gambar 3. Pencemaran laut oleh sampah

2.2.4. Pencemaran oleh pestisida


Kerusakan yang disebabkan oleh pestisida adalah bersifat akumulatif.

Mereka sengaja ditebarkan ke dalam suatu lingkungan dengan tujuan untuk

mengontrol hama tanaman atau organism-organisme lain yang tidak diinginkan.

Idealnya pestisida ini harus mempunyai spesifikasi yang tinggi yaitu dapat

membunuh organism-organisme yang tidak dikehendaki tanpa merusak hewan

lainnya, tetapi pada kenyataannya pestisida bisa membunuh biota air yang ada di

laut.

Beberapa pestisida yang dipakai kebanyakan berasal dari suatu grup bahan

kimia yang disebut Organochloride. DDT termasuk dalam grup ini. Pestisida jenis

ini termasuk golongan yang mempunyai ikatan molekul yang sangat kuat dimana

molekul-molekul ini kemungkinan dapat bertahan di alam sampai beberapa tahun

sejak mereka mulai dipergunakan. Hal itu sangat berbahaya karena dengan

digunakannya golongan ini secara terus menerus akan membuat mereka menumpuk

di lingkungan dan akhirnya mencapai suatu tingkatan yang tidak dapat ditolerir lagi

dan berbahaya bagi organism yang hidup didaerah tersebut.

Hewan biasanya menyimpan organochloride di dalam tubuh mereka.

Beberapa organisme air termasuk ikan dan udang ternyata menumpuk bahan kimia

didalam jaringan tubuhnya.

Ketika pestisida masuk ke dalam ekosistem laut, mereka segera diserap ke

dalam jaring makanan di laut. Dalam jarring makanan, pestisida ini dapat

menyebabkan mutasi, serta penyakit, yang dapat berbahaya bagi hewan laut ,

seluruh penyusun rantai makanan termasuk manusia.


Gambar 4. Pencemaran laut akibat pestisida

2.2.5. Pencemaran akibat proses Eutrofikasi

Peristiwa Eutrofikasi adalah kejadian peningkatan/pengkayaan nutrisi,

biasanya senyawa yang mengandung nitrogen atau fosfor, dalam ekosistem. Hal ini

dapat mengakibatkan peningkatan produktivitas primer (ditandai peningkatan

pertumbuhan tanaman yang berlebihan dan cenderung cepat membusuk). Efek

lebih lanjut termasuk penurunan kadar oksigen, penurunan kualitas air, serta

tentunya menganggu kestabilan populasi organisme lain.

Muara merupakan wilayah yang paling rentan mengalami eutrofikasi karena

nutrisi yang diturunkan dari tanah akan terkonsentrasi. Nutrisi ini kemudian

dibawa oleh air hujan masuk ke lingkungan laut , dan cendrung menumpuk di

muara.

The World Resources Institute telah mengidentifikasi 375 hipoksia

(kekurangan oksigen) wilayah pesisir di seluruh dunia. Laporan ini menyebutkan

kejadian ini terkonsentrasi di wilayah pesisir di Eropa Barat, Timur dan pantai

Selatan Amerika Serikat, dan Asia Timur, terutama di Jepang. Salah satu contohnya

adalah meningkatnya alga merah (red tide) secara signifikan yang membunuh ikan

dan mamalia laut serta menyebabkan masalah pernapasan pada manusia dan
beberapa hewan domestik. Umumnya terjadi saat organisme mendekati ke arah

pantai.

2.2.6. Pencemaran akibat peningkatan keasaman

Dewasa ini sangat banyak kegiatan manusia yang menyebabkan polusi

udara, tanah dan air, yang disebabkan oleh limbah pabrik, industri, asap kendaraan,

dan banyak lagi. Salah satu contoh adalah semakin banyak karbon dioksida

memasuki atmosfer bumi, maka karbondioksida yang kita hasilkan sehari-hari

dapat menyebabkan hujan asam dan juga meningkatkan kadar keasaman laut

menjadi lebih asam. Potensi peningkatan keasaman laut dapat mempengaruhi

kemampuan karang dan hewan bercangkang lainnya untuk membentuk cangkang

atau rangka. Perubahan iklim juga akan berdampak buruk pada ekosistem di lautan

. Jika air laut semakin memanas, maka akan terjadi peningkatan keasaman laut, dan

terumbu karang adalah yang paling rentan menghadapi peningkatan keasaman ini .

