Anda di halaman 1dari 7

Nama : Firda Ayu Wahyuni

NIM : F1071151021

Kelas : 5A

Mata Kuliah : Biometri (Tugas contoh soal halaman 17 dan halaman 27).

JAWABAN CONTOH SOAL HALAMAN 17.

1) Unsur-unsur dasar suatu percobaan ada 3 yaitu :


a. Perlakuan (Treatment)
Perlakuan adalah semua tindakan coba-coba (trial and eror) yang dilakukan
terhadapt suatu objek yang pengaruhnya akan diselidiki untuk menguji hipotesis. Perlakuan
ini dapat berasal dari faktor kualitas (mutu), yaitu perlakuan yang hanya memperhitungkan
mutu perlakuan X. Perlakuan juga berasal dari faktor kuantitas (takaran), yaitu perlakuan
yang memperhitungkan takaran perlakuan X.
b. Ulangan (Replication)
Ulangan adalah frekuensi (banyaknya) suatu perlakuan yang diselidiki dalam suatu
percobaan.Jumlah ulangan suatu perlakuan tergantung pada derajat ketelitian yang
diinginkan oleh si peneliti terhadap kesimpulan hasil percobaanny. Sebagai suatu patokan,
jumlah ulangan dianggap telah cukup baik bila memenuhi persamaan berikut:
(t -1) (r 1) 15

Dimana : t = jumlah perlakuan, r = Jumlah ulangan.


Persamaan ini bukanlah suatu patokan yang baku, karena jumlah r yang diperlukan
dalam suatu percobaan dipengaruhi oleh 3 hal yaitu derajat ketelitian, keragaman bahan;
alat; media dan lingkungan percobaan serta biaya penelitian yang tersedia.
Adapun fungsi dari ulangan ini yaitu untuk menghasilkan suatu estimasi tentang
galat dan menghasilkan ukuran pengaruh perlakuan-perlakuan yang lebih tepat terhadap
hasil percobaan.
c. Lokal Kontrol
Lokal kontrol merupakan upaya pengendalian kondisi lapangan yang heterogen
menjadi nisbi homogen, setidak-tidaknya pada lokal-lokal tertentu, yang ditunjukan untuk
menekan galat (experiment error) menjadi nisbi kecil, sehingga bisa menonjolkan satu atau
beberapa perlakuan yang logisnya memang lebih menonjol dari perlakuan kontrol atau
perlakuan-perlakuan lainnya.
Kegunaan dari lokal kontrol yaitu berupa pemblokiran perlakuan-perlakuan lengkap
ke dalam kelompok-kelompok (pada Rancangan Acak Kelompok (RAK)), atau baris-baris
dan lajur-lajur (pada Rancangan Acak Kuadrat Latin (RAKL)), atau lainnya (Pada
Rancangan Kuadrat Greaco-Latin (RKGK)). Dengan upaya ini maka setiap kelompok,
baris atau lajur mengandung semua perlakuan yang dicoba dalam suatu percobaan dan
frekuensi (banyaknya) kelompok, baris atau lajur ini = frekuensi ulangan.

2) Perlakuan terdiri dari pengeringan air selama 0, 10, 20 (perlakuan hipotesis), 30, dan 20 hari,
maka dapat dibuat kodenya A0 (kontrol atau tanpa pengeringan),A10,A20,A30,dan A40. Alasan
mengapa membuat perlakuan 0, 10, 20, 30, dan 40 dengan menempatkan perlakuan hipotesis
di tengah atau tidak menempatkannya pada perlakuan maksimum atau perlakuan minimum
agar dari percobaan ini kita dapat menentukan perlakuan mana yang terbaik dan dapat
memberikan rekomendasi untuk aplikasi perlakuan yang terbaik. Sedangkan untuk
penggunaan kode faktornya yaitu A yang merupakan huruf awal dari Air. Sedangkan kode
tingkat faktornya digunakan angka karena faktor percobaan bersifat kuantitatif.

