Anda di halaman 1dari 10

TEKANAN DARAH SISTOLIK DAN SUHU TUBUH SEBAGAI

PREDIKTOR OUTCOME PASIEN CEDERA KEPALA

Putra Agina Widyaswara Suwaryo

Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

Jalan Yos Sudarso 461 Gombong, Kebumen

Abstrak

Kasus trauma merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Lebih dari 100

ribu orang meninggal karena trauma tiap tahunnya. Kasus trauma banyak terjadi di negara

berkembang dan atau negara dengan pendapatan rendah. Survei yang dilakukan menunjukkan

sebesar 90% trauma terjadi di negara berkembang. Outcome pasien cedera kepala dapat

ditentukan dari kondisi awal pasien ketika masuk di IGD. Analisa kondisi pasien yang tepat

akan menentukan tindakan keperawatan yang berpengaruh terhadap outcome pasien. Tekanan

darah sistolik dan suhu tubuh merupakan data awal yang didapatkan di IGD bisa dijadikan

prediktor outcome pasien cedera kepala. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah

tekanan darah sistolik dan suhu tubuh bisa menjadi prediktor outcome pasien cedera kepala.

Penelitian ini merupakan penelitian prospektif dengan desain analitik observasional. Sampel

penelitian ini berjumlah 56 orang. Hasil korelasi menggunakan uji koefisien kontingensi

menunjukkan bahwa ada hubungan antara tekanan darah sistolik (p=0,000) dan suhu tubuh

(p=0,004) dengan outcome pasien cedera kepala. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan

manajemen penatalaksanaan hemodinamik dan termoregulasi yang baik untuk meningkatkan

outcome yang baik pada pasien cedera kepala.

Kata Kunci: Cedera Kepala, Outcome, Suhu Tubuh, Tekanan Darah Sistolik
Abstract

Trauma is one of the biggest causes of death in the world. Thousands hundred of people

died from trauma each years. Many trauma occur in developing countries or countries with low

incomes. The survey carried out showed 90% of trauma occur in developing countries.

Outcome head injury patients determined from the initial condition when the patient entered in

the ER (Emergency Room). Analysis of the patient's condition will determine the appropriate

nursing actions that affect patient outcome. Systolic Blood Pressure and body temperature is

the preliminary data obtained in ER can be used as a predictor outcome of head injury patients.

The purpose of this study was to analyze factors associated with outcome head injury patients

in ER Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto Hospital. This study is a prospective with

observational analytic design. The sample in this study amounted to 56 people. The results of

coefficient contingency indicates that there is a relationship between systolic blood pressure

(p=0.000) and body temperature (p=0.004) with a outcomes of head injury patients. Therefore,

the need to improve the management hemodynamic of the patient's, especially blood pressure

to increase good outcomes for head injury patients.

Keywords: Body Temperature, Outcome, Head Injury, Systolic Blood Pressure

1
PENDAHULUAN telah dikeluarkan (Marx, Hockbergerm &

Kasus trauma merupakan salah satu Walls, 2014; Thais et al, 2014).

penyebab kematian terbesar di dunia. Pelayanan keperawatan di Instalasi

Ribuan orang meninggal karena trauma tiap Gawat Darurat (IGD) merupakan tahap

tahunnya. Kasus trauma banyak terjadi di awal proses keperawatan yang diberikan

negara berkembang dan atau negara dengan oleh perawat kepada pasien yang masuk

pendapatan rendah. Survei yang dilakukan dengan kondisi yang dialami, yang

menunjukkan sebesar 90% trauma terjadi di mengancam kehidupan dan terjadi secara

negara berkembang. Kematian akibat mendadak serta tidak dapat dikendalikan.

kecelakaan lalu lintas diperkirakan Identifikasi pasien keluar dari IGD bisa

meningkat 83% di negara berkembang pada digunakan sebagai indikator awal dalam

tahun 2000-2020, dan kasus yang paling menentukan outcome pasien untuk jangka

banyak adalah cedera kepala (Anbesaw, panjang, terutama pada kasus neurologi

2008; Salim, 2015). seperti cedera kepala (Haddad & Arabi,

Perkiraan outcome setelah terjadinya 2012; Steyeberg et al, 2008).

cedera kepala merupakan suatu masalah Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

yang sangat penting untuk menentukan mengetahui apakah tekanan darah sistolik

efek jangka panjang paska cedera 3 bulan dan suhu tubuh bisa digunakan untuk

sampai dengan 6 bulan. Evaluasi outcome memprediksi outcome pasien cedera kepala

fungsional setelah keluar dari rumah sakit di IGD RSUD Prof. Dr. Margono

pada pasien cedera kepala menjadi bagian Soekardjo Purwokerto.

penting dalam suatu program rehabilitasi.