Menurut Dr. Nerilie Abrahams dari Universitas Nasional Australia, terumbu

karang seperti sedang mencatat kematiannya sendiri. Jumlah Karbon Dioksida yang

dipompakan ke atmosfer sebetulnya mengubah keasaman laut, dan membuat lebih

asam lagi. Bahayanya adalah tentu saja seluruh terumbu karang akan hancur dan

larut karena asam tadi. Persoalan perubahan suhu maupun berbagai perubahan lain

yang dialami lautan sebetulnya bukanlah sesuatu yang luar biasa. Di masa lalu hal

ini sudah barangkali terjadi, nemun perbedaannya adalah saat ini perubahan suhu

tersebut dipicu oleh campur tangan manusia, jadi bukan karena sebab alami.
Gambar 5. Terumbu karang yang rusak

2.2.7. Pencemaran akibat polusi kebisingan

Kehidupan laut dapat rentan terhadap pencemaran kebisingan atau suara

dari sumber seperti kapal yang lewat, survei seismik eksplorasi minyak, dan

frekuensi sonar angkatan laut. Perjalanan suara lebih cepat di laut daripada di udara.

Hewan laut, seperti paus, cenderung memiliki penglihatan lemah, dan hidup di

dunia yang sebagian besar ditentukan oleh informasi akustik. Hal ini berlaku juga

untuk banyak ikan laut yang hidup lebih dalam di dunia kegelapan. Dilaporkan

bahwa antara tahun 1950 dan 1975, ambien kebisingan di laut naik sekitar sepuluh

desibel (telah meningkat sepuluh kali lipat).

Sumber suara di laut antara lain :

1. Sumber alami

Suara di laut yang timbul akibat proses alami terbagi dalam dua yaitu proses

fisika serta proses biologi. Proses fisika ini antara lain : aktivitas tektonik, gunung

api dan gempa bumi, angin, gelombang. Sedangkan contoh dari aktivitas biologis

misalnya suara dari mamalia laut dan ikan.

2. Lalu lintas kapal

Banyak dari kapal-kapal yang beroperasi di laut menimbulkan kebisingan

yang berpengaruh pada ekosistem laut dan umumnya berada pada batasan suara
1000Hz. Kapal-kapal Tanker Besar yang beroperasi mengangkut minyak biasanya

mengeluarkan suara dengan level 190 desibel atau sekitar 500Hz. Sedangkan untuk

ukuran kapal yang lebih kecil biasanya hanya menimbulkan gelombang suara

sekitar160-170 desibel. Kapal-kapal ini menimbulkan sejenis tembok virtual yang

disebut white noise yang memiliki kebisingan konstan. White noise dapat

menghalangi komunikasi antara mamalia di laut sampai batas untuk area yang lebih

kecil. Selain kapal Tanker juga Kapal-kapal besar lainnya sejenis Cargo yang

membawa petikemas memiliki kebisingan yang cukup menimbulkan pencemaran

suara di laut.

3. Eksplorasi dan Ekspoitasi Gas dan Minyak

Kegiatan eksplorasi dan ekspoitasi gas dan minyak banyak menggunakan

survei seismik, pembangunan anjungan minyak/rig, pengeboran minyak, dll.

Kebanyakan dari survei seismik saat ini menggunakan airguns sebagai sumber

suara, alat ini merupakan alat berisi udara yang memproduksi sinyal akustik dengan

cepat mengeluarkan udara terkompresi ke dalam kolom air. Metoda tersebut dapat

menciptakan suara dengan intensitas sampai dengan 255 desibel. Pengaruhnya

terhadap hewan lainnya juga dapat menimbulkan kerusakan pendengaran akibat

dari tekanan air yang ditimbulkan. Seperti layaknya penggunaan dinamit, airguns

juga berpengaruh terhadap pendengaran manusia secara langsung. Pulsa sinyal

akustik ini dapat menimbulkan konflik terhadap mamalia laut, seperti misalnya

paus jenis mysticete, sperm, dan beaked yang menggunakan frekuensi suara yang

rendah.
Begitu juga dalam aktivitas pembangunan rig dan pengeboran minyak

dimana dalam operasionalnya setiap hari banyak menghasilkan suara serta

menimbulkan kebisingan yang beresiko bagi mamalia laut.

