Abstrak
Kasus trauma merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Lebih dari 100
ribu orang meninggal karena trauma tiap tahunnya. Kasus trauma banyak terjadi di negara
berkembang dan atau negara dengan pendapatan rendah. Survei yang dilakukan menunjukkan
sebesar 90% trauma terjadi di negara berkembang. Outcome pasien cedera kepala dapat
ditentukan dari kondisi awal pasien ketika masuk di IGD. Analisa kondisi pasien yang tepat
akan menentukan tindakan keperawatan yang berpengaruh terhadap outcome pasien. Tekanan
darah sistolik dan suhu tubuh merupakan data awal yang didapatkan di IGD bisa dijadikan
prediktor outcome pasien cedera kepala. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
tekanan darah sistolik dan suhu tubuh bisa menjadi prediktor outcome pasien cedera kepala.
Penelitian ini merupakan penelitian prospektif dengan desain analitik observasional. Sampel
penelitian ini berjumlah 56 orang. Hasil korelasi menggunakan uji koefisien kontingensi
menunjukkan bahwa ada hubungan antara tekanan darah sistolik (p=0,000) dan suhu tubuh
(p=0,004) dengan outcome pasien cedera kepala. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan
Kata Kunci: Cedera Kepala, Outcome, Suhu Tubuh, Tekanan Darah Sistolik
Abstract
Trauma is one of the biggest causes of death in the world. Thousands hundred of people
died from trauma each years. Many trauma occur in developing countries or countries with low
incomes. The survey carried out showed 90% of trauma occur in developing countries.
Outcome head injury patients determined from the initial condition when the patient entered in
the ER (Emergency Room). Analysis of the patient's condition will determine the appropriate
nursing actions that affect patient outcome. Systolic Blood Pressure and body temperature is
the preliminary data obtained in ER can be used as a predictor outcome of head injury patients.
The purpose of this study was to analyze factors associated with outcome head injury patients
in ER Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto Hospital. This study is a prospective with
observational analytic design. The sample in this study amounted to 56 people. The results of
coefficient contingency indicates that there is a relationship between systolic blood pressure
(p=0.000) and body temperature (p=0.004) with a outcomes of head injury patients. Therefore,
the need to improve the management hemodynamic of the patient's, especially blood pressure
1
PENDAHULUAN telah dikeluarkan (Marx, Hockbergerm &
Kasus trauma merupakan salah satu Walls, 2014; Thais et al, 2014).
Ribuan orang meninggal karena trauma tiap Gawat Darurat (IGD) merupakan tahap
tahunnya. Kasus trauma banyak terjadi di awal proses keperawatan yang diberikan
negara berkembang dan atau negara dengan oleh perawat kepada pasien yang masuk
pendapatan rendah. Survei yang dilakukan dengan kondisi yang dialami, yang
menunjukkan sebesar 90% trauma terjadi di mengancam kehidupan dan terjadi secara
kecelakaan lalu lintas diperkirakan Identifikasi pasien keluar dari IGD bisa
meningkat 83% di negara berkembang pada digunakan sebagai indikator awal dalam
tahun 2000-2020, dan kasus yang paling menentukan outcome pasien untuk jangka
banyak adalah cedera kepala (Anbesaw, panjang, terutama pada kasus neurologi
cedera kepala merupakan suatu masalah Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
yang sangat penting untuk menentukan mengetahui apakah tekanan darah sistolik
efek jangka panjang paska cedera 3 bulan dan suhu tubuh bisa digunakan untuk
sampai dengan 6 bulan. Evaluasi outcome memprediksi outcome pasien cedera kepala
fungsional setelah keluar dari rumah sakit di IGD RSUD Prof. Dr. Margono
dan harus sebanding dengan biaya yang kuantitatif rancangan prospektif dengan
2
desain analitik observasional. Pada pasien cedera kepala di IGD. Sedangkan,
dahulu kausa atau faktor resiko yaitu menggunakan lembar observasi Glasgow
tekanan darah sistolik dan suhu tubuh yang Outcome Scale atau GOS.