Evaluasi juga menjadi langkah terbaik METODE

untuk mengukur keefektifan pengobatan Penelitian ini merupakan penelitian

dan harus sebanding dengan biaya yang kuantitatif rancangan prospektif dengan

2
desain analitik observasional. Pada pasien cedera kepala di IGD. Sedangkan,

penelitian ini mengidentifikasi terlebih outcome pasien cedera kepala diukur

dahulu kausa atau faktor resiko yaitu menggunakan lembar observasi Glasgow

tekanan darah sistolik dan suhu tubuh yang Outcome Scale atau GOS.

berhubungan dengan outcome pasien Analisa data yang digunakan adalah

cedera kepala di Instalasi Gawat Darurat analisis uji bivariat menggunakan uji

(IGD). koefisien kontingensi dengan Confidence

Penelitian ini dilakukan di ruang IGD Interval 95% untuk mengetahui hubungan

RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo antara tekanan darah sistolik dan suhu

Purwokerto mulai tanggal 15 Mei sampai tubuh terhadap outcome pasien cedera

dengan 15 Juni tahun 2016. Subjek kepala. Data dianalisis menggunakan SPSS

penelitian adalah pasien cedera kepala 21 for Windows. Penelitian telah

sebanyak 56 orang dengan menggunakan mendapatkan persetujuan dari Komisi Etik

teknik consecutive sampling yang Penelitian Kesehatan Politeknik Kesehatan

memenuhi kriteria inklusi yaitu usia > 18 Kemenkes Malang No 097/KEPK-

tahun, skor Injury Severity Score (ISS) < 16 POLKESMA/2016.

dan datang ke IGD < 6 jam pasca cedera.

Kriteria eksklusi yaitu pasien dilakukan HASIL PENELITIAN

intubasi dan mengalami paralisis. Tabel 1. Distribusi pasien cedera kepala di


IGD RSUD Prof. Dr. Margono
Instrumen yang digunakan pada
Soekardjo Purwokerto
penelitian ini adalah lembar observasi
Kategori N (%)
karakteristik responden, usia, jenis 18-40 tahun 33 58,9

kelamin, penyebab cedera, waktu pre- 41-55 tahun 9 16,1


Usia
56-65 tahun 3 5,4
hospital, skor Injury Severity Score,
> 65 tahun 11 19,6
tekanan darah sistolik dan suhu tubuh

3
Jenis Laki-laki 37 66,1 Distribusi pasien cedera kepala meliputi
Kelamin Perempuan 19 33,9
usia pasien, jenis kelamin, penyebab
Kecelakaan 42 75,1
cedera, waktu pre-hospital, skor ISS,
Penyebab Jatuh 8 14,2
Cedera Luka Tumpul 5 8,9 tekanan darah sistolik, suhu tubuh dan
Luka Peluru 1 1,8 outcome pasien cedera kepala. Usia pasien,
Waktu 1-3 jam 33 58,9
jenis kelamin, penyebab cedera dan waktu
Pre- 3-6 jam 23 41,1
Hospital pre-hospital diukur berdasarkan hasil
Injury 1-4 36 64,3 pemeriksaan yang sudah dilakukan oleh
Severity 5-9 10 17,9
perawat atau dokter.
Score 10-15 10 17,9
Tekanan 90 mmHg 36 64,3 Tekanan darah sistolik diukur
Darah < 90 mmHg 20 35,7 menggunakan spignomanometer dan suhu
Sistolik
tubuh diukur menggunakan termometer air
Suhu > 37,5oC 31 55,4
tubuh 37,5oC 25 44,6 raksa yang sudah terkalibrasi. Suhu tubuh

Outcome Baik 9 16,1 diukur dengan meletakkan termometer


pasien Buruk 47 83,9
pada axila atau ketika pasien. Adapun skor
cedera
kepala ISS pada pasien diukur menggunakan

Glasgow Outcome Scale atau GOS, dimana


Tabel 2. Hubungan Tekanan Darah Sistolik
dan Suhu Tubuh dengan Outcome nilai outcome baik ketika nilai 4-5 dan