4. Penelitian Oseanografi dan Perikanan

Pernah diadakan survei dengan menggunakan Acoustic Thermography of

Ocean Climate (ATOC) dimana digunakan kanal suara untuk memperlihatkan rata-

rata temperatur laut. Sistem ini digunakan untuk penelitian mengenai faktor

temperatur laut. Akibatnya terhadap hewan-hewan di laut terbukti bahwa mereka

bergerak menjauh (terutama Paus jenis tertentu) namun selang beberapa saat

mereka kembali untuk mencari makanan. Deruman dari Speaker yang dipasang

berkekuatan 220 desibel tepat di sumbernya, dan terdeteksi sampai dengan 11000

mil jauhnya.

Dari penyebab diatas terdapat juga penyebab lainnya yang tidak disebutkan

di sini, salah satunya adalah kegiatan perikanan para nelayan yang menggunakan

peledak atau pukat harimau yang tidak hanya menimbulkan polusi suara namun

juga merusak secara langsung ekosistem di laut itu sendiri.

5. Kegiatan militer

Ada beberapa aktivitas yang dilakukan militer yang menghasilkan sumber

suara yang menimbulkan kebisingan di laut. Salah satu contohnya yaitu aktivitas

kapal naval milik US.Army yang menggunakan sonar aktif ketika berlatih dan

dalam aktivitas rutin. Angkatan Laut Amerika (NAVY) pernah mengembangkan

suatu sistem yang dinamakan Low Frequency Active Sonnars (LFA) untuk

keperluan militernya. Dalam penggunaannya, terbukti bahwa terdapat beberapa


efek negatif terhadap kehidupan dan perilaku mamalia di lautan. Terhadap ikan

paus efek tersebut ternyata mengganggu jalur migrasi dan untuk jenis ikan paus biru

dan ikan paus sirip adalah terhentinya proses komunikasi satu sama lain. Bahkan

setelah melalui beberapa penelitian, maka pengunaan LFA tersebut juga

berpengaruh terhadap kesehatan manusia. Beberapa penyelam NAVY yang

menerima transmisi dari sekitar 160 desibel akibat sistem tersebut terbukti terkena

gangguan seperti vertigo, gangguan terhadap gerakan tubuh serta gangguan di

daerah perut dan dada.

Bukti-bukti lainnya dari pengaruh akibat sonar yang dihasilkan ini di

sebutkan oleh Vonk and Martin (1989), Simmonds and Lopez-Jurado (1991),

Frantzis (1998) dan Frantzis and Cebrian (1999) mereka menganggap bunyi keras

yang ditimbulkan oleh aktifitas militer ini telah menyebabkan terdamparnya paus

jenis beaked di Pulau Canary dan Laut Ionia. Selain itu paus jenis sperm mengalami

perubahan kelakuan dalam vokalisasi dalam merespons sonar ini.

Pendamparan lainnya terjadi pada bulan maret 2000 di Bahama, 17 mamalia

laut( termasuk 2 spesies paus jenis beaked dan minke). Pendamparan ini terjadi

akibat latihan militer Amerika yang menggunakan sonar.

2.3. Dampak pencemaran laut

2.3.1. Logam berat

WHO (World Health Organization) atau Organisasi Kesehatan Dunia dan

FAO (Food Agriculture Organization) atau Organisasi Pangan Dunia

merekomendasikan untuk tidak mengonsumsi makanan laut (seafood) yang

tercemar logam berat. Logam berat telah lama dikenal sebagai suatu elemen yang
mempunyai daya racun yang sangat potensil dan memiliki kemampuan

terakumulasi dalam organ tubuh manusia. Bahkan tidak sedikit yang menyebabkan

kematian.

Bahaya yang Dapat Ditimbulkan oleh Logam Berat di dalam Tubuh

Manusia : Barium (Ba): Dalam bentuk serbuk, mudah terbakar pada temperatur

ruang. Jangka panjang, menyebabkan naiknya tekanan darah dan terganggunya

sistem syaraf.

Cadmium (Cd): Dalam bentuk serbuk mudah terbakar. Beracun jika terhirup

dari udara atau uap. Dapat menyebabkan kanker. Larutan dari kadmium sangat

beracun. Jangka panjang, terakumulasi di hati, pankreas, ginjal dan tiroid, dicurigai

dapat menyebabkan hipertensi

Kromium (Cr): Kromium hexavalen bersifat karsinogenik dan korosif pada

jaringan tubuh. Jangka panjang, peningkatan sensitivitas kulit dan kerusakan pada

ginjal

Timbal (Pb): Beracun jika termakan atau terhirup dari udara atau uap.