cedera kepala di Instalasi Gawat Darurat analisis uji bivariat menggunakan uji
Penelitian ini dilakukan di ruang IGD Interval 95% untuk mengetahui hubungan
RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo antara tekanan darah sistolik dan suhu
Purwokerto mulai tanggal 15 Mei sampai tubuh terhadap outcome pasien cedera
dengan 15 Juni tahun 2016. Subjek kepala. Data dianalisis menggunakan SPSS
3
Jenis Laki-laki 37 66,1 Distribusi pasien cedera kepala meliputi
Kelamin Perempuan 19 33,9
usia pasien, jenis kelamin, penyebab
Kecelakaan 42 75,1
cedera, waktu pre-hospital, skor ISS,
Penyebab Jatuh 8 14,2
Cedera Luka Tumpul 5 8,9 tekanan darah sistolik, suhu tubuh dan
Luka Peluru 1 1,8 outcome pasien cedera kepala. Usia pasien,
Waktu 1-3 jam 33 58,9
jenis kelamin, penyebab cedera dan waktu
Pre- 3-6 jam 23 41,1
Hospital pre-hospital diukur berdasarkan hasil
Injury 1-4 36 64,3 pemeriksaan yang sudah dilakukan oleh
Severity 5-9 10 17,9
perawat atau dokter.
Score 10-15 10 17,9
Tekanan 90 mmHg 36 64,3 Tekanan darah sistolik diukur
Darah < 90 mmHg 20 35,7 menggunakan spignomanometer dan suhu
Sistolik
tubuh diukur menggunakan termometer air
Suhu > 37,5oC 31 55,4
tubuh 37,5oC 25 44,6 raksa yang sudah terkalibrasi. Suhu tubuh
Pasien Cedera Kepala dengan uji dikatakan buruk ketika nilai 1-3.
Koefisien Kontingensi
Outcome pasien
Variabel DISKUSI
cedera kepala
Independen
R p value Hasil penelitian pada Tabel 2
Tekanan Darah
0,759 0,000 didapatkan bahwa tekanan darah sistolik
Sistolik
Suhu tubuh -0,363 0,004 memiliki hubungan yang signifikan dengan
4
kekuatan hubungan kuat. Cedera kepala yang baik untuk berhubungan dengan
pasien. Perubahan sistemik yang sering al, 2014; Maas, Engel & Lingsma, 2011).
darah sistolik pasien < 90 mmHg. didapatkan tekanan darah sistolik pada
biasanya disebabkan karena kehilangan pasien (64,3%). Hal ini sesuai dengan
darah, sebagian mungkin karena cedera penelitian yang dilakukan oleh Fuller et al
langsung pada pusat refleks kardiovaskuler hemodinamik merupakan hal yang umum
di medula oblongata. Pasien dengan terjadi pada pasien cedera kepala, terutama
hipotensi yang dirawat selama 24 jam mereka dengan kondisi yang parah.