Pasien Cedera Kepala dengan uji dikatakan buruk ketika nilai 1-3.
Koefisien Kontingensi
Outcome pasien
Variabel DISKUSI
cedera kepala
Independen
R p value Hasil penelitian pada Tabel 2
Tekanan Darah
0,759 0,000 didapatkan bahwa tekanan darah sistolik
Sistolik
Suhu tubuh -0,363 0,004 memiliki hubungan yang signifikan dengan

outcome pasien cedera kepala dengan

4
kekuatan hubungan kuat. Cedera kepala yang baik untuk berhubungan dengan

menyebabkan perubahan sistemik pada outcome pasien cedera kepala (Bruijns et

pasien. Perubahan sistemik yang sering al, 2014; Maas, Engel & Lingsma, 2011).

terjadi adalah hipotensi, yaitu tekanan Berdasarkan hasil penelitian

darah sistolik pasien < 90 mmHg. didapatkan tekanan darah sistolik pada

Pasien yang mengalami hipotensi pasien kurang dari 90 mmHg sebanyak 36

biasanya disebabkan karena kehilangan pasien (64,3%). Hal ini sesuai dengan

darah, sebagian mungkin karena cedera penelitian yang dilakukan oleh Fuller et al

sistemik, sebagian lagi karena cedera (2014), dimana ketidakstabilan

langsung pada pusat refleks kardiovaskuler hemodinamik merupakan hal yang umum

di medula oblongata. Pasien dengan terjadi pada pasien cedera kepala, terutama

hipotensi yang dirawat selama 24 jam mereka dengan kondisi yang parah.

memiliki tingkat mortalitas 45% daripada Tekanan darah sistolik < 90 mmHg

mereka yang tidak mengalami hipotensi. merupakan efek sekunder dari cedera otak,

Hipotensi yang ditemukan pada awal dan dilaporkan sebanyak 73% dari total 67

cedera sampai selama perawatan kasus memiliki outcome buruk. Hasil

merupakan faktor utama yang menentukan penelitian ini menjelaskan bahwa tekanan

outcome pasien pada cedera kepala (Berry darah sistolik adalah variabel kontinyu dan

et al, 2012; Fuller et al, 2014). bisa digunakan sebagai prediktor dalam

Selain itu, penelitian yang dilakukan di melakukan tatalaksana pasien cedera

Karl Bremer Hospital, Universitas Cape kepala.

Town, menggunakan desain kohort Hasil penelitian pada Tabel 2, juga

retrospektif terhadap 29.935 kasus cedera didapatkan bahwa suhu tubuh memiliki

kepala pada tahun 1996-2006, menyatakan hubungan yang signifikan dengan outcome

bahwa tekanan darah merupakan prediktor pasien cedera kepala dengan kekuatan

5
hubungan sedang. Pasien cedera kepala tertutup mengalami peningkatan suhu lebih

mengalami peningkatan suhu lebih dari dari 38oC. Hal yang sama juga disampaikan

37,5oC sebanyak 31 orang atau 55,4% oleh Stocchetti et al (2012), bahwa 70%

(lebih dari sebagian besar mengalami pasien cedera kepala mengalami

hipertermi). Hasil penelitian ini sesuai peningkatan suhu tubuh dalam minggu

dengan penelitian yang dilakukan oleh pertama paska cedera dan lama demam

Lunn dan Childs (2010), bahwa suhu tubuh berhubungan dengan tingkat keparahan

yang meningkat berkaitan dengan cedera kepala.

kerusakan neurologi dan dapat Berdasarkan hasil penelitian dan

memperburuk outcome pasien beberapa hasil penelitian sebelumnya,

Hal ini sesuai dengan penelitian yang maka perlu dilakukan tindakan pencegahan

dilakukan oleh Titus et al (2015), yang terhadap kejadian peningkatan suhu tubuh

menjelaskan keterkaitan antara outcome lebih dari 37,5oC pada pasien cedera

buruk dengan hipertermi, dimana kepala. Apabila sudah terjadi, maka harus

peningkatan suhu secara signifikan dapat segera diberikan terapi secara agresif untuk

memperburuk konsekuensi hispatologi mencegah perburukan kondisi pasien.

pada cedera kepala. Namun, apakah Pada penelitian ini peneliti hanya

peningkatan tersebut merupakan patologi melakukan survei analitik pada pasien

otak yang bisa dihubungkan dengan defisit cedera kepala di IGD saja. Kemungkinan

perilaku belum bisa diketahui (Marques et perubahan klinis bisa terjadi selama fase

al, 2008). pre-hospital maupun diruang perawatan.