Jangka panjang, menyebabkan kerusakan otak dan ginjal; kelainan pada kelahiran

Raksa (Hg): Sangat beracun jika terserap oleh kulit atau terhirup dari uap.

Jangka panjang, beracun pada sistem syaraf pusat, dapat menyebabkan kelainan

pada kelahiran.

Perak (Ag): Beracun. Jangka panjang, pelunturan abu-abu permanen pada

kulit, mata dan membran mukosa (mucus)

2.3.2 Tumpahan minyak


Minyak yang mengapung berbahaya bagi kehidupan burung laut yang suka

berenang diatas permukaan air. Tubuh burung akan tertutup minyak. Untuk

membersihkannya, mereka menjilatinya. Akibatnya mereka banyak minum minyak

dan mencemari diri sendiri serta dapat menyebabkan keracunan pada burung

tersebut.

2.3.3 Sampah

Banyak hewan yang hidup pada atau di laut mengonsumsi plastik karena tak

jarang plastik yang terdapat di laut akan tampak seperti makanan bagi hewan laut.

Plastik tidak dapat dicerna dan akan terus berada pada organ pencernaan hewan

ini, sehingga menyumbat saluran pencernaan dan menyebabkan kematian melalui

kelaparan atau infeksi. Selain berpengaruh terhadap kesehatan biota laut, adanya

sampah dilaut juga nerpengaruh terhadap kesehatan manusia. Penyakit yang paling

sederhana seperti gatal-gatal pada kulit setelah bersentuhan dengan air laut, dll.

2.3.4 Pestisida

Pengaruh pestisida terhadap kehidupan organisme air :

v Penumpukan pestisida dalam jaringan tubuh, bersifat racun dan dapat mempengaruhi

system syaraf pusat.

v Bahan aktifnya selain bisa membunuh organism perairan (ikan) juga dapat merubah

tingkah laku ikan dan menghambat perkembangan telur moluska dan juga ikan.

v Daya racun berkisar dari rendah-tinggi. Moluska cenderung lebih toleran terhadap

racun pestisida dibandingkan dengan Crustacea dan teleostei (ikan bertulang sejati),

dll.
2.3.5 Eutrofikasi

Eutrofikasi adalah perairan menjadi terlalu subur sehingga terjadi ledakan

jumlah alga dan fitoplankton yang saling berebut mendapat cahaya untuk

fotosintesis. Karena terlalu banyak maka alga dan fitoplankton di bagian bawah

akan mengalami kematian secara massal, serta terjadi kompetisi dalam

mengonsumsi O2 karena terlalu banyak organisme pada tempat tersebut. Sisa

respirasi menghasilkan banyak CO2 sehingga kondisi perairan menjadi anoxic dan

menyebabkan kematian massal pada hewan-hewan di perairan tersebut.

2.3.6 Peningkatan keasaman

Selain menyebabkan kerusakan pada terumbu karang, kehidupan laut

terpengaruh karena perubahan itu, khususnya hewan dan tumbuhan yang memiliki

tulang karbonat kalsium dan yang menjadi sumber makanan bagi penghuni laut

lainnya. Satu miliar orang yang bergantung pada ikan sebagai sumber utama

penghasil protein akan terkena dampak dari peningkatan keasama laut tersebut.

2.3.7 Polusi kebisingan

Gangguan bunyi-bunyi dapat saja menghasilkan frekuensi atau intensitas

yang dapat berbentrokan atau bahkan menghalangi suara/bunyi biologi yang

penting, yang menjadikan tidak terdeteksi oleh mamalia laut. Padahal seperti

diketahui bahwa suara-suara biologi ini penting seperti untuk mencari mangsa,

navigasi, komunikasi antara ibu dan anak, untuk manarik perhatian, atau

melemahkan mangsa.

2.4 Pencegahan dan penanggulangan terjadinya pencemaran laut


Upaya pencegahan maupun penanggulangan pemcemaran laut telah diatur

oleh pemerintah dalam PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN

DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT :

a. Pencegahan terjadinya pencemaran laut

Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah pencemaran

laut :

Tidak membuang sampah ke laut

Penggunaan pestisida secukupnya

Yang paling sering di temukan pada saat pembersihan pantai dan laut adalah puntung

rokok. Selalu biasakan untuk tidak membuang puntung rokok di sekitar laut.