3) Dari hipotesis yang menyatakan Bobot sapi akan paling baik jika dalam pakannya
ditambahkan 25% dedaunan lamtoro dapat dibuatperlakuan yang sebaiknya diuji yaitu 5%,
15%, 25% (perlakuan hipotesis), 35% dan 45%. Sedangkan untuk kodenya dapat digunakan L
(huruf awal Lamtoro). Maka kode perlakuannya adalah L5% , L15%, L25%, L35%, dan L45%.
Adapun alasan digunakannya himpunan perlakuan 5%, 15%, 25%, 35% dan 45% adalah
karena suatu himpunan perlakuan tidak akan dapat membuktikan benar-salahnya hipotesis
jika perlakuan hipotesis diletakkan sebagai perlakuan maksimum atau perlakuan minimum.
Sehinggga perlakuan hipotesisnya diletakkan di tengah yaitu diantara perlakuan minimum dan
maksimum. Untuk membuat perlakuan hipotesis 25% di antara perlakuan minimum dan
maksimum dapat dibuat interval 10 dengan perlakuan minimum 5% dan perlakuan maksimum
45%. Sedangkan untuk kode perlakuan itu sendiri ialah dipilih kode yang paling informatif.
Karena yang akan diperlakukan adalah jumlah dari daun lamtoro maka kode yang paling
informatif adalah L (huruf awal Lamtoro) dan untuk kode tingkat faktor digunakan jumlah
persen dari perlakuan tersebut yaitu 5%, 15%, 25%, 35% dan 45%.

4) Jumlah pengulangan yang diperlukan dalam suatu percoban dipengaruhi oleh 3 hal :
a. Derajat ketelitian, makin tinggi derajat ketelitian yang diinginkan dari percobaan akan
makin besar juga pula jumlah r (pengulangan) yang diperlukan, dan sebaliknya jika derajat
ketelitian yang diperlukan makin rendah.
b. Keragaman bahan, alat, media dan lingkungan percobaan. Jika bahan, alat, media dan
lingkungan percobaan makin heterogen, maka jumlah r yang diperlukan makin besar dan
sebaliknya jika bahan, alat, media dan lingkungan percobaan makin homogen.
Sebagai contoh, jika bahan-bahan yang digunakan telah terdeskripsi secara jelas
seperti pupuk buatan, pestisida, dan benih-benih varietas unggul, maka tidak diperlukan r
yang besar tetapi jika bahan-bahan yang digunakan merupakan bahan-bahan alami, seperti
pupuk kandang, pupuk alami, dan benih-benih lokal, maka perlu r yang cukup besar agar
galat yang diperoleh tidak terlalu besar.
c. Biaya penelitian yang tersedia, karena bagimanapun juga, biaya merupakan faktor penentu
dalam penelitian, jika biaya yang diperlukan untuk satu percobaan cukup besar, maka
jumlah r dapat diperkecil dan sebaliknya jika biaya percobaan tiodak terlalu besar.
Meskipun tergantung pada 3 hal di atas, umumnya jumlah r ulangan dapat dibuat
sekecil mungkin selagi hasil percobaan yang dilakukan masih dapat dipertanggung jawabkan
kebenarannya.

5) Uraian asumsi-asumsi dasar :


a. Galat (experimental error) merupakan pengaruh non perlakuan terhadap data yang timbul
akibat adanya ulangan.agar asumsi-asumsi itu terpenuhi harus teragihkan (distributed)
secara rabang (random), bebas (independent) dan normal. Konsekuensinya jika asumsi-
asumsi tersebut tidak terpenuhi akan menyulitkan penentuan perakuan optimum (tujuan
analisis statistik) serta tidak ada perlakuan optimum.
b. Keragaman contoh (sample variance=S) bersifat homogen. Harus mengontrol atau
mengupayakan agar setidak tidaknya ada bagian atau kelompok-kelompok tersebut yang
homogen bersamanya, upaya ini disebut lokal control. Local control bertujuan untuk
menekan galat sehingga dapat menonjol kan satu atau beberapa perlakuan. Contoh
misalnya dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) jika tidak terpenuhi nilai
galat akan semakin besar sehingga menyebabkan tidak ada perilakuan yang optimum.
c. Keragaman (s) dan rerata (mean = y) dapat dicapai jika kita telah melakukan lokal kontrol
secara baik atau sesuai dengan kondisi/medan percobaan. Hal lain yang perlu diupayakan
adalah kisaran atau rentang taraf perlakuan yang dicobakan tidak terlalu lebar, karena jika
rentang ini terlalu lebar akan cenderung menimbulkan kolerasi antara ragam dan rerata
contoh. Agar asumsi-asumsi itu terpenuhi tidak menunjukan adanya
korelasi.konsekuensinya jika asumsi-asumsi tersebut tidak terpenuhi cenderung
menibulkan korelasi antara ragam dan rerata.
d. Pengaruh-pengaruh utama (main effect) bersifat aditif baik sesamanya maupun
lingkungannya. agar asums-asumsi itu terpenuhi jika pengaruh perakuan dan nonperlakuan
tidak terjadi interaksi. Local control harus dilakukan secara baik dan kedua factor yang
terlibat tidak mempunyai sifat yang terkait/identik. Untuk menegaskan bahwa Anova yang
dilakukan memenuhi kaidah metode statistika, maka dapat dilakukan uji pra-anova(jika
nilai Koefisien keragaman 20% untuk percobaan laboratorium atau 40% untuk
percobaan lapangan).Berupa(1) Anova normalitas (Uji liliefors) (2)Uji homogenitas (Uji
Barlett) (3) Uji adivitas (Uji Tuckey).