Peningkatan suhu tubuh juga terjadi Penilaian outcome pasien yang diukur

pada pasien cedera kepala tertutup. Hal ini ketika keluar dari IGD belum

dijelaskan oleh Kilpatrick et al (2010), menggambarkan secara umum kondisi

bahwa lebih dari 50% pasien cedera kepala pasien setelah perawatan. Hasil

6
pengamatan yang dikumpulkan tentang DAFTAR PUSTAKA

tekanan darah sistolik dan suhu tubuh 1. Anbesaw, S. , Eduard, Z., Jean, L.,

hanya dilihat satu kali yaitu selama pasien Ted, M., Paul, J., & Claudia, S.

di IGD. Incidence of Long-term disability

following traumatic brain injury

SIMPULAN hospitalization, United States, 2003.

Tekanan darah sistolik dan suhu tubuh Journal of Head Trauma Rehabilitaion,

pasien bisa digunakan untuk memprediksi Vol 23(2). 2008; 12-20

outcome pasien cedera kepala. Berdasarkan 2. Berry, C., Ley, E., Bukur, M.,

hasil penelitian yang didapatkan, maka Malinoski, D., Margulies, D., Mirocha,

perlu adanya peningkatan manajemen J., & Salim, A. Redefining hypotension

penatalaksanaan hemodinamik pasien, in traumatic brain injury. Injury Vol

terutama tekanan darah sistolik dan suhu 43. 2012; 1833-1837.

tubuh untuk mencegah terjadinya outcome 3. Bruijns, S., Guly, H., Bouamra, O.,

yang buruk, dengan tetap memperhatikan Lecky, F., & Wallis, L. (2014). The

faktor yang lain. value of the difference between ED and

Selain itu, diperlukan penelitian prehospital vital signs in predicting

selanjutnya dengan jumlah sampel yang outcome in trauma. Emergency

lebih banyak dan pengamatan yang lebih Medicine Vol 31. 2014; 579-582

lama (3-6 bulan) agar hasil penelitian 4. Fuller, G., Hasler, R., Mealing, N.,

tentang outcome pasien cedera kepala lebih Lawrence, T., Woodford, M., Juni, P.,

akurat, serta mempertimbangkan faktor lain & Lecky, F. The association between

seperti alat yang digunakan dan durasi admission systolic blood pressure

penanganan pasien cedera kepala di IGD. and mortality in significant traumatic

brain injury: A multi-centre cohort

7
study. Injury Vol 45 (7). 2014; 1231- Philadelphia: Elsevier Saunders. 2014;

38 1434-40

5. Haddad, S., & Arabi, Y. Critical care 10. Saadat, S., & Soori, H. Epidemiology

management of severe traumatic brain of traffic injuries and motor vehicles

injury in adults. Trauma , resuscitation, utilisation in Tehran: a populatio-based

and emergency medicine Vol 20(12). study. Academic Journal Vol 16. 2010;

2012; 1-15 23-31

6. Kilpatrick, M., Lowry, D., Firlik, A., 11. Salim, C. Sistem Penilaian Trauma.

Yonas, H., Marlon, D. Hyperthermia in Cermin Dunia Kedokteran, 42. 2015;

the neurosurgical intensive care unit. 1-8

Neurosurgery, Vol 47. 2010; 850-57 12. Steyeberg, E., Mushkudiani, N., Perel,

7. Lunn, K., & Childs, C. A systematic P., Buthcer, I., Lu, J., McHugh, G., . . .

review of differences between body Maas, A. Predicting outcome after

temperature and core body temperature traumatic brain injury: development

in adult patient with severe trauma and international validation of

brain injury. Emergency Medicine Vol prognostic scores based on admission

14 (3). 2010; 154-60 characteristics. PLOS Medicine, Vol

8. Maas, A., Engel., B., & Lingsma, 5(8). 2008; 1251-59

H.(2011). Prognostic after trauma 13. Stocchetti, N., Rossi, S., Zainer, E.,

brain injury. Humans Neurological Colombo A., Beretta, L., Citero, G.

Surgery, sixth edition, chapter 340. Head injury patients admitted to

2011; 3497-501 intensive care. Intensive Care

9. Marx, J., Hockbergerm, R. , & Walls, Medicine Vol 28. 2012; 1555-62

R. Rosens Emergency Medicine; 14. Thais, M., Cavallazi, G., Formolo, D.,

Concepts and Clinical Practie. Castro, L., Schmoeller, R., Guarnieri,

8
R., . . . Walz, R. Limited predictive 15. Titus, D., Furones, C., Atkins, C., &

power of hospitalization variables for Dietrich, D. Emergence of cognitive

long-term cognitive prognosis in adult deficits after mild traumatic brain

patients with severe traumatic brain injury due to hyperthermia.

injury. Journal of Neuropsychology Experimental Neurology Vol 23. 2015;

Vol 8. 2014; 14-22 254-260

Anda mungkin juga menyukai