Kurangi penggunaan plastik

Jangan tinggalkan tali pancing, jala atau sisa sampah dari kegiatan memancing di

laut.

Setiap industri atau pabrik menyediakan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL)

Menggunakan pertambangan ramah lingkungan, yaitu pertambangan tertutup.

Pendaurulangan sampah organik

Tidak menggunakan deterjen fosfat, karena senyawa fosfat merupakan makanan

bagi tanaman air seperti enceng gondok yang dapat menyebabkan terjadinya

pencemaran air.

Penegakan hukum serta pembenahan kebijakan pemerintah

b. Penanggulangan pencemaran laut :


Melakukan proses bioremediasi, diantaranya melepaskan serangga untu

menetralisir pencemaran laut yang disebabkan oleh tumpahan minyak dari ledakan

ladang minyak.

Fitoremediasi dengan menggunakan tumbuhan yang mampu menyerap logam berat

juga ditempuh. Salah satu tumbuhan yang digunakan tersebut adalah pohon api-api

(Avicennia marina). Pohon Api-api memiliki kemampuan akumulasi logam berat

yang tinggi.

Melakukan pembersihan laut secara berkala dengan melibatkan peran serta

masyarakat

Usaha yang dapat dilakukan untuk menanggulangi dan mengurangi tingkat

pencemaran laut diantaranya adalah :

1. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya laut bagi

kehidupan.

2. Menggalakkan kampanye untuk senantiasa menjaga dan melestarikan laut beserta

isinya.

3. Tidak membuang sampah ke sungai yang bermuara ke laut.

4. Tidak menggunakan bahan-bahan berbahaya seperti bom, racun, pukat harimau, dan

lain-lain yang mengakibatkan rusaknya ekosistem laut.

5.Tidak menjadikan laut sebagai tempat pembuangan limbah produksi pabrik yang akan

mencemari laut.

Konvensi Internasional yang menangani regulasi mengenai Pencemaran

laut berdasarkan catatan Rusmana (2012) adalah


A. United Nation Covention on the Law of the Sea 1982

(UNCLOS) Konvensi Hukum Laut 1982 adalah merupakan puncak

karya dari PBB tentang hukum laut, yang disetujui di montego Bay, Jamaica

tanggal 10 Desember 1982[9]. Konvensi Hukum Laut 1982 secara lengkap

mengatur perlindungan dan pelestarian lingkungan laut (protection and

preservation of the marine environment) yang terdapat dalam Pasal 192-237.

Pasal 192 berbunyi : yang menegaskan bahwa setiap Negara mempunyai

kewajiban untuk melindungi dan melestarikan lingkungan laut. Pasal 193

menggariskan prinsip penting dalam pemanfaatan sumber daya di lingkungan laut,

yaitu prinsip yang berbunyi : bahwa setiap Negara mempunyai hak berdaulat untuk

mengeksploitasi sumber daya alamnya sesuai dengan kebijakan lingkungan mereka

dan sesuai dengan kewajibannya untuk melindungi dan melestarikan lingkungan

laut.

Konvensi Hukum Laut 1982 meminta setiap Negara untuk melakukan upaya-

upaya guna mencegah (prevent), mengurangi (reduce), dan mengendalikan

(control) pencemaran lingkungan laut dari setiap sumber pencemaran, seperti

pencemaran dari pembuangan limbah berbahaya dan beracun yang berasal dari

sumber daratan (land-based sources), dumping, dari kapal, dari instalasi eksplorasi

dan eksploitasi. Dalam berbagai upaya pencegahan, pengurangan, dan

pengendalian pencemaran lingkungan tersebut setiap Negara harus melakukan

kerja sama baik kerja sama regional maupun global sebagaimana yang diatur oleh

Pasal 197-201 Konvensi Hukum Laut 1982.


B. International Conventions on Civil Liability for

Oil Pollution Damage 1969 (Civil Liability Convention)

Konvensi Internasional Mengenai Pertanggungjawaban Perdata Terhadap

Pencemaran Minyak di Laut (International Convention on Civil Liability for Oil

Pollution Damage). CLC 1969 merupakan konvensi yang mengatur tentang ganti

rugi pencemaran laut oleh minyak karena kecelakaan kapal tanker. Konvensi ini

berlaku untuk pencemaran lingkungan laut di laut territorial Negara peserta.