6) Prinsip dasar uji F dan makna hasil ujinya :


Prinsip uji F : Jika F hitung > dari F tabel, (H o ditolak , Ha diterima) maka model signifikan (bisa
dilihat dalam kolom signifikansi oada Anova). Apabila model signifikansi selama kolom signifikansi (%)
<alpha , maka kesiapan berbuat salah tipe 1. Dan sebaliknya, jika F hitung < F tabel, maka model tidak
signifikan, hal ini juga ditandai nilai kolom signifikansi (%) akan lebih besar dari alpha.
No Hasil Uji F Maknanya

1. Perlakuan:

1.1 Tidak nyata TIDAK ADA perlakuan yang


pengaruhnya MENONJOL dibanding
kontrol/perlakuan lainnya
1.2 Nyata/Sangat Nyata ADA perlakuan yang pengaruhnya
MENONJOL/SANGAT MENONJOL
dibanding kontrol/perlakuan lainnya.

2. Lokal Kontrol:

2.1 Tidak Nyata


Lokal Kontrol yang dilakukan TIDAK
BERHASIL dalam menekan heterogenitas
lapangan (galat)
2.2 Nyata/Sangat Nyata Lokal Kontrol yang dilakukan BERHASIL
SANGAT BERHASIL dalam menekan
heterogenitas lapangan (galat)

7) Penamaan Rancangan merupakan kombinasi dari rancangan perlakuan dan rancangan


pengendalian perlakuan. Dasar penamaan rancangan perlakuan memiliki 4 kombinasi pola
percobaan, yaitu:
a. Jenis Rancangan Percobaan
Rancangan dasar/rancangan lingkungan adalah pembagian jenis rancangan percobaan
berdasarkan kondisi lingkungan dimana percobaan itu dilaksanakan.
1) Rancangan Acak Lengkap (RAL), diterapkan pada percobaan yang dilakukan pada
lingkungan homogen (atau dapat dianggap homogen.
2) Rancangan Acak Kelompok (RAK), diterapkan pada percobaan yang dilakukan pada
lingkungan tidak homogen (heterogen.
3) Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL), diterapkan pada percobaan yang dilakukan
pada lingkungan tidak homogen, dimana terdapat 2 sumber keragaman diluar faktor
penelitian.
b. Pola Percobaan BerdasarkanKeseimbangan Jumlah Ulangan
1) Seimbang (complete), suatu percobaan dikatakan seimbang jika setiap perlakuannya
memiliki jumlah ulangan yang sama.
2) Tidak seimbang (incomplete), suatu percobaan dikatakan tidak seimbang jika ada
perlakuan yang memiliki jumlah ulangan tidak sama dengan perlakuan lainnya.
c. Pola Percobaan BerdasarkanJumlah Faktor yang Diujikan
1) Tunggal, percobaan tunggal adalah suatu percobaan dimana hanya ada satu faktor yang
dicobakan, sedangkan faktor lainnya (perlakuan dasar) dibuat sama.
2) Faktorial, percobaan faktorial adalah suatu percobaan dimana dalam satu keadaan (unit
percobaan) dicobakan secara bersamaan dari beberapa (2 atau lebih) percobaan-
percobaan tunggal.
d. Pola Percobaan BerdasarkanPola Pengacakan
1) Sederhana, percobaan sederhana adalah suatu percobaan yang dirancang sedemikian
rupa sehingga setiap perlakuan dikenakan pada masing-masing rancangan dasar yang
sesuai (RAL, RAK, RBSL).
2) Split Plot (Petak Terbagi), jika salah satu faktor perlakuan diterapkan secara acak pada
petak besar, sedangkan faktor lainnya diterapkan secara acak pada petak kecil yang
merupakan bagian-bagian dalam suatu petak besar.