memiliki tingkat mortalitas 45% daripada Tekanan darah sistolik < 90 mmHg
mereka yang tidak mengalami hipotensi. merupakan efek sekunder dari cedera otak,
Hipotensi yang ditemukan pada awal dan dilaporkan sebanyak 73% dari total 67
merupakan faktor utama yang menentukan penelitian ini menjelaskan bahwa tekanan
outcome pasien pada cedera kepala (Berry darah sistolik adalah variabel kontinyu dan
et al, 2012; Fuller et al, 2014). bisa digunakan sebagai prediktor dalam
retrospektif terhadap 29.935 kasus cedera didapatkan bahwa suhu tubuh memiliki
kepala pada tahun 1996-2006, menyatakan hubungan yang signifikan dengan outcome
bahwa tekanan darah merupakan prediktor pasien cedera kepala dengan kekuatan
5
hubungan sedang. Pasien cedera kepala tertutup mengalami peningkatan suhu lebih
mengalami peningkatan suhu lebih dari dari 38oC. Hal yang sama juga disampaikan
37,5oC sebanyak 31 orang atau 55,4% oleh Stocchetti et al (2012), bahwa 70%
hipertermi). Hasil penelitian ini sesuai peningkatan suhu tubuh dalam minggu
dengan penelitian yang dilakukan oleh pertama paska cedera dan lama demam
Lunn dan Childs (2010), bahwa suhu tubuh berhubungan dengan tingkat keparahan
Hal ini sesuai dengan penelitian yang maka perlu dilakukan tindakan pencegahan
dilakukan oleh Titus et al (2015), yang terhadap kejadian peningkatan suhu tubuh
menjelaskan keterkaitan antara outcome lebih dari 37,5oC pada pasien cedera
buruk dengan hipertermi, dimana kepala. Apabila sudah terjadi, maka harus
peningkatan suhu secara signifikan dapat segera diberikan terapi secara agresif untuk
pada cedera kepala. Namun, apakah Pada penelitian ini peneliti hanya
otak yang bisa dihubungkan dengan defisit cedera kepala di IGD saja. Kemungkinan
perilaku belum bisa diketahui (Marques et perubahan klinis bisa terjadi selama fase
Peningkatan suhu tubuh juga terjadi Penilaian outcome pasien yang diukur
pada pasien cedera kepala tertutup. Hal ini ketika keluar dari IGD belum
bahwa lebih dari 50% pasien cedera kepala pasien setelah perawatan. Hasil
6
pengamatan yang dikumpulkan tentang DAFTAR PUSTAKA
tekanan darah sistolik dan suhu tubuh 1. Anbesaw, S. , Eduard, Z., Jean, L.,
hanya dilihat satu kali yaitu selama pasien Ted, M., Paul, J., & Claudia, S.
Tekanan darah sistolik dan suhu tubuh Journal of Head Trauma Rehabilitaion,
outcome pasien cedera kepala. Berdasarkan 2. Berry, C., Ley, E., Bukur, M.,
hasil penelitian yang didapatkan, maka Malinoski, D., Margulies, D., Mirocha,
tubuh untuk mencegah terjadinya outcome 3. Bruijns, S., Guly, H., Bouamra, O.,
yang buruk, dengan tetap memperhatikan Lecky, F., & Wallis, L. (2014). The
lebih banyak dan pengamatan yang lebih Medicine Vol 31. 2014; 579-582
lama (3-6 bulan) agar hasil penelitian 4. Fuller, G., Hasler, R., Mealing, N.,
tentang outcome pasien cedera kepala lebih Lawrence, T., Woodford, M., Juni, P.,
akurat, serta mempertimbangkan faktor lain & Lecky, F. The association between
seperti alat yang digunakan dan durasi admission systolic blood pressure
7
study. Injury Vol 45 (7). 2014; 1231- Philadelphia: Elsevier Saunders. 2014;
38 1434-40
5. Haddad, S., & Arabi, Y. Critical care 10. Saadat, S., & Soori, H. Epidemiology
and emergency medicine Vol 20(12). study. Academic Journal Vol 16. 2010;
6. Kilpatrick, M., Lowry, D., Firlik, A., 11. Salim, C. Sistem Penilaian Trauma.
Neurosurgery, Vol 47. 2010; 850-57 12. Steyeberg, E., Mushkudiani, N., Perel,
7. Lunn, K., & Childs, C. A systematic P., Buthcer, I., Lu, J., McHugh, G., . . .
H.(2011). Prognostic after trauma 13. Stocchetti, N., Rossi, S., Zainer, E.,
9. Marx, J., Hockbergerm, R. , & Walls, Medicine Vol 28. 2012; 1555-62
R. Rosens Emergency Medicine; 14. Thais, M., Cavallazi, G., Formolo, D.,
8
R., . . . Walz, R. Limited predictive 15. Titus, D., Furones, C., Atkins, C., &