Dalam hal pertanggungjawaban ganti rugi pencemaran lingkungan laut maka

prinsip yang dipakai adalah prinsip tanggung jawab mutlak.

C. Convention on the Prevention of Marine Pollution by Dumping of

Wastes and Other Matter 1972 (London Dumping Convention)

London Dumping Convention merupakan Konvensi Internasional untuk

mencegah terjadinya Pembuangan (dumping), yang dimaksud adalah pembuangan

limbah yang berbahaya baik itu dari kapal laut, pesawat udara ataupun pabrik

industri. Para Negara konvensi berkewajiban untuk memperhatikan tindakan

dumping tersebut. Dumping dapat menyebabkan pencemaran laut yang

mengakibatkan ancaman kesehatan bagi manusia, merusak ekosistem dan

mengganggu kenyamanan lintasan di laut.

Beberapa jenis limbah berbahaya yang mengandung zat terlarang diatur dalam

London Dumping Convention adalah air raksa, plastik, bahan sintetik, sisa residu

minyak, bahan campuran radio aktif dan lain-lain. Pengecualian dari tindakan

dumping ini adalah apabila ada foce majeur, yaitu dimana pada suatu keadaan
terdapat hal yang membahayakan kehidupan manusia atau keadaan yang dapat

mengakibatkan keselamatan bagi kapal-kapal.

D. The International Covention on Oil Pollution Preparedness

Response And Cooperation 1990 (OPRC)

OPRC adalah sebuah konvensi kerjasama internasional menanggulangi

pencemaran laut dikarenakan tumpahan minyak dan bahan beracun yang

berbahaya. Dari pengertian yang ada, maka dapat kita simpulkan bahwa Konvensi

ini dengan cepat memberikan bantuan ataupun pertolongan bagi korban

pencemaran laut tersebut, pertolongan tersebut dengan cara penyediaan peralatan

bantuan agar upaya pemulihan dan evakuasi korban dapat ditanggulangi dengan

segera.

E. International Convention for the Prevention of Pollution from Ships

1973 (Marine Pollution)

Marpol 73/78 adalah konvensi internasional untuk pencegahan pencemaran

dari kapal,1973 sebagaimana diubah oleh protocol 1978. Marpol 73/78 dirancang

dengan tujuan untuk meminimalkan pencemaran laut , dan melestarikan lingkungan

laut melalui penghapusan pencemaran lengkap oleh minyak dan zat berbahaya

lainya dan meminimalkan pembuangan zat-zat tersebut tanpa disengaja.

International Convention for the Prevention of Pollution from Ships 1973 yang

kemudian disempurnakan dengan Protocol pada tahun 1978 dan konvensi ini

dikenal dengan nama MARPOL 1973/1978. MARPOL 1973/1978 memuat 6

(enam) Annexes yang berisi regulasi-regulasi mengenai pencegahan polusi dari

kapal terhadap :
a. Annex I : Prevention of pollution by oil ( 2 October 1983 )

Total hydrocarbons (oily waters, crude, bilge water, used oils, dll) yang diizinkan

untuk dibuang ke laut oleh sebuah kapal adalah tidak boleh melebihi 1/15000 dari

total muatan kapal. Sebagai tambahan, pembuangan limbah tidak boleh melebihi

60 liter setiap mil perjalanan kapal dan dihitung setelah kapal berjarak lebih 50 mil

dari tepi pantai terdekat. Register Kapal harus memuat daftar jenis sampah yang

dibawa/dihasilkan dan jumlah limbah minyak yang ada. Register Kapal harus

dilaporkan ke pejabat pelabuhan.

b. Annex II : Control of pollution by noxious liquid substances

( 6 April 1987 )

Aturan ini memuat sekitar 250 jenis barang yang tidak boleh dibuang ke laut,

hanya dapat disimpan dan selanjutnya diolah ketika sampai di pelabuhan.

