Tugas Bisnis (Teluk Buyat)

Anda mungkin juga menyukai

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 3

Teluk Buyat, terletak di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, adalah lokasi

pembuangan limbah tailing (lumpur sisa penghancuran batu tambang) milik PT. Newmont
Minahasa Raya (NMR). Sejak tahun 1996, perusahaan asal Denver, AS, tersebut membuang
sebanyak 2.000 ton limbah tailing ke dasar perairan Teluk Buyat setiap harinya. Sejumlah
ikan ditemui memiliki benjolan semacam tumor dan mengandung cairan kental berwarna
hitam dan lendir berwarna kuning keemasan. Fenomena serupa ditemukan pula pada
sejumlah penduduk Buyat, dimana mereka memiliki benjol-benjol di leher, payudara, betis,
pergelangan, pantat dan kepala. Sejumlah laporan penelitian telah dikeluarkan oleh berbagai
pihak sejak 1999 hingga 2004. Penelitian-penelitian ini dilakukan sebagai respon atas
pengaduan masyarakat nelayan setempat yang menyaksikan sejumlah ikan mati mendadak,
menghilangnya nener dan beberapa jenis ikan, serta keluhan kesehatan pada masyarakat. Dari
laporan-laporan penelitian tersebut, ditemukan kesamaan pola penyebaran logam-logam berat
seperti Arsen (As), Antimon (Sb), dan Merkuri (Hg) dan Mangan (Mn), dimana konsentrasi
tertinggi logam berbahaya tersebut ditemukan di sekitar lokasi pembuangan tailing Newmont.
Hal ini mengindikasikan bahwa pembuangan tailing Newmont di Teluk Buyat merupakan
sumber pencemaran sejumlah logam berbahaya. Pada bulan Agustus 2004, Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nabiel Makarim mengajukan tuntutan perkara sebesar US$133,6 juta
terhadap Newmont, mengklaim bahwa tailing dari pertambangan NMR telah mencemari
Teluk Buyat di Sulawesi Utara, menyebabkan penduduk desa di sekitarnya sakit parah dan
kontaminasi ikan setempat. Newmont menyangkal dugaan tersebut dengan menyatakan
bahwa penyakit itu terkait pada higiene yang buruk dan kemiskinan. Pada tanggal 15
November 2005, Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menggugurkan gugatan tersebut karena
alasan teknis, mengatakan pemerintah melanggar masa kontraknya dengan Newmont pada
saat mengambil tindakan hukum sebelum mencari arbitrasi. Aktivis lingkungan meminta
gugatan itu dinaikbandingkan, namun pada tanggal 1 Desember 2005 Menteri Negara
Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar berkata bahwa pemerintah berharap
mencapai penyelesaian luar pengadilan dengan cabang setempat Newmont. "Dengan
membicarakan penyelesaian, kita berhadap dapat memberikan ganti rugi kepada penduduk
yang tinggal dekat pertambangan dengan cepat," katanya. Tim negosisasi pemerintah
dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Aburizal Bakrie. Pada tanggal 16
Februari 2006, pemerintah Indonesia mengumumkan untuk menyelesaikan gugatan perdata
sebesar US$30 juta agar dibayarkan selama 10 tahun berikutnya. Persetujuan itu juga
termasuk pemantauan ilmiah dan program pembangunan masyarakat berkelanjutan untuk
Sulawesi Utara. Newmont, dengan nilai pasar US$25 miliar, diharapkan menghasilkan US$5
miliar pada tahun 2006.

Meskipun gugatan perdata digugurkan, masih ada gugatan kriminal terhadap eksekutif
tinggi Newmont di Indonesia, Richard Ness, dengan dakwaan yang sama. Pengadilannya
dimulai pada bulan Agustus 2005jika dihukum, Ness menghadapi hukuman 10 tahun
penjara. Jaksa menyarankan hukuman finansial US$110.000 untuk Newmont dan US$55.000
untuk Ness.
Pada tanggal 24 April 2007, Ness dibebaskan dari segala dakwaan terkait dugaan
pencemaran di Teluk Buyat.
Walau demikian, penelitian mengenai Pencemaran di Teluk Buyat tetap berjalan
selama enam tahun dari 2007-2013, dimana hasil akhir mengonfirmasi bahwa PT Newmont
Minahasa Raya memang tidak melakukan pencemaran. Pada hasil penelitian yang
dipresentasikan dihadapan semua stakeholders pada Panel Ilmiah Independen (PII) pada
Sabtu, 19 Mei 2013 yang lalu di Manado, Menteri Riset dan Teknologi pada waktu itu, Gusti
Muhammad Hatta menyatakan "Semua makhluk hidup, ikan, dan juga terumbu karang serta
airnya tetap baik dan di bawah baku mutu. Penelitian akan tetap dilanjutkan hingga 2016
untuk memastikan sepuluh tahun setelah operasi Newmont Minahasa Raya selesai.
Pertanyaan
1. Probem atau etika yang dilanggar oleh perusahaan newmont minahasa raya?
2. Bagaimana etika yang seharusnya ditegakan prihal kasus perusahaan newmont
minahasa raya?

Jawaban

1. Pada awalnya teluk buyat digunakan untuk sarana pembuangan limbah industri oleh
PT Newmont Minahasa Raya. Awalnya baik-baik saja namun pada tahun 2004,
kondisi wilayah setempat menjadi aneh dengan ditandai adanya wabah yang
menyerang masyarakat setempat dan ikan-ikan diperairan wilayah itu banyak yang
mati.hal ini menimbulkan kecurigaan masyarakat sekitar bahwa PT newmont
minahasa raya melanggar peraturan kadar limbah pertambangan sehingga mencemari
wilayah tersebut. Akhirnya masyarakat mendesak pemerintah untuk melakukan
penelitian prihal kasus tersebut, akhirnya pemerintah menanggapi permintaan
masyarakat dan melakukan tuntutan pada PT newmont minahasa raya di pengandilan
negeri, namun tuntutan itu dibantah oleh pihak PT newmont minahasa raya dengan
alasan kondisi perekonomian masyarakat yang rendah sehingga kurangnya asupan
gizi yang menyebabkan munculnya penyakit-penyakit pada masyarakat sekitar.
Akhirnya kasus ini tidak diperpanjang lagi dengan alasan itu. Namun ada beberapa
oknum non pemerintah yang penasaran dan melakukan penelitian secara independen,
dan terbukti bahwa di sekitar pembuangan tailing PT newmont minahasa raya
ditemukan kandungan logam berat yang bisa memunculkan penyakit seperti yang
dialami

Anda mungkin juga menyukai