8) Syarat uji praansira dilakukan atau tidak yaitu apabila jika nilai Kknya besar , yaitu minumal
20% untuk percobaan laboratorium/rumah kaca atau minimal 40% untuk percobaan lapangan.

JAWABAN CONTOH SOAL HALAMAN 27.

1) Percobaan adalah suatu tindakan coba-coba (trial) yang dirancang untuk menguji
keabsahan (validity) dari hipotesis yang diajukan. Percobaan merupakan suatu
alatpenelitian yang digunakan untuk menyelidiki sesuatu yang belum diketahui atau
untuk menguji suatu teori (principle) atau hipotesis.

2) a) Kesederhanaan. Suatu percobaan yang baik dicirikan oleh perlakuan-perlakuan dan


metode percobaan yang sederhana dan semudah mungkin, namun tetap mempertahankan
objektivitas suatu percobaan.
b) Derajat Ketepatan. Perbedaan tarafperlakuan harus makin kecil denganmakin
tingginya tingkat ketelitian yang diinginkan, atau dengan makin besar nya peluang untuk
menerima kebenaran hipotesis yang diajukan.
c) Ketiadaan galat sistematis. Percobaan harus dirancang agar setiap unit-unit percoban
akan menerima suatu perlakuan dengan peluang yang sama besar, menurut suatu metode
yang nonsistematis, agar menghasilkan perkiraan yang tak bias tentang pengaruh masing-
masing perlakuan terhadap nilai-nilai pengamatan atau hasil-hasil percobaan.
d) Kisaran keabsahan dari kesimpulan. Peningkatan kisaran keabsahan kesimpulan ini
dapat diperoleh melalui memperbanyak ulangan percobaan baik menurut waktu maupun
menurut ruang dan menerapkan perlakuan-perlakuan yang dirancang secara faktorial.
Melalui percobaan-percobaan factorial ini, pengaruh dari suatu faktor penelitian dapat
dievaluasi pada berbagai taraf perlakuan (tingkat faktor) lainnya, sehingga memperlebar
hasil keabsahan hasil percobaan.
e) Kalkulasi derajat ketidakpastian. Suatu percoban yang baik harus dirancang
sedemikian rupa agar memungkinkan si peneliti untuk mengkalkulasikan
kebolehjadian(peluang) terjadinya hasil-hasil pengamatan yang menyimpang.
3) Perlakuan yang akan dicoba harus direncanakan dengan baik agar perlakuan yang
dilakukan akan menghasilkan suatu hasil atau kesimpulan yang baik sesuai dengan yang
diharapkan. Konsekuensinya jika tidak dilaksanakan dengan baik maka boleh jadi
perlakuan yang dilakukan akan melenceng dari tujuan yang sebenarnya.

4) Suatu percobaan dilaksanakan menurut Rancangan Petak Terbagi (RPB), apabila


percobaan yang dilakukan tersebut terdapat ukuran petak-petak (plot), dimana ditemukan
ada salah satu faktor yang lebih besar jika dibandingkan dengan faktor yang lainnya.
Sedangkan percobaan Rancangan Petak Teralur (RPA), apabila didalam percobaan
tersebut terdapat beberapa petak-petak (plot-plot) yang tersusun sebagai satuan percobaan
yang terdiri dari plot baris untuk perlakuan pertama dan plot kolom kolom untuk
perlakuan kedua. Dalam Rancangan Petak Teralur tidak ada faktor yang lebih penting,
hal ini dikarenakan dalam pengujiannya lebih menekankan pada pengaruh interaksi,
walaupun demikian tidak mengabaikan pengaruh utama masing-masing faktor tersebut.
Pengacakan dalam Rancangan Petak Teralur dilakukan saling bersilangan menurut alur-
alur yang berdampingan secara vertikal yaitu untuk plot kolom dan secara horizontal
untuk plot baris.

5) Karena apabila hasil per petak akan dikonversikan ke hasil per hektar (ubinan), perlu
diperhatikan secara seksama bahwa dengan makin kecilnya ukuran petak cenderung akan
menghasilkan bias yang makin besar. Oleh karena itu, ukuran petak sebaiknya jangan
kurangdari 1%, yaitu 100 m2 (20 m x 25 m).

Anda mungkin juga menyukai