Pelarangan pembuangan limbah dalam jarak 12 mil laut dari tepi pantai terdekat.

c. Annex III : Prevention of pollution by harmful substances in packaged form

( 1 July 1992 )

Aturan tambahan ini tidak dilaksanakan oleh semua negar yaitu aturan standar

pengemasan, pelabelan, metode penyimpanan dan dokumentasi atas limbah

berbahaya yang dihasilkan kapal ketika sedang berlayar

d. Annex IV : Prevention of pollution by sewage from ships

( 27 September 2003 )

Aturan ini khusus untuk faecal waters dan aturan kontaminasi yang dapat diterima

pada tingkatan (batasan) tertentu. Cairan pembunuh kuman (disinfektan) dapat


dibuang ke laut dengan jarak lebih dari 4 mil laut dari pantai terdekat. Air buangan

yang tidak diolah dapat dibuang ke laut dengan jarak lebih 12 mil laut dari pantai

terdekat dengan syarat kapal berlayar dengan kecepatan 4 knot.

e. Annex V : Prevention of pollution by garbage from ships (

31 december 1988)

Aturan yang mengatur tentang melarang pembuangan sampah plastik ke laut.

f. Annex IV : Prevention of air pollution by ships

Aturan ini tidak dapat efektif dilaksanakan karena tidak cukupnya negara yang

meratifiskasi (menandatangani persetujuan.)

MARPOL 1973/1978 memuat peraturan untuk mencegah seminimum

mungkin minyak yang mencemari laut. Tetapi, kemudian pada tahun 1984

dilakukan beberapa modifikasi yang menitik-beratkan pencegahan hanya pada

kagiatan operasi kapal tangki pada Annex I dan yang terutama adalah keharusan

kapal untuk dilengkapai dengan Oily Water Separating Equipment dan Oil

Discharge Monitoring Systems.

Kesimpulan

a) Pencemaran laut didefinisikan sebagai peristiwa masuknya partikel kimia, limbah


industri, pertanian dan perumahan, kebisingan, atau penyebaran organisme
invasif (asing) ke dalam laut, yang berpotensi memberi efek berbahaya.
b) Penyebab pencemaran laut yaitu :
Pencemaran oleh minyak
Pencemaran oleh logam berat
Pencemaran oleh sampah
Pencemaran oleh pestisida
Pencemaran akibat proses Eutrofikasi
Pencemaran akibat peningkatan keasaman
Pencemaran akibat polusi kebisingan
c) Contoh kasus pencemaran akibat logam berat di Indonesia yaitu di Teluk Buyat,
terletak di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, adalah lokasi pembuangan
limbah tailing (lumpur sisa penghancuran batu tambang) milik PT. Newmont
Minahasa Raya (NMR).
d) Upaya pencegahan maupun penanggulangan pemcemaran laut telah diatur oleh
pemerintah dalam PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN
DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT
e)

DAFTAR PUSTAKA
Ahmar, Hilal. 2013. Bahan-bahan Pencemaran Laut. http://majalah-
hilalahmarsolo.blogspot.com/2013/03/sehat-lingkungan-bahan-bahan-
pencemar.html. diakses pada 20 April 2013, pukul 3.00 WIB.

GESAMP, 1978. Report and Studies. Joint Group of Experts on the Scientific Aspec of
Marine Pollution. IMCO/I-AO/UNESCO-WHO/IAEA/UN/UNDP/10.

Massa. 2011. Sumber-sumber pencemaran di laut.


http://massal2003.wordpress.com/2011/10/22/sumber-sumber-pencemaran-laut-
sources-of-marine-pollution/. diakses pada 24 April 2013. Pada pukul 3.03 WIB.

Nurul, Agus K. 2013. Dampak Pencemaran Laut.


http://agusnurul.blogspot.com/2011/02/marine-pollution-pencemaran-laut-
tugas.html. pada tanggal 24 April 2013, pukul 3.47 WIB

Rahim S.W., 1998. Kajian Distribusi Cemaran Minyak di Sekitar Pelabuhan Pertamina
Ujung Pandang. Skripsi Jurusan Ilmu Kelautan, Universitas Hasanuddin, Ujung
Pandang.

Romimohtarto, 1991. Status Pencemaran Laut di Indonesia dan Teknik


Pemantauannya. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia,Jakarta.

Saparinto, C., 2002. Rabuk Kimia Atasi Cemaran Minyak


di Laut.http://www.suaramerdeka.com, (15 januari 2005).

Sloan, N. A., 1993. Effect of Oil on Marine Resources : Worldwide Literature Review
Relevent to Indonesia. Environmental Management Development in Indonesia
Project (EMDI). EMDI Report, 32. Jakarta dan Halifax Dallhouse University.

Suwito, Vivien Anjadi. 2013. Sumber-sumber pencemaran di laut.


http://vivienanjadi.blogspot.com/2012/02/pencemaran-pesisir-dan-laut.html.
diakses pada 24 April 2013, pada pukul 3.38 WIB.

Anda mungkin juga menyukai